Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 5 No. 1 Tahun 2016 Hal.

71-77
Program Studi Pendidikan Kimia ISSN 2337-9995
Universitas Sebelas Maret http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN INKUIRI


BEBAS TERMODIFIKASI BERMEDIA LABORATORIUM RIIL
DAN VIRTUAL KELAS XI POKOK BAHASAN SISTEM KOLOID

Addini Rohmawati1,*, Mohammad Masykuri2 dan Suryadi Budi Utomo2


1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNS Surakarta, Indonesia
2
Dosen Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNS Surakrta, Indonesia

*keperluan korespondensi, telp/fax : +6285867454734, email: addinirohmawati@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa media laboratorium riil lebih baik
daripada media laboratorium virtual dalam pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi pada materi
pokok sistem koloid untuk prestasi kognitif maupun afektif siswa. Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4 SMA Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2013/ 2014 yang
diambil dengan teknik cluster random sampling. Analisis data penelitian ini menggunakan uji t-
pihak kanan, data yang diperoleh sebelumnya harus memenuhi uji prasyarat yaitu meliputi uji
homogenitas, uji normalitas dan uji t-matching. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa penggunaan model pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi dengan media laboratorium
riil lebih baik dibandingkan penggunaan model pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi dengan
media laboratorium virtual pada pokok bahasan sistem koloid terhadap dari prestasi belajar
kognitif maupun afektif siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan menggunakan uji t-
pihak kanan dengan taraf signifikan 5%. Hasil prestasi belajar kognitif diperoleh thitung > ttabel
(2,93 > 1,994) dan hasil prestasi belajar afektif thitung > ttabel (2,46 > 1,994).

Kata Kunci: inkuiri bebas termodifikasi, laboratorium riil, laboratorium virtual, prestasi belajar,
sistem koloid

PENDAHULUAN Peraturan pemerintah tersebut


Pendidikan merupakan hal penting memberikan arahan tentang perlunya
dan akan terus berkembang seiring disusun dan dilaksanakan delapan
berjalannya zaman. Masalah mutu standar nasional pendidikan, yaitu:
pendidikan Indonesia merupakan salah standar isi, standar proses, standar
satu masalah yang harus segera kompetensi lulusan, standar pendidik
diselesaikan. Undang-undang nomor 20 dan tenaga kependidikan, standar
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan sarana dan prasarana, standar
Nasional, pasal 1 angka 1 menyatakan pengelolaan, standar pembiayaan, dan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar standar penilaian pendidikan [1].
dan terencana untuk mewujudkan Standar isi dikembangkan untuk
suasana belajar dan proses menentukan kriteria ruang lingkup dan
pembelajaran agar peserta didik secara tingkat kompetensi yang sesuai dengan
aktif mengembangkan potensi dirinya kompetensi lulusan yang dirumuskan
untuk memiliki kekuatan spiritual pada standar kompetensi lulusan, yakni
keagamaan, pengendalian diri, sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, Sesuai dengan standar kompetensi
serta keterampilan yang diperlukan lulusan dan standar isi, prinsip
dirinya, masyarakat, bangsa dan pembelajaran menekankan perubahan
negara. Implementasi undang-undang paradigma, di antaranya: siswa diberi
nomor 20 tahun 2003 dijabarkan ke tahu menjadi peserta didik mencari tahu,
dalam sejumlah peraturan pemerintah. guru sebagai satu-satunya sumber

2016 Program Studi Pendidikan Kimia 71


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 5 No. 1 Tahun 2016 Hal. 71-77

