Anda di halaman 1dari 96
4 2-4 us AKTIVITAS BIOLOGIS EKSTRAKTIF KAYU EBONI (Diospyros polisanthera Blanco) DAN KOLAKA (Parinari corymbosa Miq.) TERHADAP JAMUR PELAPUK Schizophyllum commune Fries DAN RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren Oleh EKO KUSWANTO PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2000 RINGKASAN Eko Kuswanto. Aitivitas Biologis Ekstraktif Kayu Eboni (Diospyros polisanthera Blanco) dan Kolaka (Parinari corymbosa Miq.) Terhadap Jamur Petapuk Schizophyllum commune Fries dan Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren (Di bawah bimbingan WASRIN SYAFII sebagai ketua dan DODI NANDIKA sebagai anggota). Sejalan dengan laju pembangunan, kebutuhan akan kayu di Indonesia semakin ‘meningkat. Kayu dari hutan alam dengan keawetan yang tinggi semakin diminati masyarakat, i pinak lain persediaan kayu tersebut semekin terbatas. Keberhasilan pemerintah menggalakkan hutan tanaman industri mengubah Kecenderungan Konsumsi kayu di masa mendatang beralih ke hutan-hutan tanaman tersebut. Masalah baru akan muncul Karena jenis kayu dari hutan tanaman ini umumnya merupakan jenis cepat tumbuh yang memitki keawetan alami yang rendah. Hal ini menjadikan perlunya memperbaiki keawetan kayu-kayu tersebut agar masa pakainya dapat diperpanjang. Kay yang keawetan alaminya tinggi dapat dimanteatkan ekstraktiinya sebagai bahan pengawet alami bagi kayu, hal ini menguntungkan arena bahan ini cenderung tidak mencemari lingkungan dan dapat diperbaru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan dan Komponen utama ekstrakif kayu eboni dan kolaka seta efkasinya terhadap jamur pelapuk Schizophylum commune Fries ddan rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren. Penelitian ditakukan di Laboratorium Biologi Hutan Tropika Pusat Studi imu Hayati dan Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Fakultas kKehatanan Institut Pertanian Bogor. Jenis kayu yang digunakan adalah eboni (Diospyros polisanthera Blanco) berasal dari Iran Jaya dan kolaka (Parinari corymbosa Mig.) berasal dari Kebun Raya Bogor. Kayu dibuat serbuk dengan ukuran 40-60 mesh, diekstrak dengan pelarut aseton. Hasil ekstraksi berturut-turut difraksinasi dengan pelarut n-heksana, etil eter, dan eli asetat sehingga diperoleh empat jenis larutan ekstraksi Media untuk menguji aktvitas, biologis fraksiraksi terhadap jamur Schizophyllum commune Fr. adalah mat extract agar (MEA), sedangkan Kertas sarng digunakan untuk mengujaktvtas biologis masing-masing fraksi terhadap rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren. Konsentrasi fraksi yang diguniakan adalah 0, 2, 4, 6, 8, dan 10 persen. Penentuan golongan dan komponen kimia utama yang bersifat toksik dari ekstraktif menggunakan uj fitokimia dan kromatografi gas spektra massa dengan berpedoman pada NIST (National Institute of Standard and Technology) database. Kandungan ekstraktif yang diperoleh dari kayu eboni dan kolaka masing-masing sebesar 1,15% dan 0,67%. Berdasarkan pertumbuhan relatif miselium jamur selama dua minggu masa inkubasi diketahui bahwa peningkatan konsentrasi fraksi menyebabkan penurunan pertumbuhian miselium jamur. Fraksi terlarut n-heksana dari kayu'eboni dan kolaka keduanya memiiki perngaruh tertinggi dalam menghambat pertumbuhan miselium jamur pelapuk S. commune. Pertumbuhan relatif miselium jamur menjadi hanya 4% pada penambahan Konsentrasi 10% fraksi terlarut n-heksana dari kayu eboni, sedangkan pada penambehan Konsentrasi 4% fraksi terlarut n-heksana dari kayu Kolaka_menyebabkan pertumbuhan relatif miselium jamur sebesar 65% Hasil penefitian juga menunjukkan bahwa mortaltas rayap tanah C. curvignathus semakin meningkat setelah empat minggu masa pengumpanan, sedangkan kehilangan berat media uji (Kertas saring) relatif menurun dengan meningkatnya konsentrasi fraksi yang digunakan. Mortalitas rayap mencapai 100% pada penambahan konsentrasi 6% fraksi teriarut r-heksana dari kayu eboni, sedangkan mortalitas 100% dicapai fraksi teriarut n-heksana kayu kolaka pada penambahan konsentrasi 2%. Secara umum, terdapat Kecenderungan yang sama pada semua fraksi (fraksi terlarut n-heksana, fraksi terlarut etl eter, fraksi terlarut et asetat, dan residu) yaitu semakin tinggi Konsentrasi yang diberikan akan meningkatkan mortalitas rayap tana. Persentase kehilangan berat media uji (kertas saring) oleh rayap tanah setelah empat rminggu masa pengumpanan menunjukkan data yang fluktuatif pada peningkatan konsentrasi fraksi. Kisaran kehilangan berat kertas saring pada penambahan ekstraktif kayu eboni adalah 682% hingga 31,64%, sedangkan pada penambahan ekstraktif kayu kolaka adalah 8,20— 32,62%. Dengan penambahan fraksi tertarut n-heksana kayu eboni mulai konsentrasi 6%, kertas saring menjadi lebin awet dan masuk ke dalam kelas cukup tahan terhadap serangan rayap tanah C. curvignathus dibandingkan kontrol yang termasuk ke dalam Kelas sangat rentan terhadap serangan rayap tanah. Hasil berbeda diperoleh pada kayu kolaka, penambanan konsentrasi hingga 10% fraksi terlarut mheksana belum meningkatkan derajat keawetan media uji dan masih termasuk ke dalam kelas tidak tahan terhadap serangan rayap tanah. Penentuan komponen utama yang bersifattoksik terhtadap jamur pelapuk dan rayap tanah pada penelitian ini baru dilakukan terhadap fraksi terlarut n-heksana dari kayu ebont, Komponen yang berhasil diidentikasi melalui kromatografi gas spektra massa merupakan zat pendekatan karena tidak digunakan standar. Senyawa yang berperan di dalam menentukan keawetan alami kayu eboni dalam hal menghambat pertumbuhan miselium jamur pelapuk dan mencegah serangan rayap tanah diduga merupakan Komponen 1-(2-properiloksi)-2-propanol an sikloneksanon. Kedua komponen memilki persentase tertinggi di dalam fraksi tertarut n- heksana dari kayu eboni AKTIVITAS BIOLOGIS EKSTRAKTIF KAYU EBON I (Diospyros polisanthera Blanco) DAN KOLAKA (Parinari corymbosa Migq.) TERHADAP JAMUR PELAPUK Schizophylium commune Fries DAN RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren Oleh Eko Kuswanto IHT 97382 Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2000 Sudul Penelitian : Nama Mahasiswa Nomor Registrasi Pokok =: Program Studi Aktivitas Biologis Ekstraktif Kayu Eboni (Diospyros polisanthera Blanco) dan Kolaka (Parinari corymbosa Mig.) Terhadap Jamur Pelapuk Schizophyllum commune Fries dan Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren Eko Kuswanto 97382 Jimu Hayati MENYETUSUI: 1. Komisi Pembimbing Dr. Ir. Wasrin Syafii, M.Agr. Ketua Prof. Dr. Ir. Dodi Nandika, M.S. ‘Anggota 3. Direktur Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Prof. Dr. Ir. Dodi Nandika, M.S. Profi Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc. ‘Tanggal Lulus: 22 Februari 2000 nsesunggufinya setelah ResuRaran itu akan ada RemUd GAHAN. eeeesne-(ALQuran) Kupersembahkan secara tulus arya Recil ini Repada: Kedua orangtuaky, Kakak-kakakku, Adikku: Agus, Budi, dan Kiki. Keponakanky: Sandike, Ta, Nisa, dan Gita, serta seseorang yang kelak, akan mendanapingi fiduphu . RIWAYAT HIDUP Penulis ilahirkan di Natar, Lampung Selatan pada tanggal 14 Mei 1975, merupakan pultera keempat dari keluarga Bapak Ngatimin dan Ibu Siti Asih. Pendidikan formal yang penulis tempuh adalah Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Srimulyo Natar, Lampung Selatan, ulus tahun 1986. Ditanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Natar, Lampung Selatan, lulus tahun 1989. Penulis meneruskan pendidikannya ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Tanjungkarang, Bandar Lampung, lulus tahun 1992. Gelar Sarjana Sains di bidang Biologi diperoleh pada tahun 1996 dari Fakultas Matematika dan limu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. Sejak bulan September 1997, penulis mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pendidikan program Magister Sains pada Program Studi lImu Hayati, Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor dengan beasiswa University Research for Graduate Education (URGE) dari Bank Dunia, UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimipahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada University Research for Graduate Education (URGE) Project atas beasiswa yang diberikan selama penulis menjadi mahasiswa Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Kepada Bapak Rektor, Direktur Program Pascasarjana, Ketua Program Studi imu Hayati, dan Direktur Pusat Studi limu Hayati, penulis mengucapkan terima kasih atas layanan dan fasiitas yang diberikan selama menjadi mahasiswa pascasarjana Kepada Bapak Dr. Ir. Wasrin Syafi, MAgr. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Prof. Dr. Ir. Dodi Nandika, M.S. seleku Anggota Komisi Pembimbing yang telah ‘memberikan bimbingan dan pengarahan sejak awal peneiitan hingga akhir penulisan tess ii, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besamya. Kepada Pengelola Center Grant, terima kasin penulis ucapkan atas bantuan dan fasiitas penelitian yang telah diberikan. Ucapan terima kasih penulis tujukan pula kepada Bapak Or. Ir. Fauzi Febrianto, M.S. selaku Kepala Laboratorium Biologi Hutan Tropika Pusat Studi flmu Hayati, Institut Pertanian Bogor beserta seluruh staf atas izin, bantuan, layanan, dan fasilitas yang diberikan sehingga penelitian ini dapat teriaksana, Secara khusus, ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Pak Pras, Pak lwa, dan Pak Usman atas layanan yang baik kepada penulis selama ini. Kepade Mbak Rida Iswal, Mak Arana, Bapak Tata Bala Suparjan, dan Bepak ‘Sumarsono penulis halurkan terima kasih yang mendalam dan harapan untuk selalu menjaga rasa persaudaraan selamanya. Anda semua adalah sahabat terbaik penulis yang telah banyak membantu den memberi motivasi hingga selesainya tulsan ini. 'Rekanku Agus Subagyo, Nizar, dan Junardi yang selalu memberikan rasa kebersamaan yang sejati, penulis dengan tulus menghaturkan berjuta-juta terima kasih dan berharap terus dapat menjaga kebersamaan ini sepanjang masa. Terima kasih kepada Mas Yudi, Mbak Diba, Ibu Nani, Mbak Yuli, Mbak Wati, Ibu Jacklyn, Pak Mul, Mbak Vita, Pak Syamsul Falah, Ella, Wolly, dan Ani atas kebersamaannya slam ini Ucapan terima kasin kepada Mas Ujang, Mas Persada, Bang Dian, Mas Jajat sekeluerga, Keluarga Bapak Udin dan Bapak Sole, atas suasana kekeluargaan yang selalu tercipta selama ini. Rekan-rekanku: Dedi, Ketut, dan Yonik, penulis akan senantiasa mengingat jasa-jasa kalian dan terima kasih atas segata bantuannya, : Kepada lbunda dan Ayahanda, Kakal-kakak, dan Adik-adik yang sangat penuls sayangi, penulis menghaturkan hormat dan terima kasih yang tak terhingga atas doa restu, bimbingan yang tulus, motivasi, dan bantuan more-materiellainnya. Penulis berharap Allah SWT dapat memberikan balasan yang berlipat ganda atas semuanya. Kepada Keluarga Bapak Syahlan Ar Chan, penuls haturkan terima Kasih yang sedalamdalamnya alas Gukungan dan doanya, Ahir kata, semoga Allah SWT memberikan pahala yang setimpal tas jasajasa yang telah mereka berikan. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi khasanah keilmuan dan mereka yang membutuhkannya. Amin, Bogor, Mei 2000 Penulis DAFTARISI Halaman DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR..... vii DAFTAR LAMPIRAN vil PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang. 1 Tujuan Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA .. 3 Exstraktifdan Keawetan Kayu.... 3 Penggolongan Ekstraki. 5 Isolasi Ekstraktt. 9 Ketahanan Alami Kay... it Sifat Umum Kayu Eboni (Diospyros polisanthera Blanco}. 12 Sifat Umum Kayu Kolaka (Parinari corymbosa Miq.).... 13 Jamur Pelapuk Schizophyllum commune Fries. 13 Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren. 18 BAHAN DAN METODE .... ees ce ere oe tee Tempat dan Waktu Penelitian.... 19 Bahan da Ala ..ncsesesunaeenennasenssee 19 Metode Peneltian 2 Persiapan sampel. 20 Persiapan ekstrak 20 Pembuaten konsentrasilarutan ekstrak. 23 Persiapan medium, jamur, dan rayap. 23 Ujiefkasi ekstrektifterhadap jamur pelapuk. 2B Ujiefikasi ekstraktf erhadap rayap tanah. 6 Penentuan komponen Kimia ekstrakti. 26 2B Analisis Data..... HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Ekstraktif Kayu Eboni dan Kolaka. Efikasi Ekstrektif Terhadap Jamur Pelapuk... Efikasi Ekstraktif Tethadap Rayap Tanah. Mortalitas rayap tanah. Kehilangan berat media uj Golongan Senyawa Fraksi Terakit. Komponen Kimia Fraksi Tertarut n-Heksana Kaytl EDOM ...snocnnsnnnnnans KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan ... Saran... DAFTAR PUSTAKA ..... LAMPIRAN....... 