Anda di halaman 1dari 18

MORBILI

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

Infeksi menular yang disebabkan oleh virus morbili,& di tandai dengan terjadinya
eksentama akut (demam,batuk,konjungtivitis dan ruam kulit).Istilah umum yang dipakai untuk
morbili yaitu campak.

Campak adalah suatu infeksi akut yang sangat menular ditandai oleh gejala prodormal
panas, batuk, pilek, radang mata disertai dengan timbulnya bercak merah makulopapurer yang
menyebar ke seluruh tubuh yang kemudian menghitam dan mengelupas.

Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala
utama ringan,ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri
limpa nadi (Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC,2000)
Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu
stadium prodormal (kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang dimanifestasikan
dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik ( Ilmu Kesehatann Anak Edisi 2, th 1991.
FKUI ).

2. Etiologi

Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah
selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus ini berupa virus
RNA rantai tunggal yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. sampai saat ini
hanya ada satu serotipe yang diketahui dapat menimbulkan penyakit pada manusia.

3. Epidemiologi

Morbili dapat ditularkan dengan 3 cara,antara lain percikan ludah yang mengandung
virus, kontak langsung dengan penderita, penggunaan peralatan makan & minum bersama.
Penderita dapat menularkan infeksi dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan
selama ruam kulit ada.Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian
menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita
morbili akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan
setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila
seseorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan
akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester I, II, atau III maka ia akan
mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan BBLR,
atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.

4. Faktor predisposisi

a.Daya tahan tubuh yang lemah


b.Belum pernah terkena campak
c.Belum pernah mendapat vaksinasi campak

5. Patofisiologi

Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara, menempel dan berbiak pada
epitel nasofaring. Tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe
regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem retikuloendotelial
dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan proses
keradangan merupakan dasar patologik ruam dan infiltrasi peribronchial paru. Juga terdapat
udema, bendungan dan perdarahan yang tersebar pada otak Kolonisasi dan penyebaran pada
epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek dan mata merah (3 C : coryza, cough and
conjunctivitis) dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin
lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan
sumber infeksi) mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan. Virus dapat berbiak juga
pada susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik ensefalitis. Setelah masa konvalesen
panas turun dan hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin gelap,
berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada proses
awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit.
Virus morbili

Droplet infection

Eksudat yang serius, droliferasi sel mononukleus, polimorfonukleus

Gangguan rasa nyaman berhubungan


Penyebaran ke berbagai organ melalui hematogen
dengan peningkatan suhu tubuh

Reaksi inflamasi: demam, suhu naik, metabolisme


Resiko kurang volume cairan
naik, RR naik, IWL naik

Saluran cerna Saluran nafas


Konjungtiva
Inflamasi saluran nafas atas; Kulit menonjol di
radang
bercak koplik pada mukosa sekitar kelenjar
Terdapat bercak
bukalis meluas ke jari sebasea dan folikel
koplik berwarna
konjungtivitis
trakeobronkial rambut
kelabu di kelilingi
eritema pada mukosa Batuk, pilek, RR
Gangguan
bukalis, berhadapan meningkat Eritema membentuk
persepsi
pada molar, palatum macula papula di kulit
sensori
durum, mole bronchopneumonia

Rash, ruam pada balik telinga,


Gangguan pola nafas leher, pipi, muka, seluruh tubuh,
Mulut pahit timbul anorexia b.d bersihan jalan deskuamasi rasa gatal
nafas tidak efektif
Gangguan kebutuhan
nutrisi > kebutuhan

Gangguan istirahat Gangguan


Hygiene tidak dijaga dan imunitas kurang akan tidur integritas kulit
meluas pada saluran cerna bagian bawah (usus)

Absorbsi turun

diare Kurang volume cairan dan elektrolit

BAB terus menerus, iritasi

Gangguan integritas
kulit
6. Klasifikasi dan Manifestasi klinis

Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-20 hari dan kemidian timbul
gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium

