Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pendahuluan
Jamur Candida spp., terutama Candida albicans pada manusia bersifat

komensal dan berubah menjadi patogen pada kondisi daya tahan tubuh pejamu

terhadap infeksi menurun; lokal maupun sistemik. Infeksi kandida dapat

bersifat superfisial, lokal invasif maupun profunda. 1 Infeksi superfisial pada

membran mukosa dan kulit memang lebih sering terjadi, namun infeksi yang

lebih dalam seperti septisemia, endokarditis, dan meningitis juga dapat terjadi.2
Sifat patogen C. albicans akan muncul bila terjadi penurunan respon imun,

oleh karena itu perlu diperhatikan bahwa infeksi kandida adalah salah satu

tanda imunosupresi seperti pada pasien diabetes mellitus, HIV/AIDS, terapi

antibiotik jangka panjang, keganasan hematologi,3 dan pasien ICU yang

menjalani bedah mayor seperti transplantasi organ.4


Kondisi lingkungan juga menyebabkan kemunculan sifat patogen C.

albicans, yaitu suasana yang lembab dan hangat akan mempermudah kolonisasi

jamur, seperti pada iklim tropis Indonesia yang panas membuat tubuh

berkeringat dan menjadi lembab.5 Sehingga, kandida lebih sering tumbuh pada

daerah-daerah lipatan tubuh. Selain itu, penurunan jumlah bakteri kompetitor

pada terapi antibiotika dan peningkatan pH kulit juga merubah lingkungan

ekologi dan mempermudah kolonisasi jamur.6

1.2 Definisi
Kandidiasis adalah infeksi jamur (mikosis), yang dapat mengenai kulit,

kuku, membran mukosa, traktus gastrointestinal, juga dapat menyebabkan

1
2

kelainan sistemik.1 Penyebabnya adalah Candida spp., dimana spesies Candida

albicans adalah yang paling umum menginfeksi.4


Kandidiasis kutis adalah infeksi oportunistik yang pada kebanyakan kasus

muncul dari endogen, yakni blastospora Candida spp. yang secara selektif

berkoloni di mulut, gastrointestinal, vagina, dan epitel kulit.7


1.3 Sinonim
Kandidosis, moniliasis, thrush,1,2,8dan iodiomikosis.6
1.4 Epidemiologi
Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik

laki-laki maupun perempuan,1 terutama menyerang usia yang sangat tua, sangat

muda atau pada pasien imunokompromis, terkecuali balanitis dan

vulvovaginitis dimana dapat mengenai pasien dengan kekebalan intak.3


Penyebab terbanyak kandidiasis secara umum memang C. albicans, namun

data epidemiologi baru-baru ini menunjukkan perubahan pola infeksi dari C.

albicans menjadi spesies non-albikans terutama C. glabrata, C. tropicalis, C.

parapsilosis, C. krusei.4
Pada data distribusi penyakit jamur, kandidiasis kutis memiliki persentasi

sebesar 26,27% dari keseluruhan kasus baru dermatomikosis. Penelitian oleh

Berhimpon mengenai mikosis superfisialis di Poliklinik Kulit dan Kelamin

RSUP Prof Dr R. D. Kandou Manado periode 19992001 menyimpulkan

bahwa kandidiasis intertriginosa menempati urutan pertama (76,80%) dari

semua jenis kandidiasis, dengan kasus baru sebanyak 160 kasus dari 10.003

kunjungan.5
Penelitian pada URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo

Surabaya menunjukkan kasus baru mikosis superfisialis dari tahun 2003

sampai 2005 menurun, kemungkinan disebabkan semakin meningkatnya

kesadaran masyarakat tentang pola hidup bersih dan sehat, dan semakin
3

banyaknya tempat pelayanan kesehatan sehingga kunjungan ke rumah sakit

berkurang.9
1.5 Etiologi
Agen penyebab tersering kandidiasis kutis, genital, dan mukosa oral adalah

C. albicans,1 jamur ini berbentuk oval dengan ukuran bervariasi antara 2-6 m

x 3-9 m, yang dapat memproduksi blastospora, pseudohifa, dan hifa sejati.8

Bentuk hifa sejati lebih sering muncul pada masa invasi, blastospora tanpa hifa

juga dapat ditemukan pada masa invasi penyakit, terutama oleh spesies non-

albikans.2 Spesies non-albikans yang sering menimbulkan kelainan adalah C.

dubliniensis, C. glabrata, C. guillermondii, C. krusei, C. lusitaniae, C.

