BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu, kebutuhan akan pengetahuan semakin tinggi. Termasuk di antaranya
adalah pengetahuan tentang pendidikan agama islam, khususnya untuk kaum muslim. Sebagai
kaum muslim, sudah sepatutnya kita mengenal sumber-sumber ajaran islam yang akan dibahas
pada makalah ini.
1.2 Tujuan
Pembaca mampu memahami sumber-sumber ajaran Islam sebagai dasar pelaksanaan dalam
kehidupannya
1 | Page
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sumber Ajaran Islam
Ahli sunnah wal Jamah berpendapat bahwa sumber hukum islam adalah Al-Quran,
Sunnah, Ijma, dan Qiyas. Sementara sebagian ahli berpendapat bahwa sumber ajaran islam itu
hanya ada tiga yaitu, Al-Quran, Sunnah, dan Ijtihad. Sekalipun dalam dua pendapat di atas
terlihat ada perbedaan, dalam kenyataan dan pelaksanaannya akan berjalan secara harmonis, jika
masing-masing Ijtihad, Ijma dan Qiyas itudi pandang sebagai metode. Dengan kata lain Ijma dan
Qiyas itu bisa dikategorikan sebagai metode dalam pelaksanaan Ijtihad.
Penyebutan dari ketiga sumber yaitu, Al-Quran, Sunnah, dan Ijtihad itu menunjukan
urutan atau jenjang pengaplikasiannya. Sebagai contoh, misalkan suatu masalah yang ingin di
pecahkan, pertama-tama kita harus melihat referensi di Al-Quran terlebih dahulu. Jika tidak ada
baru di cari di sunnah dan jika tidak ada juga baru di cari di Ijtihad.
2.2.1 AL-QURAN
a. Pengertian Al-Quran
Al-Quran dari segi bahasa atau etimologi berarti bacaan atau yang dibaca.Sebagai-
mana firman Allah :
Artinya : Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkan (di dadamu) dan (membuat-
mu pandai) membacanya. Apabila kami telah membacanya maka ikutilah bacaannya itu. (Q.S.
Al-Qiyamah 75 : 17-18)
Ada pun pengertian Al-Quran menurut istilah yang telah di temukan oleh beberapa ahli
Tafsir, Antara lain :
Artinya : Al-Quran adalah firman Allah yang bersifat mukjizat (sebagai bukti kebenaran atas
kenabian Muhammad SAW) yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Yang (telah) tertulis
di dalam mushaf-mushaf yang sampai kepada kita dengan jalan mutawatir dan dipandang
ibadah membacanya.
2 | Page
b. Isi Kandungan Al-Quran
1. Tentang Aqidah Tauhid
2. Tentang Wadu dan Waid (janji dan ancamannya)
3. Tentang Ibadah
4. Tenatang jalan mencapai jalan kebahagian
5. Tentang Sejarah umat masa lalu
c. Kedudukan Al-Quran
Al-Quran berkedudukan sebagai sumber hukum yang pertama dan utama karena tidak
ada satu jenis hukum pun yang tidak ada dasarnya didalam Al-Quran. Sebagaimana firman Allah
SWT :
Artinya : Tiadalah kami alpakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab. Kemudian kepada Tuhanlah
mereka dihimpunkan (Q.S. Al-Anam 6 : 38)
Artinya : Maka bepegang teguhlah kamu kepada apa (agama) yang telah diwahyukan
kepadamu. sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus. (Q.S. Az-Zukruf 43 :43)
d. Kodifikasi Al-Quran
Al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur
selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Ayat ayat yang turun saat Nabi di Mekah disebut ayat-ayat
Makiyah, sedangkan yang turun di Madinah disebut ayat-ayat Madaniyah.
Setelah turun ayat-ayat tersebut di hapalkan oleh Nabi lalu di ajarkan kepada para
sahabatnya dan langsung dihapalkan oleh mereka. Selanjutnya mereka diperintahkan untuk
mengajarkannya pula kepada orang lain.
Pada masa kekhalifahan Abu Bakar r.a dan Umar bi Khatab r.a usaha untuk mengumpul-
kan Al-Quran sudah ada. Walaupun pada awalnya Abu Bakar r.a menolak dengan alasan
Rosulullah SAW pun tidak pernah melakukannya. Tetapi hal itu dirasa perlu dilakukan karena
banyaknya para penghapal Al-Quran yang tewas di medan peperangan melawan orang-orang
murthad. Kemudian Abu Bakar r.a memerintahkan Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabit, Umayah
bin Kaab dan Utsman bin Affan untuk menuliskan dan membukukan Al-Quran, kemudian
disimpan oleh Abu Bakar r.a.
Setelah meninggalnya Abu Bakar r.a, Al-Quran itu dipegang oleh Umar Bin Khatab r.a.