30 30 34 33 33 35 37 33 42 42 42 43 46 Nomor 5. Kandungan ekstraktif kayu eboni dan kolaka ... DAFTAR TABEL Halaman Masa pekai kayu menurut penggolongan kelas kayu (dalam tahun) .. Titik didin, titk beku, dan konstanta dielektrik beberapa jenis pelarut., Bahan yang dapat diekstrak dari Kult atau kayu teras dengan berbagai jenis petarat Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap tanah C. curvignathus Holmgren. Hasil fraksinasi bertingkat terhadap ekstrak aseton kayu eboni dan kolakai. Pertumbuhan relat miselium jamur S. commune dalam medium MEA dengan penambehan ekstraktif kayu eboni dan kolaka setelah inkubasi selama dua minggu (dalam persen) . . Mortalitas rayap tanah C. cunvignathus pada media uji (kertas saring) yang mengandung ekstrek kayu eboni dan Kolaka setelah pengumpanan pat minggu (dalam persen . Kehilangan berat media uji(kertas saring) yang mengandung ekstrak kayu eboni dan kolaka setelah empat minggu masa pengumpanan terhadap rayap tanah C. ccurvignathus (dalam persen Hasil uji kualitatif (ftokimia) fraksi teraktif ekstrak kayu eboni dan kolaka Komponen kimia utama, formula, dan berat molekul freksi terlarut n-heksana dari cekstrak kayu eboni 33 35 7 30 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Klasiikasi ekstraktif kayu..... 8 2. Miselium jamur pelapuk Schizophyllum commune Fries... 14 3. Serbuk kayu eboni dan kolaka ukuran 40—60 mesh 20 4, Skema analisis ekstrak aseton kayu teras..... 22 5. Alurujiefikasi ekstraktf kayu terhiadap jamur pelapuk S, commune .. ma 6. Skema botol uj efkasi ekstraktif terhadap rayap tanah C. curvignathus. 25 Nomor . Dafiar sidik ragam dan hasil uji wilayah berganda Duncan untuk respon 14, DAFTAR LAMPIRAN Halaman, pertumbuhan relaifjamur pada ekstraktif kayu eboni . Daftar sidik ragam dan hasil uji wilayah berganda Duncan untuk _fespon pertumbuhan relaif jamur pada ekstraktf kayu kolaka... . daftar sidik ragam dan hasil uj wilayah berganda Duncan untuk respon mortalitas rayap tanah pada ekstraktf kayu eboni Daftar sidik ragam dan hasil uj wilayah berganda Duncan untuk respon mortlitas rayap tanah pada ekstraktf kayu Kolaka.... Daftar sidik ragam dan hasil uji wilayah berganda Duncan untuk respon laju konsumsi rayap tanah pada ekstraktif ayu eboni. Daftar sidik ragam dan hasil uji wilayah berganda Duncan untuk respon mk Konsumsi rayap tanah pada ekstrakif kayu eboni Hasil Spektra Massa Fraksi Tertarut n-Heksana dari Kayu Eboni. Bentuk fragmentasi Komponen | fraksi terlarut n-heksana dari kayu eboni dan nama komponen pembanding dari NIST... Bentuk fragmentasi Komponen Il fraksi terlarut n-heksana dari kayu eboni dan nama komponen pembanding dar NIST... Bentuk fragmentasi Komponen Ill fraksi terlarut n-heksana dari kayu eboni dan nama komponen pembanding dari NIST. |. Bentuk fragmentasi Komponen IV fraksi terlarut n-heksana dari kyu ‘eboni dan ‘nama komponen pembanding dari NIST.. . Bentuk fragmentasi komponen V fraksi terlarut n-heksana dari ihe eboni dan nama komponen pembanding dari NIST... Bentuk fragmentasi Komponen VI fraksi terarut n-heksana dari kayu eboni dan nama komponen pembanding dari NIST.. Bentuk fragmentasi Komponen VII fraksi teriarut n-heksana dari kayu eboni dan nama komponen pembanding dari NIST.. o i 45 46 47 48 49 54 52 a 24. 22. 23, 24. 2. 26. 2. 28. Bentuk fragmentasi komponen Vill fraksi terlarut n-heksana dari Kayu eboni dan nama komponen pembanding dari NIST.. Bentuk fragmentasi komponen IX fraksi terlarut n-heksana dari lean ‘eboni dan nama komponen pembanding dari NIST. Bentuk fragmentasi komponen X fraksi terfarut n-heksana dari tee eboni dan nama komponen pembanding dati NIST.... Bentuk fragmentasi komponen XI fraksi terlarut n-heksana dari kayu eboni dan nama Komponen pembanding dari NIST. Bentuk fragmentasi komponen Xil fraksi terfarut n-heksana dari kayu eboni dan ‘nama Komponen pembanding dari NIST.. Bentuk fragmentasi Komponen Xillfraksi terlarut n-heksana dari kayu eboni dan ‘nama komponen pembanding dari NIST.. Hf Bentuk fragmentasi Komponen XIV fraksiterlarut n-heksana dari kayu eboni dan ‘nama komponen pembanding dari NIST... Bentk fagmenasl Komponen XV fal eft neared kay eon’ dan nama komponen pembanding dari NIST. Bentuk fragmentasi komponen XVI fraksi terlarut n-heksana dari kayu eboni dan nama komponen pembanding dari NIST.. Bentuk fragmentasi komponen XVII fraksi terlarut n-heksana dari kayy eboni dan nama Komponen pembanding dari NIST.. Bentuk fragmentasi Komponen XVIII fraksi teriarut n-heksana dari keyuet eboni dan ‘nama komponen pembanding dari NIST. Bentuk fragmentasi komponen XIX fraksi terlarut n-heksana dari ee eboni dan nama komponen pembanding dari NIST... Bentuk fragmentasi komponen XX fraksi terlarut n-heksana dari kay eboni dan nama komponen pembanding dari NIST... Bentuk fragmentasi Komponen XX! fraksi terarut n-heksana dari kayu éboni dan nama komponen pembanding dari NIST. Bentuk fragmentasi Komponen XXilfraksi terlarut n-heksana dari kayu eboni dan nama komponen pembanding dari NIST... 59 61 62 65 66 67 68 70 ” 72 3 3. 32, 33. 4. Bentuk fragmentasi komponen XXIll fraksi terlarut n-heksana dari kayu eboni dan nama komponen pembanding dari NIST. ss Bentuk fragmentasi komponen XXIV fraksi terlarut n-heksana dari kayu bon dan ‘nama komponen pembanding dari NIST... Bentuk fragmentasi komponen XXV fraksi terlarut n-heksana dari kayu eboni dan nama komponen pembanding dari NIST.... Ses Bentuk fragmentasi Komponen XXVI fraksi terlarut n-heksana dari kayu eboni dan nama komponen pembanding dari NIST. Bentuk fragmentasi Komponen XVII fraksi terlarut n-heksana dari kayw eboni dan nama Komponen pembanding dar NIST. 74 15 76 7 78 PENDAHULUAN Latar Belakang Kayu telah lama memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, baik digunakan sebagai bahan bangunan (konstruksi), perabotan rumah tangga, fumiture, maupun dalam penggunaan lainnya. Kayu sebagai produk biologis mempunyai keunggulan sifa-sifat tertentu daripada bahan lainnya, antara lain kekuatan cukup tinggi, mudah dikerjakan, daya hantar panas yang rendah dan mempunyai nilai dekoratif yang beraneka ragam. Kayu dari hhutan alam dengan berbagai keunggulan yang dimikinya seperti tingkat keawetan yang tinggi dan keragaman produk yang dapat dihasikannya menyebabkan Kebutuhan akan kayu ini semakin meningkat, sementara itu persediaan kayu tersebut semakin terbatas. Berdasarkan’ keputusan kongres ITTO pada 1990 di Bali, pada tahun 2000 semua hasit hutan yang diperdagangkan atau diekspor harus berasal dari hutan-hutan yang telah 8). Terpena adalah hidrokarbon mumi, sedangkan terpencid mengandung gugus fungsi seperti hidroksil, Karbonil, Karboksil, dan ester. Contoh dari terpenoid adalah poliprenol, Ekstrakti kayu daun jarum mengandung semua jenis terpena, dari monoterpena sampai tri dan tetraterpena, Kecuali seskuiterpena yang tergolong sangat langka. Sedangkan di dalam kayu daun lebar mengandung terpena yang lebih tinggi, monoterpena ditemukan hanya pada beberapa kayu tropis Saja (Fengel dan Wegener, 1989}. Terpena yang paling penting adalah a-pinena , B-pinena, dan limonena yang terdapat pada semua kayu daun jarum. Beberapa monoterpena merupakan unsur pokok oleoresin dari beberapa kayu tropika. 7 Beberapa kayu tropis mengandung triterpena glikosida dan steroid yang menimbulkan busa di dalam air, yang dinamakan saponin. Saponin aglikon dinamakan sapogenin. Saponin dengan aglikon dari asam hidroksi-aleanolik dan dihidroksi-aleanolik bertanggung jawab pada ketahanan kayu sapota (Manikara zapota) terhadap serangan jamur dan rayap (Fengel dan Wegener, 1989). Beberapa saponin berperan sebagai narkotix untuk kan (racun ikan), sedangkan yang lainnya menyebabkan dermatitis atau penyakit-penyakit lainnya selama dalam proses (Fengel dan Wegener, 1989). 3. Senyawaan fenolat Golongan ini sangat heterogen, penggolongannya dibuat merurut ima kelas, yitu (a) tannin terhidroisis: produk hidrolisisnya adalah asam galat dan elegat serta gua, biasanya glukosa, sebagai produk utama, (b) tannin terkondensasi (flavonoid): polifenol yang mempunyai rantai karbon CsCsCe, contohnya krisin dan taksiflin, (c) ignan: dimer dari dua nit fenilpropana (CC), eontoh konidendrin, pinoresinol, dan asam plikatat,(d) stibena (1,2- difeniletiena): mempunyai ikatan ganda terkonjugasi sehingga komponen-komponennya bersifat sangat reakti, contohnya pinosivin, (e) ropolon: mempunyai kekhasan berupa cincin karbon beranggota tujuh yang tidak jenuh, contoh ct, 8, dan s-tujaplisin yang diisolasi dari Thuja plicata. Meskipun fenolat terkondensasi terdapat dalam jumlah sedikit di dalam kayu teras, kulit dan xilem, namun fenolat ini mempunyai fungsi sebagai fungisida dan secara efektf ‘melindungi kayu dari serangan organisme perusak. Selain itu juga meningkatkan pewamaan pada kayu. Gambar 1 menampiikan golongan ekstraktit kayu yang terekstrak oleh pelarut eier, alkohol, ar, dan penyulingan uap serta contoh senyawa untuk setiap golongan. Ekstraksidengan Golongan Utama Sub Golongan Senyawa eat o{ Terpena ‘Monoterpena o{Kamfena i Borneo! K: |-+ Fenol 1» Seskuiterpena Tse | Hidrokarbon | -» Diterpena Pinena L+ Lignan | Triterpena [> Tetraterpena “+ Politerpena Asam Lemak [Asam Oleat Et »[ Asam Lemak eee | < tak jenuh_ [Asam Linoleat |» Lemak, minyak > Asam lemak L+Lilin jenuh [+ Resin |» Asam resin L+ Sterol Alkohol > Zat Warma »{ Flavonoid of Taksifolin | IKuersetin + Flobafen + Antosianin > Tanin ‘+ stilbena Air +[ Karbohidrat Monosakarida } —+Arabinosa \Galaktosa > Protein » Pati Rafinosa + Alkaloid Ly Bahan pektik »{Bahan anorganik|—»{Kation *1Ca, K, Mg, Na, Fe 1 Anion ‘Sumber: Achmadi, 1989 Gambar 1. Klasifikasi ekstraktif kayu. (solasi Ekstraktif Isolasi ekstraktifdlakukan melalui ekstraksi dengan campuran pelarut netral atau dengan campuran peterut tunggal. Fraksi als seperti terpena dalam kayu jarum, umumnya disolasi dengan penyuingan uap. Ekstraksipelaut dapat dikerjakan dengan berbageipelaut corganik seperti eter, aseton, benzena, etanol, diklorometana, atau campuran pelaruttersebut. ‘Asam lemak, asam resin, lin, tannin, dan zat wama adatah bahan penting yang dapat diekstraksi dengan pelerut organik. Komponen utama yang tarut air terdii dari karbohidrat, protein, dan garam-garam anorganik. Dalam kasus manapun tidak ada perbedaan yang tegas antara Komponen ekstakt yang dpisahkan dengan pela berbeda, Misainyo, tanin laut dalam air panas tetapi uga ditemukan dalam ekstrak alkohol (Achmadi, 1989). Pengisolasian ekstraktif umumnya diawali dengan penggunaen pelarut yang kurang polar dan difanjutkan dengan pelarut yang lebih polar. Tingkat polattas pelarut dapat ditentukan dari nilai konstanta dielektrik petarut. Urutan polattas beberapa jenis pelarut tersaji pada Tabel 2. Tabel 2. Titik didih, titik beku, dan konstanta dielektrik beberapa jenis pelarut Tenis pelarut | Tiikdidin (°C)_| Tiikbeku (°C) | Konstanta dielektrk (D) Air 100 0 1755 Etanol 78 “7 243 Aseton 56 95 20,7 Etilasetat - 84 6.0 35 “116 43 Ck 61 4 "48 Benzen 80 55 23 n-Heksan - : 189 ‘Sumber: Adjuwana dan Nur (1969). Tidak ada satu pun pelarut yang dapat mengeluarkan atau mengekstraksi semua ekstraktf yang ada dalam kayu. Umumnya dipakai dua atau lebin pelarut untuk mengeluarkan 10 cekstraktif tersebut. Untuk mengekstraksi dengan baik dipakai pelarut organik dan air (Browning, 1967). Selanjutnya Hergert (1990) menyatakan bahwa kulit dan kayu teras mengandung beberapa senyawa yang dapat diekstrak. Dari golongan besar senyawa- senyawa yang tercantum dalam Tabel 3 terlinat bahwa tidek ada golongan tunggal dapat disolasi dengan menggunakan satu jenis pelarut ‘Tabel 3. Bahan yang dapat diekstrak dari kulit atau kayu teras dengan berbagai jenis pelarut denis ekstraktif Pelarut Petroleum eter | Etileter | Etanol_| Airpanas | Alkali encer Lin, ema, lerpena Flavonoid - Flavonol * Stilbena = Proantosianidin Lignin yang terlarut Gula sederhana Pektin, * ‘Arabinogalaktan ¥ Xylan. : Ash (oksalat, dl = ‘Asam polfenol Lignin Sumber: Browning, 1967. Ekstraksi juga dapat dilakukan pada suhu ruangan di dalam suatu alat penapis atau melalui pengadukan bahan. Waktu ekstraksi dengan menggunakan soxhlet atau dengan metode suhu ruangan biasanya sekitar 12—36 jam. Metode ekstraksi tersebut diperiukan untuk mengeluarkan sebagian besar atau semua petarut dari ekstrak melalul evaporasi, yang biasanya dilakukan di dalam alat rotary evaporator atau alat sejenisnya pada tekanan rendah ‘untuk menghindari Kemungkinan terjadinya oksidasi dan degradasi ekstrek; dan pada suhu tidak lebih dari 50°C (Browning, 1967). 