1. Stadium kataral (prodormal)


Stadium prodormal berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demam ringan hingga sedang,
batuk kering ringan, bercak koplik coryza, malaise fotofobia dan konjungtivitis. Menjelang
akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang
patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih
kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya dimukosa bukalis
berhadapandengan molar dibawah, tetapi dapat menyebar tidak teratur mengenai seluruh
permukaan pipi. Meski jarang, mereka dapat pula ditemukan pada bagian tengah bibir
bawah, langit-langit dan karankula lakrimalis. Bercak tersebut muncul dan menghilang
dengan cepat dalam waktu 12-18 jam. Kadang-kadang stadium prodormal bersifat berat
karena diiringi demam tinggi mendadak disertai kejang-kejang dan pneumoni. Gambaran
darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia.
2. Stadium erupsi

Berlangsung 2 3 hari setelah stadium prodormal.Coryza dan batuk-batuk


bertambah. Timbul enantema / titik merah dipalatum durum dan palatum mole. Terjadinya
eritema yang berbentuk makula papula disertai dengan menaiknya suhu tubuh. Eritema
timbul dibelakang telinga dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian
belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan primer pada kulit. Rasa gatal, Adanya
ras makulo papous pada seluruh tubuh dan panas tinggi.

Mandibula dan didaerah leher belakang. Juga terdapat sedikit splenomegali, tidak
jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari morbili yang biasa ini adalah Black Measles
yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.

3. Stadium konvalesensi

Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi)


yang bisa hilang sendiri serta suhu menurun sampai menjadi normal. Selain hiperpigmentasi
pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini
merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema
atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai
menjadi normal kecuali bila ada komplikasi
7. Diagnosa banding

Ruam kulit pada campak harus dibedakan dari :


- Eksantema subitum
- Toxoplasmosis
- Rubela
- Meningokoksemia
- Infeksi virus echo
- Demam skarlatina
- Virus koksaki
- penyakit riketsia
- Virus adeno
- Penyakit serum
- Mononukleosus infeksiosa
- Alergi obat
- Ruam (rash) akibat obat-obatan atau erupsi obat
- Ricketsia
- Penyakit Kawasaki I
- Infeksi Stafilokokus

8. Komplikasi

1. Diare dapat diikuti dehidrasi


2. Laringitis akut
3. Laringotrakeobronkitis (croup)
4. Pneumonia
5. Bronkopneumonia
6. Pneumomediastinal
7. Kejang demam
8. Ensefalitis akut
9. SSPE (Subacute Sclerosing Panencephalitis)
10. Otitis media
11. Mastoiditis
12. Enteritis
13. Konjungtivitis
14. Ulkus kornea
15. Sistem kardiovaskuler
16. Adenitis servikal (cervical adenitis)
17. Purpura trombositopenik dan non-trombositopenik
18. Pada ibu hamil dapat terjadi abortus, partus prematurus, dan kelainan kongenital
19. Aktivasi tuberkulosis
20. Emfisema subkutan
21. Apendisitis
22. Gangguan gizi hingga kwasiorkor (malnutrisi)
23. Infeksi piogenik pada kulit
24. Kankrum oris (noma)
25. Kebutaan

9. Pencegahan
1. Imunusasi aktif
Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang telah
dilemahkan. Vaksin hidup yang pertama kali digunakan adalah Strain Edmonston B.
Pelemahan berikutnya dari Strain Edmonston B. Tersbut membawa perkembangan dan
pemakaian Strain Schwartz dan Moraten secara luas. Vaksin tersebut diberikan secara
subkutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung lama.
Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai mengurang 8-10
tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan agar vaksinasi campak rutin tidak dapat dilakukan
sebelum bayi berusia 15 bulan karena sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat
membentuk antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Pada suatu komunitas
dimana campak terdapat secara endemis, imunisasi dapat diberikan ketika bayi berusia 12
bulan.
2. Imunusasi pasif
Imunusasi pasif dengan serum oarng dewasa yang dikumpulkan, serum stadium
penyembuhan yang dikumpulkan, globulin placenta (gama globulin plasma) yang
dikumpulkan dapat memberikan hasil yang efektif untuk pencegahan atau melemahkan
campak. Campak dapat dicegah dengan erum imunoglobulin dengan dosis 0,25 ml/kg BB
secara IM dan diberikan selama 5 hari setelah pemaparan atau sesegera mungkin.
3. Mass campaign, bersamaan dengan Pekan Imunisasi Nasional
4. Catch-up immunization, diberikan pada anak sekolah dasar kelas 1-6