belajar menjadi belajar berbasis aneka materi tersebut secara mendalam,


sumber belajar, pendekatan tekstual seperti yang terjadi di kelas XI IPA SMA
menjadi pendekatan proses sebagai Negeri 1 Karanganyar.
penguatan penggunaan pendekatan Berdasarkan hasil wawancara
ilmiah, pembelajaran verbalisme dengan guru mata pelajaran kimia kelas
menjadi keterampilan aplikatif dan XI SMA Negeri 1 Karanganyar, nilai
pemanfaatan teknologi informasi dan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata
komunikasi untuk meningkatkan pelajaran kimia di sekolah tersebut
efisiensi dan efektivitas pembelajaran sebesar 75 termasuk materi pokok
[1]. sistem koloid. Namun dari 175 siswa
Terkait dengan prinsip di atas, hanya 67% siswa yang telah mencapai
dikembangkan standar proses yang KKM tersebut, dengan kata lain masih
mencakup perencanaan proses terdapat 33% siswa yang belum
pembelajaran, pelaksanaan proses mencapai KKM. Penemuan konsep
pembelajaran, penilaian hasil pada materi tersebut masih belum
pembelajaran, dan pengawasan proses diimplementasikan secara maksimal
pembelajaran. Standar proses adalah sehingga hasil pembelajaran kurang
kriteria mengenai pelaksanaan memuaskan. Penerapan pendekatan
pembelajaran pada satuan pendidikan tekstual dan pembelajaran verbalisme
untuk mencapai standar kompetensi selama proses pembelajaran perlu
lulusan. Setiap pendidik pada satuan dirubah menjadi pendekatan proses
pendidikan berkewajiban menyusun ilmiah dan keterampilan aplikatif
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sehingga proses belajar menjadi lebih
(RPP) secara lengkap dan sistematis bermakna.
agar pembelajaran berlangsung Dalam konteks tersebut,
secara interaktif, inspiratif, diperlukan penerapan model
menyenangkan, menantang, pembelajaran yang sesuai untuk
memotivasi peserta didik untuk memaksimalkan proses penemuan
berpartisipasi aktif, serta memberikan konsep. Sesuai dengan karakteristik
ruang yang cukup bagi prakarsa, kimia sebagai bagian dari natural
kreativitas, dan kemandirian sesuai science, pembelajaran kimia harus
dengan bakat, minat, dan merefleksikan kompetensi sikap ilmiah,
perkembangan fisik serta psikologis berfikir ilmiah, dan keterampilan kerja
peserta didik [2]. Untuk itu setiap satuan ilmiah. Penguatan pendekatan ilmiah
pendidikan perlu melakukan (scientific) diperlukan adanya penerapan
perencanaan pembelajaran, pembelajaran berbasis
pelaksanaan proses pembelajaran serta penyingkapan/penelitian (discovery/
penilaian proses pembelajaran dengan inquiry learning). Pembelajaran berbasis
strategi yang benar untuk meningkatkan inquiry merupakan model pembelajaran
efisiensi dan efektivitas ketercapaian saintifik yang yang menerapkan
kompetensi lulusan. Penggunaan langkah-langkah saintis dalam
proses pembelajaran yang berkualitas membangun pengetahuan melalui
akan menghasilkan generasi yang metode ilmiah. Kegiatan pembelajaran
berkualitas pula. Proses pembelajaran yang dilakukan melalui proses
yang berkualitas juga dapat mengamati, menanya,
meningkatkan prestasi belajar siswa. mencoba/mengumpulkan data/
Koloid merupakan salah satu informasi, mengasosiasi, dan
materi pokok dalam pembelajaran kimia mengomunikasikan [2].
yang mempelajari tentang pencampuran Pembelajaran berdasarkan inquiry
zat-zat. Materi ini sangat erat kaitannya merupakan pembelajaran yang
dengan kehidupan sehari-hari. Materi ini menekankan pada proses berpikir
sangat memerlukan pemahaman secara kritis dan analitis untuk mencari
konsep, tidak sekedar dihafalkan, dan menemukan sendiri jawaban dari
namun pada kenyataannya siswa hanya suatu permasalahan yang
sekedar menghafal tanpa memahami dipertanyakan. Siswa berinisiatif untuk

2016 Program Studi Pendidikan Kimia 72


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 5 No. 1 Tahun 2016 Hal. 71-77

