Pendahuluan
1
Teknologi pengolahan limbah baik cair maupun padat merupakan kunci dalam
memelihara kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan limbah cair
dan limbah padat, baik domestik maupun industri yang dibangun harus dapat
dioperasikan dan dipelihara masyarakat setempat. Jadi teknologi yang dipilih harus
sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yang bersangkutan.
Bab II
Pembahasan
2
Kandungan bahan organik di dalam limbah pertanian cukup besar, apabila tidak
dikelola dengan baik dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan dan estetika.
Bahan organik terdiri dari senyawa-senyawa karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen,
kadang senyawa sulfur, fosfor dan lain-lain. Kadar dan jenis bahan yang dapat
menurunkan kualitas atau mencemarkan lingkungan sangat bervariasi tergantung dari
jenis hasil pertanian itu sendiri namun secara garis besar, dapat dinyatakan bahwa
limbah hasil pertanian mudah terurai secara biologis di alam (biodegradable)
(Tugaswati dan Nugroho 1985).
Tinja dan urin manusia tergolong bahan organik merupakan hasil sisa
perombakkan dan penyerapan dari sistem pencernaan. Berdasarkan kapasitas
manusia dewasa rataan hasil tinja 0,20 kg/hari/jiwa (Sugiharto 1987).
Sama halnya dengan limbah organik lain, limbah manusia dapat digunakan
sebagai sumberdaya yang masih jarang diungkapkan. Nutrisi kotoran manusia tidak
jauh berbeda dibanding kotoran ternak. Kalaupun berbeda tentu akibat pola makan dan
sistem pencernaan yang berbeda. Pola makan manusia lebih banyak memilihbahan
makanan kurang berserat, protein lebih tinggi dan umumnya dimasak sebelum
dikonsumsi, sedangkan ternak sebaliknya. Kotoran manusia memiliki keunggulan dari
segi nutrisi, dimana nisbah karbon (C) dan nitrogen (N) jauh lebih rendah dari kotoran
ternak (C/N rasio 6-10:18-30) (Sihombing 1988)
4
Diagram 2.3
Perombakan limbah secara anaerobik
Akumulasi gas methana dari ketiga proses perombakan akan ditampung pada
tungkup gas (holding gas) dan disalurkan melalui pipa distribusi menggunakan kran
control ke tempat pengguna gas.
5
2.5 Proses Pencernaan Anaerob
Proses pencernaan anaerob, yang merupakan dasar dari reactor biogas yaitu
proses pemecahan bahan organik oleh aktivitas bakteri metanogenik dan bakteri
asidogenik pada kondisi tanpa udara. Bakteri ini secara alami terdapat dalam limbah
yang mengandung bahan organik, seperti kotoran binatang, manusia, dan sampah
organik rumah tangga. Proses anaerob dapat berlangsung di bawah kondisi lingkungan
yang luas meskipun proses yang optimal hanya terjadi pada kondisi yang terbatas.
Tabel 01
Kondisi pengoperasian pada proses pencernaan anaerob
6
Bakteri yang berperan dalam proses pencernaan anaerobik yaitu bakteri hidrolitik
yang memecah bahan organik menjadi gula dan asam amino, bakteri fementatif yang
mengubah gula dan asam amino menjadi asam organik, bakteri asidogenik merubah
asam organik menjadi hidrogen, karbondioksida dan asam asetat, dan bakteri
metanogenik yang menghasilkan gas metan dari asam asetat, hidrogen, dan
karbondioksida. Bakteri metanogenik akan menghasilkan biogas yang bagus
(kandungan gas metan tinggi) pada suhu 25o-30o C. Di dalam digester biogas terdapat
dua jenis bakteri yang sangat berperan yaitu bakteri asidogenik dan bakteri
metanogenik. Kedua bakteri ini harus dipertahankan jumlahnya seimbang. Bakteri-
bakteri inilah yang merubah bahan organik menjadi gas metan dan gas lainnya dalam
siklus hidupnya.
Kandungan gas metan dalam biogas yang dihasilkan tergantung pada jenis
bahan baku yang dipakai. Sebagai contoh komposisi biogas dapat dilihat pada Table
Tabel 02
Kompisisi gas (%) dalam biogas yang berasal dari kotoran ternak dan sisa pertanian.
7
yang optimal pada pencernaan anaerobik yaitu sekitar pH 6,8 sampai 8, laju
pencernaan akan menurun pada kondisi pH yang lebih tinggi atau rendah.
