Anda di halaman 1dari 5

PEMBELAJARAN INDEKS BIAS MELALUI

PRAKTIKUM OPTIK (PADA ZAT CAIR)


Oleh. Dadan Muslih, Wandy Praginda,
Email. onedy31.cdetep@gmail.com

Siswa belajar IPA pada umumnya berorientasi pada pembuktian-pembuktian teori


semata yang dilakukan di laboratorium. Akibatnya kinerja kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah dalam keseharian sangat lemah. Agar siswa cerdas, cakap dan
pandai memecahkan masalah, tentunya siswa harus dibekali dan dilatih tentang
bagaimana memecahkan masalah-masalah IPA tersebut dalam kontek pembelajaran IPA
di sekolah. Melalui Kompetensi Inti Guru: "menguasai materi, struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu", diharapkan
terbagun kompetensi guru fisika dalam "merancang eksperimen fisika untuk
keperluan pembelajaran atau penelitian". Sehingga berdampak positif terhadap
pembelajaran siswa di kelas.

A. Pendahuluan
Peralatan dalam konten ini telah disesuaikan dengan kebutuhan peralatan fisika
yang standar dan merupakan salah satu kelengkapan yang sangat penting dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan peralatan laboratorium,
khususnya peralatan fisika optik. Isinya berupa panduan kegiatan pembelajaran
optik yang memuat bagaimana perolehan konsep-konsep optik (rekonstruksi
perolehan konsep pembiasan), pembuktian, penerapan konsep-konsep, dan
pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pada kejadian pembiasan, gelombang cahaya
dibelokkan saat melewati batas dua medium
yang berbeda kerapatannya, jika sampainya
pada medium tidak tegak lurus. Hal itu terjadi
karena adanya perubahan kecepatan dari Cahaya masuk kedalam balok kaca
Sumber :
cahaya pada kedua medium tersebut. http://fisika79.wordpress.com/tag/pem
Gejala tersebut dipergunakan untuk biasan/. Diakses tanggal 15/6/2012

memberikan sebuah nilai tertentu pada suatu


medium yang menunjukkan nilai kerapatan medium tersebut. Nilai tersebut disebut
indeks bias. Indeks bias suatu medium disebut indeks bias mutlak jika kerapatan
medium dibandingkan dengan kekosongan diruang hampa, serta indeks bias relatif
medium adalah perbandingan kerapatan medium satu dengan medium lainnya.

B. Merancang Percobaan Gejala Pembiasan

INDEKS BIAS ZAT CAIR

a. Tujuan Kegiatan : Menyelidiki indek bias zat cair

b. Alat dan Bahan


Statif lengkap dari kit mekanika
Lensa cembung
Cermin datar
Rumah lampu
Catu daya
Kabel penghubung
Pemegang diafragma
Diafragma celah panah
Boshed, dua buah
Air mineral

c. Metode Percobaan
Pada gambar 1 terdapat susunan kedudukan cermin datar, lensa positif, dan
cairan yang ditempatkan di antara lensa cembung dan cermin sebagai cairan
yang akan diuji indek biasnya. Di atas landasan statif diletakkan diafragma celah
panah sebagai objek yang dijepit boshed pada batang
statif.
Fokus lensa positif
dapat kita cari
rumah dengan mengatur
lampu jarak kedudukan
celah panah dimana
bayangannya
berimpit dengan
celah panahnya itu
Diafragma sendiri. Dengan
penyangga celah
mengukur jarak celah
panah saat bayangan
berimpit tersebut
Lensa + terhadap lensa, kita
cermin peroleh fokus lensa
catu daya

Cairan uji
Gambar 1. penempatan cairan uji di antara lensa dan cermin datar
(sumber : PPPPTK IPA, Diunduh dan diedit tgl 13/6/2012)
Sekarang kita lepas dulu lensa, dan beri tetes cairan di atas cermin datar kemudian
tempatkan lensa di atas tetes cairan. Susunan ini membentuk susunan dua buah lensa,
yaitu lensa cembung (convex) dan lensa cembung-datar (plane-convex). Jarak fokus
lensa gabungan F, yaitu yang merupakan kombinasi kedua lensa, dapat ditentukan
dengan cara mengatur kembali posisi celah panah hingga berimpit dengan
bayangannya. Dengan menggunakan persamaan lensa gabungan, kita dapatkan fokus
lensa cairan. Dari jarak fokus lensa cairan yang diperoleh, kita tentukan indeks bias n
cairan.
Misalkan panjang fokus lensa cembung adalah f1 , panjang fokus lensa cairan adalah
f2 dan panjang fokus lensa gabungan adalah F. Berdasarkan persamaan lensa
gabungan,
.(1)

F dan f1 diketahui dari percobaan, maka f2 dapat kita cari dengan menggunakan
persamaan (1).
Persamaan indeks bias lensa, dalam hal ini lensa cembung-datar, plane convex,
1 1 1 n 1
adalah : (n1 1)( ) 1
f2 r r
(2)
dengan demikian :

d. Pengamatan dan Data Percobaan


Susun semua peralatan seperti pada gambar 1. Nyalakan lampu dengan
menghidupkan catu daya. Atur cahaya dari rumah lampu hingga semua arah sinar
menuju celah panah. Arahkan sinar yang keluar dari celah panah menuju lensa
cembung, kemudian atur kedudukan vertikal celah panah sehingga diperoleh
bayangan celah panah tampak kelihatan jelas (sesuai celah panah awal). Catat jarak
kedudukan ini, sebagai jarak fokus lensa cembung f1. Selanjutnya, beri tetesan air di
antara lensa dan cermin datar. Kemudian atur kembali sehingga diperoleh bayangan
celah panah samapai terlihat jelas kembali. Catat jarak kedudukan ini, yaitu sebagai
jarak fokus lensa gabungan F . Ulangi percobaan ini untuk berbagai macam air dari
sumber yang berbeda seperti yang ditunjukkan dalam Tabel-1. Hitung pula fokus f2
dan indek bias n dengan menggunakan persamaan (2) dari masing-masing data
percobaan yang anda dapatkan untuk setiap macam air.

Tabel-1. Data hasil pengamatan f1, F, dan data perhitungan f2 dan indeks bias n
No Sumber air f1 F f2 n
1. Aqua merk A
2. Aqua merk B
3. Air garam
4. Air gula
5. Aquades

e. Hasil Percobaan dan Kesimpulan

1) Dengan melihat hasil yang diperoleh dalam Tabel-1. Adakah perbedaan indek bias
dari masing-masing air? Jika ada, manakah indeks bias air yang paling besar dan
yang paling kecil.
...................
...................

2) Adakah hubungan antara indek bias dan kwalitas air?


...................
...................

3) Apakah kesimpulan anda dari percobaan ini?


...................
...................

f. Bahan Diskusi
1) Diskusikan manfaat dari percobaan di atas !
2) Apakah percobaan di atas dapat digunakanan untuk menguji air tertentu dari
merk tertentu pula?
3) Besaran fisika apa lagi yang anda perlukan untuk memperkuat perbedaan dari
setiap macam air tersebut?
DAFTAR PUSTAKA
1) F. Tyler, Physics Laboratory Manual, Blackbarrs, 1970
2) www.flinders.edu.au/teach/tutor/demo.pdf
3) J. Ebet, Physics for Technology, 1981
4) Akira Hirose, Introduction to wave phenomena, 1984
5) Depdiknas, Kurikulum berbasis kompetensi, 2004.
6) Depdiknas, Standar Isi Kurikulum 2006, KTSP, 2006

Anda mungkin juga menyukai