Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Tentang

ZIHAR

Disusun Oleh :

KELOMPOK I

Nama : 1. KHAYATIS SAIDAH


2. NURZAKINAH
3. WAHDANA
4. DAFNIL
5. LIFDA YANI
Semester :I
Jurusan : AL-AHWAL AL-SYAKSHSIYYAH
Dosen Pembimbing : M. JAHAR BULEK,SH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM UMAR BIN


KHATTAB
UJUNG GADING PASAMAN BARAT
TAHUN AJARAN 2017 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT,karena


berkat rahmat dan karunia-Nya penulis telah dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul ZHIHAR.Untuk
memenuhi salah satu tugas terstruktur dalam mata kuliah FIQH
MUNAKAHAT II.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat
tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari
berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari
Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun
materinya.Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada kita sekalian.

Penulis

Kelompok 1
DAFTAR ISI
i

Kata
Pengantar........................................................................................
...i

Daftar
Isi....................................................................................................
ii

BAB I
PENDAHULUAN................................................................
....... 1

A. Latar Belakang
Masalah................................................................ 1

B. Rumusan
Masalah......................................................................... 1

BAB II
PEMBAHASAN..................................................................
....... 2

A. Pengertian
Zhihar........................................................................... 6

B. Dasar Hukum
Zhihar...................................................................... 7

C. Sejarah Timbulnya
Zhihar.............................................................. 8

D. Akibat Atau Kafarat Serta Ruang Lingkup Tentang


Zhihar........... 9

E. Perbedaan Pandangan 10
BAB III
PENUTUP.........................................................................
........10

A.Kesimpulan.................................................................................
11

B.Kritik Dan
Saran.........................................................................12

DAFTAR
PUSTAKA.........................................................................
.... 13

BAB I
PENDAHULUAN
i

A. Latar Belakang Masalah


Perkawinan merupakan sunatullah, yang telah diatur
hukum-hukumnya didalam syariat, suatu perkawinan mempunyai
suatu tujuan yang mulia, yaitu untuk membuat suatu keluarga
yang bahagia, kekal dan harmonis sepanjang masa dalam
membina bahtera rumah tangga yang diharapkan oleh setiah
pasangan suami istri.
Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu didalam
kehidupan rumah tangga ada kalanya dibumbui dengan
permasalahan serta perselisihan yang mana apabila kehidupan
rumah tangga tersebut tidak dapat dijalani dengan rasa kasih
sayang antara keduanya, rasa kasih sayang yang semakin hilang
akan mengakibatkan kejenuhan dalam keluarga
Tidak sedikit dalam suatu rumah tangga yang
menyelesaikan permasalahannya diakhiri dengan sebuah
perceraian yang dimulai dengan perkataan talak dari saumi,
pada jaman jahiliah apa bila seorang suami tidak senang kepada
istrinnya dan bermaksud untuk mentalaknya, maka suami itu
melakukan zhihar.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian zhihar.....?
2. Apa dasar hukum zhihar...?
3. Apa sejarah timbulnya zhihar....?
4. Apa akibat, Kaffarat serta ruang lingkup zhihar.....?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertiaan Zhihar
Zhihar menurut etimologi berasal dari kata Zhahr yang
berarti punggung.. Dalam termonologi syariah, Konteks
membandingkan atau menyamakan isteri dengan ibunya sering
disebut dengan dhihar, dhihar bisa didefinisikan sebagai seorang
suami yang mengungkapkan bahwa istrinya itu menyerupai
(secara hukum) dengan wanita yang haram dinikahinya secara
seterusnya, seperti ibu, saudara wanita dan seterusnya.1
Tindakan menyamakan dalam dhihar adalah dengan
maksud untuk mengharamkan hubungan antara suami istri.
Dhihar terjadi manakala seorang suami ingin mengharamkan
istrinya dengan mengucapkan kalimat,"Kamu seperti punggung
ibu saya". Maksudnya bahwa saya menyatakan bahwa istri saya
itu haram bagi saya sebagaimana haramnya punggung ibu saya
bagi saya. Dhihar adalah salah satu bentuk perceraian pada
masa Arab jahiliyyah. Sebagaimana mana halnya dengan illa,
maka dhihar dilakukan oleh suami yang tidak menyukai istrinya
lagi, oleh karena suami tidak berani untuk mengatakan kata talak
kepada istrinya.
Sayyid sabiq menutip dari kitab Fatul Bahri, menjelaskan
bahwa khusus disebut punggung bukan anggota badan yang
lainnya, karena umumnya punggung merupakan tempat
tunggangan, lalu perempuan diserupakan dengan punggung,
sebab ia menjadi tempat tunggangan laki-laki.
Pada permulaan datangnya agama islam , hukum dhihar
tersebut tetap berlaku dikalangan kaum muslimin, samapi Allah
SWT menurunkan surat Al- Mujadilah ayat 1 samapi 4 ketika
peristiwa Khaulah binti Tsalabah yang didhihar oleh suaminya.

