Tentang
ZIHAR
Disusun Oleh :
KELOMPOK I
Penulis
Kelompok 1
DAFTAR ISI
i
Kata
Pengantar........................................................................................
...i
Daftar
Isi....................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................
....... 1
A. Latar Belakang
Masalah................................................................ 1
B. Rumusan
Masalah......................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN..................................................................
....... 2
A. Pengertian
Zhihar........................................................................... 6
B. Dasar Hukum
Zhihar...................................................................... 7
C. Sejarah Timbulnya
Zhihar.............................................................. 8
E. Perbedaan Pandangan 10
BAB III
PENUTUP.........................................................................
........10
A.Kesimpulan.................................................................................
11
B.Kritik Dan
Saran.........................................................................12
DAFTAR
PUSTAKA.........................................................................
.... 13
BAB I
PENDAHULUAN
i
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian zhihar.....?
2. Apa dasar hukum zhihar...?
3. Apa sejarah timbulnya zhihar....?
4. Apa akibat, Kaffarat serta ruang lingkup zhihar.....?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertiaan Zhihar
Zhihar menurut etimologi berasal dari kata Zhahr yang
berarti punggung.. Dalam termonologi syariah, Konteks
membandingkan atau menyamakan isteri dengan ibunya sering
disebut dengan dhihar, dhihar bisa didefinisikan sebagai seorang
suami yang mengungkapkan bahwa istrinya itu menyerupai
(secara hukum) dengan wanita yang haram dinikahinya secara
seterusnya, seperti ibu, saudara wanita dan seterusnya.1
Tindakan menyamakan dalam dhihar adalah dengan
maksud untuk mengharamkan hubungan antara suami istri.
Dhihar terjadi manakala seorang suami ingin mengharamkan
istrinya dengan mengucapkan kalimat,"Kamu seperti punggung
ibu saya". Maksudnya bahwa saya menyatakan bahwa istri saya
itu haram bagi saya sebagaimana haramnya punggung ibu saya
bagi saya. Dhihar adalah salah satu bentuk perceraian pada
masa Arab jahiliyyah. Sebagaimana mana halnya dengan illa,
maka dhihar dilakukan oleh suami yang tidak menyukai istrinya
lagi, oleh karena suami tidak berani untuk mengatakan kata talak
kepada istrinya.
Sayyid sabiq menutip dari kitab Fatul Bahri, menjelaskan
bahwa khusus disebut punggung bukan anggota badan yang
lainnya, karena umumnya punggung merupakan tempat
tunggangan, lalu perempuan diserupakan dengan punggung,
sebab ia menjadi tempat tunggangan laki-laki.
Pada permulaan datangnya agama islam , hukum dhihar
tersebut tetap berlaku dikalangan kaum muslimin, samapi Allah
SWT menurunkan surat Al- Mujadilah ayat 1 samapi 4 ketika
peristiwa Khaulah binti Tsalabah yang didhihar oleh suaminya.
D. Akibat Zhihar
Apabila seorang suami telah mendhihar istrinya, itu belum
berarti bahwa telah terjadi perceraian antara kedua suami istri
tersebut, mereka masih terikat dengan tali perkawinan dan
masih terikat dengan hak dan kewajiban sebagai seorang suami
dan istri, kecuali hak suami untuk mencampuri istrinya. Selam
suami belum membayar kaffarat dhiharnya, selama itu pula
istrinya itu haram dicampurinya.
Agar keadaan istri tidak terkatung-katung dan menderita
karena telah didhihar suaminya, maka ditetapkan masa
menunggu bagi suami yang telah mendhihar istrinya, waktu
F. Kaffarat zhihar
Apabila seorang suami hendak mencampuri istrinya kembali
yang telah didhiharnya ,maka sebelum melaksanakan
kehendaknya itu ia wajib membayar kafarat, kewajiban
membayar kafarat itu adalah disebabkan telah terjadinya dhihar,
mengenai kafarat dhihar itu Allah SWT telah memberikan
penjelasan dalam surat Al- mujadilah ayat 3 dan 4 yang berbunyi
:
t%!$#ur tbrgs `B Nk!$|pS NO
tbrqt $yJ9 (#q9$s% stGs 7pt7s%u
`iB @6s% br& $!$yJtFt 4 /39s
cqtq? m/ 4 !$#ur $yJ/ tbq=yJs?
7yz
3. orang-orang yang mendhihar isteri mereka, kemudian
mereka hendak menarik kembali apa yang mereka
ucapkan, Maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang
budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur.
Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
yJs O9 gs P$us thx`
y/$tGtFB `B @6s% br& $!$yJtFt (
`yJs O9 tGo P$y*s tnG
$YZ3B 4 y79s (#qZBsG9 !$$/ &!
quur 4 =?ur rn !$# 3
z`s3=9ur >#xt L9r&
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari keterangan dapat kita simpulkan bahwa dhihar tidak
secara langsung berakibat cerai, melainkan dhihar merupakan
DAFTAR PUSTAKA
Mujieb Abdul Mabruri Tholhah Syafiah, Muhammad, Kamus
Istilah Fikih,
(Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1995)
Azhim, Abdul bin Badawi al-Khalafi, Al-Wazij, (Jakarta:Pustaka as-
Sunnah,
2006)
Drs. Kamal Muchtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang
Perkawinan,( Jakarta :
Bulan Bintang, 1974)
Sayyid sabiq , Fiqih Sunah 4,(Jakarta:Cakrawala Publishing,
januari 2009)
Munir Drs Amin, Samsul, Kamus Ilmu Ushul Fikih,( Sumatra: PT.
Amzh, Juli
2005)
Drs.Supriatna, Fiqih Munakahat II,( Yogyakarta : Teras, januari
2009)