Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan

nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan

untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat

kesehatan yang optimal.

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai

melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang

ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup

sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang

bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya bagi seluruh wilayah Republik Indonesia. Gambaran keadaan

masyarakat Indonesia pada masa depan atau visi yang ingin dicapai melalui

pembangunan kesehatan tersebut dirumuskan sebagai Indonesia Sehat 2010.

Untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal Program

Pemberantasan Penyakit menitik beratkan kegiatan pada upaya mencegah

berjangkitnya penyakit, menurunkan angka kesakitan dan kematian serta

mengurangi akibat buruk dari penyakit menular maupun tidak menular.

Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah

kesehatan, salah satunya adalah penyakit berbasis lingkungan. Penyakit

berbasis lingkungan yang baru terdeteksi dan penyakit yang tadinya sudah

terkendali namun kemudian meningkat kembali (New Emerging and Re

emerging Infectious Diseases), merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

1
2

telah menimbulkan kekhawatiran, dampak kerugian ekonomi, menelan banyak

korban, kepanikan, aspek politik, dan lain sebagainya. Adanya triple burden of

deseases, tingginya pencemaran lingkungan, upaya kesehatan yang belum

sepenuhnya dikaitkan dengan pembangunan merupakan beberapa faktor yang

menyebabkan kesehatan bangsa ini terpuruk.

Situasi di Indonesia Penyakit berbasis lingkungan masih menjadi

permasalahan hingga saat ini. ISPA dan diare yang merupakan penyakit

berbasis lingkungan selalu masuk dalam 10 besar penyakt di hampir seluruh

Puskesmas di Indonesia. Diare menjadi persoalan tersendiri dimana di tahun

2009 terjadi KLB diare di 38 lokasi yang tersebar pada 22 Kabupaten/kota dan

14 provinsi dengan angka kematian akibat diare (CFR) saat KLB 1,74%.

Menurut Profil Ditjen PP&PL thn 2006, morbiditas penyakit diare dari tahun

ketahun kian meningkat dimana pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000

penduduk, lalu meningkat menjadi 301 per 1000 penduduk pada tahun 2000

dan 347 per 1000 penduduk pada tahun 2003. Pada tahun 2006 angka tersebut

kembali meningkat menjadi 423 per 1000 penduduk.

Pada tahun 2007 angka kematian akibat TBC paru adalah 250 orang

per hari. Prevalensi kecacingan pada anak SD di kabupaten terpilih pada tahun

2009 sebesar 22,6%. Angka kesakitan DBD pada tahun 2009 sebesar

67/100.000 penduduk dengan angka kematian 0,9%. Kejadian chikungunya

pada tahun 2009 dilaporkan sebanyak 83.533 kasus tanpa kematian. Jumlah

kasus flu burung di tahun 2009 di indonesia sejumlah 21, menurun dibanding

tahun 2008 sebanyak 24 kasus namun angka kematiannya meningkat menjadi

90,48%.
3

Pada akhir tahun 2000, ISPA mencapai enam kasus di antara 1000

bayi dan balita. Tahun 2003 kasus kesakitan balita akibat ISPA sebanyak lima

dari 1000 balita (Oktaviani, 2009). Setiap anak balita diperkirakan mengalami

3-6 episode ISPA setiap tahunnya dan proporsi kematian yang disebabkan ISPA

mencakup 20-30% (Suhandayani, 2007).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalahnya

yakni bagaimana upaya pengendalian Penyakit Berbasis Lingkungan oleh

Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas untuk menghindari terjadinya

permasalahan kesehatan lingkungan di wilayah kerja Dinas Kesehatan

Kabupaten Banyumas.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum

Mahasiswa mempunyai pengalaman bekerja di lapangan sehingga

diharapkan menambah pengetahuan, meningkatkan sikap dan keterampilan

kerja khususnya di bidang Kesehatan Lingkungan.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui permasalahan penyakit berbasis lingkungan di

wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas.


b. Untuk mengetahui jenis penyakit berbasis lingkungan yang ada di

wilayah Kabupaten Banyumas.


c. Untuk mengetahui upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan di

wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas.

D. Manfaat
1. Bagi Instansi Magang
4

a. Memperoleh masukan untuk evaluasi program pengendalian penyakit

berbasis lingkungan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten

Banyumas.
b. Menciptakan sarana kerja sama antara tempat magang dan perserta

magang dalam rangka meningkatkan pengetahuan khususnya dalam hal

pengendalian penyakit berbasis ligkungan.


2. Bagi Intitusi Pendidikan
a. Memperoleh informasi tentang kondisi nyata dunia kerja yang

berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


b. Memperoleh umpan balik dari institusi tempat magang dalam

rangka pengembangan kurikulum agar lebih sesuai dengan kebutuhan di

lapangan.
c. Terjalinnya kerja sama dengan institusi magang sehingga dapat

mendukung dalam mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi.


3. Bagi Mahasiswa
a. Mendapatkan pengalaman nyata yang terkait

dengan aplikasi ilmu kesehatan masyarakat khususnya bidang kesehatan

lingkungan.
b. Memperoleh gambaran umum situasi kerja di Dinas

Kesehatan Kabupaten Banyumas.


c. Menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan

masyarakat terutama dibidang Kesehatan Lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai