Anda di halaman 1dari 13

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN GANGGUAN SISTEM


PENCERNAAN : HERNIA

PANCEN WELAS ASIH KA SASAMI

PERKUMPULAN PERHIMPUNAN SANTO BORROMEUS


RS SEKAR KAMULYAN
JL RAYA CIGUGUR NO 28
KUNINGAN JAWA BARAT
Telp 0232 873206 Fax 0232 875516
BAB I
TINJAUAN TEORI
HERNIA

A. DEFINISI
Hernia adalah penonjolan gelang/ruas organ/jaringan melalui lubang abnormal (Kamus
kedokteran Dorland)
Hernia adalah Menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang normal
melalui sebuah defek congenital yang di dapat (Barbara C. Long)

B. ANATOMI FISIOLOGI
1. Anatomi fisiologi rongga abdomen.
Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh. Rongga abdomen dilukiskan menjadi 2
bagian abdomen sebenarnya, yaitu rongga sebelah atas dan lebih besar dan pelvis yaitu
rongga sebelah bawah dan lebih kecil.
Isi abdomen: sebagian dari saluran pencernaan, yaitu lambung, usus halus dan usus
besar.
a. Lambung
Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan yang dapat mekar paling banyak
dan mempunyai 4 lapisan yaitu: lapisan peritoneal, lapisan berotot, sub mukosa dan
mukosa.
Fungsi lambung yaitu menerima makanan dari oesophagus melalui orifisium
kardiak dan bekerja sebagai penimbun sementara, kontraksi otot mencampur
makanan dengan getah lambung.

b. Usus Halus
Usus halus adalah tabung yang kira-kira 2,5 meter dalam keadaan hidup. Usus halus
terletak didaerah umbilicus dan dikelilingi oleh usus besar. Bagian usus halus:
duodenum, yeyunum dan ileum.
Duodenum
Disebut juga usus 12 jari, panjangnya 25 cm beerbentuk sepatu kuda
melengkung ke kiri. Pada lengkungan ini terdapat pancreas, dan pada bagian
kanan terdapat selaput lendir yang membukit disebut papilla vateri. Pada papilla
vateri ini bermuara saluran empdu (ductus coleductus) dan saluran pancreas
(ductus wirsungi, ductus pankreatikus) empedu dibuat dihati untuk dikeluarkan
ke duodenum melalui duktus koledokus yang fungsinya mengemulsikan lemak
dengan bantuan lipase. Pankreas juga menghasilkan amilase yang berfungsi
mencerna hidrat arang menjadi disakarida dan tripsin yang berfungsi mencerna
protein menjadi asam amino atau albumin dan polipeptida. Dinding duodenum
mempunyai lapuisan mucosa yang banyak mengandung kelenjar, kelenjar ini
disebut kelenjar brunner yang berfungsi untuk memproduksi getah intestinum
Yeyunum dan ileum
Yeyenum menempati 2/5 sebelah atas dari usus, ileum menempati 3/5 akhir.
Lekukan yeyunum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan
perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai
mesenterium. Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-
cabang arteri dan vena mesentrika superior. Pembuluh limfe dan saraf ke ruang
antara 2 lapisan peritoneum yang membentuk mesentrium. Sambungan antara
yeyunum dan ileum tidak memiliki batas yang tegas. Ujung bawah ileum
berhubungan dengan seikum dengan perantaraan lubang yang bernama orifisium
ileoseikal. Orifisium ini diperkuat oleh sfingter ileoseikalis dan pada bagian ini
terdapat katub valvula baukhini yang berfungsi untuk mencegah cairan dalam
colon asenden tidak masuk kembali ke dalam ileum
Fungsi usus halus :
Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui
kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran limfe
Menyerap protein dalam bentuk asam amino
Karbohidrat diserap dalam bentuk monosacarida

c. Usus Besar/Intestinum Mayor


Panjangnya 1,5 meter dan lebarnya 5-6 cm dan terdiri dari beberapa lapisan.
Lapisan-lapisan usus besar dari dalam keluar :
- Selaput lendir
- Lapisan otot melingkar
- Lapisan otot memanjang
- Jaringan Ikat

Fungsi Usus besar terdiri dari :


Menyerap air dari makanan
Tempat tinggal bakteri coli
Tempat feces

d. Peritoneum
Peritoneum adalah membran serosa rangkap yang tebesar didalam tubuh.
Peritoneum terdiri dari 2 bagian utama, yaitu peritoneum parietal yang melapisi
dinding rongga abdominal dan peritoneum visceral yang meliputi semua organ yang
berada di dalam rongga tersebut.
Fungsi: menutupi sebagian besar dari rongga abdomen dan pelvis, membentuk
pembatasan halus yang memungkinkan organ saling bergeser tanpa ada pergesekan.
Dinding abdomen membentuk rongga abdomen yang melindungi isi rongga
abdomen. Integritas lapisan muskulo aponeurosis dinding abdomen sangatlah
penting untuk mencegah terjadinya hernia bawaan atau hernia yang didapat. Selain
itu fungsi lain dari dinding abdomen adalah untuk membantu proses buang air besar
dan buang air kecil dengan meningkatkan tekanan intra abdominal.