mengamati dan menanyakan gejala penerapan inkuiri bebas termodifikasi


alam, mengajukan penjelasan- menggunakan media lab riil dan lab
penjelasan tentang apa yang mereka virtual diperoleh kesimpulan bahwa
lihat, merancang dan melakukan prestasi belajar kognitif siswa dengan
pengujian untuk menunjang atau lab riil lebih tinggi daripada siswa yang
menentang teori-teori mereka, menggunanakan lab virtual [5].
menganalisis data, menarik kesimpulan Laboratorium dapat dibagi menjadi
dari ata eksperimen, merancang dan dua jenis, yaitu laboratorium riil dan
membangun model, atau setiap laboratorium virtual. Laboratorium riil
kontribusi dari kegiatan tersebut di atas. merupakan tempat khusus yang
Berdasarkan penelitian yang dilengkapi dengan alat-alat dan bahan-
sebelumnya tentang implementasi bahan riil untuk melakukan percobaan
pembelajaran sains berbasis inkuiri dan praktikum [6]. Siswa melakukan
dapat disimpulkan bahwa inkuiri percobaan secara langsung, mengamati
merupakan model pembelajaran yang prosesnya dan menyimpulkan hasil
sesuai untuk memotivasi siswa selama percobaannya, sehingga siswa dapat
pembelajaran. Bahkan, inkuiri bukan membentuk konsep dari teori yang
hanya memotivasi siswa tetapi juga dipelajarinya. Dalam metode ini siswa
dapat memotivasi guru [3]. dapat terlibat aktif selama proses
Pembelajaran inkuiri terbagi menjadi pembelajaran. Sehingga dapat
tiga jenis berdasarkan besarnya mengasah kemampuan keterampilan
bimbingan yang diberikan oleh guru siswa. Namun apabila alat-alat dan
kepada siswanya yaitu, inkuiri bahan-bahan sungguhan tidak tersedia
terbimbing (guided inquiry), inkuiri bebas di laboratorium, siswa dapat
(free inquiry), inkuiri bebas termodifikasi melakukannya dengan media
(modified free inquiry) [4]. laboratorium virtual. Laboratorium ini
Inkuiri bebas termodifikasi berupa software yang dijalankan oleh
merupakan salah satu jenis model sebuah komputer. Semua peralatan
pembelajaran inkuiri yang dapat yang diperlukan oleh sebuah
diterapkan pada proses pembelajaran di laboratorium terdapat dalam software
kelas XI IPA SMA Negeri 1 tersebut. Penelitian sebelumnya
Karanganyar. Pada model pembelajaran menyatakan bahwa penyampaian
ini, guru memberikan permasalahan dan konsep akan diterima siswa dengan baik
kemudian siswa diminta untuk bila disajikan dalam bentuk animasi,
memecahkan permasalahan tersebut grafik, atau video. Dengan demikian,
melalui pengamatan, eksplorasi, dan penerapan laboratorium virtual dengan
prosedur penelitian. Selain pemilihan menggunakan media animasi flash
model pembelajaran, media dapat meningkatkan kualitas proses
pembelajaran juga diperlukan untuk belajar sehingga proses pembelajaran
mendukung terlaksananya proses menjadi bermakna [7].
pembelajaran yang berkualitas. Model
pembelajaran dan media pembelajaran METODE PENELITIAN
harus disesuaikan dengan materi dan Penelitian ini dilaksanakan di kelas
tujuan pembelajaran yang akan XI IPA SMA Negeri 1 Karanganyar pada
diajarkan agar pesan dapat semester genap Tahun Ajaran
tersampaikan dengan baik kepada 2013/2014. Waktu penelitian pada bulan
siswa sehingga melalui tes hasil belajar April 2014. Penelitian ini menggunakan
dapat diketahui peningkatan prestasi metode eksperimen semu dengan
belajar siswa. Model pembelajaran rancangan perluasan One Shot Case
inkuiri menerapkan langkah-langkah Study. Teknik pengambilan sampel
saintis dalam membangun pengetahuan dalam penelitian ini menggunakan
melalui metode ilmiah sehingga cluster random sampling [8]. Kelima
penggunaan laboratorium dapat kelas XI IPA SMA Negeri 1 Karanganyar
digunakan sebagai media pendukung. tersebut diambil secara random 2 kelas
Penelitian sebelumnya tentang yaitu kelas eksperimen I (Media

2016 Program Studi Pendidikan Kimia 73


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 5 No. 1 Tahun 2016 Hal. 71-77