Imunisasi tidak boleh dilakukan bila:


1. Menderita infeksi saluran napas akut atau infeksi akut lainnya yang disertai demam >
38C.
2. Riwayat kejang demam.
3. Defisiensi imunologis.
4. Sedang mendapat pengobatan kortikosteroid dan imunosupresif.

Efek samping imunisasi:


1. Hiperpireksia.
2. Gejala infeksi saluran pernapasan bagian atas.
3. Morbili form rash
4. Kejang demam
5. Ensefalitis
6. Demam

10. Pemeriksaan penunjang

*Pemeriksaan Laboratorium
Darah tepi: jumlah leukosit normal atau meningkat jika ada komplikasi infeksi bakteri.
Dapat disertai leukopenia, limfopenia.

* Pemeriksaan yang perlu dilakukan jika disertai komplikasi:


a. Ensefalopati: pemeriksaan cairan serebrospinalis, kadar elektrolit darah, dan analisis
gas darah.
b. Enteritis: feses lengkap.
c. Bronkopneumonia: pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah.

* Pemeriksaan imaging
Pemeriksaan foto dada (chest radiograph) seringkali menunjukkan gambaran
hyperinflation, perihilar infiltrates, atau parenchymal patchy, fluffy densities.
Konsolidasi sekunder atau efusi dapat juga terlihat (visible).

* Pemeriksaan Sitologis
Ditemukan sel raksasa pada lapisan mukosa hidung dan pipi.

* Pemeriksaan Patologis
Dijumpai distribusi yang luas dari multinucleated giant cell akibat fusi sel-sel.
Multinucleated giant cell ini dapat ditemukan di sputum, sekresi nasal, dan sedimen urin.

* Pemeriksaan Serologi
- Didapatkan IgM spesifik.
- IgM lebih sensitif bila diperiksa antara hari ke-3 sampai hari ke-28 timbulnya rash
(ruam kemerahan).
- Pemeriksaan serologis dengan cara hemagglutinin inhibition test dan complement
fixation test akan dijumpai adanya antibodi yang spesifik dalam waktu 1-3 hari setelah
timbul rash dan mencapai puncaknya 2-4 minggu kemudian. Tes ini cukup praktis dan
spesifik untuk mendiagnosis morbili atipik atau subklinik.

11. PROGNOSIS

Biasanya sembuh setelah 7-10 hari setelah timbul ruam kulit.


Kematian disebabkan karena penyulit bronkopneumonia dan ensefalitis.

12. TERAPY

1. Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari :


a) Pemberian cairan yang cukup
b) Kalori yang sesuai dan jenis makanan yang disesuaikan dengan tingkat kesadaran
dan adanya komplikasi
c) Suplemen nutrisi
d) Antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder
e) Anti konvulsi apabila terjadi kejang
f) Pemberian vitamin A
2. Indikasi rawat inap : hiperpireksia (suhu > 39,0oC), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit,
atau adanya komplikasi.
3. Campak tanpa komplikasi :
a) Hindari penularan
b) Tirah baring di tempat tidur
c) Vitamin A 100.000 IU, apabila disertai malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari
d) Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai. Jenis makanan disesuaikan
dengan tingkat kesadaran pasien dan ada tidaknya komplikasi.
4. Campak dengan komplikasi :
a) Ensefalopati/ensefalitis :
Antibiotika bila diperlukan, antivirus dan lainnya sesuai dengan PDT
ensefalitis