Setelah Umar bin Khatab meninggal kemudian Al-Quran dipegang oleh Hafsah binti Umar (putri
Umar bin Khatab r.a)
Pada masa kekahlifahan Utsma bin Affan r.a usaha penyusunan ayat-ayat Al-Quran ke
dalam bentuk mushaf baru dapat dilaksanakan. Saat itu Utsman bin Affan r.a menyuruh Zaid bin
Tsabit untuk menjadi ketua team pencatat Al-Quran dan mengdakan mushaf menjadi lima buah,
kemudian Utsman bin Affan r.a mengirimkan keberbagai daerah kedaulatan Islam. Sejak saat
3 | Page
itulah Al-Quran menjadi rujukan penulisan mushaf selanjutnya dan disebar ke seluruh dunia
Islam hingga sampai sekarang tersebar tanpa adanya perbedaan.
Artinya : ialah suatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa perbua-
tan, pernyataan (taqrir) dan yang seumpamanya
Pengertian ini mengandung 4 macan unsur, yakni kekuatan, perbuatan, pernyataan, dan
sifat-sifat atau keadaan Nabi Muhammad SAW yang lain, yang semuanya hanya disandarkan
kepada beliau saja
1. Ucapan
Al-Hadist Qauliyah (ucapan) adalah segala perkataan yang dikeluarkan oleh Nabi
Muhammad SAW dalam berbagai bidang, seperti bidang hukum syariah dan akhlak.
artinya : bahwasannya amal-amal perbuatan itu dengan niat, dan hanya bagi setiap
orang itu memperoleh apa yang ia niatkan dan seterusnya (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Perbuatan
Al-Hadist Filiyah (perbuatan) adalah perbuatan Nabi Muhmmad SAW yang meru-
pakan penjelasan praktis terhadap peraturan syariah yang belum jelas cara pelaksanaan-
nya.
4 | Page
Artinya : . tidak (maaf) berhubung binatang ini tidak terdapat di kaumku, aku jijik
padanya !. kata Khalid : segera aku memotongnyadan memakannya,sedang
Rasulullah SAW melihat kepadaku (HR.Bukhari dan Muslim)
Tindakan Khalid dan para sahabat yang menikmati daging biawak tersebut,
disaksikan oleh Nabi, dan beliau tidak menyanggahnya. Keengganan beliau memaknnya
itu disebabkan karena jijik.
Sifat-sifat beliau yang dilukiskan oleh para sahabat dan ahli tarkih,seprti sifat-sifat dan
bentuk jasminyah beliau dilukiskan oleh sahabat Anas Radiyallahu Anha sebagi berikut :
Artinya : Rasulullah SAW itu adalah sebaik-baik manusia mengenai paras mukanya dan
bentuk tubuhnya. Beliau bukan orang tinggi dan bukan pula orang pendek. (HR
Bukhari dan Muslim)
Silsilah, nama dan tahun kelahiran yang telah ditetapkan oleh para sahabat dan ahli tarkih.
Himmah (hasrat\cita-cita) beliau yang belum sempat direalisasikan, misalnya hasarat
beliau ntuk berpuasa ada tanggal 9 Asyura seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas
Radiyallahu Anha, ujarnya:
Diakla Rasulullah SAW berpuasa pada hari As-Syura dan memerintahkan untuk
dipuasai, para sahabat menghadap kepada nabi, mereka berkata : Ya Rasulullah
bahwa hari ini adalah yang diragukan oleh orang Yahudi dan Nasrani. Shaut
Rasulullah: Tahun yang akan dating,InsyaAllah aku akan berpuasa tanggal Sembilan.
(HR.Muslim dan Abu Daud)
5 | Page
Artinya : Dan dirikanlah oleh kamu sahalat dan bayalah zakat ..(QS al-Baqrah
2:110)
As-Sunnah merincinya secara operasional mialnya shalat mana saja yang hukumnya
wajib dan sunnat, sabda Rasul :
Artinya : Dari Thalhah bin Ubaidillah, bahwasanya telah dating seorang Arab badui
kepada Rasulullah SAW dan berkata : Wahai Rasulullah beritahukan kepadaku sahalat
apa yang difardukan untuku? Rasul bekarta : Sahlat lima waktu, yang lainnya adalah
sunnat (HR Bukhari dan Muslim).
As-Sunnah memberikan pengecualian terhadap pernyataan Al quran yang bersifat umum,
misalnya Al quran mengharamkan memakan bangkai dan darah dalam firman-Nya :
Artinya : Diharamkan bagimu (memakan) bangkai,darah, daging babi, daging yang
disembelih atas nama selain Allah, yang dicekik, dipukul,jatuh,yang ditanduk, yang
dimakan bintang buas kecuali yang sempat kamu menyembelihnya,dan yang disembelih
untuk berhala. Dan diharamkan pula bagimu mengundi nasib dengan anak panah,
karena itu sebagi kefasikan (QS. Al-Maidah, 5:3).
