PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Typhus Abdominalis terdapat di seluruh dunia dan penyebarannya tidak tergantung pada iklim,
tetapi lebih banyak di jumpai pada negara-negara berkembang di daerah tropis. Diare dan Typhoid
abdominalis (demam thypoid, entric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan
gangguan kesadaran, penyebab penyakit ini adalah Salmonela Thyphosa.
Penyakit typhus abdominallis atau demam thypod merupakan problem atau masalah yang serius
bagi kesehatan masyarakat di Negara-negara yang berkembang seperti halnya Indonesia yang memiliki
iklim tropis banyak di temukan penyakit infeksi salah satuhnya Typhus Abdominalis yang di temukan
sepanjang tahun. Typhus abdominalis di sebabkan oleh salmonella tyhpi . Bila salmonella tyhpi
berjalan bersama makanan atau terkontaminasi, ia berserang dijaringan limfoid pada dinding usus.
Aliran limfe membawa organ ini kedalam hati dan empedu. Gejala demam tipoid atau Typhus
abdominalis adalah suhu tubuh meningkat hingga 40c dengan frekuensi nadi relative lambat. Sering
ada nyeri tekan di perut.
Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak, namun tidak tertutup kemungkinan untuk orang
muda/dewasa. Kuman ini terdapat didalam kotoran, urine manusia, dan juga pada makanan dan
minuman yang tercemar kuman yang dibawa oleh lalat. Dalam masyarakat penyakit ini dikenal dengan
nama thypus, tetapi dalam dunia kedokteran disebut Tyfoid fever atau thypus abdominalis, karena pada
umumnya kuman menyerang usus, maka usus bisa jadi luka, dan menyebabkan perdarahan, serta bisa
pula terjadi kebocoran usus.
B. Rumusan Masalah
1
3. Bagaimana patofisiologi dari typus abdominalis ?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
a) Defenisi
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang disebabkan oleh salmonella
typhosa dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran.
b) Etiologi/Faktor Resiko
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhosa yang merupakan kuman gram
negatif yang bergerak dengan menggunakan rambut getar dan tidak menghasilkan spora. Kuman ini
dapat hidup dengan sangat baik pada suhu tubuh normal manusia maupun suhu yang sedikit lebih
rendah serta mati pada suhu 70oC dan antiseptik.
c) Patofisiologi
Kuman masuk melalui mulut. Sebagian akan dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung dan
sebagian lagi masuk ke usus halus, ke jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus
3
kemudian kuman masuk keperedaran darah (bakterimia primer), dan mencapai sel-sel retikulo
endoteleal, hati, limpa dan organ-organ lainnya.
Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikulo endoteleal melepaskan
kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya
kuman masuk kebeberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus dan kandung empedu.
Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks player. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus
halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ke tiga terjadi ulserasi plaks player. Pada
minggu ke empat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat
menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar-kelenjar mesentrial
dan limpa membesar.
Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan
oleh kelainan pada usus halus.
Kuman
Lambung
Aliran darah
Reaksi anafilatoksin :
Demam intermiten
Pusing
Lidah kotor
Mulut kering
4
Nyeri otot
- hipertermi
Intoleransi aktivitas
Hipatomegali
splenomegali
d) Manifestasi Klinis
5
3. Gangguan pada saluran cerna; halitosis, bibir kering dan pecah-pecah, lidah ditutupi selaput lender
kotor (coated tongue), meteorismus, mual, tidak napsu makan, hepatomegali, splenomegali yang
disertai nyeri perabaan.
4. Gangguan kesadaran; penurunan kesadaran (apatis, somnolen)
5. Bintik-bintik kemerahan pada kulit (roseola) akibat emboli hasil basil dalam kapiler kulit.
6. Epistaksis
e) Pembuatan Diagnostik
Pembuatan diagnostik dapat dilakukan dengan melakukan beberapa pemeriksaan diagnostik seperti
berikut :
1. Pemeriksaan darah tepi, seperti : leukopenia, limfositosis, aenosinofilia, anemia dan
trombositopenia.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT karena pada demam typoid kadar SGOT dan SGPT seringkali
meningkat dan kembali normal setelah sembuhnya typoid.
3. Pemeriksaan biakan empedu. Yaitu dengan pemeriksaan basil Salmonella Typhosa pada urin dan
tinja. Jika pada pemeriksaan selama dua kali berturut-turut tidak didapatkan basil Salmonella
Typhosa pada urin dan tinja, maka pasien dinyatakan betul-betul sembuh.