Kortikosteroid bila diperlukan, sesuai dengan PDT ensefalitis


Kebutuhan jumlah cairan disesuaikan dengan kebutuhan serta koreksi terhadap
gangguan elektrolit
b) Bronkopneumonia
Antibiotika sesuai dengan PDT pneumonia
Oksigen nasal atau dengan masker
Koreksi gangguan keseimbangan asam basa, gas darah dan elektrolit
c) Enteritis : koreksi dehidrasi sesuai derajat dehidrasi

13. MONITORING TERAPI

Pada kasus campak dengan komplikasi bronkopneumonia dan gizi kurang perlu
dipantau terhadap adanya infeksi TB laten. Pantau gejala klinis serta lakukan uji
tuberkulin setelah 1-3 bulan penyembuhan.
Pantau keadaan gizi untuk gizi kurang /buruk, konsultasi pada Divisi Nutrisi &
Metabolik.

14. PENATALAKSANAAN

A. Tanpa Komplikasi
* Dirawat di bangsal isolasi, keadaan umum diperbaiki dengan cairan dan diet yang
memadai, yaitu: diet makanan cukup cairan dan kalori yang memadai.
* Vitamin A 100.000 IU per oral diberikan satu kali, bila
terdapat malnutrisi dilanjutkan 150.000 IU tiap hari.
* Pedoman lain pemberian vitamin A:
- < 6 bulan : 50.000 IU/hari >2 hari.
- 6-11 bulan : 100.000 IU/hari >2 hari.
- > 12 bulan : 200.000 IU/hari >2 hari.
* Indikasi rawat inap:
a. Hiperpireksia (suhu>39.0 C)
b. Dehidrasi
c. Kejang
d. Asupan oral sulit
e. Adanya komplikasi

B. Dengan Komplikasi
1. Ensefalopati
* Kloramfenikol 75 mg/Kg berat badan/hari dan ampisilin 100 mg/Kg berat badan/hari
selama 7-10 hari.
* Kortikosteroid: deksametason 1 mg/Kg berat badan/hari sebagai dosis awal;
dilanjutkan 0,5 g/Kg berat badan/hari dibagi dalam 3 dosis hingga kesadaran membaik
(bila pemberian lebih dari 5 hari dilakukan tappering off).
2. Bronkopneumonia
* Kloramfenikol 75 mg/Kg berat badan/hari dan ampisilin 100 mg/Kg berat badan/hari
selama 7-10 hari.
* Oksigen 2 liter/menit.
* Koreksi gangguan analisis gas darah dan elektrolit.
3. Enteritis
Koreksi dehidrasi sesuai derajat dehidrasi.

15. Diet

Kebutuhan zat gizi ditambah 10-25% dari kebutuhan minimum.

Diberikan porsi kecil tapi sering.

Konsumsi protein berkualitas tinggi dan mudah dicerna.

Sayuran dan buah-buahan dalam bentuk jus.

Hindari makanan yang dciawetkan atau beragi.

Konsumsi makanan yang mengandung kalium.

Bebas dari pestisida dan zat kimia.

Rendah serat makanan cait atau lunak jika ada gangguan pencernaan.

Rendah laktosa dan lemak jika diare

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

A. Identitas diri :
B. Pemeriksaan Fisik :
1. Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia
2. Kepala : sakit kepala
3. Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan
hidung ( pada stad eripsi ).
4. Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.
5. Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam
makuler pada leher, muka, lengan dan kaki ( pada stadium Konvalensi ), evitema, panas (
demam ).
6. Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum
7. Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.
8. Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare
9. Status Nutrisi : intake output makanan, nafsu makanan
C. Keadaan Umum : Kesadaran, TTV

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia.

2. Ganguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi virus.

3. Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan adanya demam, tidak enak
bedan, pusing, mulut terasa pahit, kadang-kadang muntah dan gatal.

4. Resiko terjadi komplikasi berhubungan dengan daya tahan tubuh yang menurun.

5. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit.

6. Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan sekunder


terhadap demam

3. INTERVENSI / IMPLEMENTASI

1. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia.

Kriteria standart:

Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan peningkatan yang tepat.

Menunjukkan perilaku / perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau


mempertahankan berat badan yang tepat.