parapsilosis, C. pseudotropicalis dan C. tropicalis1. Dimana spesies-spesies

tersebut seringkali menyerang pasien imunokompromis.8

Gambar 1.1 Jamur C. albicans. Blastospora dan pseudohifa.2

Jamur kandida hidup sebagai saprofit, terutama di traktus gastrointestinal,

selain itu di vagina, uretra, kulit dan dibawah kuku. Dapat juga ditemukan di

atmosfir, tanah dan air.1 Koloni jamur bisa didapat saat melahirkan melalui

jalan lahir, saat masa pertumbuhan, atau saat dewasa.2,8


Kolonisasi pada orofaring terdapat pada 20% individu sehat, angka tersebut

akan meningkat pada pasien yang dirawat di rumah sakit. Kolonisasi fekal

lebih tinggi dibandingkan oral, yakni 40-67%, kolonisasi semakin tinggi

setelah pengobatan dengan obat-obatan antibiotik oral.8


4

Pada 13% wanita, memiliki koloni C. albicans di vagina, angka tersebut

meningkat pada wanita yang dirawat di rumah sakit, meskipun tidak menderita

penyakit vaginal.2 Terapi antibiotik, kehamilan, kontrasepsi oral, dan AKDR

(Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) meningkatkan risiko carrier.2,8


C. albicans dapat berkoloni di kulit meskipun bukan salah satu flora

permanen di kulit dan jarang didapati pada kulit individu sehat. 8 Hal ini

disebabkan karena kulit berdekatan dengan orifisa tubuh, seperti kulit di sekitar

kuku yang seringkali kontak dengan mulut akan didapat C. albicans atau

spesies lainnya seperti C. guillermondii dan C. parapsilosis.2


Cabang bronkus juga bisa didapati jamur kandida, meskipun bukan tempat

yang umum ditinggali oleh jamur ini, dapat diasumsikan invasi masuk

orofaring. Jamur ini pun dapat dibiakkan dari lingkungan, biasanya pada situasi

dimana banyak subyek yang sangat terinfeksi, contohnya jamur bisa

didapatkan dari ruang rawat inap saat terjadi epidemik oral trush, linen bed

pasien, atau dari udara pada klinik dermatologi. Namun, umumnya kandida

bukan termasuk mikroflora yang berasal dari udara.2


1.6 Patogenesis
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap patogenesis jamur:
Virulensi jamur
Beberapa spesies kandida terbukti tidak lebih virulen bila dibandingkan C.

albicans, sesuai dengan pengalaman klinis di lapangan. Infeksi kandida non-

albikans lebih sering didapatkan pada infeksi vaginal serta pada pasien dengan

imunokompromis.2
Enzim dan toksin
Beberapa faktor seperti produksi asam proteinase oleh sejumlah strain C.

albicans juga diketahui mempengaruhi patogenisitas. Strains dengan negatif-

proteinase terbukti tidak lebih virulen.2


Yeast-mycelial shift
5

Pada kandidiasis oral dan kutis, pemeriksaan mikroskopis biasanya akan

ditemukan jamur pada bentuk blastospora maupun pseudohifa. Hifa biasanya

muncul pada pemeriksaan histopatologi saat invasi kandida, menunjukkan

produksi hifa mungkin berkaitan dengan virulensi jamur.2


Adherence
Kemampuan jamur untuk melekat pada epitel dibawahnya adalah langkah

penting untuk pembentukan hifa dan penetrasi ke jaringan.7 Kandida melekat

pada permukaan epitel melalui interaksi reseptor: kandida adhesin yang berasal

dari dinding sel mannan; protein C3d-binding; dan proteinase.2


Kekebalan host
Penurunan cell-mediated imunity adalah faktor kekebalan yang paling

berpegaruh.2 Berkurangnya antibodi spesifik anti-Candida IgA dipercayai

menjadi salah satu penyebabnya, selain itu gangguan fungsi pada neutrofil atau

makrofag juga menyebabkan invasi kandida.8 Kadar glukosa dalam urin,

jaringan, dan keringat membuat pasien diabetes lebih rentan terkena kandida.