1" Ketahanan Alami Kayu Brown dan Panshin (1949) menyatakan bahwa ketahanan alami kayu terhadap serangan organisme disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Dinding sel kayu terdiri dari polimer dengan berat molekul tinggi yang tidak larut. Organisme yang memilki enzim depolimerisasi saja yang mampu mengubahnya menjadi produk yang lebih sedethana sebagai sumber energi 2. Lignifikasi kayu menghasilkan halangan fisik bagi serangan enzim pada polisakarida Karenanya, hanya organisme yang mempunyai enzim lignolitk saja yang mampu menghancurkannya. Depolimerisasi lignin terbatas hanya pada daetah amort dari selulosa. Selulosa kayu lebih bersifatkristain schingga kayu mempunyai Ketahanan yang lebih besar terhadap kerusakan oleh organisme perusak kayu. 3. Keyu mempunyai kandungan nitrogen yang rendah, antara’0,03—-0,10% berdasarkan berat, Kandungan nitrogen yang rendah ini menyebabkan kayu tidak mudah terpengaruh oleh pelapukan. 4. Kadar air yang lebih tinggi dipertukan untuk terjadinya deteriorasi pada kayu. Cartwright dan Findlay (1958) mendefiisikan pelapukan kayu sebagai berkurangnya kepadatan kayu disebabkan lerjadinya kerusakan bahan dasar kayu oleh organisme perusak. Bahan-bahan organik kompleks dalam kayu akan dirombak menjadi sumber ae Menurut ‘Sornnuwat (1996), Kasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap tanah Copfotermes curvignathus terbagi dalam lima ketegori yang selengkapnya tersali pada Tabel 4. Tabel 4, Kiasifixasi ketahanan kayu terhadep rayap tanah C. curvignathus Holmgren Kehilangan berat (%) Kelas ketaharvan 0 ‘Sangat tahan 3 Tahan +8 Gukup tehan O15 Tidak tahan >15 Sangat rentan ‘Sumber: Somnuwat (1996). Sifat Umum Kayu Eboni (Diospyros polisanthera Blanco) Eboni termasuk ke dalam famili Ebenaceae, dengan nama daerah antara lain maeta, amara, dan kayu itam. Tersebar di Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, ‘Sulawesi Selatan, ‘Ambon, hingga lrian Jaya. Kayu teras berwama hitam dengan garis-garis berwama coklat kemerah-merahan. Kayu gubal berwarna coklat kemerah-merahan dan mempunyai batas yang jelas dengan kayu teras. Kayu gubal berwama putin-kuning sampai coklat muda semu- emu merah jambu. Tekstumya halus sampal sangat halus dan merata dengan arah serat lurus atau agak berpadu. Permukaan kayu licin dan mengkilap dengan gambar berupa garis- gatis dekorati. Untuk mengetahui sit fisika dan kimia kayu D. polisanthera digunakan jenis keyu eboni D. colebica Karena jenis ini secara taksonomi paling dekat dengan D. polisanthera. Jenis kayu D. celebica termasuk Kelas awet | dan Kelas kuat | dengan berat jenis 1,09 (1,01— 4,27). Kayunya keras sehingga memertukan banyak tenaga untuk mengerjakannya, tetapi dapat dibubut, diserut, direkat, dan dipolitur dengan baik. Kayu eboni lambat ‘mengering dan cenderung untuk pecah. Nilai penyusutan dalam arah radial dan tangensial berturut-turut 6,2 dan 7,8 persen. Kegunaan kayu eboni antara lain banyak dipakai untuk mebel mewah, ukiran, alat-alat dekoratt, dan finir mewah (Heyne, 1987; Martawijaya dan Kartasujana, 1975). 13 Sifat Umum Kayu Kolaka (Parinari corymbosa Mig.) Kayu kolaka termasuk ke dalam famili Rosaceae. Jenis kayu ini mempunyai nama daerah kayu batu, tai (Sunda), kolaka (Sulawesi Tenggara), suluh, twulan (Jawa). Daerah penyeberannya adalah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan irian, Tumbuhan ini merupekan raksasa hutan, tingginya mencapai 40 m dan diameter 120 ‘om, tumbuh pada ketinggian kurang dari 500 m. Sifat kayu ni agak berat hingga berat luar biasa, keras, agak kasar seratnya dan wamnanya coklat kemerah-merahan; tidak mudah retak dan mengkerut. Berdasarkan kekuatannya dimasukkan ke dalam kelas kuat | atau Il, menurut keawetannya masuk ke dalam kelas awet Ill. Mempunyai berat jenis 0,96 (0,73—1,09), tidak tahan temhadep bubuk dan tawon kayu, juga tidak tahan terhadap rayap; ada kemungkinan tahan terhadap cacing tiang. i sebagian daerah kayu tumbuhian ini tidak digunakan arena jenis kayu ini berat dan sult dikerjaken. Kayu ini digunakan untuk bangunan, fantai, papan, bantalan, kayu perkapalan, ddan arang bermuu tinggi (Heyne, 1987; Martawijaya dan Kartasujana, 1975). Jamiur Pelapuk Schizophyllum commune Fries Jamur yang menyebabken pelapukan atau pewamaan kayu dan bahan-bahan selulosa lain adalah tumbuh-tumbuhan sederhana yang tidak mengandung klorofil sehingga tidak dapat memproduksi makanannya sendi. Jamur harus memperoleh energinya dari bahan-bahan organik lain (Haygreen dan Bowyer, 1988). Jamur S. commune Fr, Termasuk ke dalam fami Agaticaceae dan tersebar luas di dunia (kosmopoltan), jamur ini dikenal dengan tanda tubuh buah tidak bertangkai, bagian bawah menyempit hingga berbentuk kipas, bagian atas berwama putih keabu-abuan pada eee waktu muda dan setelah tua berwana abu-abu, tersusun secara radial, ujung tubuh buatr kadang-kadang pecah pada arah memanjang, ujung pecah ini melengkung, pada waktu segar . commune Fr. iat dan kenyal, dan setelah kering menjadi kaku (Martawijaya, 1962). Cir-cii. morfologi lainnya adalah tubuh buah fungi biasanya berdempetan secara lateral dan lebamya dapat mencapai 3 cm. Tubuh buah terbentuk secara tunggal atau berkelompok. Lamelanya terdii atas fascicull,antara fascicull yang lebih panjang dipisahkan oleh 3-5 fasciculi yang lebih pendek. Lapisan bagian atas tudung terdapat suatu bagian yang berwama gelap dan tersusun oleh hifa yang saling membelit memanjang ke bawah. Dinding rvang antarlamela menonjol Keluar. Dinding tersebut merupakan daerah pertumbuhan. Lamela yang lebih tua tumbuh memanjang diikuti oleh fameta yang baru. Jamur ini digolongkan sebagai himenomiset heterotalik karena dua miselium monospora yang berbeda sifat seksnya bersatu dan intinya berkonjugasi, dari peristiwa ini ‘akan terbentuk individu baru yang diploid. Gambar 2. Miselium jamur petapuk Schizophylum commune Fries. 5 Pengujian pada 25 jenis kayu yang berasal dari kompleks Gunung Bunder memberikan kesimpulan bahwa jamur ini merupakan jenis jamur perusak kayu yang ganas (Martaijaya, 1962). Sumami dan Jasi (1969) melakukan peneltan tentang resistensi kay plastic erhadap tga jeisjamur perusak kayu ya S. commune Fr, Pyenoparus sanguinous Karst., dan Dacryopinax spatularia Marst. Dari peneltian ini diperoleh keterangan bahwa jenis jamur S. commune merupakan jenis jamur yang paling ganas menyerang kayu dibandingkan dengan dua jenis jamur ainnya, Rata-rata persentase penurunan berat kayu yang disebabkan leh jammur ini adalah tertinggi dibandingkan dua leinnya yaitu sebesar 19,19%. Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren Rayap merupakan serangga sosial dengan ukuran tubuh kecil sampai sedang. Rayap termasuk hewan Arthropoda, Kelas Insekta, ordo Isoptera, Dalam perkembangan hidupnya, rayap mengalami metamorfosis bertahap yang terdi dari tiga tahap yaitu telur, nimfa, dan dewasa. Masyarakat rayap dapat mempengaruhi pertumbuhan tiap-tiap nimfa sesuai dengan kebutuhen koloninya, Nimfa-nimfa yang sedang tumbuh dapat diatur untuk djakan anggota kasta yang diperiukan. Hormon-hormon yang disekresikan oleh rayap reproduktif dan prajurit mengatur perbedaan kasta (Borror dan Long, 1954). ' Rayap hidup dalam koloni-koloni dan membagi kegiatan-kegiatan utamanya di dalam bentuk kasta yang ‘sudan berkembang. Berdasarkan perbedaan morfologis dan fsiologisnya, rayap dibagi menjadi tiga kasta, yaitu kasta reproduktif, kasta prajurit, dan kasta pekerja. 4. Kasta Reproduktif Kasta reproduktif terdii dari reproduktit primer dan sekunder. Reproduktif primer merupakan sepasang imago (raja dan ratu) yang semasa hidupnya bertugas untuk 16 menghasilkan telur. Apabila reproduktif primer tersebut mati, sepasang reproduktif sekunder akan menggantikannya. Pada masa bersilangan (swarming), reproduktif sekunder akan terbang keluar sarang dalam jumlah besar. Masa bersitangan ini rmerupakan masa perkawinan di mana sepaseng imago (jantan dan beta) bertemu dan ‘segera menanggalkan sayapnya serta mencari tempat baru yang sesuai untuk periuasan koloni (Tambunan dan Nandika, 1989). Kasta Prajurit asta prajurit mudah dikenali dari bentuk kepalanya yang besar dan mengalami penebalan yang nyata. Kasta ini sering dijumpai dengan ukuran yang berbeda (polimorfisme). Karakter seksual pada Kastaprjut dari beberapa spesiesrayap hampir tidak tampak fetapi secara genet kasta prajurt dapat berkelamin jantan atau betina, Dalam koloni, rayap bertugas untuk melindungi Koloninya dari gangguan yang mungkin timbul selama siklus hidup koloni. Kasta Pekerja Kasta pekerja meruapakan angola koloni yang sangat penting dalam koloni rayap. Tidak kurang dari 80% populasi dalam koloni rayap merupakan individu-individu kasta pekerja. Kesta ini umumnya berwama pucat dengan kutikula hanya sedikit mengalami penebalan sehingga tampak menyerupai nimfa. Karakter seksual kasta ini sult untuk ditentukan dengan jelas. Welaupun kasta pekerja tidak terbat dalm proses perkembangbiekan koloni dan pertahanan, namun hampir semua tugas tainnya dikerjakan oleh kasta ini, antara lain bertugas memberi makan kepada seluruh anggota koloni dan membangun atau memperbesar liang-iang untuk menampung koloni, 7 Beberapa sifatsifat penting rayap adalah sebagai berkut: Sifat trofalaksis, yaitu sifat rayap berkumpul saling menjlat dan mengadakan pertukaran bahan makanan melalui mulut dan anus. .Sifatkriptobiotk, yatusifatrayap menjauhi cahaya. . Sifat Kanibalisme, yaitu sifat rayap untuk memakan sesamanya yang lemah atau sakit. Sifat ini menonjol dalam keadaan kekurangan makanan. Sifat polimorfisme atau polimorfik, yaitu bentuk-bentuk rayap yang berbeda antara pekerja, prajurt, dan rayap reproduktif. 5. Sifat nekrofagi, yaitusifatrayap memakan bangkai sesamanya (Nandika, 1991). Berdasarkan habitat atau perilaku bersarang, rayap digolongkan ke dalam tipe-tipe: |. Rayap pohon, yaitu jenisjenis rayap yang menyerang pohon yang masih hidup, bersarang dalam pohon dan tak berhubungan dengan tanah. Contoh khas dari rayap ini adalah ‘Neotermes tectonae (famili Kalotermitidae), hama pohon jati. . Rayap kayu lembab, menyerang kayu mati dan lembab, bersarang dalam kayu, tak berhubungan dengan tanah. Contohnya Glyoptermes spp. (famil Kalotermitdae). |. Rayap kayu kering, seperti Crypfotermes spp. (famili Kalotermitidae), nidup dalam kayu ‘mati yang telah kering. Hama ini umum terdapat di rumab-rumah dan’ perabot-perabot seperti meja, kursi, dan sebagainya, Tanda serangannya adalah terdapatnya buti-butir cekskremen kecil berwama kecoklatan yang sering berjatuhan di lantai atau di sekitar kayu yang diserang. Rayap ini juga tidak berhubungan dengan tanah karena habitatnya kering. . Rayap tanah atau subteran, umumnya hidup di dalam tanah yang mengandung banyak bahan kayu yang telah mati atau membusuk, aiau bahan organik lainnya yang mengandung selulosa seperti serasah dan humus. i Indonesia, dua famil rayap perusak 18 Kayu masuk dalam Kategori rayap subteran, yaitu Tenmitidae dan Rhinotermitidae. Contoh famili Termitidae yang paling umum menyerang bangunan adalah Macrotermes spp. (terutama M, giiwis), Odontotermes spp., dan Miorotermes spp. Jenisjenis rayap int sangat ganas, dapat menyerang obyek-obyek berjarak sampai 200 m dari sarangnya. Coptotermes spp. Termasuk ke dalam famili Rhinotermitidee, rayap ini banyak menyerang bangunan. Perilaku rayap ini mirip Macroermes, namun perbedaan utama adalah kemampuan Copiotermes untuk bersarang di dalam kayu yang diserangnya, walaupun fidak ada hubungan dengan tanah, asal saja sarang tersebut dalam keadaan lembab (Tarumingkeng, 1993). Menurut Tambunan dan Nandika (1989), rayap tanah C. curvignathus Holmgren termasuk rayap yang paling luas serangannya di Indonesia. Jenis rayap ini termasuk ke dalam famili Rhinotermitidae, Di daerah tropika, rayap tanah merupakan salah satu serangga perombak yang penting yang merusak kayu bangunan dan bahan lainnya seperti bambu, kertas, papan, dan behan berlignoseliulosa linnya. Ciré-ciri rayap C. curvignatnus, menurut Tarumingkeng (1971), mempunyai sebuah fontanel (ubun-ubun) yang merupakan tempat yang pucat, Keci, dan cekung pada bagian depan kepala antara dua mata, pada bagian mesonotum dan metanotum terdapat sayap dengan tipe reticulate tanpa bulu-bulu Rayap secara umum memakan kay atau bahan berselulosa. ‘Selulosa dalam makanan dicema oleh berbagai protozoa yang sangat banyak jumlahnya, yang hidup dalam saluran pencemaannye. Hubungan ini adalah mutualisme, Beberapa rayap jenis lain mengendung bakteri dan protozoa pada pencemaannya. BAHAN DAN METODE ‘Tempat dan Waktu Penelitian Peneliian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Hutan Tropika, Pusat Studi timu Hayali institut Pertanian Bogor (IPB) dan Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor dari bulan Februari sampai dengan Juli 1999. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam peneltian ini berupa dua jenis kayu, yaitu kayu eboni (Diospyros polsanthera Blanco) asal Irian dan kolaka (Parinari corymbosa Mig.) koleksi Kebun Raya Bogor sebagai kayu uj, jamur Schizophylum commune Fr. koleKsi Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, rayap pekerja dan prajurt Coptotermes curvignathus Holmgren koleksi Laboratorium Biologi Hutan Tropika, Pusat Studi ilmu Hayat Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah aseton, n-heksana, etil eter, etil asetat, matt extract agar (MEA), glukosa, bacfo agar, kertas selulosa Whatmann, alumunium foil, dan aquadest, Kloroform, metanol, etanol, eter, amoniak, asam sulfat pekat, FeCls 1%, NaOH 10%, pereaksi Lieberman-Buchard, Dragendorf, Meyer, dan Wagner. Alet-alat yang akan digunakan dalam penelan ini adalah penggiing Willey, mesh soreen ukuran 40-60, rotary evaporator, hot plate, tabung reaksi, erlenmeyer, cawan alumunium, pengaduk, autoclave, oven, timbangan, cawan petri, Kain kasa, gelas ukur, funnel separator, pipet, pelattetes, dan kromatografi gas spektra massa (gas chromatography mass spectra). 20 Metode Penelitian Persiapan sampel Dua jenis kayu tropis yang digunakan sebagai sampel dalam studi ini, yaitu eboni dan kolaka. Bagian teras (heartwood) kayu-kayu tersebut digiing menjadi serbuk (woodmil) dengan menggunakan penggling Willey dan dilewatkan pada mesh screen berukuran 40—~60, kemudian dikeringanginkan hingga kadar air serbuk kayu sekitar 15%. Gambar3, Serbuk kayu eboni dan kolaka ukuran 40—60 mesh, NY ay ens se Persiapan ekstrak ‘Sebanyak 2100 gram sampel serbuk yang telah dikeringanginkan diekstraksi dengan cara direndam dengan 10 liter aseton pada suhu ruang dengan perbandingan tinggi serbuk dan pelarut + 1:3. Campuran ini diaduk sesering mungkin menggunakan pengaduk (spatula), dan setelah 48 jam larutan ekstraksi disaring dan disimpan dalam wadah tertutup. Eksiraksi ini dilakukan berulang kali hingga diperoleh larutan ekstrak yang jemnih. a Ekstrak aseton yang diperoleh kemudian diuapkan hingga diperoleh volume sebanyak 400 ml ekstrak pekat menggunakan rotary evaporafor pada suhu meksimum 40°C dengan kecepatan putaran 30-40 rpm. Dari jumiah tersebut diambil sebanyak 10 mi untuk mengetahui kadar ekstraktif dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer yang kering dan telah diukur beratnya, untuk divapkan hingga kering. Selanjutnya dilakukan pengeringan dengan ‘oven pada suhu + 105°C selama tiga jam (hingga beratnya tetap), setelah dingin ditimbang sehingga diketahui berat kering ekstrak aseton yang diperoleh Dari sebanyak 90 mi larutan ekstrak aseton yang tersisa, diambil sebanyak 50 ml dan selanjutnya dilakukan fraksinasi bertingkat. Pertama, larutan ekstrak aseton tersebut dimasukkan funnel separator dan ditambahkan air destilata 20 mi dan pelarut n-heksana sebanyak 75 ml. Campuran ini dikocok dan dibiarkan hingga terjadi pemisahan, selanjutnya {raksi teriarut n-heksana dipisahkan dari residu, Fraksi tertarut n-heksana yang diperoleh dimasukkan ke dalam tabung bertutup. Fraksinas! ini dilakukan sampai tiga kali atau hingga pelarut menjadi bening Selanjutnya, residu hasil fraksinasi dengan pelarut rheksana ditambahkan lagi dengan pelarut efl eter sebanyak 75 ml plus 20 mi air destilata. Selanjutnya dikocok dan cibiarkan hingga terjadi pemisahan, Setelah memisah, fraksi tertarut efl eter diambil dan disimpan ke dalam tabung bertutup. Fraksinasi ini dlakukan sebanyak tiga kali atau hingga pelarut menjadi bening. ' Terakbir, fraksinasi bertingkat ini menggunakan pelarut etil asetat. Residu hasil fraksinasi dengan pelarut ell eter ditambahkan 75 ml etil asetat plus 20 ml air destlata, Dikocok dan dibiarkan hingga terjadi pemisahan. Fraksi terlarut etil asetat disimpan ke dalam 2 tabung bertutup. Sisanya merupakan fraksi tidak terarut (residu). Skema umum fraksinasi bertingkat ini disajikan secara diagramatik pada Gambar 4. Serbuk kayu 40—60 mesh Ekstraksi aseton Spee EEE Residu Aseton ekstrak Fraksinasi n-heksana Pate ery Fraksi teriarut n-HEKSANA. Residu Fraksinasi til eter Fraksi terarut ETILETER Residu Fraksinasi ei asetat pp erence Peers Fraksi teriarut ETIL ASETAT Fraksi tak terfarut Gambar 4. Skema analisis ekstrak aseton kayu teras. Perhitungan kandungan ekstraktif. Larutan hasil ekstraksi dengan pelarut aseton, n- heksana, etl eter, dan ef asetat dikeringkan pada suhu 40—60°C. Kandungan ekstraktif dari hhasil fraksinasi masing-masing pelarut tersebut dinitung berdasarkan berat kering oven serbuk ayy dengan rumus: We Kandungan ekstraktif = x 100% Wo Ws = beratkering oven padatan ekstraktif (gram) Wo = berat kering oven serbuk (gram). 23 Pembuatan konsentrasi larutan ekstrak ‘Setelah metakukan ekstraksi dan fraksinasi bertingkat maka ditakukan pengeringan pada oven bersuhu 40—60°C untuk mendapatkan padatan ekstrakt, Pembuatan konsentrasi larutan ekstrakti dilakukan dengan melarutken padatan ekstreklf (masing-masing fraks!) dengan pelarut aseton dengan perbandingan 500 mg ekstrak dalam 60 ml pelarut (dalam setiap 1 ml pelarut mengandung 10 mg ekstrak) atau disesuaikan dengan padatan ekstraktif yang diperoleh. Pembuatan konsentrasi dengan pedoman berat per berat dlakukan dengan ‘cara mengukur berat ekstrak tethadap berat keitas selulosa atau berat medium dasar malt extract agar. Persiapan medium, jamur, dan rayap Dua organisme pelapuk kayu, yaitu jamur Schizophyllum commune dan rayap pekerja Coptolermes curvgnathus, digunakan sebagai uji bioesai, Jamur S. commune ditumbuhkan pada medium dasar dengan komposisi sebagai berikut: dalam satu liter diperfukan 25 gram malt ekstrak, 15 g agar, dan 20 g dekstrosa. Sedangkan rayap pekerja dan prajurit Coptotermes curvignathus dipelinara pada laboratorium dengan kayu tusam (Pinus merkusi) sebagai sumber makanan, Uji efikasi ekstraktif terhadap jamur pelapuk Pengujian antjamur diakukan dengan uj perturbuhian miselium jamur Schizophyllum commune menggunakan metode yang clkembangkan Loman (1970) dengan beberepa modifikasi. Komposisi medium bioesai adalah sebagai berikut; dalam satu liter larutan diperiukan 25 gram matt extract, 15 g agar, dan 20 g dekstrosa, i 24 Ke dalam medium jitambahkan ekstraktif dengan konsentrasi 0,'2, 4, 6, 8, dan 40% (berat/berat). Medium tersebut kemudian di-autoclave selama 15 menit pada 120°C dan 41,05 kglom®. Inokulum jamur yang diperoleh dari biakan berumur § hari dinokulasikan ke dalam cawan peti. Cawan diinkubasi pada 26,5°C selama dua minggu. Pertumbuhan rmiselium jamur dievaluasi pada akhir masa inkubasi dengan cara mengukur diametemya dan membandingkannya dengan pertumbuhan miselium kontrol, Secara lengkap, alur uj efkasi cekstraktf kayu eboni dan kolaka tethadap jamur Schizophyllum commune Fr. tersaji pada Gambar 5. © Medium MEA dalam cawan peti | Ditambahkan ekstraktif + Autociave ‘(15 menit, 120° C, 1,05 kg/ont”) - Inokulasi amar ‘ Inkubasi (2 minggu, 26,5° C) | v Evaluasi pertumbuhan miselium Gambar 5. Alur uji éfikasi ekstraktif kayu terhadap jamur S. commune. Prd Uji efikasi ekstraktit terhadap rayap tanah Pengujan antirayap ditakukan dengan metode yang telah dilakukan oleh Ohmuraet al (1997). Untuk pengujan ini, pengumpanan kertas saring pada rayap tanah Coptotermes curvignathus dilakukan setelah perendaman sampel uji dalam larutan bioaktif pada berbagai tingkat konsentrasi yaitu 0, 2, 4, 6, 8, dan 10% (beratlberat), Sampel uji yang'telah direndam dikeringanginkan dan kemudian diletakkan ke dalam cawan petri, setelah itu meletakkan rayap yang sehat dan aktif sebanyak 50 ekor (45 pekerja dan 5 prejurit) untuk setiap sampel uj, bagian alas botol ‘ji dtutup dengan kain kasa. Pengumpanan dilakukan’ selama empat rminggu di ruang gelap. Respon yang diukur adalah mortaltas rayap dan Kehilangan berat media uji(kertas sarin). ;-—— Bolo uj tetutup kan kasa > Media uj (kertas saring) Batu bata ‘Gambar 6. Skema botol uji efikasi ekstraktif terhadap rayap tanah C. curvignathus. Perhitungan mortalitas rayap. Pengamatan mortaltas rayap ditakukan setiap minggu selama 4 (empat) minggu. Mortaltas dtentukan dengan menggunaken rumus: de Morialitas rayap (%) = ————— x 100% Jy = jumlah rayap yang mati (ekor) Js = jumlah rayap awal (50 ekor) 26 Perhitungan kehilangan berat media uji. Perhitungan kehilangan berat kertas saring (umpan) dilakukan pada akhir minggu keempat, dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Bo - Br Kehilangan berat (%) = ——— x 100% Bo 8 = beratkering sampel sebelum pengumpanan (mg) Bi = berat kering sampe! setelah pengumpanan (mg) Penentuan komponen kimia ekstraktif Konstituen dari freksi teraktif ekstrak aseton kayu eboni dan kolaka dianalisis lebih lanjut dengan uji kualitatf (ftokimia), ini dilakukan untuk mengidentifkasi golongan senyawa yang ‘diperkirakan terkandung di dalam ekstraktf, seperti terpenoid, alkaloid, fenol, fenol hidrokuinon, dan flavonoid. ara mendeteksi golongan senyawa-senyawa tersebut adalah sebagai berkut: 4. Penentuan senyawa alkaloid Sebanyak satu gram ekstrak sampel ditambahkan 5 mi Kloroform (mengandung tiga fetes amonick) dan tambahkan lagi 5 ml Kloroform (mengandung lima tetes amoniak). Kemudian saring ke dalam tabung reaksi bertutup. Kocok ekstrak Kloroform tersebut dan tambahkan lima tetes asam sulfat 2 M. Lapisan asam yang terbentuk diambil dan dipisahkan untuk bahan uj. Kemudian siapkan pelat tetes. Ekstrak pada pelat tetes Kemudian dideteksi dengan cara menambahkan pereaksi Wagner (pada pela tetes |), pereaksi Meyer (pada pelat tetes II), dan pereaksi Dragendorff (pada pelat tetes Ill) Adanya senyawa alkaloid ditandai dengan timbulnya endapan berwama coklat (dengan pereaksi Wagner), endapan wama putin (dengan pereaksi Meyer), dan endapan wama kuning-ungu (pada pereaksi Dragendorf). a 2. Penentuan senyawa fiavonoid dan fenolat ‘Sebanyak 0,5 gram ekstrak ditambahkan metanol lalu panaskan, kemudian siapkan pelat tetes, larutan dipipet dan diteteskan pada pelat tetes (lima tetes). Ekstrak pada pelat tetes kemudian dideteksi dengan menambankan: NaOH 10% (pada pelattetes 1), HaSOx pekat (pada pelat tetes Il), dan FeCl 1% (pada pelat tetes Il). Adanya, senyawa fenol hidrokuinon ditandai dengan timbulnya wama merah (dengan poreaksi NaOH 10%). ‘Adanya senyawa flavonoid ditandai timbulnya wama merah (dengan pereaksi asam sulfat pekat), Adanya senyawa fenolatditandai dengan timbulnya wama hjau, bru, hitam, atau ungu (dengan pereaksi FeCl 1%). i 3. Penentuan senyawa terpenoid dan steroid ‘Sebanyak satu gram ekstrak itambahkan 10 mi etanol, dipanaskan dan disaring fal fitrat ditambahkan eter. Siapkan dua buah pelattetes, lapisan eler dipipet dan teteskan ke pelat tetes. Ekstrak pada pelat tetes kemudian dideteksi dengan menambahkan pereaksi Lieberman-Buchard (pada pela totes |) dan HoSOx pekat (pada pelt tétes II). Adanya senyawa terpenoidditandai dengan timbulnya wama merah alau ungu dan adanya steroid ditandai dengan timbulnya wama hijau (dengan pereaksi Lieberman-Buctard), sedangkan dengan pereaksi H:SOs pekat akan menimbulkan wama merab-coklat apabila terdapat senyawa terpenoid. Untuk mengetahui komponen kimia utama dari fraksi teraktif dilakukan identifikasi dan analsis dengan gas chromatography mass spectra (GCMS). Kolom yang digunakan berupa kolom Hewlett Packard 5, panjang kolom 50 m dan diameter 0,25 cm, suhu awal 40°C, dan 28 suhu akhir 230°C. Hasil spektrometer massa dan bentuk fragmentasinya dibandingkan dengan pustaka dari NIST (National Institute of Standard and Technology). Analisis Data Untuk mengetahui pengaruh