B. Dasar Hukum Zhihar


Allah SWT berfiman dalam surat Al-Mujadilah ayat 1 dan
2:

1 Abdul Azhim, bin Badawi al-Khalafi, Al-Wazij, (Jakarta:Pustaka as Sunnah,


2006),hlm 622
s% yJy !$# tAqs% L9$# y79pgB
$yg_ry 5tGn@ur n<) !$# !$#ur
yJt !$yJ.ur$ptrB 4 b) !$# 7x t/

1. Sesungguhnya Allah telah mendengar Perkataan wanita
yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan
mengadukan (halnya) kepada Allah. dan Allah mendengar soal
jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha
mendengar lagi Maha melihat
t%!$# tbrgs N3ZB `iB Og!$|pS $B
d OgFygB& ( b) OgGygB& w)
9$# OgtRs9ur 4 NkX)ur
tbq9q)us9 #\x6YB z`iB Aqs)9$# #Yrur
4 c)ur !$# ;qys9 qx
2. orang-orang yang mendhihar isterinya di antara kamu,
(menganggap isterinya sebagai ibunya, padahal) Tiadalah isteri
mereka itu ibu mereka. ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah
wanita yang melahirkan mereka. dan Sesungguhnya mereka
sungguh-sungguh mengucapkan suatu Perkataan mungkar dan
dusta. dan Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha
Pengampun.

C. Sejarah Timbulnya Zhihar


Dasar hukum Zhihar adalah haram, karena Allah
mengakategorikan dhihar sebagai perkataan yang mungkar dan
dusta seperti yang telah tertera didalam ayat ke dua,surat al-
mujadilah. Turunya ayat kedua menganggambarkan suatu kisah,
bahwasanya Aus bin Shamit pernah melakukan dhihar kepada
istrinya bernama Khaulah binti Malik bin Tsalabah.Dia adalah
perempuan yang pernah berdebat dengan Rasulallah saw, dan
mengadukan nasibnya kepada Allah SWT.
Ketika itu Khaulah binti Tsalabah berkata Wahai Rasulullah,
ia telah merenggut masa mudaku dan aku hamil karenanya.
Namun ketika aku berusia lanjut dan tidak mampu melahirkan
anak kembali, ia malah mendhiharku. Aku tidak kuasa menahan
keperihan ini karena aku memiliki anak yang banyak. Jika aku
menyerahkan anak-anakku kepadanya bisa jadi mereka akan
kelaparan karena kemiskinan suamiku. Namun jika anak-anakku
yang masih kecil bersamaku, maka mereka akan merasakan
kehilangan bapaknya. Wahai Rasulullah, putuskanlah untuk kami
yang bisa mengumpulkan kami kembali bersamanya karena ia
telah menyesali perbuatannya. Khaulah berkata,Wahai
Rosulullah, Aus bin Shabit telah Rosulullah Saw kemudian
berkata kepadanya,Aku belum mendapat jawaban berkaitan
dengan dengan masalah yang engkau alami ini2
Kemudiana Khaulah membaca doa, ya Allah SWT
sesungguhnya aku mengadu kepadamu Kemudian Allah SWT
mendengarkan pengaduandari Khaulah binti Tsalabah langit
ketujuh.lalu turunlah surat Al-mujadilah ayat 1 sampai dengan 4.

D. Akibat Zhihar
Apabila seorang suami telah mendhihar istrinya, itu belum
berarti bahwa telah terjadi perceraian antara kedua suami istri
tersebut, mereka masih terikat dengan tali perkawinan dan
masih terikat dengan hak dan kewajiban sebagai seorang suami
dan istri, kecuali hak suami untuk mencampuri istrinya. Selam
suami belum membayar kaffarat dhiharnya, selama itu pula
istrinya itu haram dicampurinya.
Agar keadaan istri tidak terkatung-katung dan menderita
karena telah didhihar suaminya, maka ditetapkan masa
menunggu bagi suami yang telah mendhihar istrinya, waktu