Selain itu, sistem fagositosis juga terganggu pada diabetes, hifa lebih panjang

dari 200 m susah difagosit dan tidak begitu mudah dibunuh oleh leukosit.2
Faktor lainnya
Suhu diatas 35C, tekanan oksigen yang lembab, media cair, asam amino non-

sulfur, dan sumber karbon polisakarida, serum dan pH lebih dari 7,5 adalah

beberapa faktor lainnya yang mempermudah kolonisasi jamur. C. albicans juga

memproduksi melanin, faktor yang diketahui mempengaruhi resistensi

terhadap respon imun. Efek tekanan ekologikal dari organisme lainnya juga

penting. Baik di traktus gastrointestinal dan di kulit, pemusnahan bakteri yang

bersaing dengan jamur justru menyebabkan peningkatan koloni jamur.

Persaingan antara kandida dan bakteri pada saliva memberi kesan jumlah

glukosa yang tersedia bila meningkat dan berlebihan, seperti pada diabetes,
6

bakteri flora tidak akan mencegah pertumbuhan jamur. Mekanisme selain dari

berkurangnya nutrisi juga mungkin berlaku.2


Patofisiologi
Pada beberapa kondisi lingkungan, blastospora C. albicans dapat membentuk

miselia, menyerang jaringan epitel, dan mencetuskan respon peradangan akut

complement-dependent neutrophil-mediated sehingga muncul lesi.7 Pada

epidermis kulit, infiltrat peradangan akan didominasi oleh polimorf, yang

menyebabkan terjadinya mikroabses atau pustula subkorneal yang terkadang

membuat celah di epidermis. Sedangkan pada dermis, infiltrat peradangan

terdiri atas campuran dari limfosit, sel plasma, dan histiosit. Pada kasus kronis,

hiperplasia dengan parakeratosis dan akantosis sel epitel dapat terjadi sehingga

gambaran akantosis ditemui.2


Infeksi kandida dapat terjadi apabila ada faktor predisposisi endogen dan

eksogen:1
1. Perubahan fisiologik: usia, kehamilan, dan haid
2. Faktor mekanik: trauma (luka bakar, abrasi), oklusi lokal, kelembaban,

maserasi, kegemukan
3. Faktor nutrisi: avitaminosis, defisiensi zat besi, malnutrisi
4. Penyakit sistemik: penyakit endokrin (Diabetes mellitus, sindroma Cushing),

sindroma Down, acrodermatitis enteropatika, uremia, keganasan, dan

imunodefisiensi
5. Iatrogenik: penggunaan kateter, iradiasi sinar-X, penggunaan obat-obatan

(glukokortikoid, agen imunosupresi, antibiotika, dll).


1.7 Klasifikasi
Infeksi kandida dapat diklasifikasikan sebagai berikut: kandidiasis oral;

kandidiasis kutis dan mukosa genital; paronikia kandida dan onikomikosis

kandida; kandidiasis kongenital; kandidiasis mukokutan kronik; 1 serta reaksi id

(kandidemia).8
Kandidiasis kutis terjadi pada kulit yang tertutup yang hangat dan lembab,

lokasi-lokasi yang tersering untuk terjadinya kandidiasis kutis yakni: lipatan


7

tubuh (intertriginosa) seperti ketiak, inframamae, selangkangan, intergluteal,

interdigitalis dan panikulus abdomen; genital (balanitis, balanopostitis, vulvitis,

vulvovaginitis); kulit yang tertutup cast, atau punggung saat berbaring imobil

di rumah sakit; di sekitar popok (diaper kandidiasis);8 dan granuloma

kandidiasis2,8.
1.8 Gejala klinis
Kebanyakan kasus kandidiasis kutis terjadi pada lipatan kulit atau pada

daerah yang tertutup (oleh pakaian atau medical dressing) yang kondisinya

lembab. Area dekat orifisium tubuh dan juga jari, yang seringkali

terkontaminasi saliva juga berada dala risiko. 2 Gejala klinis kandidiasis kutis

antara lain:
1. Lokalisata
a. Kandidiasis intertriginosa
Lesi di daerah lipatan kulit ketiak, genitokrural, intergluteal, lipat payudara,

interdigital, dan umbilikus, serta lipatan kulit dinding perut berupa bercak yang

berbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosa.1


Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul

kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah yang erosif, 1 selanjutnya

makula eritematosa menjadi berbatas lebih tegas, berbentuk polisiklik, dengan

bercak-bercak erosi akan muncul dikelilingi beberapa pustula kecil di perifer

(satellite pustulosis).8
Eritema muncul dengan sedikit eksudasi lembab yang muncul pada lipatan