jenis pelarut ekstrak dan konsentrasi larutan ekstraktf terhadap pertumbuhan miselium jamur, mortalitas dan Iaju Konsumsi rayap digunakan analisis statistik dengan menggunekan rancangan faktorial tersarang (Sudjana, 1985), dengan model sebagai berikut: Yin = + Ai + Big + coe 48 ab ic Keterangan: Yq = respon karena pengaruh taraf ke faktor B yang tersarang pada taraf ke, faktor A ulangan ke-k H nila rata-rata A pengaruh dari traf ke faktor A (lenis pelarut ekstrak) Bo pengaruh taraf ke} faktorB (konsentrasi larutan ekstrak) 3 galat percobaan pada taraf ke} faktor B yang tersarang pada {arafke-ifaktor A, pada ulangan ke-k Faklor A adalah jenis fraksi terlarut, terdiri dari empat taraf yaitu fraksi tertarut n- heksana, fraksi terlarut etl eter, fraksi terdarut ell asetat, dan fraksi tak terlarut (residu). ‘Sedangkan faktor 8 adalah konsentrasifraksi, terdii dari enam taraf yaitu 0, 2, 4, 6, 8, dan 10%. Untuk mengetahui pengarun jenis fraksi dan konsentrasi maka dilakukan analisis keragaman dengan menggunakan uji, jka Frag lebih besar dari Fis maka faktor perlakuan berpengaruh nyata dan dilanjutkan dengan uji wilayah berganda Duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Ekstraktif Kayu Eboni dan Kolaka Total kandungen ekstraktif (ekstrak aseton) yang diperoleh dari teras kayu eboni dan kolaka berturut-turut adalah 1,15% dan 0,67% berdasarkan berat kering oven. ‘Tabel 5. Kandungan ekstraktif kayu eboni dan kolaka Tenis ka) Kandungan ‘Nama iimiah Nama umum ekstraktif (%) Diospyros polisanthera Blanco Eboni 4.15 Parinari corymbosa Wig, Kolaka 0.67 Rangkaian fraksinasiterhadap ekstrak aseton kayu eboni menghasikan fraks tearut n-heksana, fraksi terlarut etil eter, dan fraksi teriarut etil asetat, berturut-turut, sebanyak 0,50%, 0,21%, dan 0,26% berdasarkan berat kering oven. Sedangkan fraksinasi bertingkat tethadap cekstrak aseton kayu kolaka menghasikkan fraksi terlarut ncheksana sebesar 0,18%, fraksi terlarut etl eter sebesar 0,26%, dan fraksiterarut etl asetat sebesar 0,11% berdasarkan berat kering oven. Secara lengkap, hasil fraksinasi ekstrak aseton kayu eboni dan kolaka tersaji pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil fraksinasi bertingkat terhadap ekstrak aseton kayu eboni dan kolaka Ebon Kolaka Fraksi Berat Persentase | Beratpadatan | Persentase padatan(q) | _ekstraktif @ Ekstraktit Terlanitr-heksana 913 050 3,28 0.18 Terlarteti eter 3.83 021 4,73 026 Terlarut etil asetat 475 0,26 2,10 0,11 Residu 3,28 0,18 2,29 0,12 Ekstrak aseton 24,00 415 12,46 067 30 Kandungan ekstrak aseton yang diperoleh dalam peneliian ini relatif rendah apabila dibandingkan dengan hasi-hasil penelitan lainnya, Menurut Syafi et al. (1987), persentase cekstrak aseton kayu ulin, gonzalo, dan rasamala masing-masing sebesar 8, 18%, 3,34%, dan 2.64% berdasarkan berat Kering oven. Syafil ef al. (1994) menyebutkan bahwa persentase ekstrak aseton kayu sonokeling, Keranji, damar laut, dan tembesu masing-masing adalah 8,06%, 4,70%, 4,52%, dan 1,65% berdasarkan berat kering oven. Kandungan ekstraktif pada kayu jaf, menurut Rosamah (1990), juga relatif tinggi yaitu sebesar 5,15% ekstrak aseton. Hal tersebut menunjukkan bahwa kandungan ekstraktif pada setiap jenis kayu sangat berbeda dan beragam. Menurut Sjostrom (1993), kandungan dan komposisi ekstraktf dalam batang yang sama pada satu jenis kayu pun dapat berbeda. Banyeknya ekstraktf yang dapat ciekstrak dari kayu tergantung dar enis petarut yang digunakan, cara dan proses ekstraksi, ukuran serbuk, dan kadar air serbuk (Syafil et al, 4994). Selain itu, tidak ada satu jenis pelarut yang dapat mengikat semua ekstraktf yang ada. Oleh karena itu agar lebih banyak ekstraktit yang terikat, perlu ditambahkan dua atau lebih jenis petarut (Browning, 1967). Efikasi Ekstraktif Terhadap Jamur Pelapuk Tabel 7 menunjukkan bahwa fraksi terlarut n-heksana pada kedua kayu uli (eboni dan kolaka) merupakan fraksi teraktif di dalam menghambat pertumbuhan miselium jamur Schizophyllum commune, — Hasil analisis ragam dan uji wilayah berganda Duncan ‘menunjukkan bahwa fraksi terlarut n-heksana pada kedua kayu uji menunjukkan aktvitas ‘toksik tertinggi dibandingkan fraksi terlarut etil eter, fraksi terlarut elil asetat, atau residu. 31 Pertumbuhan miselium jamur S, commune menurun menjadi hanya 4% pada medium ‘mait extract agar yang ditambahkan fraksi terarut n-heksana kayu eboni, sedangkan pada fraksitearut m-neksana kayu kolaka pertumbuhan misefum menjadi 63% pada konsentrasi fraksi 8% (beraUberat). : Tabel 7. Pertumbuhan relatif miselium jamur S. commune pada medium MEA dengan penambahan ekstraklif kayu eboni dan kolaka setelah dua minggu masa inkubasi {dalam persen) Konsentrasi (b/b) Fraksiterfanut nHeksana_[__Etleter Etil aselat Resid Eboni Kontrol (0%) 100" 100" 100" 1008 2% oe on 100" © 4008 4% 79% oa 100" 100° 6% a7e 74 95 100" 8% 25 6a 35 400" 10% 4 198 Te 100" Kolaka Kontrol (0%) 400° 100" 100" 100" 2% 100" 100" 100" 6 4% 65° 100" 100" 3 6% 69 ar 100" ag 8% 63 gg 400" oe 40% eae ste 100" 66 Keterangan: Nil yang dikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf nyata 8%, Fraksi terlarut n-heksana dari ekstrak aseton kayu eboni menunjukkan aktvitas toksik tertinggi terhadap pertumbuhan misefium S, commune dibandingkan fraksifraksi lainnya. Pada konsentrasi 6%, pertumbuhan miselium jamur uji ini mulai menurun menjadi 37% dan pada penambahan Konsentrasi 10% pertumbuhan misefium menurun drasts hingga mencepai 4%. Selain fraksi terfarut n-heksana, fraks| terlarut eli eter juga memberikan efek toksik terhadap pertumbuhan miselium S.commune yang menyebabkan penurunan pertumbuhan mencapai 19% pada penambahan Konsentrasi 10%. : 32 Pada fraksi terlarut n-heksana dari ekstrak kayu kolaka, pertumbuhan miselium jamur uji mulai konsentrasi 4% hanya mampu menurunkan pertumbuhan miselium jamur menjadi 65%. Penghambatan pertumbuhan miselium cenderung stabil pada Konsentrasi-konsentrasi di atasnya. Fraksi tak terlarut (residu) juga mempunyai daya hambat cukup balk meskipun relatif rendah bila dibandingkan dengan fraksi terlarut n-heksana. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa komponen-Komponen kimia utama dalam fraksi terlarut n-heksana dari ekstrak aseton kayu eboni berperan di dalam menentukan keawetan alam kayu dari serangan jamur perusak kayu S. commune. Efikasi Ekstraktif Terhadap Rayap Tanah Mortalitas rayap tanah Ekstraktif kayu eboni dan kolaka menunjukkan pengaruh yang beragam terhadap moriatas rayap tanah setelah pengumpanan selama empat minggu. Pada kayu eboni, kisaran mortalitas rayap tanah pada perlakuan penambatian konsentrasi fraksifraksi adalah 48,7—100%, sedangkan pada kontrol adalah 14—17,3%, Pada kayu kolaka, mortaltas rayap tanzh berkisar 62—100% pada periskuan penambahan konsentrasifraksiraksi, sedangkan pada kontrol berkisar antara 14,7—25,3%, Pada kayu eboni, berdasarkan uji staisik yang dilakukan pada data pengamatan rmortalitas rayap tanah setelah empat minggu pengumpanan, perlakuan jens fraksiterfarut dan konsentrasi berpengaruh terhadap mortaltas rayap tanah serta terdapat interaks| antarfaktor. Hasil uji lanjut dengan uji wilayah berganda Duncan menunjukkan bahwa fraksi terarut n- heksana kayu eboni pada konsentrasi 6% telah menyebabkan mortalitas rayap mencapai 3 100%. Hal ini berarti bahwa Komponen-Komponen utama ci dalam fraksitertarut n-heksana kayu eboni bersifatracun tethadap rayap tanah Tabel 8. Mortalitas rayap tanah C. curvignathus pada media uji (kertas saring) yang mengandung ekstrak kayu eboni dan kolaka setelah empat minggu masa pengumparan (dalam persen) Konsentrasi (bib) Fraksiteriarut n-Heksana Etil eter Etil asetat Residu Eboni 0% 14,0' 16,7" 17,3 17,3 2% 80,084 927% 437° 53.3% 4% 93.3% 47% 52,0" 58,76 6% 100,0" 98.0" 56,0 62,08 8% 100,02 86,78 58,74 66,06 10% 40,0" 86,708 5,74 69,ghee Kolaka 0% 253° 1676 2136 2% 10,0" 75,38 70,78 4% 10,0" 7278 Tare 6% 100,08 T2708 84.70 8% 100,08 : 657° 86.0% 10% 100,0* 82,78 69,38 85,3 Keterangan: Nill yang dikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf nyata 5%. Selain fraksi terfarut_nheksana, fraksi terlarut efil eter secara umum juga ‘mempengaruhi mortalitas rayap tanah. Pada konsentrasi 6%, mortaltas rayap telah mencapai 98% pada pengumpanan selama empat minggu. Fraksi terlarut etil asetat dan fraksi tak terlarut (residu) juga mampu menurunkan tingkat ketahanan hidup rayap hingga 69,3%. Mortalitas akibat penambahan fraks terlarut el eter dan residu berkisar antara 48,7—69,3%. Pada kayu kolaka, fraksi terlarut n-heksana secara umum menyebabkan rata-rata mortalitas 100% mulai penambahan konsentrasi 2%. Tiga fraksi lainnya (fraksi terlarut ett eter; fraksitertarutetil asetal, dan residu) juga mampu menyebabkan mortalitas rayap tanah dengan kemampuan tingkat meracuni yang relatif sama, berkisar antara 62—88,7%. 34 Mortalitas rayap selama pengumpanan diduga terjadi akibat aksi racun yang terdapat di dalam ekstrak yang diberikan pada kertas saring uj. Pada mulanya rayap akan melakukan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Rayap yang mampu menyesuaikan diri akan tetap hidup dan mulai memakan bahan makanan yang ada, dan akan terus memekannya bila bahan makanan terasa cocok. Jika rayap tidak mendapatkan bahan makanan yang cocok, maka rayap tersebut akan memilin untuk tidak makan sampai suatu seat akan melemah (ketaparan) dan mati, Rayep-tayap yang lemah atau sakit akan dibunuh dan dimakan oleh rayap-rayap yang lebih aktif, dengan sifat Kanibalisme yang dimilkinya, Selain itu, sifat nekrofaginya menyebabkan rayap aktif akan memakan bangkai sesamanya. Kondisi ini menyebabkan sering ditemukannya bangkai rayap dengan tubuh yang tidak utuh lagi selama waktu pengumpanan. Rayap yang mati pada media uji tanpa ekstraktf (kontrol) diduga disebabkan oleh ketidekmampuan rayap untuk menyesuaikan difi dengan lingkungan barunya (suhu, kelembaban, intensitas cahaya) dan dihadapkan pada kondisi tidak ada pilhan bahan makanan lain. Secara fisiologis, dengan masuknya ekstraktif yang bersifat racun ke dalam tubuh rayap maka ekan menyebabkan aktivitas protozoa (sebagai perombak saring) menjadi lemah, hal ini secara tidak fangsung akan menyebabkan suplai energi, yang berasal dari perombakan sering menjadi gula sederhana, oleh protozoa kepada rayap menjadi terhambat sehingga menimbulkan kelaparan dan kematian, Kehilangan berat media uff Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kehilangan berat media uji (kertas saring) oleh rayap tanch cenderung menurun dengan meningkatnya konsentrasi fraksi tertarut Ki n-heksana kayu eboni dan kolaka. Sedangkan pada fraksi-fraksi lainnya (fraksi terlarut etil ter, fraksi terlarut etil asetat, dan residu) menunjukkan persentase kehilangan berat yang fluktualit pada peningkatan konsentrasi pelakuan. Kisaran kehilangan berat kertas saring pada pertakuan dengan ekstrak kayu eboni adalah 6,82—31,64%, sedangkan pada pertakuan dengan ekstrak kayu kolaka adalah 8,20—32,62% (Tabel 9) Tabel 9. Kehilangan berat media uji (kertas saring) yang mengandung ekstrak kayu eboni dan kolaka setelah empat minggu masa pengumpanan terhadap rayap tanah C. curvignathus (dalam persen) Konsenirasi (brb) Fraksitedanit nHeksana Efileter Etil asetat Residu Eboni Kontrol (0%) 31,648 24,70" 21,58 20,98" % 14,108 5,168 9.4ae 10,26 4% 10,96 5,26" 12,30bed 6% 7,308 7,468 11,7260 8% 7,28 12.9geae 9,440 10% 6,82 13,660 2,davese Kolaka Kontrol (0%) 20,80 32,628 21,96 21,64 2% 9\54sb 16,884 16,18 10,38 4% 8,340 171d 42,BBabede 12,78sbede 6% 9,4se 11,28sbe 944% 10,2818 8% 8,208 14,306 10,580 12,42abed 10% 848 40,960 11,508 14,04bede Kelerangan: Nilal yang dikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf nyata 5%, Secara umum, fraksiterlarutn-heksana balk pada kayu eboni merupakan fraksi yang memiliki derajat proteksitertinggiterhadap kertas uj. Berdasarkan Somnuwat (1996), erias saring yang ditambahkan fraksiterlarut n-reksana kayu eboni pada konsentrasi 6 hingga 10% termasuk ke dalam Kelas ketahanan cukup Kuat terhadap serangan rayep tanah sedangken kertas saring tanpa penambahan ekstrak kayu eboni termasuk Kelas sangat rentan terhadap serangan rayap tanah. Ini berarti bahwa penambahan fraksi terlarut n-heksana kayu eboni 36 mulai konsentrasi 6% menghasikan kelas ketahanan lebin balk dibandingkan Kondisi tanpa penambahan ekstrak. Hal ini juga berbeda nyata