Anda di halaman 1dari 23

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKAIRAAT
PALU
REFERAT
1 September 2016

GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN DEPRESI

Disusun Oleh:

Fatqur Rohman, S.Ked (11 777 010)

Pembimbing :
dr. Dewi Suriany A. Sp.KJ

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA
RSUD UNDATA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU

2016
HALAMAN PENGESAHAN

Nama dan stambuk : Fatqur Rohman (11 777 010)


Fakultas : Kedokteran
2

Program Studi : Pendidikan Dokter


Universitas : Alkhairaat
Judul Referat : Gangguan Campuran Anxietas dan depresi
Bagian : Ilmu Kesehatan Jiwa

Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa

RSUDA UNDATA PALU

Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Palu, 1 September 2016


Pembimbing

dr. Dewi Suriany A,Sp.KJ

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii
3

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii


I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
II. PEMBAHASAN
1. GANGGUAN
ANXIETAS .........................................................
............ 5
2. GANGGUAN DEPRESI ................................ 6
3. GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS
DEPRESI....................................................... 13
III. KESIMPULAN ........................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
4

Tiap manusia pasti mempunyai rasa cemas, rasa cemas ini


terjadi pada saat adanya kejadian atau peristiwa tertentu,
maupun dalam menghadapi suatu hal. Misalkan, orang merasa
cemas, ketika tampil dihadapan banyak orang atau ketika
sebelum ujian berlangsung. Kecemasan yang dimiliki seseorng
yang seperti di atas adalah normal, dan bahkan kecemasan ini
perlu dimiliki manusia. Akan tetapi kecemasan berubah menjadi
abnormal ketika kecemasan yang ada di dalam diri individu
menjadi berlebihan atau melebihi dari kapasitas umumnya.
Individu yang mengalami gangguan seperti ini bisa
dikatakan mengalami anxiety disorder (gangguan kecemasan)
yaitu ketakutan yang berlebihan dan sifatnya tidak rasional.
Seseorang dikatakan menderita gangguan kecemasan apabila
kecemasan ini mengganggu aktivitas dalam kehidupan dari diri
individu tersebut, salah satunya yakni gangguan fungsi sosial.
Misalnya kecemasan yang berlebihan ini menghambat diri
seseorang untuk menjalin hubungan akrab antar individu atau
kelompoknya.
Dan juga kita semua merasa sedih bila ada kejadian yang menyedihkan,
dan biasanya perasaan tersebut teratasi dengan sendirinya. Hal demikian adalah
wajar. Lain halnya dengan "gangguan depresi", yang sudah merupakan gangguan
sakit yang menyangkut keluhan badaniah, perasaan dan pikiran.Bila tidak diobati,
depresi dapat menetap berbulan-bulan atau bahkan menahun. Depresi dapat
memperberat atau meningkatkan risiko penyakit fisik dan meningkatkan risiko
bunuh diri. Depresi bisa berdiri sendiri maupun bersamaan dengan penyakit
organik. Depresi akan sulit di diagnosis jika depresi ditemukan bersamaan dengan
penyakit lain.
Namun terdapat kelainan yang disebut Gangguan Campuran Anxietas dan
Depresi, pada paasien ini terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, namun
5

masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk


menegakkan diagnosis tersendiri.

BAB II
PEMBAHASAN

I. GANGGUAN ANXIETAS

A. DEFINISI
Anxietas merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai
dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari susunan
saraf autonomik (SSA).1

B. ETIOLOGI
Penyebab gangguan cemas multifaktorial: faktor biologis, psikologis, dan
sosial. Faktor biologis kecemasan akibat dari reaksi syaraf otonom yang
berlebihan dan terjadi pelepasan kathekolamin. Dilihat dari aspek psikoanalis,
kecemasan dapat terjadi akibat impuls-impuls bawah sadar yang masuk ke alam
sadar. Mekanisme pertahanan jiwa yang tidak sepenuhnya berhasil dapat
menimbulkan kecemasan yang mengambang, displacement dapat mengakibatkan
reaksi fobia, reaksi formasi, dan dapat mengakibatkan gangguan obsesi kompulsif.
Dari pendekatan sosial, anxietas dapat disebabkan karena konflik, frustasi, krisis
atau tekanan.4