yang terdalam, lesi akan semakin berkembang dan menyebar disekitar area

kontak dan muncul gambaran khas kandidiasis yakni makula dengan tepi yang

ireguler berbatas tidak tegas dan pustula subkorneal yang pecah meninggalkan

erosi, dan selanjutnya pengelupasan stratum korneum. Lesi satelit, baik

pustular maupun papular, juga mudah dijumpai. Rasa nyeri dan gatal yang
8

hebat terkadang juga muncul.2 Ekskoriasi persisten yang diikuti oleh

likenifikasi dan keringnya kulit dapat merubah gambaran awal dari kandida.6

Gambar 1.2 Kandidiasis kutis intertrigo regio infra mamae.8

Gambar 1.3 Kandidiasis kutis intertrigo regio kruris.2

Ruang antara jari-jari tangan dan kaki juga dapat terkena, lesi berbatas tegas

berbentuk oval ditutupi lapisan putih yang tebal meluas hingga ke sisi-sisi jari.

Biasanya pada tengah lesi akan didapatkan fisura dengan dasar kemerahan

yang bila infeksi terus berlanjut akan semakin mengelupas, menyisakan rasa

sakit dan perih.6 Penyakit ini disebut erosio-interdigitalis blastomisetika atau

kandidiasi interdigitalis, dimana jamur kandida dan bakteri gram negatif

seringkali menginvasi bersama.2 Paling sering mengenai sela antar jari 3 dan

46,8. Faktor predisposisinya antara lain jari yang lebar atau gemuk, 2 sering

menggunakan cincin, bekerja pada lingkungan basah, dan pasien diabetes.6


9

Gambar 1.4 Kandidiasis interdigitalis.8


b. Kandidiasis perianal

Dapat terjadi bersamaan atau tidak dengan kandidiasis genitalis. Lesi

biasanya bermula pada anal verge, berupa makula eritematosa non-spesifik,

nyeri dan iritasi, dapat menyebar hingga ke perineum.2 Lesi dapat berupa

maserasi seperti infeksi dermatofit tipe basah. Penyakit ini menimbulkan

pruritus ani.1 Keterlibatan skrotum biasa berbentuk makula eritematosa tidak

jelas dan jarang didapatkan pustula subkorneal.2

Gambar 1.5 Kandidiasis kutis intertrigo regio perianal.8

2. Genital
a. Kandidiasis Vulvovaginitis
Terjadi pada hampir 75% wanita usia produktif. Penyakit ini umum dialami

oleh ibu hamil.2 Sering pula terdapat pada penderita diabetes melitus karena
10

kadar gula darah dan urin yang tinggi pada perubahan hormonal (kehamilan

dan siklus haid). Rekurensi dapat terjadi juga karena penggunaan cairan

pembersih genital, antibiotik, dan imunosupresi.1


Keluhan utama ialah gatal serta nyeri di daerah vulva.1 Pada kasus berat

dapat pula rasa panas, nyeri sesudah miksi, dan dispareunia.6 Pemeriksaan pada

labia minora, introitus vagina, dan 1/3 bawah vagina akan tampak eritema,

maserasi, lembab. Serviks akan tampak hiperemia, erosif, bengkak, dan

mungkin ditemukan vesikel kecil pada permukaan.6 Pada kelainan yang berat

juga terdapat edema pada labia minora dan ulkus-ulkus yang dangkal pada

labia minora dan sekitar introitus vagina,1 dan dapat menyebar ke daerah

perianal.2
Fluor albus pada kandidiasis berwarna putih kekuningan. Tanda yang khas

ialah disertai gumpalan-gumpalan seperti susu basi berwarna putih kekuningan.

Gambar 1.6 Kandidiasis vulvovaginalis.8


b. Balanitis atau balanopostitis
Faktor penyebabnya ialah hubungan seksual dengan pasangan yang

menderita vulvovaginitis, diabetes mellitus, dan kondisi non-sirkumsisi. 1 Pada

kondisi non-sirkumsisi, koloni jamur dapat hidup di sekitar glans penis meski

tanpa keluhan (asimptomatik).2


Lesi berupa erosi, pustula dengan dinding tipis, terdapat pada glans penis

dan sulkus koronarius glandis.1 Pada kasus yang paling ringan, lesi pustula dan

papula kecil muncul beberapa jam setelah kopulasi, ruptur, dan menyisakan
11

pengelupasan kulit di pinggiran lesi. Pada beberapa lelaki kondisi ini akan

rekuren, dan pada kasus yang lebih parah dan kronis, peradangan kronis akan

menetap di glans penis dan preputium.2


Pada pasien dengan balanitis, pasangan seksual harus diperiksa apakah

merupakan carriage kandida atau memang juga menderita kandidiasis

vulvovaginalis.2

Gambar 1.7 Kandidiasis balanopostitis.8

3. Diaper-rash (Candidal diaper dermatitis)


Kelainan dipicu oleh adanya kolonisasi ragi di traktus gastrointestinal.

Infeksi dapat terjadi karena oklusi kronik area popok oleh popok yang basah.

Gambaran klasik pustula subkorneal, makula eritematosa cerah berbentuk

ireguler berbatas tegas dan lesi satelit ditemukan. Lesi berawal dari area

perianal meluas ke perineum dan lipat inguinal.8

Gambar 1.8 Diaper Kandidiasis.8

4. Granulomatosa Kandidiasis
12

Penyakit ini adalah kondisi yang jarang bermanifestasi erupsi di bagian

pantat, genitalia, paha bagian atas dan pubis, dengan nodul yang dapat

mencapai 2 cm, berwarna kebiruan atau kecoklatan, menyeruapi gambaran

Kaposis sarcoma. Beberapa contoh kasus terdapat hiperkeratosis pada lesi dan

scaling yang jelas. Perubahan histologis yang nyata adalah infiltrat dermis

dengan limfosit, eosinofil, dan histiosit. Penyebab belum diketahui pasti.

Penatalaksanaannya meliputi eradikasi mikroorganisme, menghindari

penggunaan topikal steroid dan menjaga regio lesi tetap kering.2


1.9 Diagnosis
1. Pemeriksaan Langsung
Pemeriksaan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH

20%, akan tampak blastospora,1 yang berbentuk oval berdinding tipis dengan

dasar yang sempit, dan pseudohifa atau hifa sejati yang berbentuk seperti

sausage.8 Bila sumber infeksi berasal dari kandida non-albikans, maka

filamen-filamen hifa tidak ditemukan. Ukuran dan bentuk blastospora juga

mengindikasikan adanya spesies non-albikans lainnya, contohnya blastospora

dari C. krusei lebih besar dan panjang dibanding C. albicans.2


Pada pewarnaan gram, akan terlihat bentukan ragi yang lebih tebal, gram-

positif, berbentuk ovoid, berukuran 2-5m. Bentukan blastospora dan

pseudohifa jamur akan lebih mudah dideteksi dengan pemeriksaan histologis

dengan pewarnaan PAS (Periodic Acid Shift). Dimana hifa dermatofita berjalan

paralel dengan permukaan kulit, sedangkan kandida cenderung vertikal.6


13

Gambar 1.9 Preparat KOH C. albican.8

2. Pemeriksaan kultur.

Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa glukosa

Sabouraud,1 yang bebas cycloheximide,2 dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik

(kloramfenikol) untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan

dalam suhu kamar atau lemari suhu 37C, koloni tumbuh setelah 2-5 hari, 1

sedang pertumbuhan dari spesimen kulit yang lebih tebal atau kuku

membutuhkan waktu 1 minggu.2 Bentuk koloni yang terbentuk: berwarna

putih kekuningan; teksturnya lembut; beberapa dapat berbentuk koloni kisut

dan kasar, serta beberapa lagi menghasilkan pseudohifa yang jelas pada tepian

koloni;2 terdapat serabut kecil seperti akar yang berpenetrasi ke dalam agar.6

Gambar 1.10 Koloni C. albicans.2

Meskipun begitu, identifikasi spesies kandida tidak langsung dapat

menegakkan diagnosis kandidiasis karena Candida merupakan flora normal

dalam tubuh. Bila ditemui adanya Candida tanpa adanya gejala yang dirasakan

pasien, tidak disarankan pemberian pengobatan, karena 10-20% wanita normal

mempunyai Candida spp. dan beberapa jenis jamur lain pada vaginanya.

Kultur bakteri juga dapat dilakukan untuk menyingkirkan kemungkin

superinfeksi bakteri.8

1.10 Diagnosis Banding


14

Diagnosis banding kandidiasis kutis tergantung pada letak lesi. Diagnosis

banding kandidiasis kutis lokalisata antara lain: eritrasma, lesi di lipatan, lesi

lebih merah, batas tegas, kering, tidak ada satelit, pemeriksaan lampu Wood

positif.; dermatitis intertriginosa; dan dermatofitosis; 1 dermatitis seboroik;