C ETIOLOGI
1. Kelemahan otot abdominal oleh karena malformasi kongenital, traumatic, penuaan
atau tekanan intra abdominal yang meningkat (mengangkat benda berat, olah raga,
kehamilan, obesitas, batuk yang aktif, mengedan pada saat defekasi/miksi)
2. Malformasi congenital yang terjadi pada janin laki-laki dalam bulan usia 7-8
kehamilan, normalnya pada usia tersebut, testikel turun dalam skrotum melalui
kantong peritoneal. Jika kantong tersebut tidak menutup tidak menutup sempurna,
maka akan terbuka yang dapat menyebabkan bagian intestinal masuk kedalamnya dan
dapat terjadi hernia.
D. PATOFISIOLOGI
Dinding abdomen membentuk rongga abdomen yang melindungi isi rongga abdomen.
Integritas lapisan muskulo aponeurosis dinding abdomen sangatlah penting untuk
mencegah terjadinya hernia bawaan atau hernia yang didapat. Adanya pengembangan
lumen abdomen sehingga usus dari ekstra peritoneum akan masuk ke rongga perut, maka
bila proses ini terhambat akan terjadi kantong di pangkal umbilicus yang berisi usus,
lambung dan kadang hati.

E. GAMBARAN KLINIS
1. Adanya benjolan abdomen pada daerah yang lemah
2. Nyeri tekan abdomen terutama pada hernia ireponible
3. Mual dan muntah
4. Demam dan kedinginan bila ada obstruksi usus
5. Diare atau obstipasi

F. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan tejadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan (congenital) dan hernia
dapatan (akuista)
2. Menurut sifatnya hernia dibagi atas :
a. Hernia Reponible
Hernia dapat keluar dan masuk ke dalam rongga abdomen. Usus atau omentum
keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi bila berbaring atau di dorong
masuk. Tidak ada keluhan nyeri atau obstruksi usus.
b. Hernia Ireponible
Isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan kedalam rongga abdomen. Hal ini
biasanya di sebabkan oleh perlengketan isi kantong pada peritoneum kantong
hernia. Tidak ada keluhan nyeri atau obstruksi
Hernia ireponible dibagi atas ;
Hernia Incarcerata
Isi hernia terjepit cincin hernia, hal ini berarti isi kantong terperangkap, tidak
dapat kembali kedalam rongga perut yang akan menyebabkan gangguan
pasase usus. Hernia incarcerata secara klinis di maksudkan untuk hernia
ireponible.
Hernia Strangulata
Isi hernia terjepit oleh cincin hernia, yang akan mengakibatkan gangguan
pasase dan vascularisasi dari isi kan tong hernia. Isi kantong henia dapat
mengalami nekrosis.
3. Menurut tempatnya terjadi henia dibagi atas :
a. Hernia inguinalis indirek / lateralis
Hernia ini terjadi karena keluar dari rongga peritoneum melalui annulus
inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuka epigastrika inferior,
kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang,
menonjol keluar dari annulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut,
tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia
berada dalam musculus kremaster terletak antero medial terhadap vasdeferens
dan struktur lain dalam saluran sperma.
b. Hernia Inguinalis direk/medialis
Hernia ini langsung menonjol langsung ke depan melalui segitiga hesselbach,
daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale dibagian inferior, pembuluh
epigastrika inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus dibagian medial dasar
segitiga hesselbach dibentuk oleh fascia tranversal yang diperkuat oleh serat
aponeurosis musculus tranversa abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna,
sehingga daerah ini potensial untuk menjadi lemah. Hernia medialis, karena
tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum umumnya tidak
disertai strangulasi karena cincin hernia longgar.
c. Hernia Fremoralis
Hernia ini terjadi melalui cincin femoral dan sering terjadi pada wanita daripada
laki-laki.
d. Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wania karena adanya
peningkatan tekanan intra abdominal.
e. Hernia Diafragma
Hernia yang terjadi karena penutupan tidak sempurna dari sinus pleuroperitoneal
yang terletak pada bagian posterolateral dari diafragma.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Radiologi untuk memberi gambaran obstruksi usus.
b. Pemeriksaan laboratorium yang bersifat umum dilakukan untuk persiapan operasi.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Therapi
Therapi konservatif berupa penggunaan alat penyangga yang dapat dipakai sebagai
pengelola sementara misalnya: pemakaian korset pada hernia ventralis.
Sedangkan pada hernia inguinalis pemakaianya tidak dianjurkan karena dapat
melemahkan otot dinding perut. Umumnya terapi operatif merupakan terapi satu-satunya
yang rasional. Usia lanjut tidak merupakan kontra indikasi operasi elektif. Jika pasien
dengan hernia inkarserata tidak menunjukkan gejala sistemik dapat dicoba melakukan
reposisi postural. Jika usaha reposisi berhasil dapat dilakukan operasi hernioraphy elektif
setelah 2-3 hari sewaktu oedema jaringan sudah hilang dan keadaan umum pasien sudah
lebih baik. Pada hernia inkarserata, apalagi pada hernia stranggulata kemungkinan
pulihnya isi hernia harus dinilai sewaktu operasi. Bila isi hernia sudah nekrotik dilakukan
reseksi. Bila waktu operasi daya pulih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan
setelah 5 menit dievaluasi kembali, warna, peristaltic dan pulsasi pada arteri arkulata pada
usus.