Bakteri yang terlibat dalam proses anaerobik membutuhkan beberapa elemen
sesuai dengan kebutuhan organisme hidup seperti sumber makanan dan kondisi
lingkungan yang optimum. Bakteri anaerob mengkonsumsi karbon sekitar 30 kali lebih
cepat dibanding nitrogen. Hubungan antara jumlah karbon dan nitrogen dinyatakan
dengan rasio karbon/nitrogen (C/N), rasio optimum untuk digester anaerobik berkisar 20
- 30. Jika C/N terlalu tinggi, nitrogen akan dikonsumsi dengan cepat oleh bakteri
metanogen untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhannya dan hanya sedikit yang
bereaksi dengan karbon akibatnya gas yang dihasilnya menjadi rendah. Sebaliknya jika
C/N rendah, nitrogen akan dibebaskan dan berakumulasi dalam bentuk amonia (NH 4)
yang dapat meningkatkan pH. Jika pH lebih tinggi dari 8,5 akan menunjukkan pengaruh
negatif pada populasi bakteri metanogen. Kotoran ternak sapi mempunyai rasio C/N
sekitar 24. Hijauan seperti jerami atau serbuk gergaji mengandung persentase karbon
yang jauh lebih tinggi, dan bahan dapat dicampur untuk mendapatkan rasio C/N yang
diinginkan. Rasio C/N beberapa bahan yang umum digunakan sebagai bahan baku
biogas disajikan pada tabel 1.7
table 03
8
Jenis Kotoran Produksi Gas per Kg (m
3)
Sapi/Kerbau 0.023-0.040
Babi 0.040-0.059
Unggas 0.065-0.116
Manusia 0.020-0.028
Tabel 04
Potensi produksi gas dari berbagai jenis kotoran hewan
2.6 Teknologi Digester
Saat ini berbagai bahan dan jenis peralatan biogas telah banyak
dikembangkan sehingga dapat disesuaikan dengan karakteristik wilayah, jenis, jumlah
dan pengelolaan kotoran ternak. Secara umum terdapat dua teknologi yang digunakan
untuk memperoleh biogas. Pertama, proses yang sangat umum yaitu fermentasi
kotoran ternak menggunakan digester yang didesain khusus dalam kondisi anaerob.
Kedua, teknologi yang baru dikembangkan yaitu dengan menangkap langsung gas
metan dari lokasi tumpukan sampah tanpa harus membuat digester khusus. Peralatan
dan proses pengolahan dan pemanfaatan biogas ditampilkan pada gambar berikut.
Gambar 1
Peralatan dan proses pengolahan dan pemanfaatan bioga
Beberapa keuntungan kenapa digester anaerobik lebih banyak digunakan antara
lain :
9
1. Digester anaerobik merupakan proses pengolahan limbah yang alami
2. Membutuhkan lahan yang lebih kecil dibandingkan dengan proses kompos
aerobik ataupun penumpukan sampah
3. Memperkecil volume atau berat limbah yang dibuang
4. Memperkecil rembesan polutan
2. Keuntungan energi
3. Keuntungan lingkungan .
4. Keuntungan ekonomi
Lebih ekonomis dibandingkan dengan proses lainnya ditinjau dari siklus ulang
proses
Bagian utama dari proses produksi biogas yaitu tangki tertutup yang disebut
digester. Desain digester bermacam-macam sesuai dengan jenis bahan baku yang
digunakan, temperatur yang dipakai dan bahan konstruksi. Digester dapat terbuat dari
cor beton, baja, bata atau plastik dan bentuknya dapat berupa seperti silo, bak, kolam
dan dapat diletakkan di bawah tanah. Sedangkan untuk ukurannya bervariasi dari 4-35
m3. Biogas dengan ukuran terkecil dapat dioperasikan dengan kotoran manusia atau
ternak.
10
Gambar 2
Beberapa macam digester
Biogas yang dihasilkan dapat ditampung dalam penampung plastik atau
digunakan langsung pada kompor untuk memasak, menggerakan generator listrik,
patromas biogas, penghangat ruang/kotak penetasan telur dll.
a. Kotoran ternak
1. Cara Pembuatan
Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas selain menghasilkan gas metan untuk
memasak juga mengurangi pencemaran lingkungan, menghasilkan pupuk organik
padat dan pupuk organik cair dan yang lebih penting lagi adalah mengurangi
ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa
diperbaharui.
11
3. Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1 liter dan isi
rumen segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas
digester 3,5 - 5,0 m2. Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses
fermentasi.
4. Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8 karena yang
terbentuk adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10 sampai hari ke-14 baru
terbentuk gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada komposisi CH4 54% dan
CO2 27% maka akan menyala .
5. Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada
kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah bisa menghasilkan
energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti bau kotoran sapi.
Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran ternak secara kontinu sehingga
dihasilkan biogas yang optimal.
a. Ketersediaan ternak
Jenis, jumlah dan sebaran ternak di suatu daerah dapat menjadi potensi bagi
pengembangan biogas. Hal ini karena biogas dijalankan dengan memanfaatkan kotoran
ternak.Kotoran ternak yang dapat diproses menjadi biogas berasal dari ternak
ruminansia dan non ruminansia seperti sapi potong, sapi perah dan babi; serta unggas.
12
Jenis ternak mempengaruhi jumlah kotoran yang dihasilkannya. Untuk menjalankan
biogas skala individual atau rumah tangga diperlukan kotoran ternak dari 3 ekor sapi,
atau 7 ekor babi, atau 500 ekor ayam.
b. Kepemilikan Ternak
Jumlah ternak yang dimiliki oleh peternak menjadi dasar pemilihan jenis dan
kapasitas biogas yang dapat digunakan. Saat ini biogas kapasitas rumah tangga
terkecil dapat dijalankan dengan kotoran ternak yang berasal dari 3 ekor sapi atau 7
ekor babi atau 500 ekor ayam. Bila ternak yang dimiliki lebih dari jumlah tersebut, maka
dapat dipilihkan biogas dengan kapasitas yang lebih besar (berbahan fiber atau semen)
atau beberapa biogas skala rumah tangga.
Ketersediaan kotoran ternak perlu dijaga agar biogas dapat berfungsi optimal.
Kotoran ternak lebih mudah didapatkan bila ternak dipelihara dengan cara
dikandangkan dibandingkan dengan cara digembalakan.
d. Ketersediaan Lahan
e. Tenaga Kerja
Banyak kasus mengenai tidak beroperasinya atau tidak optimalnya biogas disebabkan
karena: pertama, tidak adanya tenaga kerja yang menangani unit tersebut; kedua,
13
peternak/pengelola tidak memiliki waktu untuk melakukan pengisian kotoran karena
memiliki pekerjaan lain selain memelihara ternak.
f. Manajemen Limbah/Kotoran
Frekuensi pemasukan kotoran dilakukan secara berkala setiap hari atau setiap 2 hari
sekali tergantung dari jumlah kotoran yang tersedia dan sarana penunjang yang dimiliki.
Pemasukan kotoran ini dapat dilakukan secara manual dengan cara diangkut atau
melalui saluran.
g. Kebutuhan Energi
Energi yang dihasilkan dari reaktor biogas dapat dimanfaatkan untuk memasak,
menyalakan petromak, menjalankan generator listrik, mesin penghangat telur/ungas dll.
Selain itu air panas yang dihasilkan dapat digunakan untuk proses sanitasi sapi perah.
14
Pemanfaatan energi ini dapat optimal bila jarak antara kandang ternak, reaktor biogas
dan rumah peternak tidak telampau jauh dan masih memungkinkan dijangkau instalasi
penyaluran biogas. Karena secara umum pemanfaatan energi biogas dilakukan di
rumah peternak baik untuk memasak dan keperluan lainnya.
j. Sarana Pendukung
Sarana pendukung dalam pemanfaatan biogas terdiri dari saluran air/drainase, air
dan peralatan kerja. Sarana ini dapat mempermudah operasional dan perawatan
instalasi biogas. Saluran air dapat digunakan untuk mengalirkan kotoran ternak dari
kandang ke reaktor biogas sehingga kotoran tidak perlu diangkut secara manual. Air
digunakan untuk membersihkan kandang ternak dan juga digunakan untuk membuat
komposisi padat cair kotoran ternak yang sesuai. Sedangkan peralatan kerja digunakan
untuk mempermudah/meringankan pekerjaan/perawatan instalasi biogas. Selain
sepuluh faktor di atas, kemauan peternak/pelaku untuk, menjalankan instalasi biogas
dan merawatnya serta memanfaatkan energi biogas menjadi modal utama dalam
pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas. Tanpa adanya kemauan peternak untuk
secara aktif mengoptimalkan biogas, maka faktor-faktor lain tidak akan cukum
membantu dalam optimalisasi pemanfaatan biogas.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi
dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya : kotoran manusia dan hewan, limbah
domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang
biodegradable dalam kondisi anaerobik. Biogas dapat diandalkan sebagai bahan bakar
hayati/terbarukan karena juga ramah terhadap lingkungan.
Kelebihan yang dapat diperoleh dari biogas terhadap lingkungan, antara lain:
A. Masyarakat tak perlu menebang pohon untuk dijadikan kayu bakar; Proses
memasak jadi lebih bersih, dan sehat karena tidak mengeluarkan asap.
B. Kandang hewan menjadi semakin bersih karena limbah kotoran kandang
langsung dapat diolah; Sisa limbah yang dikeluarkan dari biodigester dapat
dijadikan pupuk sehingga tidak mencemari lingkungan;
C. Dapat berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca melalui pengurangan
pemakaian bahan bakar kayu dan bahan bakar minyak;
D. Realatif lebih aman dari ancaman bahaya kebakaran;
E. Mengurangi penggunaan bahan bakar lain (minyak tanah, kayu, dsb) oleh rumah
tangga atau komunitas;
3.2 Saran
16
Harga bahan bakar minyak yang makin meningkat dan ketersediaannya yang
makin menipis serta permasalahan emisi gas rumah kaca merupakan masalah yang
dihadapi oleh masyarakat global. Upaya pencarian akan bahan bakar yang lebih ramah
terhadap lingkungan dan dapat diperbaharui merupakan solusi dari permasalahan
energi tersebut. Untuk itu Indonesia yang memiliki potensi luas wilayah yang begitu
besar, diharapkan untuk segera mengaplikasi bahan bakar nabati. Biogas merupakan
gas yang dihasilkan dari proses anaerobik digestion dan memiliki prosepek sebagai
energi pengganti bahan bakar fosil yang keberadaaanya makin langka.
17