intertrigo bakterial; dan psoriasis fleksura (terutama bila ditemukan eritema

non-spesifik pada daerah skrotum).2


1.11 Penatalaksanaan
Pengobatan infeksi kandida bergantung pada spesies penyebab, sensitifitas

terhadap obat anti jamur, lokasi infeksi, penyakit yang mendasari, dan status

imun pasien.1
1. Penatalaksanaan umum
Upayakan untuk menghindari atau menghilangkan faktor pencetus dan

predisposisi.10
Memelihara daerah lipatan agar tetap kering.8
Mencuci dengan sabun benzoyl peroxide dapat mengurangi kolonisasi kandida8
Menggunakan bedak mikonazole, itrakonazol, atau nistatin 2 kali sehari.11
Mengobati infeksi sekunder dengan kompres solusio sodium chloride 0,9%

selama 3 hari dan antibiotik yang tidak bersprektrum luas seperti eritromisin,

kotrimoksasol, dan klindamisin selama 5-7 hari.10


2. Kandidiasis Kutis Intertriginosa

OBAT TOPIKAL
Mikonazole krim 2% dioleskan 2 kali sehari selama 14 hari, dapat
dilanjutkan sampai 4 minggu, sebaiknya terapi
dilanjutkan 1-2 minggu sesudah KOH negatif.10
Gentian violet 1-2% dioleskan 2 kali sehari selama 3 hari.1
Krim golongan azole lainnya seperti klotrimazol krim 1%, tiokonazol,
bufonazol, atau isokonazol.1
OBAT ORAL (pada lesi luas atau pasien imunokompromis berat).10
Ketokonazole tablet 200 mg 1 tablet sehari selama 7 hari
Itrakonazole kapsul 100 mg 2 kapsul sehari selama 7-14 hari
Fluconazole tablet 100 mg 2 tablet sehari selama 7-14 hari.11
Tabel 1.1 Pengobatan Kandidiasis Kutis Intertriginosa.

3. Kandidiasis Vulvovaginalis (KVV)


15

OBAT TOPIKAL8
Butoconazole krim 2% intravaginal selama 3 hari
Clotrimazole krim 1% intravaginal selama 7 - 14 hari
Clotrimazole tab vaginal 100 mg1 tablet selama 7 hari atau 2 tablet selama
3 hari atau tablet 500 mg dosis tunggal
Miconazole krim 2% intravaginal selama 7 hari
Miconazole supposituri vaginal satu tablet selama 3 hari atau supp vaginal
200 mg 100 mg 1 supp selama 7 hari
Tioconazole salep 6.5% intravaginal selama 7 hari
Terconazole krim 0.4% intravaginal selama 7 hari atau krim 0.8%
selama 3 hari atau supp vaginal 80 mg 1
supp selama 3 hari
Fluconazole 150 mg PO single dose
Asam borat kapsul vagina 1 tablet sehari selama 14 hari
4
OBAT ORAL
Ketokonazol tablet 200 mg 2 tablet sehari selama 5 hari
Itrakonazol tablet 200 mg 2 tablet dosis tunggal
Flukonazol tablet 150 mg 1 tablet dosis tunggal
KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS
REKUREN (KVVR)
Clotrimazole tab vaginal 500 mg 1 tablet
Fluconazole tablet 150 mg PO dosis tunggal
Itraconazole tablet 100 mg PO 2 tablet sehari
Tabel 1.2 Pengobatan Kandidiasis Vulvovaginitis.

Golongan azol memberikan hasil yang lebih memuaskan dibandingkan

nistatin krim atau supposituri vagina. Dahulu, obat topikal diberikan selama 7-

14 hari, namun sekarang sudah tersedia regimen dosis tunggal atau short

course (3-5 hari). Pemberian obat topikal secara tepat terbukti tidak

memberikan efek samping sistemik dan efek toksisitas pada kehamilan.4


4. Balanitis, Balanopostitis.8

Dapat diberikan krim Azole dua kali sehari. Obati pasangan seksual.

5. Diaper Kandidiasis

Dapat diberikan krim golongan azole, nistatin, atau amfoterisin B. 11

Penatalaksanaan awal harus menjaga kulit bayi tetap kering, hindari memakai

popok terlalu ketat, dan jaga kebersihan kulit bayi.4 Jaga agar area popok tidak
16

terlalu lama terpapar lingkungan panas dan lembab dengan cara sering

mengganti popok, gunakan bedak tabur bayi dan krim yang mengandung zinc

oxide.11 Zinc oxide menghalangi efek iritasi urin.6

1.12 Prognosis

Umumnya baik, bergantung pada berat ringannya predisposisi.1

Anda mungkin juga menyukai