I. KOMPLIKASI
1. Komplikasi operasi hernia: cedera vena femoralis, nervus ilioinguinalis, duktus
deferens, atau buli-buli bila masuk hernia geser.
2. Komplikasi dini: hematoma, infeksi luka, bendungan vena femoralis, terutama pada
operasi hernia femoralis, terutama pada hernia femoralis, fistel urine/ feses dan residif
3. Komplikasi lama: lesi, arteri spermatika/bendungan pleksus pampiniformis, dan yang
paling penting terjadinya residif
4. Komplikasi dari hernia: progression, intertrigo pada kulit.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Biodata : identitas klien meliputi umur, jenis kelamin, ras, pendidikan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan saat ini ( preop dan Postop)
- Keluhan utama: nyeri pada daerah benjolan atau nyeri luka pembedahan
- Keluhan yang menyertai: muntah, demam, diare, susah/susah bab,mual
- Riwayat prenatal dan intranatal
Umur kehamilan, kelahiran di mana dan di tolong siapa, BB dan PB
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
- Kaji penyakit yang pernah diderita
- Pengobatan apa saja yang pernah di berikan untuk mengatasi penyakit yang
penah diderita
c. Riwayat imunisasi
Imunisasi yang sudah diberikan
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah yang menderita penyakit yang sama (hernia), adakah yang menderita
penyakit menular lainnya atau pun penyakit keturunan seperti: DM, hipertensi,
jantung.
e. Riwayat tumbang
Kaji pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental
3. Pola kebiasaan sehari-hari
4. Data psikososial
5. Data Test Diagnostik
a. Pemeriksaan Radiologi untuk memberi gambaran obstruksi usus.
b. Pemeriksaan laboratorium yang bersifat umum dilakukan untuk persiapan operasi.
B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Kecemasan b.d akan dilakukannya tindakan pembedahan
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d agen fisik, insisi bedah, distensi abdomen
3. Resiko tinggi infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh, incisi bedah.
4. Kurang Pengetahuan: mengenai kondisi, prognosis, perwatan b.d kurangnya
informasi

C. Rencana Keperawatan
1. DK I: Kecemasan b.d akan dilakukannya tindakan pembedahan
Hasil yang diharapkan :
- Klien atau keluarga dapat mengungkapkan perasaan kecemasannya
- Klien atau keluarga dapat mengindentifikasi cara untuk menurunkan
atau menghilangkan kecemasan.
- Klien kelihatan rileks
Intevensi Keperawatan :
Intervensi Rasional
1. Dorong keberadaan/partisipasi dari 1. Memberikan dukungan emosional
keluarga. dan daoat membantu pengungkapan
masalah.
2. Tentukan ansietas klien dan kelurga 2. Untuk menentukan intervensi yang
dan sumber dari masalah. akan diberikan sesuai dengan
masalah yang dihadapi pasien dan
keluarga.
3. Bantu klien dan kelurga dalam 3. Membantu pasien dan keluarga
mengindentifikasi mekanisme memfasilitasi adaptasi yang positif
koping. terhadap tindakan pembedahan.
4. Berikan informasi atau penjelasan 4. Informasi yang diberikan dapat
kepada pasien dan keluarga tentang membantu mengurangi kecemasan
tindakan yang akan dilakukan. pasien dan keluarga.