Laboratorium Riil) dan kelas eksperimen Semester (UTS). Hasil t-matching


II (Media Laboratorium Virtual). terangkum dalam Tabel 3.
Selanjutnya dilakukan uji
normalitas keadaan awal siswa untuk Tabel 3. Uji Keseimbangan
mengetahui apakah kedua sampel yang thitung ttabel Kesimpulan
akan diambil sebagai kelas eksperimen -1,34 thitung> -1994 Ho diterima
berasal dari populasi normal atau tidak thitung< 1,994 (kemampuan
[9]. Hasil uji normalitas terangkum pada seimbang)
Tabel 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Uji Normalitas Keadaan Awal Data yang diperoleh pada
Kelas Nilai L Kesimpulan penelitian ini adalah prestasi belajar
XI IPA 3 0,06 Normal kognitif pada materi pokok sistem koloid.
XI IPA 4 0,09 Normal Data tersebut diambil dari kelas
eksperimen I (media laboratorium riil)
Sedangkan untuk mengetahui dan kelas eksperimen II (media
apakah kedua sampel yang akan laboratorium virtual). Jumlah siswa yang
diambil sebagai kelas eksperimen dilibatkan dalam penelitian ini 36 siswa
berasal dari sampel yang variannya dari kelas XI IPA 4 dan 36 siswa dari
homogen atau tidak dilakukan uji kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1
homogenitas keadaan awal siswa [9]. Karanganyar tahun ajaran 2013/ 2014.
Hasilnya terlihat pada Tabel 2. Untuk lebih jelasnya dibawah ini
disajikan data penelitian dari masing-
Tabel 2. Uji Homogenitas Varian masing variabel.
Keadaan Awal 1. Data prestasi belajar kognitif
Kelas 2 hitung Kesimpulan Pada kelas eksperimen I, nilai
XI IPA 3 dan 0,43 Homogen terendah dari prestasi belajar kognitif
XI IPA 4 siswa adalah 72, nilai tertinggi 92 dan
rata-rata 83,33. Kelas eksperiment II,
Uji keseimbangan (t-matching) nilai terendah adalah 72, nilai tertinggi
untuk mengetahui keadaan awal yang 92 dan nilai rata-rata 80,22.
sama (seimbang) antara siswa kelas XI Perbandingan distribusi frekuensi
IPA 3 dan XI IPA 4 [10]. Data untuk prestasi belajar kognitif untuk kelas
menguji keadaan awal siswa eksperimen I dan kelas eksperimen II
menggunakan nilai Ujian Tengah materi pokok sistem koloid dilihat pada
Tabel 4 dan Gambar 1.

Tabel 4. Perbandingan Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif

Frekuensi
Interval Nilai Tengah Eksperimen I Eksperim,en II
(Media Laboratorium Riil) (Media LaboratoriumVirtual)
72 74 73 1 (03 %) 7 (19 %)
75 77 76 5 (14 %) 5 (14 %)
78 80 79 8 (22 %) 11 (31 %)
81 83 82 0 (00 %) 0 (00 %)
84 86 85 10 (28 %) 7 (19 %)
87 89 88 9 (25 %) 4 (11 %)
90 92 91 3 (08 %) 2 (06 %)
Jumlah 36 (100 %) 36 (100 %)

2016 Program Studi Pendidikan Kimia 74


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 5 No. 1 Tahun 2016 Hal. 71-77

12 11
10

Nilai Prestasi Belajar Konitif


10 9
8
8 7 7

Frekuensi 6 5 5
4
4 3 Kelas Eksperimen I
2
2 1 Kelas Eksperimen II
0 0
0
73 76 79 82 85 88 91
Nilai Tengah

Gambar 1. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif

2. Data prestasi belajar afektif 157,53. Perbandingan distribusi


Pada kelas eksperimen I, nilai frekuensi prestasi belajar afektif siswa
terendah prestasi belajar afektif siswa untuk kelas eksperimen I dan
adalah 142, nilai tertinggi 195 dan rata- eksperimen II pada materi pokok sistem
ratanya 169,39 sedangkan pada kelas koloid terdapat pada Tabel 5 dan
eksperimen II nilai terendahnya adalah Gambar 2.
140, nilai tertinggi 181 dan rata-ratanya