2 sabiq Sayyid , Fiqih Sunah 4,(Jakarta:Cakrawala Publishing, januari


2009)Hal 98
menunggu bagi istri yaitu maxsimum dapat ditetapkan selama
empat bulan dengan dasar mengkiaskan waktu menunggu
dhihar kepada waktu menunggu illa. Apabila telah lewat waktu
menunggu selama empat bulan sedangkan pihak suami belum
menetapkan pilihannya, yaitu menggauli istrinya kembali dengan
membayar kaffarat atau menjatuhkan talaknya, maka istri
berhak untuk mengajukan gugatan perceraian ( Khulu) kepada
pengadilan.
Adapun Rukun-Rukun Zhihar Yaitu Sebagai Berikut Ini :
1. Yang menzhiharkan adalah SUAMI
2. Yang dizhiharkan adalah ISTRI
3. Orang yang disamakan dengan isteri (ibu)
4. Lafaz Zhihar pada isteri ( Shigat )
Adapun Syarat-Syarat zhihar sebagai berikut ini :
1. Suami yang menzhiharkan isteri mestilah suami yang boleh
menlakukan talak kepada isteri.
2. zhihar yang dilakukan mesti seorang suami dan isteri sah
dalam perkahwinan
E. Perbedaan Pandangan
Para ulama sepakat mengatakan bahwa menyamakan istri
dengan punggung ibu adalah zihar, tetapi ulama berbeda
pendapat dalam hal menyamakan istri dengan punggung bukan
ibu. Misalnya menyamakan istri dengan mahram suaminya,
misalnya suami mengatakan " Anti Alayya Kazahri Ukhti" artinya
engkau bagiku adalah seperti punggung saudara perempuanku.
Menurut golongan Abu Hanifah menyamakan istri dengan
mahram suami adalah zihar. Al-Auza'i Ats-Tsauri, Asy-Syafi'i dan
Zaid Ibnu Ali pada salah satu qaulnya mengatakan bahwa laki-
laki menyamakan istrinya dengan salah seorang mahramnya
yang haram dinikahi baginya selama-lamanya baik karena nasab
atau karena rada'ah adalah termasuk zihar. Oleh karena itu
haram baginya mencampuri istrinya tersebut untuk selama-
lamanya.
Segolongan ulama yang lain mengatakan, menyamakan istri
dengan salah seorang mahram yang bukan ibu atau
menyamakan istri dengan selain punggung ibu adalah juga
termasuk zihar.

Perbedaan Pendapat Mengenai Kekhususan Zhihar


Jumhurul ulama berpendapat, bahwa zhihar itu hanya khusus
dengan perkataan ibu, sebagaimana yang disebutkan dalam
Al-Quran dan sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Dengan demikian, jika seorang suami mengatakan kepada
isterinya, Bagiku kamu seperti punggung ibuku, maka berarti ia
telah menzhihar. Akan Tetapi, jika ia mengatakan
kepadanya,"Bagiku kamu seperti punggung saudara
perempuanku, maka hal itu bukan sebagai zhihar. 3 Sebagian
dan ulama tersebut, yang di antaranya penganut madzhab
Hanafi, Auzai, Ats-Tsauri, Asy-Syafii, dan Zaid bin Ali
berpendapat, bahwa kata ibu dalam zhihar itu diqiyaskan
kepada seluruh mahram. Ketiga Imam dan sebuah riwayat dan
Imam Abmad mengatakan apabila seorang suami mengatakan
kepada isterinya,"Bagiku kamu punggung ibuku maka tidak ada
kewajiban baginya membayar kafarat". Dalam riwayat yang lain
Imam Ahmad mengatakan: Diwajibkan baginya membayar
kafarat jika ma telah menyetubuhinya. Pendapat
terakhir inilah yang menjadi pilihan Al-Kharaqi. Sedangkan suami
yang mengatakan kepada isterinya,"Cintaku kepadamu seperti

3 Drs.Munir Amin, Samsul, Kamus Ilmu Ushul Fikih,( Sumatra: PT.


Amzh, Juli 2005) Hal. 364
cintaku kepada saudara perempuanku atau ibuku dalam
kecintaan, maka hal itu bukan termasuk zhihar.