4. Pemeriksaan widal. Yaitu suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin
yang spesifik terhadap Salmonella Typhosa terdapat dalam serum klien dengan typhoid. Tujuan dari
pemeriksaan widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka
menderita typhoid. Dari pemeriksaan widal akan di dapat titer terhadap antigen O adalah 1/200 atau
lebih, sedangkan titer terhadap antigen H walaupun tinggi akan tetapi tidak bermakna untuk
menegakkan diagnosis karena titer H dapat tetap tinggi setelah dilakukan imunisasi atau bila
penderita telah lama sembuh.
f) Komplikasi
6
Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada bagian distal ileum.
Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara dirongga
peritoneum. Dengan gejala nyeri perut, perut kembung, tekanan darah turun, pekak
hatiberkurang dan peningkatan leukosit.
c. Peritonitis
Biasanya disertai dengan perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan gejala
abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat dan dinding abdomen tegang.
2. Komplikasi diluar usus
a. Bronkopeneumonia
Terjadi akhir minggu pertama
b. Kolesistitis
Pada anak jarang terjadi, terjadi pada minggu ke-2
c. Encelopati
Gejala : kesadaran menurun, kejang, muntah dan demam tinggi.
d. Meningitis
Sering terjadi pada neonates maupun bayi. Gejala : bayi tidak mau menetek, kejang, sianosis,
demam, diare dan kelainan neurologis.
g) Pencegahan
Pencegahan pada penyakit typus, selain dengan mennjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat
juga dengan melakukan pemberian vaksin pada orang-orang yang tergolong faktor resiko. Vaksin pada
penyakit typus yang bernana tivim ini banyak didapatkan di daerah-daerah endemik.
Beberapa kriteria dari orang-orang yang tergolong faktor resiko yang sebaiknya menerima vaksin
typus yaitu :
1. Para traveler (pelancong) yang bepergian menuju daerah (negara) epidemic.
2. Tinggal/merawat anggota keluarga yang sedang terkena tipes.
3. Para pekerja laboratorium yang bekerja dengan materi yang berkaitan dengan bakteri
salmonella typhi.
4. Mereka yang memiliki daya tahan tubuh lemah (pengidap HIV/AIDS)
Efek samping yang mungkin terjadi setelah pemberian vaksin :
1. Reaksi alergi
2. Demam
3. Sakit kepala
a) Pengkajian
7
Data yang di dapat saat pengkajian yaitu :
1. Identitas sering ditemukan pada anak berumur diatas satu tahun.
2. Keluhan utama berupa perasaan tidak enak badan,lesu,nyeri kepala,pusing, dan kurang
bersemangat serta nafsu makan kurang (terutama selama masa inkubusi)
3. Suhu tubuh. Pada kasus yang khas,demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat febris retmin
dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama suhu tubuh berangsur-angsur naik
setiap haringnya, biasanya menurun pada pagi hari dan meninngkat lagi pada sore hari dan
malam hari. Dalam minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam. Pada minggu
ketiga, suhu berangsur turun dan normal kemabali pada akhir minggu ketiga.
4. Kesedaraan. Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu apatis
sampai somnolen. Jarang terjadi spoor,koma,atau gelisah ( kecuali bila penyakitnya berat dan
terlambat mendapat pengobatan). Di samping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala
lainnya. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan resola yaitu bintik-bintik
kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama
demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardia dan epistaksis pada anak besar.
5. Pemeriksaan fisik
1) Mulut, terdapat napas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan pecah-pecah (ragaden).
Lidah bertutup selaput putih kotor,sementara ujungnya dan tepinya berawarna kemerahan,
dan jarang disertai tremor.
2) Abdomen,dapat ditemukan keadaan perut kembung. Bisa terjadi konstipasi atau mungkin
diare atau normal.
3) Hati dan limpa membesar disertai dengan nyeri pada perabaan.
6. Pemeriksaan labaratorium
1) Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leucopenia,limfositosis relative dan
aneosinofilia pada permukaan sakit.
2) Darah untuk kultur(biakan,empedu)dan widal.
3) Biakan empedu basil salmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah pasien pada minggu
pertama sakit.selanjutnya,lebih sering ditemukan dalam urine dan faeces
4) Pemeriksaan widal.