C. MANIFESTASI KLINIS
Pengalaman anxietas memiliki dua komponen: kesadaran akan sensasi
fisiologis (seperti berdebar-debar dan berkeringat) serta kesadaran sedang gugup
atau ketakutan. Di samping efek motorik dan viseral,, kecemasan mempengaruhi
pikiran, persepsi, dan pembelajaran. kecemasan cenderung menimbulkan
kebingungan dan distorsi persepsi, tidak hanya persepsi waktu dan ruang tetapi
juga orang dan arti peristiwa. Distorsi ini dapat menggangu proses pembelajaran
6

dengan menurunkan konsentrasi, mengurangi daya ingat, dan menganggu


kemampuan menghubungkan satu hal dengan hal lain yaitu membuat asosiasi.4

D. TERAPI OBAT
Pengobatan primer untuk gangguan kecemasan umum karena kondisi medik
umum adalah mengobati kondisi medik dasarnya. Jika pasien juga memiliki
gangguan penggunaan alkohol atau zat lain, gangguan tersebut juga harus
dipusatkan secara terapeutik untuk mencapai pengendalian gejala gangguan
kecemasan. Jika menghilangkan kondisi medis primer tidak membalikkan gejala
gangguan kecemasan, pengobatan gejala tersebut harus mengikuti pedoman
umum untuk gangguan mental spesifik. Pada umumnya, teknik modifikasi
perilaku, obat ansiolitik, dan antidepresan serotonergik adalah cara pengobatan
yang paling efektif.4

II. GANGGUAN DEPRESI

A. DEFENISI
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan
pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan,
rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.3

B. ETIOLOGI
Menurut Kaplan, faktor faktor yang dihubungkan dengan penyebab depresi
dapat dibagi atas:

1. Faktor Biologi
Data penelitian biopsikologi menyatakan yang paling berperan dalam
patofisologi gangguan mood adalah disregulasi pada amin biogenik (norepinefrin,
serotonin dan dopamin). Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan
pada beberapa pasien yang bunuh diri memiliki konsentrasi metabolik serotonin di
dalam cairan serebrospinal yang rendah serta konsentrasi tempat ambilan
7

serotonin yang rendah di trombosit. Beberapa pasien depresi juga memiliki respon
neuroendokrin yng abnormal. Walaupun norepinefrin dan serotonin adalah amin
biogenik yan paling sering dihubungkan dengan patofisologi depresi, dopamin
juga telah diperkirakan memiliki peranan dalam depresi. Data menyatakan bahwa
aktivitas dopamin mungkin menurun pada depresi dan meningkat pada mania.

Faktor neurokimiawi lain seperti adenylate cyclase, phospotidylinositol dan


regulasi kalsium mungkin juga memiliki relevansi penyebab. Kelainan pada
neuroendokrin utama yang menarik perhatian dalam adalah sumbu adrenal, tiroid
dan hormon pertumbuhan. Neuroendokrin yang lain yakni penurunan sekresi
nokturnal melantonin, penurunan pelepasan prolaktin karena pemberian
tryptopan, penurunan kadar dasar folikel stimulating hormon (FSH), luteinizing
hormon (LH) dan penurunan kadar testoteron pada laki-laki.

2. Faktor Genetik
Data genetik dengan kuat menyatakan bahwa suatu faktor penting di dalam
perkembangan gangguan mood adalah genetika. Tetapi, pola penurunan genetika
adalah jelas melalui mekanisme yang kompleks, bukan saja tidak mungkin untuk
menyingkirkan efek psikososial tetapi faktor non genetik kemungkinan
memainkan peranan kausatif dalam perkembangan gangguan mood pada
sekurangnya beberapa orang.