F. Kaffarat zhihar
Apabila seorang suami hendak mencampuri istrinya kembali
yang telah didhiharnya ,maka sebelum melaksanakan
kehendaknya itu ia wajib membayar kafarat, kewajiban
membayar kafarat itu adalah disebabkan telah terjadinya dhihar,
mengenai kafarat dhihar itu Allah SWT telah memberikan
penjelasan dalam surat Al- mujadilah ayat 3 dan 4 yang berbunyi
:
t%!$#ur tbrgs `B Nk!$|pS NO
tbrqt $yJ9 (#q9$s% stGs 7pt7s%u
`iB @6s% br& $!$yJtFt 4 /39s
cqtq? m/ 4 !$#ur $yJ/ tbq=yJs?
7yz
3. orang-orang yang mendhihar isteri mereka, kemudian
mereka hendak menarik kembali apa yang mereka
ucapkan, Maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang
budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur.
Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
yJs O9 gs P$us thx`
y/$tGtFB `B @6s% br& $!$yJtFt (
`yJs O9 tGo P$y*s tnG
$YZ3B 4 y79s (#qZBsG9 !$$/ &!
quur 4 =?ur rn !$# 3
z`s3=9ur >#xt L9r&

4. Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), Maka (wajib


atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum
keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak Kuasa
(wajiblah atasnya) memberi Makan enam puluh orang
miskin. Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya. dan Itulah hukum-hukum Allah, dan bagi
orang kafir ada siksaan yang sangat pedih.

Dari keterangan surat Al-Mujadial diatas tersebut dapat


kita simpulkan mengenai kaffarat dhihar itu ada tiga tingkatan,
tingkatan-tingkatan tersebut ialah :
1. Memerdekakan hamba sahaya yang beriman
2. Kalau budak tidak ada,Puasa duabulan berturut-turut
3. Kalau tidak sanggup berpuasa dua bulan berturut-turut,
wajib Memberi makan 60 orang miskin tiap-tiap orang
4
mendapat dari Kg beras.

Jika suami berpendapat bahwa jika memperbaiki kembali


hubungan dengan istrinya tidak memungkinkan dan menurut
pertimbangannya bercerai itu jalan yang terbaik, maka
hendaklah suami mengajukan talaq kepada istrinya. Tetapi
apabila suami tidak mencabut kembali dhiharnya, dan tidak pula
menceraikan istrinya, maka setelah berlalu masa empat bulan
sejak diucapkan dhihar, maka haikm menceraikan antara
keduanya sebagai perceraian bain.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari keterangan dapat kita simpulkan bahwa dhihar tidak
secara langsung berakibat cerai, melainkan dhihar merupakan

4 Abdul Mujieb Mabruri Tholhah Syafiah, Muhammad, Kamus Istilah Fikih,


(Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1995) Hal. 442
prolog dari perceraian. Dhihar merupakan suatu perkataan dari
seorang suami kepada istrinya dengan mengatakan bahwa
istrinya tersebut sama dengan punggung ibunya, dengan
maksud suami untuk mengharamkan istrinya yang sama halnya
haram ibunya atas dirinya untuk digauli. Hal ini disebabkan oleh
karena suami tidak berani untuk mengatakan ucapan talak
kepada istrinya,
Dalam permasalah dhihar ini, ada beberapa syarat atau
kaffarat yang yang harus dipenuhi oleh seorang suami jika ingin
menarik ucapan dan hendak menggauli istrinya kembali, dengan
kaffarat seperti yang telah dijelaskan diatas.

B. Kritik Dan Saran


Demikianlah kami dari pemakalah telah mempertasekan makalah
kami semoga dengan adanya penampilan dari makalah kami hari
ini, kita semua mengerti hendaknya, dan semoga pelajaran yang
kita dapatkan hari menjadi bermanfaat unutuk nusa dan bangsa
amin ya rabbalalamin kami akhiri wallahul muwaffiq ila
aqwamitthoriq wassalamualaikum warohmatullahi wabar kaatuh.

DAFTAR PUSTAKA
Mujieb Abdul Mabruri Tholhah Syafiah, Muhammad, Kamus
Istilah Fikih,
(Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1995)
Azhim, Abdul bin Badawi al-Khalafi, Al-Wazij, (Jakarta:Pustaka as-
Sunnah,
2006)
Drs. Kamal Muchtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang
Perkawinan,( Jakarta :
Bulan Bintang, 1974)
Sayyid sabiq , Fiqih Sunah 4,(Jakarta:Cakrawala Publishing,
januari 2009)
Munir Drs Amin, Samsul, Kamus Ilmu Ushul Fikih,( Sumatra: PT.
Amzh, Juli
2005)
Drs.Supriatna, Fiqih Munakahat II,( Yogyakarta : Teras, januari
2009)

Anda mungkin juga menyukai