A. Sejarah Ergonomi
Perubahan waktu secara perlahan-lahan telah merubah manusia dari keadaan
primitif menjadi manusia yang berbudaya. Kejadian antara lain terlihat pada
perubahan rancangan peralatan-peralatan yang digunakan, yaitu mulai dari batu
yang tidak berbentuk menjadi batu yang mulai berbentuk dengan meruncingkan
beberapa bagian dari batu tersebut. Perubahan pada alat sederhana ini
menunjukkan bahwa manusia sejak awal kebudayaan berusaha memperbaiki
alatalat yang dipakainya untuk memudahkan pemakaiannya. Hal ini terlihat lagi
pada alat-alat batu runcing yang bagian atasnya dipahat bulat tepat sebesar
genggaman sehingga lebih memudahkan dan menggerakkan pemakaiannya.
Pada abad ke-20 orang mulai mensistemasikan cara-cara perbaikan tersebut
dan secara khusus mengembangkannya. Usaha-usaha ini terus berkembang terus
menerus dan sekarang dikenal sebagai salah satu cabang ilmu yang disebut
Ergonomi. Istilah untuk ilmu baru ini berbeda dibeberapa negara, seperti:
Arbeltswissenschaft di Jerman Bioteknologi dinegara-negara Skandinavia:
Human Engineering. Human Factor Engineering di negara-negara Amerika
bagian utara. Perbedaan nama-nama diatas hendaknya tidak dijadikan masalah,
karena secara praktis istilah-istilah tadi mempunyai maksud yang sama.
B. Definisi Ergonomi
Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergo (kerja) dan nomos
(peraturan, hukum). Jadi ergonomi adalah penerapan ilmu-ilmu biologis tentang
manusia bersama-sama dengan ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai
penyesuaian satu sama lain secara optimal antara manusia dengan lingkungan
kerjanya, yang manfaatnya diukur dengan efisiensi dan kesejahteraan kerja.
Secara umum, terdapat beberapa pengertian ergonomi, antara lain:
1. Ergonomi adalah aplikasi dari informasi ilmiah yang menitikberatkan pada
hubungan manusia terhadap disain suatu alat, sistem, dan lingkungan untuk
digunakan oleh manusia. Ergonomi adalah ilmu yang menyesuaikan antara
pekerjaan dengan pekerja dan produk dengan penggunanya
2. Ergonomi adalah cara memandang dunia, berpikir tentang manusia, dan
bagaimana interaksinya dengan seluruh aspek dalam lingkungannya,
perelengkapannya dan situasi kerjanya
3. American Industrial Hygiene Association mendefinisikan ergonomi sebagai
multidisiplin ilmu yang mengaplikasikan prinsip-prinsip fisika dan psikologi
terhadap kapabilitas manusia untuk menciptakan atau memodifikasi pekerjaan,
peralatan, produk, dan tempat kerja
4. Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari interaksi manusia, mesin, dan
lingkungan yang bertujuan untuk menyesuaikan pekerjaan dengan manusia.
b. Psikologi faali
Psikologi faali memberikan gambaran terhadap fungsi otak dan sistem
persyarafan. Sedangkan psikologi eksperimental mencoba untuk memahami
cara bagaimana mengambil sikap, memahami, mempelajari, mengingat serta
mengendalikan proses motorik.
D. Tujuan Ergonomi
Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera
dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,
mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial,
mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan
jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak
produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis,
ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan
sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
E. Manfaat Ergonomi
Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun
(design) maupun rancang ulang (re-design). Hal ini meliputi perangkat keras
seperti perkakas kerja (tools), bangku kerja (benches), platform, kursi, pegangan
alat kerja (workholders), sistem pengendali (controls), alat peraga (displays),
jalan/lorong (acces ways), pintu (doors), jendela (windows), dan lain-lain.
Penerapan faktor ergonomi lainnya yang tidak kalah penting adalah untuk
desain dan evaluasi produk. Produk-produk ini haruslah dapat dengan mudah
diterapkan (dimengerti dan digunakan) pada sejumlah populasi masyarakat
tertentu tanpa mengakibatkan bahaya/resiko dalam penggunaannya.
a. Kemampuan Kerja
Kemampuan seseorang sangat ditentukan oleh :
1. Personal Capacity (Karakteristik Pribadi); meliputi faktor usia, jenis
kelamin, antropometri, pendidikan, pengalaman, status sosial, agama dan
kepercayaan, status kesehatan, kesegaran tubuh, dsb.
2. Physiological capacity ( Kemampuan fisiologis); meliputi kemampuan dan
daya tahan cardio-vaskuler, syaraf otot, panca indera, dsb.
3. Psycological Capacity ( Kemampuan psikologis); berhubungan dengan
kemampuan mental, waktu reaksi, kemampuan adaptasi, stabilitas emosi,
dsb.