Penelitian keluarga telah menemukan bahwa kemugkinan menderita suatu


gangguan mood menurun saat derajat hubungan kekelurgaa melebar. Sebagai
contoh, sanak saudara derajat kedua (sepupu) lebih kecil kemungkinannya
menderita daripada sanak saudara derajat pertama (kakak).
8

Peneltian adopsi juga telah menunjukkan bahwa orang tua biologis dari anak
adopsi dengan gangguan mood mempunyai suatu prevalensi gangguan mood yang
serupa dengan orang tua anak penderita gangguan mood yang tidak diadopsi.

3. Faktor Psikososial
Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan, suatu pengamatan klinis yang
telah lama direplikasi bahwa peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress lebih
sering mendahului episode pertama gangguan mood daripada episode selanjutnya,
hubungan tersebut telah dilaporkan untuk pasien dengan gangguan depresi berat.

Data yang paling mendukung menyatakan bahwa peristiwa kehidupan paling


berhubungan dengan perkembangan depresi selanjutnya adalah kehilangan orang
tua sebelum usia 11 tahun. Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan
onset satu episode depresi adalah kehilangan pasangan. Beberapa artikel teoritik
dan dari banyak laporan, mempermasalahkan hubungan fungsi keluarga dan onset
dalam perjalanan gangguan depresi berat. Selain itu, derajat psikopatologi
didalam keluarga mungkin mempengaruhi kecepatan pemulihan, kembalinya
gejala dan penyesuaian pasca pemulihan.

C. KLASIFIKASI
Berikut adalah pembagian dari episode depresif :
1) Episode depresif ringan (F32.0)
Suasana perasaan mood yang depresif, kehilangan minat dan kesenangan, dan
mudah menjadi lelah biasanya dipandang sebagai gejala depresi yang paling khas;
sekurang-kurangnya dua dari ini, ditambah sekurang-kurangnya dua gejala lazim
di atas harus ada untuk menegakkan diagnosis pasti. Tidak boleh ada gejala yang
berat di antaranya. Lamanya seluruh episode berlansung ialah sekurang-
kurangnya sekitar 2 minggu (Depkes RI, 1993).
9

Individu yang mengalami episode depresif ringan biasanya resah tentang


gejalanya dan agak sukar baginya untuk meneruskan pekerjaan biasa dan kegiatan
social, namun mungkin ia tidak akan berhenti berfungsi sama sekali (Depkes RI,
1993).

2) Episode depresif sedang (F32.1)


Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala yang paling khas yang
ditentukan untuk episode depresif ringan, ditambah sekurang-kurangnya tiga (dan
sebaiknya empat) gejala lainnya. Beberapa gejala mungkin tampil amat menyolok,
namun ini tidak esensial apabila secara keseluruhan ada cukup banyak variasi
gejalanya. Lamanya seluruh episode berlangsung minimal sekitar 2 minggu
(Depkes RI, 1993).
Individu dengan episode depresif taraf; sedang biasanya menghadapi kesulitan
nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga
(Depkes RI, 1993).

3) Episode depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2)

Pada episode depresif berat, penderita biasanya menunjukkan ketegangan atau


kegelisahan yang amat nyata, kecuali apabila retardasi merupakan ciri terkemuka.
Kehilangan harga diri dan perasaan dirinya tak berguna mungkin mencolok, dan
bunuh diri merupakan bahaya nyata terutama pada beberapa kasus berat.
Anggapan di sini ialah bahwa sindrom somatik hampir selalu ada pada episode
dpresif berat.
Semua tiga gejala khas yang ditentukan untuk episode depresif ringan dan
sedang harus ada, ditambah sekurang-kurangnya empat gejala lainnya, dan
beberapa diantaranya harus berintensitas berat. Namun, apabila gejala penting
(misalnya agitasi atau retardasi) menyolok, maka pasien mungkin tidak mau atau
tidak mampu utnuk melaporkan banyak gejalanya secara terinci. Dalam hal
demikian, penentuan menyeluruh dalam subkategori episode berat masih dapat
dibenarkan. Episode depresif biasanya seharusnya berlangsung sekurang-
10

kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat,
maka mungkin dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam waktu kurang dari
2 minggu.
Selama episode depresif berat, sangat tidak mungkin penderita akan mampu
meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada
taraf yang sangat terbatas.
Kategori ini hendaknya digunakan hanya untuk episode depresif berat tunggal
tanpa gejala psikotik; untuk episode selanjutnya, harus digunakan subkategori dari
gangguan depresif berulang.

4) Episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3)

Episode depresif berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut di atas,
disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Wahamnya biasanya melibatkan
ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien dapat
merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik
biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh atau bau kotoran atau daging
membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor. Jika
diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak
serasi dengan suasana perasaan (mood).

D. MANIFESTASI KLINIS
Beberapa pasien depresi terkadang tidak menyadari ia mengalami depresi dan
tidak mengeluh tentang gangguan mood meskipun mereka menarik diri dari
keluarga, teman dan aktivitas yang sebelumnya menarik bagi dirinya. Hampir
semua pasien depresi (97 persen) mengeluh tentang penurunan energi dimana
mereka mengalami kesulitan menyelesaikan tugas, mengalami hendaya di sekolah
dan pekerjaan, dan menurunnya motivasi untuk terlibat dalam kegiatan baru.
Sekitar 80 persen pasien mengeluh masalah tidur, khususnya terjaga dini hari
(terminal insomnia) dan sering terbangun di malam hari karena memikirkan
11

masalah yang dihadapi. Kecemasan adalah gejala tersering dari depresi dan
menyerang 90 persen pasien depresi. (buku psikiatri UI)
Berikut merupakan beberapa gejala depresi (ringan, sedang dan berat)
berdasarkan PPDGJ III :
Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat) :
- Afek depresi (sedih, murung, lesu, menangis)
- Kehilangan minat dan kegembiraan
- Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.

Gejala lainnya :
a) Konsentrasi dan perhatian berkurang
b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d) Pandangan masa depan suram dan pesimis
e) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f) Tidur terganggu
g) Nafsu makan terganggu

Untuk episode depresi dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode
lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung
cepat.
Kategori diagnosis episode depresif ringan, sedang dan berat hanya digunakan
untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode depresif berikutnya harus
diklasifikasi di bawah salah satu diagnosis gangguan depresif berulang.

E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pasien gangguan mood harus diarahkan kepada beberapa
tujuan. Pertama, keselamatan pasien harus terjamin. Kedua, kelengkapan evaluasi
12

diagnostik pasien harus dilaksanakan. Ketiga, rencana terapi bukan hanya untuk
gejala, tetapi kesehatan jiwa pasien kedepan juga harus diperhatikan.

Rawat inap
Indikasi yang jelas untuk rawat inap adalah kebutuhan untuk prosedur
diagnostik, risiko untuk bunuh diri dan melakukan pembunuhan, dan
berkurangnya kemampuan pasien secara menyeluruh untuk asupan makanan dan
tempat perlindungan. Riwayat gejala berulang dan hilangnya sistem dukungan
terhadap pasien juga merupakan indikasi rawat inap.

Terapi keluarga
Terapi keluarga tidak umum digunakan sebagai primer untuk gangguan
depresi berat, tetapi meningkatkan bukti klinis dapat membantu pasien dengan
gangguan mood untuk mengurangi dan menghadapi stres dan mengurangi adanya
kekambuhan. Terapi keluarga diindikasikan untuk gangguan yang membahayakan
perkawinan pasien atau fungsi keluarga atau jika gangguan mood didasari atau
dapat ditangani oleh situasi keluarga.

Farmakoterapi
Pada gangguan depresi berat, penanganan efektif dan spesifik, seperti obat
trisiklik untuk gangguan depresi berat telah digunakan selama 40 tahun.
Antidepresan membutuhkan waktu 3-4 minggu untuk memberikan efek terapi
yang signifikan, menunjukkan efek terapi lebih awal; dan secara relatif semua
antidepresan yang tersedia menjadi toksik pada dosis yang kelebihan dan
menunjukkan efek samping.

Antidepresan lainnya adalah Serotonine Reuptake inhibitor (SSRIs), seperti


fluoxetine, paroxetine (Paxil), dan sertraline (zoloft). Antidepresan golongan lain
misalnya bupropion, venlafazine, nefazodone (serzone), dan mirtazapine
(remeron) menunjukkan secara klinis hasil yang sama efektif dengan obat
13

terdahulu tetapi lebih aman dan toleransinya lebih baik. Prinsip indikasi untuk
antidepresan adalah episode depresi berat. Edukasi pasien yang adekuat tentang
kegunaan antidepresan sebagai hal penting untuk kesuksesan terapi termasuk
pemilihan obat dan dosis yang paling sesuai.
Pada pemberian antidepresan, obat baru memperlihatkan efek antidepresan
yang optimal dalam 3 sampai 4 minggu. Timbulnya efek samping menunjukkan
obat bekerja, tetapi efek samping yang timbul harus dijelaskan secara detail.
Sebagai contoh, beberapa pasien yang meminum antidepresan golongan SSRIs
menjadi gelisah, mual dan muntah sebelum adanya penurunan gejala. Efek
samping berkurang seiring berjalannya waktu.

III.GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN DEPRESI

A. DEFINISI
Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak
menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis
tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun
tidak terus-menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.
Kecemasan adalah keadaan individu atau kelompok mengalami perasaan
gelisah (penilaian atau opini) dan aktivitas sistem saraf autonom dalam berespons
terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik. Kecemasan merupakan unsur
kejiwaan yang menggambarkan perasaan, keadaan emosional yang dimiliki
seseorang pada saat menghadapi kenyataan atau kejadian dalam hidupnya.
Gangguan depresif merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang
berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala penyerta termasuk
perubahan pola tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia,
kelelahan, rasa putus asa, tak berdaya dan gagasan bunuh diri.2

B. EPIDEMIOLOGI
Keberadaan ganggguan depresif berat dan gangguan panik
secara bersamaan lazim ditemukan. Dua pertiga pasien dengan
14

gejala depresif memiliki gejala ansietas yang menonjol, dan dua


pertiganya dapat memenuhi kriteria diagnostik ganguan panik.
Peneliti telah melaporkan bahwa 20 sampai 90 persen pasien
dengan ganggguan panik memiliki episode gangguan depresif
berat. Data ini mengesankan bahwa keberadaan gejala depresif
dan ansietas secara bersamaan, tidak ada di antaranya yang
memenuhi kriteria diagnostik gangguan depresif atau ansietas
lain dapat lazim ditemukan. Meskipun demikian, sejunlah klinisi
dan peneliti memperkirakan bahwa pravelensi gangguan ini pada
populasi umum adalah 10 persen dan di klinik pelayanan primer
sampai tertinggi 50 persen, walaupun perkiraan konservatif
mengesankanpravelensi sekitar 1 persen pada populasi umum.

C. ETIOLOGI
Empat garis bukti penting mengesankan bahwa gejala
ansietas dan gejala depresif terkait secara kausal pada sejumlah
pasien yang mengalamigejala ini. Pertama , sejumlah peneliti
melaporkan temuan neuroendokrin yang serupa pada gangguan
depresif dan ansietas, terutama gangguan panik, termasuk
menumpulnya respons kortisol terhadap hormon adenokort,
kotropik, respon hormon pertumbuhan yang tumpul terhadap
klonidin ( Catapres), dan respon TSH (thyroid stimulating
hormone) serta prolaktin yang tumpulterhadap TRH (thyrotropin-
relasing hormone).
Kedua, sejumlah peneliti melaporkan data yang menunjukkan
bahwa hiperkatifitas sistem noradrenergik sebagai penyebab
relevan pada sejumlah pasien dengan gangguan depresif dan
gangguan ansietas. Secara rinci, studi ini telah menemukan
adanya konsentrasi metabolit norepnefrin 3-methoxy-4-
hydroxyphenylglycol (MHPG) yang meningkat didalam urin,
15

plasma, atau cairan serebro spinal (LCS) pada pasien dengan


serangan panik. Seperti pada gangguan ansietas dan gangguan
depresif lain, serotonin dan asam -aminobutirat (GABA) juga
mungkin terlibat sebagaipenyebab di dalam gangguan campuran
depresif ansietas. Ketiga, banya studi menemukan bahwa obat
serotonergik, seperti fluoxetine (Prozac) dan clomipramine
(Anafranil), berguna dalam terapi gangguan depresif dan
ansietas. Keempat, sejumlah studi keluarga melaporkan data
yang menunjukkanbahwa gejala ansietas dan depresif
berhubungan pada secara genetik sedikitnya pada beberapa
keluarga.

D. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis bervariasi, diagnosis Gangguan Anxietas
Menyeluruh ditegakkan apabila dijumpai gejala-gejala antara lain
keluhan cemas, khawatir, was-was, ragu untuk bertindak,
perasaan takut yang berlebihan, gelisah pada hal-hal yang
sepele dan tidak utama yang mana perasaan tersebut
mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya, sehingga
pertimbangan akal sehat, perasaan dan perilaku terpengaruh.
Selain itu spesifik untuk Gangguan Anxietas Menyeluruh adalah
kecemasanya terjadi kronis secara terus-menerus mencakup
situasi hidup (cemas akan terjadi kecelakaan, kesulitan finansial),
cemas akan terjadinya bahaya, cemas kehilangan kontrol, cemas
akan`mendapatkan serangan jantung. Sering penderita tidak
3,7,8
sabar, mudah marah, sulit tidur.
Untuk lebih jelasnya gejala-gejala umum ansietas dapat dilihat
pada tabel di bawah:
16

Ketegangan Motorik 1. Kedutan otot/ rasa gemetar

2. Otot tegang/kaku/pegal

3. Tidak bisa diam

4. Mudah menjadi lelah

Hiperaktivitas Otonomik 5. Nafas pendek/terasa berat

6. Jantung berdebar-debar

7. Telapak tangan basah/dingin

8. Mulut kering

9. Kepala pusing/rasa melayang

10. Mual, mencret, perut tak enak

11. Muka panas/ badan menggigil

12. Buang air kecil lebih sering

Kewaspadaan berlebihan 13. Perasaan jadi peka/mudah ngilu


dan Penangkapan 14. Mudah terkejut/kaget
berkurang 15. Sulit konsentrasi pikiran
16. Sukar tidur
17. Mudah tersinggung
17

Sedangkan untuk gangguan depresif ditandai dengan suatu mood depresif,


kehilangan minat dan kegembiraan serta berkurangnya energi yang menuju
meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit
saja) dan menurunnya aktivitas merupakan tiga gejala utama depresi.3,4,5

Gejala utama :
1. Afek depresi
2. Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
( rasa lelah yang nyata sesudah kerja yang sedikit) dan menurunnya
aktifitas.
Gejala lainnya dapat berupa :
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
Tidur terganggu
Nafsu makan berkurang.
Gejala-gejala diatas dialami oleh pasien hampir setiap hari dan di nilai
berdasarkan ungkapan pribadi atau hasil pengamatan orang lain misalnya keluarga
pasien. 3,4,5

E. DIAGNOSIS
Kriteria DSM-IV-TR mengharuskan adanya gejala subsindrom
ansietas dan depresi serta adanya beberapa gejala somatik,
seperti tremor, palpitasi, mulut kering, dan rasa perut yang
bergejolak. Sejumlah studi pendahuluan menunjukkan bahwa
sensitivitas dokter umum untuk sindrom gangguan campuran
ansietas depresi masih rendah walaupun kurangnya pengenalan
18

ini dapat mencerminkan kurangnya label diagnostik yang sesuai


bagi pasien.