secara statistika bila dibandingkan dengan kontrol yang mengalami pengurangan berat kertas saring mencapai 20,98—31,64%. Dibandingkan Kontrol, fraksi teriarut n-heksana kayu eboni mampu menahan kehilangan berat kertas sering hingga hampir lima kali ipat. Hasil berbeda ditunjukkan pada pengujian Kertas saring yang mengandung ekstrak ayu kolaka yang urumaya termasuk kategori tidak tahan Karena nilai Kehitangan berat kertas lebih dari 8%. Derejat proteksi tertinggi hanya ditunjukkan fraksi terlarut rheksana yang ‘memilki kisaran kehlangan berat 8,20-9,54%. Mekanisme menurunnya laju Konsums! tethadap kertas saring diduga akibat daya racun dari fraksi-fraksi, pemberian Konsentrasi yang semakin meningkat pada kertas saring ‘akan menyebabkan rayap memilh untuk tidak makan sehingga kehilangan berat saring menjadi berkurang. Dengan kata lain, peningkatan konsentrasi ekstraktf akan mengurengi serangan rayap terhadap kertas saring, Hel ini sesuai dengan pendapat Martawijaya (1962) ‘yang menyatakan bahwa semakin meningkat kandungan ekstraktif yang masuk ke dalam bahan ujimaka kerusakan yang teradi oleh faktor perusak biologis akan semakin rendah. Golongan Senyawa Fraksi Teraktif Fraksi teraktf kayu eboni (fraksi terlarut n-heksana) diduga mengandung golongan- golongan senyawa terpenoid, alkaloid, dan fenolat. Kandungan ‘serupa juga terdapat pada fraksi teraktf kayu Kolaka (fraksiterfarut n-heksana). Pada pendeteksian golongan senyawa dalam fraksi terlarut n-heksana dari ekstrak kayu eboni, pengujian dengan pereaksi Lieberman-Buchard untuk mendeteksi monoterpena dan seskuiterpena menunjukkan hasit a negatif tetapi dengan peraksi HaSO« pekat (untuk medeteksi terpenoid lainnya) menunjukkan hasil positif dengan terjadinya wama merah-coklat. Hasil positf juga diperoleh dalam pendeteksian golongan senyawa alkaloid. Semua pereaksi pendeteksi (Dragendorff, Meyer, dan Wegner) mengindikasikan adanya alkaloid, hal ini terlihat dari terbentuknya endapan kuning ungu (dengan pereaksi Dragendort), endapan putih (dengan pereaksi Meyer), dan ‘endapan coklat tua (dengan pereaksi Wegner). Fraksi terlarut n-heksana dari ekstrak kayu ceboni juga mengandung golongan senyawa fenolat. Senyawa fenol dan fenol hidrokuinon, berturutturut, terdeteksi dengan pereaksi FeCl 1% dan NaOH 10% yang menghasikan perubahan wama menjadi ungu (positif mengandung fenol) dan merah (positif mengandung fenol hidrokuinon). Golongan senyawa flavonoid diduga tidak terdapat dalam fraksi telarut n- heksana ekstrak kayu eboni dengan hasil negatif yang diperoieh. Tabel 10. Hasil uji kualitatif (fitokimia) fraksi teraktif ekstrak kayu eboni dan kolaka Golongan senyawa | Pereaksipendeteksi | _ Fraksi terakti Frakai terakif : ekstrak kayu eboni | ekstrak kayu kolaka Terpencid © Terpena H2S01 pekat + + ¢ Monoterpena Lieberman-Buchard : z + Seskuiterpena Lieberman-Buchard e - ‘Alkaloid Dragendorff + + Meyer + + Wegner + + Fenolat + Fenol FeCh 1% + + +__Fenolhidrokuinon_| NaOH 10% + i: Flavonoid HeSOs pekat - a Kayu kolaka, dengan fraksi teraktifnya, juga diduga mengandung komponen utama berupa golongan senyawa terpenoid, alkaloid, dan fenol. Hasi posif terhadap pendeteksian golongan senyawa terpenoid tidak terjadi pada pendeteksian senyawa monoterpena dan 38 seskuiterpena. Diduga bahwa di dalam fraksi terlarut n-heksana ekstrak kayu kolaka terdapat golongan senyawa terpenoid jenis tainnya yang berperan di dalam menentukan keawetan lami kayu kolaka. Alkaloid dan fenol juga terdapat didalam fraksi teriarut n-heksana kayu kolaka, has positf ditunjukkan oleh ketiga pereaksi pendeteksi alkaloid (Dragendorff, Meyer, dan Wegner) ddan pereaksi pendeteksi fenol (FeCls 1%). Golongan senyawa fenol hidrokuinon dan flavonoid diperkrakan tidak terdapat didalam fraksiterlarut n-heksana ekstrak kayu kolaka, Dari hasil di alas dapat diduga bahwa terpenoid, alkaloid, dan fenotat merupakan ‘golongan-golongan senyawa yang berperan dalam menentukan keawetan alami kayu dalam hal menghambat pertumbuhan miselium jamur S. commune dan menurunkan laju konsumsi rayap tanah terhadap kertas saring. Seperti dikemukakan Tsoumis (1968), Keawetan alami kayu secara alami ditentukan oleh jenis dan banyaknya ekstraktif di dalam kayu yang bersfat racun terhadap organisme perusak kayu, seperti tanin, alkaloid, fenol, dan kuinon. Hasil penelitian lainnya menyebutkan bahwa senyawa alkaloid dari Hopea mengarawan adalah metabolit sekunder yang berpotensi menahan serangan serangga (Hastatningsih et al, 1995). Senyawa {erpenoid, menurut Harbome (1987), berpotensi sebagai insektsida biologis, khususnya melindungi tanaman dari serangga pemangsa dan serangan mikroba. Komponen Kimia Fraksi Terlarut n-Heksana Kayu Eboni Fraksi terlarut n-heksana kayu eboni menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan ‘raksi tertarut lainnya dalam hal menghambat pertumbuhan miselum jamur S. commune dan menurunkan laju Konsumsi rayap tanah terhadap Kertas saring, oleh karena itu hanya fraksi ini yang diuji lebih lanjut untuk diidentifikasi komponen kimia utama yang terdapat di dalamnya. 39 Proses identiikasi Komponen kimia, formula molekul, dan berat molekul dilakukan dengan menggunakan gas chromatography mass spectra (GCMS) pada kondisi suhu awal 40°C dan suhu akhir 230°C serta menggunakan kolom kromatografi HP-5. dentifkasi ini menghasilkan 18 Komponen kimia utama yang terdapat di dalam fraksi terlarut n-heksana kayu eboni, Daftar komponen-komponen kimia fraksi terlarut n-heksana kayu eboni selengkapnya tersaii pada Tabel 11. Tabel 11. Komponen’ kimia utama, formula, dan berat molekul fraksi terlarut n-heksana dari ekstrak kayu eboni No Nama komponen Formula molekul_|_Beral molekul 1. [1-2-propeniloksi)-2-propanol CsH2O2 116 2_| Sikloheksanon CsHioO 98 3_| 2-butoksi-etanol CeHuO2 118 4_| 2-meti-4-propokstpropana Citic 116 ‘5_| Asam oktanoat CaH6O2 144 6 | Dekana CioHee 142 7_[ NIN-bis(2-hidroksieti)-dodekanamida CigtisNO3 287 8 _| Tridekana Craton 184 9 | nUndekana Cutan 156 10_| 2meti-heptadekana Cratiss 254 11_| EikosittiKiorosilana CosHas cSt 44 12_| 2aseti-sikioheksanon CeHi202 140 13 | Isoootilvni eter Cita 156 14 | 3.5-dimeti-oktana CuoHn 142 15 | Nonana Coo 128, Komponen yang diidentifkasi sebagai 142-propeniloksi)-2-propanol_merupakan komponen utama yang paling mendominasifraksterlarut n-heksana kayu eboni, yaitu sebesar 27%. Komponen utama berikutnya yang mendominasi fraksi terlarut n-heksana kayu eboni adalah sikioheksanon (sebesar 17%). Komponen 1-(2-propeniloksi)-2-propanol terdii dari enam atom karbon, dua beias atom hidrogen, dan dua atom oksigen dengan berat molekul 116. Sikicheksanon terdiri dari 40 enam atom karbon, sepuluh atom hidrogen, dan satu atom oksigen dengan berat molekul 98. Komponen 1-(2-propeniloksi-2-propanol dan sikloheksanon diduga merupakan kelompok terpenoid yang masing-masing bergugus fungsional OH dan C=O. Komponen lainnya seperti 2-butoksi-etanol diduga tergabung dalam kelompok alkohol dalam kayu. Komponen asam oktanoat diduga tergabung dalam kelompok asam lemak. Komponen N.N-bis(2-hidroksieti)-dodekanamida diduga tergabung dalam kelompok alkaloid. Pada kelompok n-alkana muncul beberapa komponen yeitu dekana, tidekana, n-undekana, ddan nonana, Kelompok senyawa anorganik terwakil oleh Komponen eikositriKlorosiiana, Dari komponen-komponen yang teridentifkasi dapat diduga bahwa Komponen 14(2- propeniloksi)-2-propanol dan sikloheksanon merupakan dua Komponen yang berperan penting dalain menentukan keawetan alami kayu, Kedua Komponen ini diduga menjadikan kayu eboni tahan terhadap serangan organisme perusak kayu. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Kandungan ekstraktf kayu eboni dan kolaka sebesar 1,15% dan 0,67%. 2, Fraksi tertarut n-heksana dari kayu eboni dan kolaka lebih berperan dalam menghambat serangan jamur Schizophyllum commune Fr. dan rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren dibandingkan fraksi tertarut ell eter, fraksi terlarut etl asetat, dan fraksi tak terlarut (residu). Dibanding kayu kolaka, freksi terlarut n-heksana dari Kayu eboni lebih potensial sebagai ant jamur dan anti rayap. 3. Senyawa yang berperan dalam menghambat serangan jamur pelapuk S. commune Fr. dan rayap tanah C. curvignathus Holmgren diduga merupakan komponen 1-{2- propeniloksi)-2-propanol dan sikloheksanon dari golongan terpenoid, Kedua komponen tersebut terdapat di dalam fraksi tertarut n-heksana dari kayu eboni- Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengisolasi dan memumikan komponen yang diduga berperan dalam keawetan alami kayu eboni dan mengetahui struktur kimia komponen utama ekstraktif dengan menggunakan C-NMR, H-NMR, dan peralatan pendeteksi struktur kimia lainnya, DAFTAR PUSTAKA. Achmadi, $.S. 1989. Kimia Kayu. Pusat Antar Universitas. Institut Pertanian Bogor. Adijuwana, H. dan Anwar Nur. 1989, Teknik Pemisahan dan Analisis Biologi. Pusat Antar Universitas mu Hayat IPB. Bogor. Boror, 0.Y. and de Long. 1954. An Introduction to Study of Insect. Holt, Rhinewart and Winston. New York. Boyce, JS. 1961, Forest Pathology. Third Edition. McGraw-Hill Book Company, Inc. New York. Brown, H.P, dan A. Panshin, 1949. Textbook of Wood Technology. Volume |. McGraw Hill Book Company. Inc New York. Browning, B.L. 1967. Method of Wood Chemistry. Interscience Publishers, John Wiley and Sons. New York. Cartwright, S.H. dan W.P.K. Findlay. 1958. Decay of Timber and Its Prevention. His Maajesty's Stationary. London. Ekabana, B. 1987. Studi Penggunaan Larutan Zat Ekstraktf Jati pada Pengawetan Kayu Karet (Hevea brasiliensis) dan Kayu Pinus (Pinus merkusi). Skripsi. Jurusan Teknologi Hasil Hutan. IPB, Bogor. Febrianto, Fauzi. 1992. Analisis Bahan Pengawet Dalam Proses Pengawetan pada Beberapa Jenis Kayu Perdagangan Indonesia. Tesis. Program Pascasarjana, IPB, Bogor. Fengel, D., dan G. Wegener. 1989. Wood: Chemistry, Ultrastructure, Reactions. Walter de Gruyer & Co. Bertin. Harbome, J.B. 1987. Metode Fitokimia, ITB, Bandung. Hastatiningsih, L.K. Darusman, Purwantiningsih, Tuti Setiawati, dan EA. Husaeni. 1995. Studi potensi bahan baku insektisida biologis dalam rangka pemanfaatan getah dan ult kayu dari fami Dipterocarpaceae. Laporan Penelian HB IV. IPB. Bogor. Haygreen, JG. dan JL, Bowyer. 1988. Hasil Hutan dan limu Kayu: Suatu Pengantar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 43 Hergert, H.L. 1990, Adhesives From Renewable Resources Ch. 12 Condensed Tannins in ‘Adhesives: Introduction and Historical Perspectives. U.S. Department of Agriculture, Washington D.C. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid IV. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutenan. Departemen Kehutanan, Jakarta Hunt, G.M. dan G.A. Garratt. 1986, Wood Preservation. Third Edition’ The American Forestry Series. McGraw-Hill Book Company, Inc. New York. Loman, A.A. 1970, Bioassay of fungi from Pinus concorta var. lativolia with pinosylvin, pinosylvin-monomethyiether, pinobaksin, and pinocembrin. Canad. J, Bot. 48:1303— 1308. Manan, Syafi, 1998. Hutan Rimabawan dan Masyarakat, IPB Press. Bogor. Martawiaya, A. 1962. Keawetan Kayu, Brosur No. 1. Lembaga Penefiian Hasil Hutan, Bogor. Martawijaya, A. dan |. Kartasujana. 1975. Kay perdagangan Indonesia, sifat dan kegunaannya. Laporan Lembaga Peneliian Hasil Hutan No. 56. Bogor. Nandika, D. 1991. Rayap dan Ancamannya Terhadap Bangunan. Makalah Diskusi Pencegahan dan Penanggulangan Tata Bangunan. Kerjasama Direktorat Tata Bangunan dan ikalan Arsitek Indonesia. Jakarta. ey Djoen Seng. 1951. Perbandingan berat dari jenisjenis kayu Indonesia dan pengertian -~ beratnya kayu untuk Kepertuan praktek. Laporan Lembaga Penyelidikan Kehutanan. No. 46. Ohmura W., $. Ohara, dan A. Kato. 1997. Synthesis of trterpenoid saponins and their ant- termic activites. Journal of the Japan Wood Research Society. Vol. 43 No. 10. Rosamah, E. 1990. Peranan Zat Ekstraktf Terhadap Keawetan Kayu Jati (Tectona grandis LF.) Skripsi Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak dipublikasikan, Sjostrom, E. 1983. Kimia Kayu, Dasardasar dan Penggunaan. Edisi 2. Penerjemah H. Sastrohamidjejo. Penyunting S. Prawirohatmodjo. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Somnuwat, Yupapom. 1998. Studies on Damage of Constructions Caused by Subterranean Termites and its Control in Thailand. ‘Sumami, G. dan Jasni. 