4. Biomechanical Capacity (kemampuan Bio-mekanik) berkaitan dengan
kemampuan dan daya tahan sendi dan persendian, tendon dan jalinan tulang
b. Tuntutan Tugas
Tuntutan tugas pekerjaan atau aktivitas tergantung pada :
1. Task and material Characteristics (karakteristik tugas dan material);
ditentukan oleh karakteristik peralatan dan mesin, tipe, kecepatan dan irama
kerja, dsb.
2. Organization Characteristics; berhubungan dengan jam kerja dan jam
istirahat, kerja malam dan bergilir, cuti dan libur, manajemen, dsb.
Environmental Characteristics; berkaitan dengan manusia teman setugas,
suhu dan kelembaban, bising dan getaran, penerangan, sosio-budaya, tabu,
norma, adat dan kebiasaan, bahan-bahan pencemar, dsb.
c. Performansi
Permormansi atau tampilan seseorang sangat tergantung kepada rasio
dari besarnya tuntutan tugas dengan besarnya kemampuan yang bersangkutan.
1. Bila rasio tuntutan tugas lebih besar daripada kemampuan seseorang atau
kapasitas kerjanya, maka akan terjadi penampilan akhir berupa:
ketidaknyamanan, Overstress, kelelahan, kecelakaan, cedera, rasa sakit,
penyakit, dan tidak produktif.
2. Sebaliknya, bila tuntutan tugas lebih rendah daripada kemampuan seseorang
atau kapasitas kerjanya, maka akan terjadi penampilan akhir berupa:
understress, kebosanan, kejemuan, kelesuan, sakit dan tidak produktif
3. Agar penampilan menjadi optimal maka perlu adanya keseimbangan
dinamis antara tuntutan tugas dengan kemampuan yang dimiliki sehingga
tercapai kondisi dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan produktif.
G. Jenis-Jenis Ergonomi
a. Ergonomi Fisik
berkaitan dengan anatomi tubuh manusia, anthropometri, karakteristik
fisiolgi dan biomekanika yang berhubungan dengan aktifitas fisik. Topik-topik
yang relevan dalam ergonomi fisik antara lain: postur kerja, pemindahan
material, gerakan berulan-ulang, sumber daya manusia (SDM), tata letak
tempat kerja, keselamatan dan kesehatan.
b. Ergonomi Kognitif
berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk di dalamnya;
persepsi, ingatan, dan reaksi, sebagai akibat dari interaksi manusia terhadap
pemakaian elemen sistem. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi kognitif
antara lain; beban kerja, pengambilan keputusan, performance, human-
computer interaction, kehandalan manusia, dan stress kerja.
c. Ergonomi Organisasi
berkaitan dengan optimasi sistem sosioleknik, termasuk sturktur
organisasi, kebijakan dan proses. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi
organisasi antara lain; komunikasi, manajemen sumber daya manusia
(MSDM), perancangan kerja, perancangan waktu kerja, teamwork,
perancangan partisipasi, komunitas ergonomi, cultur organisasi, organisasi
virtual, dll.
d. Ergonomi Lingkungan
berkaitan dengan pencahayaan, temperatur, kebisingan, dan getaran.
Topik-topik yang relevan dengan ergonomi lingkungan antara lain;
perancangan ruang kerja, sistem akustik dan lain-lain.
H. Risiko Ergonomi
Faktor resiko yang terpenting jika kita mengabaikan faktor ergonomi dalam
tempat kerja adalah kita akan mengalami MSDs (musculoskletal disorders). Hal
ini terjadi jika melakukan sesuatu pekerjaan dalam waktu yang lama. Adapun
faktor-faktor kumulatif yang akan menyebabkan MSDs:
a. Gerakan Repetitif
Melakukan gerakan berulang. Bergantung pada berapa kali aktifitas itu
dilakukan, banyak otot yang terlibat, kecepatan dalam pergerakan atau
perpindahan. Gerakan ini akan menimbulkanketegangan pada syaraf dan otot
yang terakumulatif dan akan semakin meningkat jika tidak ada gerakan untuk
meregangkan.
b. Awkward Postur
Sikap tubuh sangat menentukan sekali pada tekanan yang diterima otot
pada saat melakukan suatu aktivitas. Postur ini meliputi reaching, twisting,
bending, kneeling, squatting, working overhead dan menahan benda dengan
posisi yang tetap.
c. Contact Stresses
Tekanan yang diakibatkan oleh interaksi antara bagian tubuh pekerja
dengan benda. Hal ini dapat menghambat kerja syaraf dan aliran darah.
d. Vibration
Getaran yang diterima oleh anggota tubuh akibat penggunaan mesin dan
alat-alat penunjang pekerjaan.
e. Durasi
Jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan suatu pekerjaan.
Semakin lama melakukan suatu pekerjaan, maka semakin besar resiko yang
diterima, dan semakin besar pula waktu yang dibutuhkan untuk proses
pemulihan.
Annis, J.F. & McConville, J.T. 1996. Anthropometry. Dalam: Battacharya, A. &
McGlothlin, J.D. eds. Occupational Ergonomic. Marcel Dekker Inc. USA: 1-6.