2.2.3 Ijtihad
a. Pengertian Ijtihad
Dari segi bahsa, Ijtihad berarti sungguh-sungguh. Menurut istilah Ulama Fiqih, Ijtihad
ialah mengarahkan segenap kemampuan berpikir untuk mencari dan menetapkan hukum-hukum
sayara, dari dalil-dalilnya yang tafshili (treinci). Menurut istilah Ulama Ushul Fiqih, Ijtihad
adalah menstimbangkan hukum atau untuk menetapkan hokum.orang yang melakukan ijtihad
dinamakan Mujtahid.
6 | Page
Maka ambilah (kejadian/peristiwa itu) untuk menjadi pelajaran , hai orang-orang yang
mempunyai pandangan (QS. Al-Hasyr, 59 : 2)
Al Hadist, seperti sabda Rasulullah SAW
Apabila hakim memutuskan hukum dengan berijtihad dan ia menemukan kebeneran dalam
ijtihadnya, maka ia mendapatkan dua pahala. Jika ia tidak memperoleh kebenaran dalam
ijtihadnya, maka ia memperoleh suatu pahala. (HR. Bukhari dan Muslim).
c. Tujuan Ijtihad
Secara singkat dapat dikatakan tujun ijtihad ialah untuk menggali dan menstimbangkan
(menetapkan) bebagai macam hokum yang berkenaan dengan kemaslhatan hidup manusia sesuai
dengan perkmbangan hidup mereka, yang belum ada ketetapan hukumnya secara pasti dalam Al
quran dan Sunnah Nabi SAW.
1. Ijma, adalah kebulatanpendapat atau kesepakatan semua ahli ijtihad umat setelah wafatnya nabi
pada suatu masa tentang suatu hukum
2. Qiyas, adalah menetapkan suatu perbuatan yang belum ada ketentuan hukumnya.
3. Istihsan, adalah menetapkan suatu hukum terhadap suatu persoalan ijtihadiah atas dasar prinsip
atau dalil-dalil yang berkaitan dengan Al quran dan hadist.
4. Mashalihul Mursalah, adalah menetapkan hukum terhadap sesuatu persoalan ijtihad atas dasar
pertimbangan kegunaan dan kemanfaatan yang sesuai dengan tujuan sayriat islam.
Dan masih banyak lagi metode lain yang digunakan oleh para ulama.
7 | Page
Hukum islam memiliki fungsi yang banyak dalam mengatur berbagai aspek kehidupan.
Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Ibadah
Hukum islam adalah ajaran yang harus dipatuhi manusia. Kepatuhannya merupakan
ibadah yang sekaligus jug amerupakan indikasi keimanan seseorang. Yang
melaksanakan hokum isalm mendapat pahala dan yang melanggar mendapat dosa.
2. Fungsi Amar Maruf Nahi Munkar
Keberadaan hokum islam ditunjukan untuk mengatur perikehidupan manusia. Maka
dari itu hokum islam bersentuhan dengan masyarakat dan berfungsi sebagai
pengendali social (social control).
3. Fungsi Jawazir
Keberadaan fungsi ini terlihat hukuman yang berupa ancaman dan sangsi. Adanya
sangsi hukuman menunjukan Islam sebagaibsarana pemaksa yang melindungi
seluruh masyarakat dari perbuatan yang trecela.
4. Fungsi Tanzim wa Islah al-Ummah
Fungsi ini menetapkan aturan yang cukup rinci,seperti pada masalah waris,nikah,dan
yang lainnya. Fungsi ini mewujudkan masyarakat yang harmonis, aman dan
sejahtera.
8 | Page
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sumber ajaran dalam Islam terdiri dari Al-Quran, As-Sunnah, dan Ijtihad. Sumber ajar-
an itu menunjukan urutan dan jenjang pengaplikasiannya. Maksudnya jika suatu permasalahan
yang ingin dipecahkan penyelesaiannya tidak terdapat dalam Al-Quran kemudian dicari di As-
Sunnah. Jika di As- Sunnah juga tidak ditemukan maka dicari dari Ijtihad.
9 | Page
DAFTAR PUSTAKA
Tamyiz, Adep.Pendidikan Agama Islam Untuk Politeknik. Bandung : Unit Pelayanan Mata Kuliah
Umum
10 | P a g e
LAMPIRAN PERTANYAAN
1. Dari Kelompok 1 (Resta) :
Apakah kita harus meneguhkan diri dalam shalat bahwa kita telah menghadap ke kiblat saat
berada dalam kendaraan?