Tabel 5. Perbandingan Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif

Frekuensi
Nilai
Interval Eksperimen I Eksperimen II
Tengah
(Media Laboratorium Riil) (Media Laboratorium Virtual)
140 147 143,5 3 (08 %) 11 (31 %)
148 155 151,5 9 (25 %) 7 (19 %)
156 163 159,5 7 (19 %) 6 (17 %)
164 171 167,5 4 (11 %) 5 (14 %)
172 179 175,5 6 (17 %) 4 (11 %)
180 187 183,5 2 (06 %) 3 (08 %)
188 196 191,5 5 (14 %) 0 (00 %)
Jumlah 36 (100 %) 36 (100 %)

12 11

10
Nilai Prestasi Belajar Afektif

8 7 7
Frekuensi

6 6
6 5 5
4 4
Kelas Eksperimen I
4 3 3
2 Kelas Eksperimen II
2
0
0
143.5 151.5 159.5 167.5 175.5 183.5 191.5
Nilai Tengah

Gambar 2. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif

2016 Program Studi Pendidikan Kimia 75


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 5 No. 1 Tahun 2016 Hal. 71-77

Pengujian hipotesis dilakukan normalitas pada kompetensi kognitif dan


dengan uji t-pihak kanan dengan taraf afektif menunjukan bahwa sampel-
signifikansi 5%. Sebelum dilakukan uji sampel pada penelitian ini terdistribusi
hipotesis data yang diperoleh harus normal. Setelah prasyarat analisis
memenuhi uji prasyarat terlebih dahulu, terpenuhi, maka dilanjutkan dengan
yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. pengujian hipotesis penelitian.
Hasil dari uji homogenitas kognitif dan Rangkuman hasil uji hipotesis aspek
afektif menunjukan bahwa varian pada kognitif dan afektif berturut-turut
sampel-sampel pada penelitian ini terangkum dalam tabel 6 dan tabel 7.
adalah homogen. Hasil dari uji

Tabel 6.Rangkuman Hasil Uji Hipotesis Kognitif

Kelas Rata-rata t
Kelas Eksperimen I (Media laboratorium riil) 83,33 2,93
Kelas Eksperimen II (Media laboratorium virtual) 80,22 2,93

Tabel 7.Rangkuman Hasil Uji Hipotesis Afektif

Kelas Rata-rata t
Kelas Eksperimen I (Media laboratorium riil) 164,39 2,46
Kelas Eksperimen II (Media laboratorium virtual) 157,53 2,46

Hasil uji t-pihak kanan aspek ini membuktikan bahwa rata- rata nilai
kognitif dari kedua media tersebut afektif siswa kelas eksperimen I (media
menunjukkan bahwa Thitung>Ttabel dengan laboratorium riil) lebih tinggi
nilai 2,93 > 1,994 yang berarti bahwa Ho dibandingkan dengan rata-rata nilai
ditolak. Hal ini membuktikan bahwa rata- afektif siswa kelas eksperimen II (media
rata nilai kognitif siswa kelas laboratorium virtual).
eksperimen I (media laboratorium riil) Besarnya rataan prestasi belajar
lebih tinggi dibandingkan dengan rata- afektif siswa yang diajar dengan media
rata nilai kognitif siswa kelas laboratorium riil adalah 169,39,
eksperimen II (media laboratorium sedangkan besarnya rataan prestasi
virtual). afektif siswa yang diajar dengan media
Besarnya rataan prestasi belajar laboratorium virtual adalah 157,53.
kognitif siswa yang diajar dengan media Aspek afektif dalam penelitian ini
laboratorium riil adalah 83,33. mencakup sikap, minat, nilai, konsep
Sedangkan besarnya rataan prestasi diri, dan moral dari siswa. Seorang
siswa yang diajar dengan media siswa akan sulit mencapai keberhasilan
laboratorium riil adalah 80,22. Hal belajar secara optimal jika siswa
tersebut menunjukkan bahwa kedua tersebut tidak memiliki minat terhadap
media tersebut dalam pembelajaran suatu mata pelajaran tertentu, dalam hal
inkuiri bebas termodifikasi memberikan ini adalah pelajaran kimia. Minat itu
prestasi belajar yang baik dimana rata- sendiri, membuat sikap, nilai, konsep diri
rata nilai untuk kedua kelas eksperimen dan moral siswa juga akan
telah mencapai batas ketuntasan berpengaruh. Penilaian afektif tersebut
minimal. Sedangkan persentase menunjukan bahwa prestasi belajar
ketuntasan yang diperoleh kelas afektif siswa dengan menggunakan
eksperimen I dan II berturut-turut media laboratorium riil lebih tinggi
sebesar 97,22% dan 80,56%. dibandingkan prestasi belajar afektif
Hasil uji t-pihak kanan afektif dari siswa dengan menggunakan media
kedua media tersebut menunjukkan laboratorium virtual.
bahwa Thitung>Ttabel dengan nilai 2,46 > Hasil dari penelitian ini
1,994 yang berarti bahwa Ho ditolak. Hal menunjukkan bahwa penggunaan Inkuiri