1989. Resistensi kayu plastk terhadap tiga jenis jamur perusak kayu. Jumal Penelitian Hasil Hutan Vol. 6 No. 2:117—120. 44 Syafii, W. K. Sofyan, D. Nandika, dan F. Febrianto. 1994. Kemungkinan Pemanfaatan Zat Ekstraktif Kayu Tropis Indonesia sebagai Bahan Pengawet. Laporan Peneiitian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. ‘Syafi, W., M. Samejima, dan T. Yoshimoto. 1987. The role of extractive in decay resistence of ulin wood (Eusideroxylon zwageri T. et B.). Bulletin of The Tokyo University Forest No. 77. Tambunan B, dan D, Nandika. 1989, Deteriorasi Kayu oleh Faktor Biologis. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. IPB. Bogor. Tarumingkeng, R.C. 1971. Biologi dan pengendalian rayap perusak kayu di Indonesia Laporan Lembaga Peneitian Hasil Hutan No. 133. Bogor. Tarumingkeng, R.C. 1993. Biologi dan perilaku rayap. (Tidak dipubtikasixan). Tobing, TL. 1977. Pengawetan Kayu. Lembaga Kerjasama Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tsoumis, G. 1968. Wood as Raw Material. Pergamon Press Ltd. London, LAMPIRAN 45 Lampiran 4, Daftar Siik Ragam dan Hasil Uji Wilayah Berganda Duncan untuk Respon Pertumbuhan Relatf Jamur pada Ekstraktif Kayu Eboni Sumber Keragamnan | db | Jumiah Kuadrat | Kuadrat Tengah F hitung | F tabet =0,05 Pelanit 3 10679,614 226,538 | 29,020" [2,872 Konsenirasi 5 24173,955 4834,791 | 22,541" | 2,482 Interaksi 5 20129,550 341,970 | 6,257" | 1,924 Galat 4 10295472 214,489 Total 74 Wo | Fraksi Konsentrasi | Raterataperlumbuhan | Taraf nyata 0,05 teriarut (%) (6) 7_| mHeksana 10 4 K 2_|Etleter 10 19 A 3_[nHeksana 8 5 AB 4_|nHeksana 6 37 8 5 _| Etleter 8 62 Cc 6 _| Etileter 6 74 CD. T_|Elilasetat 10 76 co 8 _| n-Heksana 4 79 co 9 | Ell asetat & 85 cD 10 __| n-Heksana 2 1 D 11 _| Btileter 2 7 D 12 _| Etleter 4 94 D 13_| Etilasetat 6 $6 D 14_| Residu 0 400 D 16 _| Etlasetat 0 100 D 16 _| Btileter 0 100 D i7__[nHeksana 0 100 oD 18 _| Etlasetat 2 100 o 19 _ | Residu 2 400 0 20_| Elilasetat 4 400 D Zi _| Residu 4 700 D 22_| Residu 6 100 D 23_| Residu 8 100 D 24_| Residu 10 100 . 46 Lampiran 2. Daftar Sidik Ragam dan Hasil Ui Wilayah Berganda Duncan untuk Respon Pertumbuhan Relatif Jamur pada Ekstraklf Kayu Kolaka SumberKeragaran | db | Jumiah Kuadrat | Kuadrat Tengah | Fhitung | F Tabet 0.05 Pelarut 3 121,661 2707 267 | 18445" | 2,872 Konsentrasi 5 2276 835 455,367 | 31,02" | 2,482 Tnteraksi 15 376,185 225.079 | 15,33" | 1,926 Galat 8 704,496 14677 Total 7 14479,377 No | Fraksi Konsentrasi | Rata-atapetumbuhan | Taraf nyata 0,05 teriarut (%) (%) {| nHeksana 8 63 K 2_|Residu 4 65 A 3_| n-Heksana 70 66 A 4_| nHeksana 6 9 A | wHeksana 10 69 A 6_ | Elileter 6 a7 8 7_| Residu 4 9 8 €_|Residu 6 89 8 o_| Eilleter 10 ot 8 10 _| Etileter 8 8 BC Tt _| Residu 8 4 BC 12_| Residu 2 % BC 13_| a-Heksana 0 400 Cc 14_| Elleter 0 100 Cc 15 _| Etlasetat 0 00 Cc 16_| Residu 0 100, c 17_| n-Heksana 2 700 c 18_| Btileter 2 700 Cc 19_| Bt asetat 2 100 Cc 20 _| Elileter 4 100 c 21_| Etilasetat 4 100, c 22_| Etasetat 6 400 c 23_| Etil asetat 8 700 c 26 | Etilasetat 10 100 Cc aT Lampiran 3. Daftar Sidik Ragam dan Hasil Uji Wilayah Berganda Duncan untuk Respon Mortalitas Rayap Tanah pada Ekstraktf Kayu Eboni ‘Sumber Keragaman | db | Jumlah Kuadrat | Kuadrat Tengah | Fhitung | F Tabel 0=0.05 Pelanut 3 15837,084 279,028 |__-2635"| 2.872 Konsenirasi 5 36370,240 7274,048 | 36,28" | _2,482 Tnteraksi 5 420,920 294,728 187 | 1,926 Galal 4B 9623,280, 200,485 Total 71 (66251,524 No | Fraksi Konsentrasi Ratavala mortalitas | Taraf nyata 0,06 terlarut (%) (%) 1 | n-Heksana 6 100 A 2_| n-Heksana 8 100 A 3__[nHeksana 10 100 A 4 | Etleter 6 98 A 5 _| Btileter 4 947 AB 6_|n-Heksana 4 93,3 AB 7_| Bieter 2 92,7 AB &_ | Etireter 8 867 ABC 9 [Btileter 10 86,7 ABC. 10 _[n-Heksana 2 80 ‘ABCD 11_[ Residu 10 69,3 BCDE 12_| Residu 8 66 CDE 13_| Residu 6 62 DE 14 | Residu 4 587 DE 15 _| Etlasetat 8 587 DE 16_| Etlasetat 10 58,7 DE 47_[Etilasetat 6 56 DE 16_| Residu 2 53,3 E 19_| Et asetat 4 52 E 20 _| Efilasetat 2 87 E 21_[Residu 0 17,3 F 22_|Eflasetat 0 17,3 ; F_ | 23_| Etileter 0 167 F 24 | n-Heksana 0 14 F 48 Lampiran 4. Daftar Sidik Ragam dan Hasil Uji Wiayah Berganda Duncan untuk Respon Morialtas Rayap Tanah pada Ekstraktif Kayu Kolaka Sumber Keragaman | db | Jumiah Kuadrat | Kuadrat Tengah | Fhitung | F Tabel 00.05 Pelarut 3 (6862,992 2287,664 |__ 8336" | 2,872 Konsentrasi 5 39390,500 7878,100 | 28,708" | 2,482 Interaksi 15 2040,285 736,019| 0,496 | 1,924 Galat 48 73172,016 B14 M17 Total im 61465,793 No | Fraksi Konsentrasi Rata-rata mortalias | Taraf nyata 0,05 teriarut (%) (%) 7__| Heksana 2 400 A 2_| nHeksana 4 100 A 3_| nHeksana 6 100 A 4 | mHeksana 8 100 A | n-Heksana 10 100 A 6_| Etileter 8 887 AB 7_| Residu 8 86 AB 8_| Residu 10 3 AB 9 _|Residu 6 aT AB 10_| Etileter 10 82,7 AB it_| Etllasetat 2 753 48 42_[ Residu 4 747 AB 13 _| Efileter 6 47 AB 14_| Etlasetat 4 727 AB 16 | Efilasetat 6 727 AB 16__| Residu 2 707 AB 17_| til asetat 2 70 AB 18_| Etilesetat 10 69,3 AB 19_| Etiasetat 8 667 8 20 _| Elilasetat 4 82 8 21_| n-Heksana 0 253 Cc 22_| Residu 0 213 c 23_| Efi asetat 0 167 Cc 24 | Etieter 0 147, c 49 Lampiran 5. Daftar Sidik Ragam dan Hasil Uji Wilayah Berganda Duncan untuk Respon Ketilangan Berat Kertas Uji oleh Rayap Tanah pada Ekstraktf Kayu Eboni ‘Sumber Keragaman’ | db | Jumiah Kuadrat | Kuadrat Tengah | Fhitung | F Tabel 05 Pelarut 3 1757,145 505715 | 74a | 2,872 Konsentrasi 5 46594,375 9318875 | 117,99" | 2,482 Interaksi 5 16752,675 116,845 | 14,14" [ 1,924 Galat 48 3790,752 78.574 Total 7 68894,947 No | Fraksi Konsentrasi | Rata-rala kehilangan berat | Taraf nyata 0,05 tertarut (%) (%) 7 _| Bieter 2 5.16 K 2 | Btileter 4 526 A 3__[n-Heksana 10 6,82 A 4_| nHeksana 8 7.28 A 5 _|[n-Heksana 6 7.30 A © | Etileter 6 7.46 A 7_[Residu 8 944 8 &_| Efil asetat 2 944 8 9 _| Residu z 10,26 BC 10 _| n-Heksana 4 70,86 BCD 11_| Eliiasetat 10 10,92 BCD. 12_| Etllasetat 8 1144 BCD. 13_| Residu 6 11,72 BCD. 14_| Residu 4 12,30 ‘BCDE 15 _| Residu 70 42,42 BCDE 16 | Etleter 6 12.94 CDE 17__| Et asetat 8 13,26 CDE 18_| Efileter 10 13,66 COE 19 _[ n-Heksana 2 14,10 DE 20__| Ell asetat 4 45,60 E 24 | Residu 0 20,98 F 22_| Ell asetat 0 21,58 F 23_| Blileter 0 21,70 F 24 | n-Heksana 0 EIR c 50 Lampiran 6. Daftar Sidik Ragam dan Hasil Uji Wilayah Berganda Duncan untuk Respon Kehilangan Berat Kertas Uji oleh Rayap Tanah pada Ekstraktif Kayu Kotaka ‘Sumber Keragaman | db | Jumlah Kuadrat | Kuadrat Tengah | Fhitung | F Tabel 0.05 Pelarut 3 9290,280, 3096,760 | 21,72" | 2,872 Konsentrasi 5 41005,015 201,003 | 57,658" | 2,482 Interaksi 15 6855,075 457,005 |__ 3,214" | 1,924 Galat 48 6827,280 142,235 Total 74 6397,850 No Fraksi Konsentrasi | Rata-rata kehilangan berat | Taraf nyata 0,05 terlarut (%) (%) 1__| n-Heksana 8 8,20 A 2__| n-Heksana 4 8,34 A 3___| n-Heksana 10 848 A 4 _| n-Heksana 6 9,44 AB 5 _| Etil asetat 6 9,44 AB 6 _| n-Heksana 2 9,48 AB 7__| Residu 6 10,28 ABC. 8 | Residu 2 40,38 ABC 9 | Etil asetat 8 10,58 ABC 10_| Etileter 10 10,96 ‘ABC 11_| Btileter 6 11,28 ‘ABC 12__| Etilasetat 10 11,50 ABC. 13 | Residu 8 42,42 ABCD 14__| Residu 4 12,78 ABCDE 15 _| Efiiasetat 4 12,88 ABCDE 16__| Residu 40 14,04 BCDE 47_| Etileter 8 14,30 CDE 18__| Etilasetat 2 16,18 DE 19_| Etileter 2 16,88 DE 20_| Etileter 4 17,14 E 24__| n-Heksana 0 20,80 F 22_| Residu 0 21,64 F 23 _| Etil asetat 0 21,96 F 24 | Etileter 0 32,62 c 51 Lampiran 7. Hasil Spektra Massa Fraksi Terlarut n-Heksana dari Kayu Eboni 10443573 25 78 we ; | 60 PKNO R.Tine I.Time - F.Time Area Height A/H(sec) HK %Tot 1 §.577 $.358 - 6.058 41160586 4033128 10.206 1. 2 7.300 6.958 - 7.425 53135669 4397261 12.084 Vv 3 7.681 7.425 - 7.892 50754642 3678636 13.797 V 4 8:192 7.892 - 8.492 38131095 1739228 21.924 -V 5S 9.338 8.492 - 10.025 §79462109 9377314 61.794 6 11.412 10.025 - 12.392 919431741 8000305 114.925 7 12.583 12.392 - 12.792 161394064 6883676 «23.446 8 13.055 12.792 - 13.858 216603660 6810111 31.808 V a + 19.192 - 19.992 83180777 §397034 15.414 2 19.992 - 20.658 97827101 3632852 26.928 V 2 20.658 - 21.525 118120236 4652740 25.387 Yo 3 24.325 - 24.892 84216578 7479817 11.259 2 25.058 ~' 25.725 25210433 g09542 41.360 0 26.692 - 27.558 26267735 1088593 24.130 0 27.792 - 28.592 28053008 3543835 10.738 1 29.225 - 29.725 117334738 8612142 13.624 V 3 33.792 - 34.292 116150701 8727978 13.308 3. 34.292 - 35.158 33025605 1347451 24.510 4 35.825 - 36.325 26757091 2062282 «12.975 VY Oo 36.325 - 36,792 45818451 4148513 11.045 1 37.925 - 38.425 83997450 g0g0348 «10.382 VY 2 42.058 - 42.492 61341464 6750527 9.087 VoL 45.625 - 46.958 90330684 4145107 21.792 VO 2 : 49.858 - 50.156 28485237 3840908 7.416 0 25 - §3.610 - $3,458 --53-758 - - - 25264517. --- 3608711- . 7.001 0 26 $6.774 56.125 - 57.125 96225805 3148763 30.560 2 62.292 31665758 1539212 20.573 0 3289356937 52 Lampiran 8. Bentuk Fragmentasi Komponen | Fraksi Terlarut n-Heksana dari Kayu Eboni 7 1 96 61 713 ! 1. 4 4 2 86 ! 81 t a 7 56 61 73 { n 4 ? 56 1 1 73 87 a 5 73 ut 61 { 86. : steerer rer oe Trt ey 30 40 50 60 70 80 80 No SI Hol.Wat. Mol.Form./Compound Rane CAS No. E 1 35 116 C6H1202 123-86-4 Acetic acid, butyl ester $$ n-Butyl acetate $$ Butyl sc 2 ‘85 116 C6H1202 110-19-0 Acetic acid, 2-methylpropyl ester 3 94 116 C6H1202 123-86-4 Acetic acid, butyl ester 4 94 116 C6H1202 123-86-4 Acetic acid, butyl ester Hl 53 Lampiran 9. Bentuk Fragmentasi Komponen II Fraksi Terfarut n-Heksana dari Kayu Eboni ddan Nama Komponen Pembanding dar NIST PKNO : 2 Mass Peak # : 45 Ret .Time : 7.300 Scan # 361 B.G. Scan # :376 Base Peak 91.00( | 1027736) ht 39 | on 65 106 30 40 80 60 70 80 80 100 ‘oh . 106 51 65 i 7 ul ot u ; jo? oh 2 106 39 $1 7 | ! nt ot im ! 107 gi 2 106 39 St 65 bz | 1 1 ni us f ‘1 4 106 338 SL | t i i u ri oF i 5 106 39 51 77 | ee 30 40 50 60 70 80 80 100 No SI Hol.Wgt. Hol.Form./Compound Nane CAS No. E i 93 “106° cali 100-41-4 Ethylbenzene 2 92 108 céH10 95-47-68 Benzene, 1,2-dimethyl- $$ o-Dimethylbenzene $9 o-Methyl 3 91 108 Celio 100-41-4 Ethylbenzene 4 a1 106 C8H10 100-41-4 Ethylbenzene $$ Benzene, ethyl- $$ Ethylbenzol $$ EB $$ 5 90 106 CeHi0 108-38-3 Benzene, 1,3-dimethyl- | 54 Lampiran 10. Bentuk Fragmentasi Komponen Ill Fraksi Terlarut n-Heksana dari Kayu Eboni dan Nama Komponen Pembanding dari NIST PKNO : 3 Mass Peak # : 39 Ret .Time : 7.680 Scan # : 407 B.G. Sean # :432 Base Peak: 91.00( 839603) i 39 Si 106 17 10: ES recurrent feet 30 40 80 60 70 80 90 100 iE 1 106 38 51 7 An ot im {497 2 106 38 51 1 n L ut im 1 oe gi 106 3 38 7 2 | fi mn im : OL 4 106 39 51 7 fi ul wt Lu 407 h 106 5 39 §1 77 4 rena|l Has eerperbebereeprenerel tty + 1 a 30 40 80 60 70 0 80 100 Bo SI Hol.Wat. Mol.Forn./Compound Nane CAS No. E 1 92 108" CeHio 95-47-6 Benzene, 1,2-dinethyl- $$ o-Dimethylbenzene $$ o-Hethy] 2 a1 108 C8H10 108-38-3 Benzene, 1,3-dimethyl- 3 91 106 C8H10 95-47-6 Benzene, 1,2-dimethyl- 4 90 106 C8H10 106-42-3 p-Xylene $$ Benzene, 1,4-dimethyl- $$ p-Dimethylbenzene 5 30 106 C8HiO 95-47-6 Benzene, 1,2-dinethyl- 55 Lampiran 11. Bentuk Fragmentasi Komponen IV Fraksi Teriarut n-Heksana dari Kayu Eboni dan Nama Komponen Pembanding dari NIST PKNO: 4 Hass Peak # : 23 Ret .Time : 8.200 Scan # : 468 -B.G. Scan # :504 Base Peak =: 43.00( 1076775) ap 59 fl 87 83. 101 a 1 pore 1 T 7 30 40 50 60 70 80 80 100 4 41 1 8 iit fi ue, 87 101 115 a 41 2 87 An ant 7178 { 4 45 3 8 85 hl im bs 100 it 57 4 i 12 86 101 41 5 69 87. Lidl : tz | 102 sfoevereeetttebeeerpecte taper eperenrr terrence erent 30 40 50 60 70 80 90 100 110 No SI Mol.Wat. Hol.Form./Compound Name CAS No. E eh 86 116 C6H1202 21460-36-6 2-Propanol, 1-(2-propenyloxy)~ $$ 2-Propanol, 1-Callylo 2 86 118 C6H1402 111-76-2 Ethanol, 2-butoxy- 3 86 100 C6H120 626-94-8 5-Hexen-2-ol 4 84 130 C6H1003 6295-06-3 Butyl glyoxylate $$ Acetic acid, oxo-, butyl ester $$ B 5 82 102 C6H140 464-07-3 2-Butanol, 3,3-dimethyl- 58 Lampiran 14. Bentuk Fragmentasi Komponen Vil Fraksi Terlarut n-Heksana dari Kayu Eboni dan Nama Komponen Pembanding dari NIST PRNO : 7 Hass Peak # : 23 Ret .Time : 12.580 Sean # H : 985 B.G. Scan # :1020 Base Peak: 45.00( 105630) 4 S7 87 7 a T t T T bh “ T. : T. ae T ae 30 40 50 60 - 70 80 80 100 110 F 41 L 1 ale 8 iii ul eee 87 101 115 5 2 43 59 87 ui 73 101 116 a 41 3 63 8 L 72 102 45 4 3 ce 8487 100 4 4 aa 103 ca | ps i 87 | 117 2 - T Pree 7 T T . T T or T 30 40 50 60 70 80 80 100 «110 No SI Hol.Wgt. Hol.Form./Compound Nene CAS No. E 1 85 116 C6H1202 21460-36-6 2-Propanol, 1-(2-propenyloxy)- $$ 2-Propanol, 1-(allylo 72 83 116 C7H160 15268-48-2 Propane, 2-methyl-1-propoxy- $$ Ether, isobutyl propyl a 61 102 CBHi40 464-07-3 2-Butenol, 3,3-dimethyl- 4 81 102 C6H140 626-83-7 2-Hexenol $$ n-C4HOCH(OH)CH3 $$ n-Butylmethylcarbinol $ 5 80 118 C6H1402 24209-75-4 Hethane, tert-butoxymethoxy- 59 Lampiran 15. Bentuk Fragmentasi Komponen Vill Fraksi Tertarut n-Heksana dari Kayu Eboni dan Nama Komponen Pembanding dari NIST PKNO : 6 Mass Peak # : 37 Ret .Time : 13.050 Scan # : 1052 “B.G. Scan # :1143 Base Peak i 57.00¢ igsg0988) 41 x : I Litberreprerett ae Md 100 119) t Peg Therbrrerperrerrberprrerrr treet 30 40 50 60 70 80 90 100 110 a7 41 1 87 | Lh ul 74,78 i 7 i ‘ 87 7 8 75 Ll 100 re 7 3 4 75 53 7 Lb u n st a 290 115 7 : 4 4 83 87 LL Lizz | 102 s 4 $3 101 : 13 87 415 freee htebere eet iltlpeoereeeeterrernpree enters teerrrer 30 40 80 60 70 80 80 190110 No SI Hol.Wat. Mol.Forn./Compound Name CAS No. E es 93 418° cBHido2 111-76-2 Ethanol, 2-butoxy- 2 83 118 C8H1402 111-76-2 Ethanol, 2-butoxy- $$ .beta.