Jawab :
Hukum aslinya adalah tidak boleh melaksanakan sholat fardhu diatas kendaraan kecuali
dengan udzur (alasan). Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Jabir,
sesungguhnya Nabi SAW sholat diatas kendaraannya menghadap timur maka apabila ia ingin
sholat fardhu, ia akan turun dan menghadap qiblat.(HR. Bukhori)
Dari hadits diatas sangat jelas menyebutkan bahwa tidak diperbolehkannya sholat diatas
kendaraan. Disebutkan juga bahwa syarat sahnya sholat adalah menghadap qiblat.
Para ulama fiqih telah menjelaskan alasan-alasan yang diperbolehkannya sholat diatas kendaraan:
1. Takut (khouf) atas diri sendiri atau harta dari musuh atau binatang buas.
2. Menurut Ibnu Qudamah, apabila adanya ketakutan yang sangat. Sehingga sangat tidak
memungkinkan untuk sholat menghadap qiblat atau tidak bisa melakukan rukun sholat
lainnya, baik karena melarikan diri dari musuh, binatang buas, kebakaran dan hal lainnya yang
tidak memungkinkan utnuk terlepas kecuali dengan kabur.
Sehingga dari kesimpulan diatas bila kita tidak mengalami hal yang diatas, maka sebisa mungkin
untuk tidak melakukan sholat diatas kendaraan.
Bagi madzhab Hanafi, menghadap qiblat saat sholat hukumnya mustahab dan bukan
wajib. Karena tidak mudah untuk melakukannya diatas kendaraan yang sedang berjalan.
Sedangkan menurut madzhab Maliki, bagi yang sholat nafilah maka tidak diharuskan
untuk menghadap kiblat dan sholat sesuai dengan kemana kendaraan menghadap.
Dan bagi madzhab Syafii, bila memungkinkan untuk menghadap qiblat saat takbirotul
ihrom, maka sholatnya diperbolehkan. Sebagaimana yang diriwayatkan Anas :
sesungguhnya Rasulullah SAW ketika melakukan perjalanan, bila ingin sholat sunnah
maka beliau menghadap qiblat dengan untanya, kemudian bertakbir dan sholat sesuai
dengan kemana menghadapnya (unta).(HR. Abu Daud)
Juga disyariatkannya menghadap qiblat ketika salam karena takbir dan salam adalah awal
dan akhirnya sholat.
11 | P a g e
Sehingga dalam madzhab ini, wajib menghadap qiblat baik sulit maupun mudah, bila
tidak bisa maka sholatnya tidak dikatakan benar.
Menurut madzhab Hanbali, tidak diwajibkan menghadap qiblat ketika salam karena
terdapat kesusahan untuk melakukannya sehingga jatuh hukumnya.
Sunnah adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi, baik berupa ucapan, ketetapan dan
sifat. Adapaun yang dimaksud dengan bidah adalah perkara yang baru dalam agama.
Dan setiap perkara yang tidak ada dasar nashnya dalam syari`at maka mengerjakannya atau
mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan tersebut termasuk kategori bidah. Rasulullah
bersabda:
"Siapa yang mengadakan dalam urusan kami ini yang tidak ada petunjuk atasnya maka ia
tertolak." (HR. Muslim)
Kembali lagi kepada iman diri kita masing-masing karena jika iman kita tinggi, kita akan
menjunjung tinggi hukum islam dan membatasi diri kita agar tidak keluar dari ajaran-ajaran
islam.
( )
Artinya: Nabi SAW diatas tunggangannya, kemana saja tunggangnnya itu menghadap. (H.R
Mutafaq alaih, juga at-Turmudzi dan Ahmad Amir bin Rabiah)
a. Istisab, adalah menetapkan hukum suatu hel menurut keadaan yang terjadi sebelumnya,
sampai ada dalil yang mengubahnya.
Contoh : A mengadakan perjanjian utang-piutang dengan B menurut A utangnya telah dibayar
kembali, tanpa menunjukan bukti atau saksi. Dalam kasus ini bedasarkan istisab dapat
ditetapkan bahwa A masih belum membayar utangnya dan perjanjian itu masih tetap berlaku
12 | P a g e
selama belum ada bukti yang menyatakan bahwa perjanian utang-piutang tersebut telah
berakhir.
c. Adat-Istiadat atau Urf, adalh yang tidak bertentangan hukum Islam dapat dikukuhkan tetap
terus berlaku bagi masyarakat yang bersangkutan.
Contoh : Melamar wanita dengan memberikan sebuah tanda (pengikat), pembayaran mahar
secara tunai atau utang atas persetujuankedua belah pihak, dan lain-lain.
Jawab : Pertanyaan dari Rama hampir sama dengan pertanyaan dari Riki. Jadi intinya kita harus
memperkuat iman dan membatasi diri kita dalam era globalisasi.
13 | P a g e