Untuk membuat diagnosis pemeriksaan yang diperlukan ialah titer zat anti terhadap antigen
O. titer bernilai 1/200 atau lebih menunjukan kenaikan yang progresif.
b) Diagnosa Keperawatan
Melalui data yang didapat dari pengkajian. Maka diagnosa keparawatan yang mungkin muncul
pada klien Typhus Abdominalis adalah:
8
a. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran
b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak ada nafsu makan, mual
dan kembung
d. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan, peningkatan suhu
tubuh
c) Perencanaan
Perencanaan asuhan keperawatan pada anak dengan Typhus Abdominalis adalah sebagai berikut
:
a. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran
Tujuan : Mempertahankan fungsi persepsi sensori
Kriteria hasil : Anak tidak menunjukan tanda-tanda penurunan kesadaran yang lebih lanjut
No Intervensi Rasional
1 Kaji status neurologis dengan standar GCS (Glasgow Mengobsevasi tingkat kesadaran
Coma Scale) dan berguna jika telah terjadi
komplikasi pada susunan saraf
pusat.
1.
2.
Membantu dalam proses
2 Istirahatkan anak hingga suhu tubuh dan tanda-tanda
penyembuhan dan mencegah
vital stabil
komplikasi.
2.
3. Meminimalkan kelelahan dan
3 Hindari aktivitas yang berlebihan penggunaan energi yang
berlebihan
9
4) Respirasi : 30 40 kali / menit
5) Tekanan Darah : 100 / 60 mmHg
No Intervensi Rasional
1 Kaji pengetahuan keluarga tentang hipertermi Sebagai data dasar tentang
pengetahuan yang dimiliki untuk
partisipasi mendukung proses
perawatan.
2 Observasi suhu, nadi, tekanan darah, dan pernafasan Peningkatan tanda-tanda vital
merupakan resiko terjadinya
kurang volume cairan yang tidak
terlihat.
3 Berikan minum yang cukup 1800 ml/hari Untuk mengganti cairan yang
hilang melalui proses hipertermi.
4 Berikan kompres air biasa dan lakukan tepid sponge Menurunkan panas melalui
evaporasi dan konduksi.
5 Pakaikan baju yang tipis dan menyerap keringat Mencegah penguapan yang
berlebihan karena peningkatan
suhu tubuh.
3.
Antipireksia berguna dalam
6 Kolaborasi pemberian terapi obat antipireksia
menurunkan panas.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak ada nafsu makan, mual
dan kembung
Tujuan : Meningkatkan kebutuhan nutrisi dan cairan
Kriteria hasil :
1) Anak menunjukan tanda-tanda nutrisi terpenuhi
10
2) Nafsu makan meningkat
3) Porsi makan habis
4) Tidak menunjukan tanda-tanda malnutrisi
No Intervensi Rasional
1 Kaji status gizi Mengobservasi penyimpangan dari
normal dan mempengaruhi pilihan
intervensi.
1.
Sebagai indikator perkembangan
2 Timbang BB
anak.
2.
Membantu untuk memenuhi
3 Izinkan anak untuk memakan makanan yang dapat kebutuhan gizi yang dibutuhkan
ditoleransi anak, rencanakan untuk memperbaiki untuk proses penyembuhan.
kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat
d. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan, peningkatan suhu
tubuh
Tujuan : Mencegah kurangnya volume cairan
Kriteria hasil :
1) Anak menunjukan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan cairan
2) Turgor kulit elastis
11
3) CRT kembali kurang dari 3 detik
4) Mukosa bibir lembab
No Intervensi Rasional
1 Observasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap 4 Perubahan tanda-tanda vital dapat
jam menunjukan adanya proses
peradangan.
3 Observasi dan catat intake dan output pada waktu Memonitor intake output yang
yang sama adekuat.
4 4. Monitor pemberian cairan melalui intravena setiap Berguna dalam keefektipan terafi
jam medik.
d) Discharge Planning
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang disebabkan oleh
salmonella typhosa dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran.
Nyeri kepala, lemah, lesu dan demam yang mencapai 3 minggu adalah beberapa dari tanda dan
gejala typus abdominalis. Penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi dari perdarahan usus sampai
meningitis.
B. Saran
Untuk membuat askep dengan typus abdominalis ini kita perawat harus hati-hati dalam
mengkaji pasien agar tidak salah diagnose serta perawat harus benar benar menguasai konsep penyakit
dan dalam menyusun implementasi, perawat harus sesuai dengan standar operasional prosedur
mengenai typus abdominalis ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
13
14