2016 Program Studi Pendidikan Kimia 76


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 5 No. 1 Tahun 2016 Hal. 71-77

bebas termodifikasi dengan media Pendidikan dan Kebudayaan


laboratorium riil pada pokok bahasan Republik Indonesia.
sistem koloid memberikan prestasi [3] Trna, J., Trnova, E., & Sibor, J.
belajar yang lebih baik dibandingkan (2012). Journal of Educational and
dengan penggunaan Inkuiri bebas Instructional Studies in The World.
termodifikasi dengan media 2 (4), 199-209.
laboratorium virtual, sehingga dapat [4] Sanjaya, W. (2014). Strategi
dikatakan bahwa penggunaan media Pembelajaran. Jakarta: Kencana
laboratorium riil animasi lebih efektif Prenada Media Grup.
dibandingkan penggunaan media [5] Kristanti, A.A., Sunarno, W. &
laboratorium virtual dalam materi pokok Suparmi. (2012). Jurnal Inkuiri. 1
sistem koloid pada kelas XI IPA SMA (2), 105-111.
Negeri 1 Karanganyar. Hasil penelitian [6] Mujiyono. (2005). Pengaruh
ini sesuai dengan penelitian sebelumnya Penerapan Laboratorium Riil dan
yang menyatakan bahwa penggunaan Virtual pada Pembelajaran
media laboratorium riil lebih baik terhadap Prestasi Belajar Fisika
daripada penggunaan media ditinjau dari Kreativitas Siswa. Tesis
laboratorium virtual [11]. Selain itu Tidak Dipublikasikan, Universitas
penelitian lain juga menunjukkan bahwa Sebelas Maret Surakarta.
prestasi belajar kognitif dan afektif siswa [7] Sutopo, H. (2011). The International
dengan laboratorium riil lebih baik Journal of Multimedia & Its
daripada laboratorium virtual [12]. Applications (IJMA). 3 (1), 22-34.
[8] Sugiyono. (2013). Metode
KESIMPULAN Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
Berdasarkan hasil penelitian dapat R&D. Bandung: Alfabeta
disimpulkan bahwa penggunaan model [9] Budiyono. (2009). Statistika Dasar
pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi untuk Penelitian. Surakarta: UNS
dengan media laboratorium riil lebih baik Press.
dibandingkan penggunaan model [10] Sudjana. (2002). Metoda Statistika.
pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi Bandung: Tarsito.
dengan media laboratorium virtual pada [11] Saraswaty. S., Masykuri. M., &
pokok bahasan sistem koloid terhadap Utami, B. (2014). Jurnal Pendidikan
prestasi belajar kognitif maupun afektif Kimia (JPK), 3 (1), 86-94.
siswa. [12] Hamida, N., Mulyani, B., & Utami,
B. (2013). Jurnal Pendidikan Kimia
UCAPAN TERIMA KASIH (JPK), 2 (2), 7-15.
Terima kasih kepada Drs. H.
Hartono, M.Hum., selaku kepala SMA
Negeri 1 Karanganyar yang telah
memberikan izin untuk melaksanakan
penelitian dan Bambang Asihno, S.Pd,
M.Pd., selaku guru mata pelajaran kimia
yang telah memberi izin penulis
menggunakan kelas yang diampu untuk
penelitian dan seluruh pihak yang turut
berperan dalam penelitian ini.

DAFTAR RUJUKAN
[1] Permendikbud. (2013a). Standar Isi
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
[2] Permendikbud. (2013b). Standar
Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta: Menteri

2016 Program Studi Pendidikan Kimia 77

Anda mungkin juga menyukai