2. DK II: Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d agen fisik, insisi bedah, distensi abdomen
Hasil Yang diharapkan :
- Klien tampak rileks
- Klien mampu beristirahat dengan tepat dan benar
- Klien dapat melakukan aktifitas
Intervensi Keperawatan :
Intervensi rasional
1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan 1. Membantu mengindentifikasi
lokasi, intensitas dan faktor yang intervensi yang tepat dan
memperberat/penghilang. mengevaluasi keefektifan analgetik.
2. Pantau tanda-tanda vital. 2. Nyeri dapat menimbulkan respon
autonomik meliputi perubahan pada
tekanan darah, nadi dan pernafasan.
3. Obsevasi keadaan luka, 3. Perdarahan pada jaringan, bengkak,
perhatikan adanya perdarahan, inflamasi atau terjadinya infeksi
oedema dan inflamasi. dapat menyebabkan peningkatan
4. Berikan tindakan rasa nyaman, nyeri incisi.
misalnya gosokan punggung, 4. Memberikan dukungan (fisik,
latihan batuk, bernafas, emosional), menurunkan
lingkungan tenang dan teknik ketegangan otot dan meningkatkan
relaksasi. relaksasi.
5. Ambulasi pasien sedini mungkin.
5. Menurunkan masalah yang terjadi
karena imobilisasi, seperti:
6. Kolaborasi dengan dokter untuk ketegangan otot.
pemberian analgetik sesuai 6. Mengontrol/mengurangi nyeri
indukasi. untuk meningkatkan istirahat.

3. DK III: Resiko tinggi infeksi b.d Ketidakadekuatan pertahanan tubuh, incisi bedah
Hasil yang diharapkan :
- Mencapai pemulihan tepat
- Tanda/gejala infeksi tidak terjadi
Intervensi Keperawatan :
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda-tanda vital, 1. Suhu malam hari memuncak yang
perhatikan peningkatan suhu. kembali normal pada pagi hari
adalah karakteristik infeksi.
Peningkatan suhu setelah 4-7 hari
pembedahan sering menandakan
abses luka.
2. Observasi keadaan luka, karakter 2. Perkembangan infeksi dapat
drainage, adanya inflamasi. memperlambat pemulihan.
3. Observasi terhadap tanda dan 3. Meskipun persiapan usus dilakukan
gejala infeksi, misal: demam, sebelum pembedahan efektif,
peningkatan nyeri, distensi infeksi dapat terjadi bila usus
abdomen. terganggu.
4. Pertahankan perawatan luka 4. Melindungi pasien dari infeksi
aseptic, pertahankan balutan tetap silang selama mengganti balutan.
kering. Balutan basah sebagai sumber
berkembang biak mikroorganisme.
5. Mengatasi infeksi bila ada.
5. Lakukan irigasi luka sesuai
dengan kebutuhan. 6. Untuk mencegah dan membunuh
6. Berikan obat-obatan sesuai mikroorganisme penyebab infeksi.
indikasi: antibiotika

4. DK IV: Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis, perawatan b.d kurangnya


informasi.
Hasil yang diharapkan :
- Mengungkapkan pemahaman tentang proses penyakit dan pengobatan
serta perawatan.
- Mengindentifikasi hubungan tanda/gejala pada proses penyakit dan
gejala dengan faktor penyebab.
Intervensi keperawatan :
Intervensi Rasional
1. Beri penjelasan tentang keadaan 1. Informasi tentang keadaan anak
anak. membatu agar orang tua mengerti
kondisi anak dan mengurangi
kecemasan orang tua
2. Beri kesempatan orang tua untuk 2. Orang tua dapat mengetahui dan
bertanya. mengerti hal-hal yang belum
diketahuinya

3. Kolaborasi dengan dokter untuk 3. Keluarga berhak mengetahui


menjelaskan perjalanan/proses proses penyakit yang sedang
penyakit anaknya. dialami anaknya
4. Beritahukan tanda dan gejala bila 4. Dengan mengetahui tanda dan
adanya infeksi luka. gejala penyakit lebih awal
penanganan penyakit dapat
5. Ajarkan/demonstrasikan cara dilakukan lebih dini
perawatan luka 5. Keluarga dapat melakukan
perawatan luka secara aseptik,
setelah pasien pulang.
PENYULUHAN UNTUK PERENCANAAN PEMULANGAN

Anda mungkin juga menyukai