—Butoxyethanol $$ Butyl cel 3 88 162 C8H1803 112-34-5 1 Ethanol, 2-(2-butoxyethoxy)- $$ Butoxyethoxyethanol $$ 4 87 102 csH140 464-07-3 2-Butanol, 3,3-dimethyl- s 87 130 C8Hiso 999-65-5 Butane, 1-(1-methylpropoxy)- 60 Lampiran 16. Bentuk Fragmentasi Komponen IX Fraksi Teriarut n-Heksana dari Kayu Eboni dan Nama Komponen Pembanding dari NIST PRNO: 9 Mass Peak # : 73 Ret .Time : 19.660 Scan # > 1845 B.G. Scan # :1884 Base Peak 43.00¢ 1438789) ‘S57 7 dll pelle ‘ 85 au ee 119 134 148 156 T Ty oT 40 60 80 100 120 vo 4 87 é 72 85 Pall il A L 89 113 142 4 57 2 B85 wil nl 1 99 128 4 87 3 71 BS sll nl il eo a 4B : 87 71 85 L ! t 113 126 4 5 5 71 85 Lill i | 98 113 127 156 i ia T T Tt T T T T T T 40 60 89 100 120 140 No ST Yol.Wgt. Hol.Forn./Compound Name CAS No. E 1 93 142 C10H22 124-18-5 Decane 2 92 128 C8H20 111-84-2 Nonane 3 92 128 CaH20 111-84-2 Nonane $$ n-Nonane $$ Shellsol 140 $$ n-C9H20 $$ UN 192 4 s1 128 C8H20 1072-05-5 Heptane, 2,6-dimethyl- 5 81 186 C11H24 1120-21-4 1 q Undecane $$ n-Undecane $$ Hendecane $$ n-Ci1H24 $$ UN 2 i 6 Lampiran 17. Bentuk Fragmentasi Komponen X Fraksi Terlarut n-Heksana dari Kayu Eboni dan Nama Komponen Pembanding dari NIST PRNO : 10 Mass Peak # : 73 Ret .Time : 20.540 Sean # : 1990 B.C. Scan ¥ :1964 Base Peak =: —119.00( 291452) ifs 39 51 65 a1 Lea ile gee Eta Jat 152 Terry either T 40 60 80 100 120 6] 43 73 a 85 101 Ht dl 1 be Ia H ad 129 6 73 43 2 55 87 101 Li wl uty | any 128 ail 3 55 67 | 82 A Jot til ttl fi 128 7 43 4 55 87 101 witha Ti oe uty 1 ate 129 ‘6p 8 4145 i 87 uly ta t 302 T T T T T i T T 40 60 80 100 120 No SI Hol.Wgt. Hol.Form./Compound Name CAS No E * 83 144 C8H1602 124-07-2 Octanoic Acid 2 82 144 C8H1602 124-07-2 Octanoic Acid 3 81 252 C16H2602 459-67-6 3 2-Cyclopentene-1-undecanoic acid, (+)- $$ Hydnocarpic & 4 80 144 C8H1602 124-07-2 Octanoic Acid $$ n-Caprylic acid $$ n-Octanoic acid $$ s 80 116 C6H1202 142-62-1 -Hexanoic acid $$ n | Hexanoic acid $$ n-Caproic acid $$ 63 Lampiren 19. Bentuk Fragmentasi Komponen XII Fraksi Teriarut n-Heksana dari Kayu PRNO : Eboni dan Nama Komponen Pembanding dari NIST 12 Hass Peak # : 67 Ret .Time : 24,730 Scan # : 2453 B.G. Scan # :2472 Base Peak 43.00( 2293344) a 97 71 i. 85 a8 a2 27a 162 170 ee eer cn erecta Dre 40 60 80 100 120 140 160 87 ma 85 1 fl fi 39 128 87 79 Uy | be 128 57 85 71 J J 6 100 lia ‘4 T 71 | 85 ul uy ‘ ! 98s 27 156 4 57 BS 7 | Au i 41 7 114 TL LE LTTE TT 40 ao 80 100 120 140 160 SI Hol.Wgt. Mol.Forn./Compound Name CAS No. E 85 128 C9H20 111-84-2 Nonane $$ n-Nonane $$ Shellsol 140 $$ n-CSH20 $$ UN 192 84 128 caH20 922-26-1 Heptane, 3,4-dimethyl- 83 114 ceHi8 589-43-5 Hexane, 2,4-dimethyl- $@ 2,4~Dinethylhexane 83 sé C1iH24 1120-214 1 Undecane $$ n-Undecane $$ Hendecane $$ n-CilH24 $$ UN 2 83 114 cBHis 589-43-5 Hexane, 2,4~dimethy1- 65 Lampiran 21. Bentuk Fragmentasi Komponen XIV Fraksi Terlarut n-Heksana dari Kayu Eboni dan Nama Komponen Pembanding dari NIST PKNO : 14 Hass Peak # : 50 Ret .Time : 27.120 Sean # : 2740 B.G. Scan # :2792 Base Peak =: 57.00( 229052) 1st 1 ii, all, al 8388822837 162 Teter ee poe eer T T 40 60 80 100 120 140 160 Hit List> “af o7 1 71 Li My | es 88 aaa? an 41 2 ney 99113 169 L | wl 1 i 127140 4 (7 “1 3 mm A \ 84 jl ii ii SuHAEEte 141156 43ST m1 4 85 ul ul 33 133 ue7 {141 isa ‘168 43 7 71 8 | i se 12a? tan 179 Heiter ret ag egret ee aT 40 60 80 100 120 140 180 Ko 81 Hol.Wgt. Hol.Forn./Compound Name CAS No. 1 a1 142° C10H22 15869-93-9 Octane, 3,5-dimethy1- 2 90 198 C14H30 6418-41-3 Tridecane, 3-nethyl- $$ 3-Hethyltridecane 3 90 186 C10H200 37789-62-3 Iscoctane, (ethenyloxy)- $$ Isooctylvinyl ether 4 90 268: C1sH40 4105-67-8 Heptadecane, 2,6-dimethy1- 5 90 170 12126 112-40-3 Dodecane 66 Lampiran 22. Bentuk Fragmentasi Komponen XV Fraksi Terlarut n-Heksana dari Kayu Eboni dan Nama Komponen Pembanding dari NIST PKNO : 15 «Mass Peak # : 84 Ret .Time : 28.130 Scan # : 2861 B.G. Sean # :2916 Base Peak 43.00( 949093) BT 71 H i e597 13 13147 eo 12? EP T T oe T T T T T T ao 60 80 100 120 140 160 Hit Lists q 1 7 85 ull tl ! [98133127 156 7 TW 2 85 in i { 98 113127141. 170 43 3 71 B85 i n [88 ata 127 156 48 71 i 85 al it fi 33 113 127 14. 155 4 87 5 ft ies! a j 99 113 142 bee better ptr per Toy r 40 60 80 100 120 140 160 No SI Hol.Wgt. Mol.Forn./Compound Nane CAS No. it 984 156 C11H24 1120-21-4 Undecane $$ n-Undecane $$ Hendecane $$ n-C11H24 $$ UN 2 93 170 C12H26 112-40-3 Dodecane 3 93 156 CilH24 1120+21-4 Undecane 4 93 184 C13H28 629-50-5 : Tridecane 5 93 142 C10H22 124-18-5 Decane E 1 2 or Lampiran 23. Bentuk Fragmentasi Komponen XVI Fraksi Tertarut n-Heksana dari Kayu Eboni dan Nama Komponen Pembanding dari NIST i PKNO : 16 Mass Peak # : 64 Ret .Time : 29.550 Scan # : 3032 B.G. Sean # :3052 Base Peak: 43.00 2670949) qj ; 87 71 85 i 99 112 127 4. 155 184 bent lllpeeretlernr pede pert pene t eep et preter phe prepreg 40 60 80 100 120 140 160 180 Spaitts7 : 7 8s f tl 1 i 93113 142 43 87 z 1 85 wll 1 J 1 ae rad 4 S57 3 71 85 we 99113 142 ov 4 7 8s ul ti i 98113127 156 ‘ S7 5 BS il {99 128 herr TTT Toy 40 eo 80” 100 120 140 360 160 No Si Mol.Wat. Hol.Form./Compound Name CAS No. ai 85 142° c10H22 124-16-5 Decane 2 94 128 caH20 111-84-2 Nonane $¢ n-Nonane $$ Shellsol 140 $$ n-COH20 $6 UN 192 3 93 142 C10H22 124-18-5 Decane 4 93 188 C11H24 1120-21-4 Undecane $$ n-Undecane $$ Hendecane $$ n-C11H24 $$ UN 2 5 83 128 CBH20 111-84-2 Nonane 6 Lampiran 24. Bentuk Fragmentasi Komponen XVll Fraksi Terarut n-Heksana dari Kayu Eboni dan Nama Komponen Pembanding dari NIST PENO : 17 Mass Peak # : 70 Ret .Time : 34.100 Sean # 2 3577 B.G. Scan # :3600 Base Peak =: — 43,00( 2587893) 7 87 71 85 198 n r il 1 99 113126 141 a To re pp Lo Lp LOT 40 80 80 100 120 140 160 180 B57 1 1 84 ot erro ck 141156 4 1 2 85 qui a 4) 55 3 69 See ai 1 Qa le | y 125 139 87 4 aaa . fe | a | rn | 482165 ‘a 5 eee | ul ie 113° 427 140 162 4g3 198 7 Tee eee eee eg ee ee ca 40 60 80 100 120 140 160 180 No SI Hol.Wgt. Mol.Form./Compound Nane CAS Ro. 1 84 156 C10H200 37769-82-3 Isooctane, (ethenyloxy)- $$ Isooctylviny] ether 2 81 168 C12H24 54410-98-9 1-Nonene, 4,6,8-trimethyl- 3 81 414 C20H41C13Si 18733-57-8 Silane, trichloroeicosyl- $$ Eicosyltrichlorosilene 4 81 304 C16H33Br 112-82-3 Hexadecane, 1-brono- 5 1 198 C14H30 6418-41-38 Tridecane, 3-methyl- $$ 3-Hethyltridecane | 70 Lampiran 26. Bentuk Fragmentasi Komponen XIX Fraksi Terlarut n-Heksana dari Kayu Eboni dan Nama Komponen Pembanding dari NIST PKNO : 19 Mass Peak # : 107 Ret .Time : 36.180 Sean # : 3827 B.G. Scan # :3844 Base Peak 43.00( 273824) 63 a 140 98] 97 isa} 1 85 123 lal pith gt lea 40 60° 80 100 120 140 160 180 T 7 1 71 85 ut ! | 88 113127 158 46 57 é 71 8s sl i hi i 8s __113 142 43 ‘5 3 n 8s ul 1 nl 88 113127 156 as57 4 Togs ill H i il 99 113 142 4 57 5 n 85 i \ so 112 141 156 Teereperrey co seeal T 40 60 80 300) abo ado bo abo No SI Mol.Wgt. Hol.Form./Compound Name CAS No. E i 94 156 CiiH24 1120-21-4 1 Undecane $$ n-Undecane $$ Hendecane $$ n-C11H24 $$ UN 2 2 93 142, C1oHa2 124-18-5 Decane 3 93 188 C11H24 1120-21-4 Undecane 4 33 142 C10H22 124-18-5 Decane Ss 33 156 .C11H24 6975-98-0 1 Decane, 2-methyl- $¢ 2-Hethyldecane $¢ n-CBH17CH(CHS)2 72 Lampiran 28. Bentuk Fragmentasi Komponen XX! Fraksi Terfarut n-Heksana dari Kayu Eboni dan Nama Komponen Pembanding dari NIST PKNO : 21° Nass Peak # : 61 Ret .Tine : 38.330 Scan # : 4085 B.G. Scan # :4098 Base Peak 43.00¢ 2340800) F 57 7 | 85 prlegeeeeenneebrpre SSrereitS_ 128141 355,170 183 212 ~ TT 40 60 so 100 «120 «140 «160 180200 a 57 1 7 85 sd 198113 142 a 2 71 85 L t 1 ] 98 113 127 186 sz 71 3 Bs \ i | 99 313 127 141 155 169 198 4 4 7 85 HW, ath | 98 113 127 156 4B 57 5 7h a 99 113 127 141 155 168 183 197 211 225) ql ety T an ae Gaee Ean SRR aR t 50 100 150 200 No SI Mol.Wgt. Mol.Form./Compound Name CAS No. E 1 35, 142 C10H22 124-18-5 Decane 2 94 156 C11H24 1120-21-4 1 Undecane $$ n-Undecane $$ Hendecane $$ n-C11H24 $$ UN 2 3 94 is8 C1430 629-59-4 Tetradecane 4 94 1568 C11H24 1120-21-4 Undecane 5 94 254 C18H38 1560-89-0 Heptadecane, 2-methyl- PKNO : 23 Hass Peak # : 79 74 Lampiran 30. Bentuk Fragmentasi Komponen XXill Fraksi Teriarut n-Heksana dari Kayu Eboni dan Nama Komponen Pembanding dari NIST Ret .Time : Sean # + $062 B.G. Scan # :5120 itso Base Peak: _43.00( 882789) 4B 7 71 BS roller poberepethS, 227341155 171 183 216) 40 60 go bo ko ko TBS bo bo 57 : ma 85 i il j 99 113 142, ‘455. 2 71 85 fi | 98 113 127 156 “B57 3 71 85 eg 199 113 142 sz ‘ m1 85 | it [99 113 127 141 155 169 198 4B 87 5 71 85 a 50 100 150 200 250 No SI Mol.Wat. Hol.Form./Compound Nane CAS No. 1 96 142" c1oiiz2 124-18-5 Decane 2 $4 188 C11H24 1120-21-4 Undecane 3 94 142 c1oHz2 124~18-5 Decane 4 94 | _198 ciaH30 628-59-4 Tetradecane 5 94 170 C12H26 1002-17-1 : Decane, 2,9-dinethyl- $$ 2,9-Dinethyldecane 76 Lampiran 32. Bentuk Fragmentasi Komponen XXV Fraksi Tertarut n-Heksana dati Kayu Eboni dan Nama Komponen Pembanding dari NIST. 1 PRNO : 25 Mass Peak # : 74 Ret .Time : 53.610 Sean # : 5919 B.G. Scan # :5936 Base Peak =: — 43.00( 1140375) 4 87 f 7 8s 1 ; Hh, ; | a 113 (127 141 154 169 181 200 211 T T TOOT rope 40 60 80 100 120 140 160 180 200 ; «Hit List> 7 1 7 85 il 98 113127 156 4 87 2 7 85 1 99113127 155 4 7 3 7 5 i 89 113 "127 141 155 169 198 aT 4 85 L i j 98 113 127 156 4 Exa 5 r go 113 142 rity phepetpry T ToT T T wo" eo eo doo 420” ao” 160 180” 200 No SI Hol.Wgt. Hol.Form./Compound Nene CAS No. 1 36 156 C11H24 1120-21-4 Undecane e 96 170 «C12H26 1002-17-1 Decane, 2,8-dimethyl- $$ 2,9-Dimethyldecane 3 35 198 C14H30 629-S9-4 Tetradecane 4 35 156 C11H24 1120-21-4 Undecane $$ n-Undecane $$ Hendecane $$ n-C11H24 $$ UN 2 5 95 142 C10H22 124-18-5 Decane PKNO Sean Base 6 7 43 5 123 7 45 157 [L ul g7 ror 235 “1 ; Lott ta dn dew ST 200 I ao 7 41 85 128 Huh S92, 38 “7! ago 47 az 73 : 123 Wa a, 22 143372 ii: 58 329 7 491 115 157 i ar 308 ses aieeee aes 8 115 87 129 Lhe git de LL 80 100 150 200 280 SI Mol.Wat. Hol.Form./Compound Nane CAS No. E 84-287 C16Hi33N03 120-40-1 4 Dodecanamide, N,N-bis(2-hydroxyethy1)~ $$ Bis(2-hydroxy 84 271 + C15H29N03 97-78-39 3 Glycine, N-methyl-N-(1-oxododecy1)- $$ Sarcosine, N-1av 84 172 C10H2002 334-48-5 Decanoic acid 84 200 C12H2402 143-07-7 2 Dodecanoic acid $$ n-Dodecanoic acid $$ Neo-fat 12 $$ A 84 158 C9H1802 112-05-0 1 Nonanoic acid $$ n-Nonanoic acid $$ n-Nonoic acid $$ n~ i 78 Lampiran 34, Bentuk Fragmentasi Komponen XXVII Fraksi Terlarut n-Heksana dari Kayu Eboni dan Nama Komponen Pembanding dari NIST PENO : 27 Mass Peak # : 118 Ret .Time : 62.720 Seen # : 7012 B.G. Sean # :7052 Base Peak =: —41,00( 261022) 4 3 69 8397 tals tlle ally gh 222 124 138 151364 1sg__207| PT cpret pater peeretictenpeticrpree tpereeprer ere pererp ory 40 60 80 100 120 140 160 180 200 q 5 1 83 97 | i) 2222538 ast 2 83 37 La all L211 125 140 197 an 3 83 97 112 324 dha ull al 97,442 32 see af 1S 4 8 37 1 . . | itl 125) 140 168 55 5 se 82 eval lll ta ee 222 123 140 186 r 1 7 T 40 60 go ado 20 140 ado io 200 Jo SI Mol.Wgt. Mol.Form./Compound Name CAS No. 1 92 414 C20H410135i 18733-57-8 Silane, trichloroeicosyl- $$ Eicosyltrichlorosilane 2 88 270 C1 7H3462 38954-75-5 3 Oxirane, (tetradecyloxy)methy] - $8 (Hyristyloxymethy] 3 88 = - 288 C19H3802 28080-85-5 4 10-Undecenoic acid, octyl ester 4 88 168 Ci2H24 112-41-4 1-Dodecene 5 88 184 C12H240 - 112-54-9 Dodecanal

Anda mungkin juga menyukai