Anda di halaman 1dari 4

Sriwijaya berasal dari dua suku kata yaitu Sri yang artinya bercahaya atau

gemilang dan Wijaya yang berarti kemenangan. Jadi, Sriwijaya mempunyai arti
kemenangan yang gemilang. Berikut ini beberapa fakta sejarah dari Kerajaan
Sriwijaya yang sampai bisa membuatnya menguasai hampir seluruh Asia tenggara.
Catatan sejarah tentang kerajaan Sriwijaya ini pertama kali ditemukan oleh Prof.
George Ceodes, penemuan ini menjadi awal penyelidikan lebih lanjut tentang
kerajaan Sriwijaya. Bukti-Bukti Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Nama Sriwijaya sudah terkenal dalam perdagangan internasional. Hal tersebut
dapat dibuktikan dengan adanya berbagai sumber yang menerangkan mengenai
keberadaan Kerajaan Sriwijaya, seperti di bawah ini.

Dari berita Arab diketahui bahwa pedagang Arab melakukan kegiatan


perdagangan di Kerajaan Sriwijaya, bahkan disekitar Sriwijaya ditemukan
peninggalan bekas perkampungan orang Arab.

Dari berita India diketahui bahwa Keraaan Sriwijaya pernah menjalin


hubungan dengan Kerajaan India, seperti Nalanda dan Colamandala bahkan
Kerajaan Nalanda mendirikan prasasti yang menerangkan tentang Sriwijaya.

Dari berita Cina diketahui bahwa para pedagang Cina sering singgah di
Kerajaan Sriwijaya sebelum melanjutkan perjalanan ke India dan Arab. Berita
Cina juga menyebutkan pada abad ke-7 di Sumatra telah ada beberapa
kerajaan, antara lain Kerajaan Tulang Bawang di Sumatra Selatan, Melayu di
Jambi, dan Sriwijaya. Keberadaan Kerajaan Sriwijaya ini dapat diperoleh
informasinya, misalnya, dari cerita pendeta Buddha dari Tiongkok, I-tsing.
Pada tahun 671, Ia berangkat dan Kanton ke India, kemudian singgah terlebih
dahulu di Sriwijaya selama enam bulan untuk belajar tata bahasa Sanskerta.
Pada tahun 685, dia kembali ke Sriwijaya dan menetap selama empat tahun
untuk menerjemahkan berbagai kitab suci Buddha dan bahasa Sanskerta ke
bahasa Tionghoa. Karena dalam kenyataannya, dia tidak dapat
menyelesaikan sendiri pekerjaan itu, maka pada tahun 689, dia pergi ke
Kanton untuk mencari pembantu dan segera kembali lagi ke Sriwijaya.
Selanjutnya, baru pada tahun 695, I-tsing pulang ke Tiongkok.

Raja-raja Kerajaan Sriwijaya

Raja-raja yang berhasil diketahui pernah memerintah Kerajaan Sriwijaya adalah


sebagai berikut:

Raja Daputra Hyang: Berita mengenai raja ini diketahui melalui prasasti
Kedukan Bukit (683 M). Pada masa pemerintahannya, Raja Dapunta Hyang
telah berhasil memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke wilayah Jambi.
Sejak awal pemerintahannya, Raja Dapunta Hyang telah bercita-cita agar
Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan bercorak maritim.

Raja Dharmasetu: Pada masa pemerintahan Raja Dharmasetu, Kerajaan


Sriwijaya berkembang sampai ke Semenanjung Malaya. Bahkan, disana
Kerajaan Sriwijaya membangun sebuah pangkalan di daerah Ligor. Selain itu,
Kerajaan Sriwijaya juga mampu menjalin hubungan dengan China dan India.
Setiap kapal yang berlayar dari India dan China selalu singgah di Bandar-
bandar Sriwijaya.

Raja Balaputradewa: Berita tentang raja Balaputradewa diketahui dari


keterangan Prasasi Nalanda. Balaputradewa memerintah sekitar abad ke-9,
pada masa pemerintahannya, kerajaan Sriwijaya berkembang pesat menjadi
kerajaan yang besar dan menjadi pusat agama Buddha di Asia Tenggara. Ia
menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan di India seperti Nalanda
dan Cola. Balaputradewa adalah keturunan dari dinas Syailendra, yakni putra
dari Raja Samaratungga dengan Dewi Tara dari Sriwijaya.

Raja Sri Sudamaniwarmadewa: Pada masa pemerintahan Raja Sri


Sudamaniwarmadewa, Kerajaan Sriwijaya pernah mendapat serangan dai
Raja Darmawangsa dari Jawa Timur. Namun, serangan tersebut berhasil
digagalkan oleh tentara Sriwijaya.

Raja Sanggrama Wijayattunggawarman: Pada masa pemerintahannya,


Kerajaan Sriwijaya mengalami serangan dari Kerajaan Chola. Di bawah
pimpinan Raja Rajendra Chola, Kerajaan Chola melakukan serangan dan
berhasil merebut Kerajaan Sriwijaya. Sanggrana Wijayattunggawarman
akhirnya ditawan. Namun pada masa pemerintahan Raja Kulottungga I
Kerajaan Chola, Raja Sanggrama Wijayattunggawarman kemudian
dibebaskan kembali.
Sumber Prasasti
Selain dari sumber berita asing, keberadaan Kerajaan Sriwijaya juga tercatat pada
prasasti-prasasti yang pernah ditinggalkan, diantaranya:

1. Prasasti Kedukan Bukit (605S/683M) di Palembang. Isinya: Dapunta Hyang


mengadakan ekspansi 8 hari dengan membawa 20.000 tentara, kemudian
berhasil menaklukkan dan menguasai beberapa daerah. Dengan
kemenangan itu Sriwijaya menjadi makmur.
2. . Prasasti Talang Tuwo Di kaki Bukit Seguntang tepian utara Sungai Musi.
adalah sebuah prasasti yang berisi doa-doa dedikasi. Prasasti ini
menggambarkan bahwa aliran Budha yang digunakan Sriwijaya pada masa
itu adalah aliran Mahayana. Ini dibuktikan dari digunakannya kata-kata khas
aliran Budha Mahayana seperti bodhicitta, vajrasarira,
annuttarabhisamyaksamvodhi, dan mahasattva.
Prasasti Kota Kapur (608 S/686 M) di Bangka.

3. Prasasti Talang Batu (tidak berangka tahun) di Palembang. Isinya kutukan-


kutukan terhadap mereka yang melakukan kejahatan dan melanggar perintah
raja.

4. Prasasti Palas di Pasemah, Lampung Selatan. Isinya Lampung Selatan telah


diduduki oleh Sriwijaya.

5. Prasasti Ligor (679 S/775 M) di tanah genting Kra.

Anda mungkin juga menyukai