a) Kriteria DSM-IV-TR Gangguan Campuran Ansietas


Depresif
Mood disforik yang berulang atau menetap dan bertahan sedikitnya 1
bulan
Mood disforik disertai empat (atau lebih) gejala berikut selama sedikitnya
1 bulan :
1. Kesulitan berkonsentrasi atau pikiran kosong
2. Gangguan tidur (sulit untuk jatuh tertidur atau tetap tidur atau
gelisahm tidur tidak puas)
3. Lelah atau energi rendah
4. Iritabilitas
5. Khawatir
6. Mudah nangis
7. Hipervigilance
8. Antisipasi hal terburuk
9. Tidak ada harapan (pesimis yang menetap akan masa depan)
10. Harga diri yang rendah atau rasa tidak berharga
Gejala menimbulkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau
hendaya dalam area fungsi sosial, pekerjaan atau area fungsi penting lain.
Gejala tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (cth.
Penyalahguanaan obat atau pengobatan) atau keadaan medis umum
Semua hal berikut ini :
1. Kriteria tidak pernah memenuhi gangguan depresif berat, gangguan
distimik; gangguan panik, atau gangguan ansietas menyeluruh
2. Kriteria saat ini tidak memenuhi gangguan mood atau ansietas lain
(termasuk gangguan ansietas atau gangguan mood, dalam remisi
parsial)
3. Gejala tidak lebih mungkin disebabkan gangguan jiwa lain.
19

b) Pedoman diagnostik menurut PPDGJ-III

1. Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak


menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis
tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan
walaupun tidak terus-menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran
berlebihan.
2. Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, harus
dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas
fobik.
3. Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk
menegakkan masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut
dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika
karena sesuatu hal hanya dapat dikemukakan satu diagnosis maka gangguan
depresif harus diutamakan.
4. Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stres kehidupan yang jelas,
maka harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian.

F. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding mencakup gangguan ansietas dan depresif lainnya serta
gangguan kepribadian. Di anatara gangguan ansietas, gangguan ansietas
menyeluruh merupakan gangguan yang lebih besar kemungkinannya untuk
bertumpang tindih dengan gangguan campuran ansietas-depresif. Diantara
gangguan mood, gangguan dstimik, dan gangguan depresif ringan adalah
gangguan yang lebih besar kemungkinannya untuk bertumpang tindih dengan
gangguan campuran ansietas-depresif. Diantara ganggguan kepribadian,
gangguan kepribadian mengindar, dependen, dan obsesfi kompulsif dapar
memliki gejala yang mirip dengan gejala gangguan campuran ansietas-depresif.
Diagnosis gangguan somatoform juga harus dipertimbangkan.

G. PEJALANAN GANGGUAN DAN PROGNOSIS


20

Berdasarkan data klinis sampai saat ini, pasien tampak sama besar
kemungkinannya untuk memiliki gejala ansietas yang menonjol, gejala depresif
yang mnonjol, atau campuran dua gejala dengan besar yang sama saat awitan.
Selama perjalanan penyakit, dominasi gejala ansietasn dan depresif dapat
bergantian. Prognosis nya tidak diketahui.

H. PENATALAKSANAAN
Karena studi yang membandingkan modalitas terapi
gangguan campuran ansietas-depresif tidak tersedia, klinis
mungkin lebih cenderung memberikan terapiberdasarkan gejala
yang muncul, keparahannya, dan tingkat pengalaman klinis
tersebut dengan berbagai modalitas terapi. Farmakoteapi untuk
gangguan campuran ansietas-depresif dapat mencakup obat
antiansietas, obat antidepresif, atau keduanya. Diantara obat
ansiolitik, sejumlah data menunjukkan bahwa penggunaan
triazolobenzodiazepine ( Alprazolam (Xanax) ) dapat di
indikasikan karena efektivitas nya dalam mengobati depresi yang
disertai ansietas. Obat yang mempengaruhi reseptor 5-HT,
seperti busipron juga dapat di indikasikan. Diantara anti
depresan, meskipun teori noradrenergik menghubungkan
gangguan ansietas dengan gangguan depresif, anti depresif
serotonergik ( contohnya, fluoxetine) dapat menjadi obat yang
paling efektif dalam mengobati gangguan campuran ansietas-
depresif.

BAB 3
KESIMPULAN

Gangguan campuran anxietas dan depresif ini mencakup pasien yang


memiliki gejala kecemasan dan depresi, tetapi tidak memenuhi kriteria diagnostik
21

untuk suatu gangguan kecemasan maupun gangguan mood. Kombinasi gejala


depresi dan kecemasan menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna pada
orang yang terkena.2

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan HI, Sadock BJ : Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat (Edisi Bahasa


Indonesia), Edisi I, Jakarta: Widia Medika; 1998; 145-154
2. Mansjoer, arif. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Pertama.
Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2001; 210-211
22

3. Elvira,D,Sylvia. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia; 209-222
4. Kaplan Sadock. Sinopsis Psikiatri, Jilid II, Edisi Ketujuh. Jakarta:
Binarupa Aksara; 1997; 17-31
5. Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa (PPDGJ III),
Direktoral Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 1995; 181-182

E. KESIMPULAN

Terapi perilaku adalah terapi psikologis singkat bertarget yang lebih


menangani gambaran terkini berbagai gangguan ketimbangan, mengurusi
perkembangan sebelumnya. Indikasi utama ialah gangguan fobik dan perilaku
kompulsif, disfungsi sexual (misalnya impotensi dan frigiditas) dan deviasi sexual
(misalnya exhibisionisme). Dapat dicoba pada pikiran-pikiran obsesif, gangguan
kebiasaan atau pengawasan impuls (misalnya gagap, enuresis, dan berjudio secara
kompulsif), gangguan nafsu makan (obesitas dan anorexia) dan reaksi konversi.
Terapi perilaku berusaha menghilangkan masalah perilaku khusus secepat-
cepatnya dengan mengawasi perilaku belajar si pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Guze, Bary and Richeimer, Steven. 2004. Buku Saku Psikiatri Residen Bagian
Psikiatri UCLA. Hal 558-71.
2. Maramis Willy, Maramis Albert. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Hal
488-490.
3. Kaplan, Harold I. Sadock, Benjamin. Grebb, Jack A. 2009. Comprehensive
Textbook of Psychiatry Vol. 2. Hal 449.
23

4. House, Andrews, St. 2008. Phobias- what, who, and how to help. British
Psychological Society.
5. Elvira, Sylvia D. 2010. Buku Ajar Psikiatri : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Hal 361-73.
6. Olatunji, Bunmi O, PhD. Reese, Hannah E, MA. Otto, Michael W, Phd and
Wilhelm, Sabine, PhD. 2008. Cognitive-Behavioral Therapy, Behavioral
Therapy and Cognitive Therapy : Massachusetts General Hospital
Comprehensive Clinical Psychiatry. Hal 189-99.
7. McEvoy, Peter M. Perini, Sarah J. 2009. Cognitive Behavioral Group Therapy
For Social Phobia With or Without Attention Training: A Controlled Trial.
Journal of Anxiety Disorder.
8. Andrews, Gavin. Creamer, Mark. Crino, Rocco. Hunt, Caroline. Lampe, Lisa
and Page, Andrew. 2003. The Treatment Of Anxiety Disorders. Second
Edition: Clinican Guides and Patient Manuals. Hal. 164-76.
9. Stevens, Vivian M. K, Susan. Reedwood. H, Richard. Bost. L, Jackie. Neel.
W, Nancy. Winkle, Van and Pollak, Michael H. 2007. Psychological Therapies
: Rapid Review Behavioral Science Second Edition.
10. Ifdil. 2012. Desensitisasi : Bimbingan dan Konseling Indonesia : Pusat
Referensi Konseling.
11. Mimi. 2012. Flooding vs Systematic Desensitization : MD Junction.

Anda mungkin juga menyukai