Intervensi Keperawatan:

Berikan banyak minum (sari buah-buahan, sirup yang tidak memakai es).

Rasional : untuk mengkompensasi adanya peningkatan suhu tubuh dan merangsang


nafsu makan

Berikan susu porsi sedikit tetapi sering (susu dibuat encer dan tidak terlalu manis,
dan berikan susu tersebut dalam keadaan yang hangat ketika diminum).
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi melalui cairan bernutrisi.

Berikan makanan lunak, misalnya bubur yang memakai kuah, sup atau bubur
santan memakai gula dengan porsi sedikir tetapi dengan kuantitas yang sering.

Rasional : untuk memudahkan mencerna makanan dan meningkatkan asupan


makanan.

Berikan nasi TKTP, jika suhu tubuh sudah turun dan nafsu makan mulai membaik.

Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh setelah sakit.

2. Ganguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi virus.

Criteria standart:

Pasien menunjukkan adanya penurunan suhu tubuh mencapai normal.

Pasien menunjukkan tidak adanya komplikasi.

Intervensi keperawatan:

Memberikan kompres dingin / hangat.

Rasional : untuk membantu dalam penurunan suhsu tubuh pada pasien.

Kolaborasi medis untuk pemberian terapi antipiretikum.

Rasional : antipiretikum bekerja untuk menurunkan adanya kenaikan suhu tubuh.

Pantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi.

Rasional : suhu ruangan / jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan


sutubuh agar tetap normal.

3. Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan adanya demam, tidak enak
bedan, pusing, mulut terasa pahit, kadang-kadang muntah dan gatal.

Kriteria standart:

Pasien menunjukkan kenyamanan, tidak merasa gatal lagi.

Badan kelihatan segar dan tidak merasa pusing.

Intervensi keperawatan:

Bedaki tubuh anak dengan bedak salisil 1% atau lainnya atas resep dokter.

Rasional : bedak salisil 1% dapat mengurangi rasa gatal pada tubuh anak.
Menghindari anak tidak tidur di bawah lampu karena silau dan membuat tidak

nyaman.

Rasional : lampu yang terlalu terang membuat anak silau dan menambah rasa tidak
nyaman.

Selama demam masih tinggi tidak boleh dimandikan dan sering-sering dibedaki.

Rasional : tubuh yang dibedaki akan membuat rasa nyaman pasa pasien.

Jika suhu tubuh turun, untuk mengurangi gatal dapat dimandikan dengan PK atau air
hangat atau dapat juga dengan bethadine.

Rasional : air hangat / PK dapat mengurangi gatal dan menambah rasa nyaman.

4. Resiko terjadi komplikasi berhubungan dengan daya tahan tubuh yang menurun.

Criteria standart:

Pasien menunjukkan peningkatan kondisi tubuh.

Daya tahan tubuh optimal tidak menunjukkan tanda-tanda mudah terserang


panyakit.

Intervensi keperawatan:

Mengubah sikap baring anak beberapa kali sehari dan berikan bantal untuk
meninggikan kepalanya.

Rasional : meninggikan posisi kepala dapat memberikan sirkulasi udara dalam


paru.

Mendudukkan anak / dipangku pada waktu minum.

Rasional : mencegah terjadinya aspirasi.

Menghindarkan membaringkan pasien di depan jendela atau membawanya keluar


selama masih demam.

Rasional : menghindarkan anak terkena angin dan menambah suhu tubuh.

5. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit.

Kriteria standart:

Orang tua menunjukkan mengerti tetang proses penyakit.

Orang tua mengerti bagaimana pencegahan dan meningkatkan gizi agar tidak mudah
timbul komplikasi yang berat.

Intervensi keperawatan:

Memberikan penyuluhan tentang pemberian gizi yang baik bagi anak, terutama
balita

agar tidak mudah mendapat infeksi.

Rasional : memberikan pengetahuan kepada orang tua.

Menjelaskan pada orang tua tentang morbili tentang hubungan pencegahan dengan

vaksinasi campak dan peningkatan gizi agar tidak mudah timbul komplikasi yang
berat.

Rasional : memberikan pengetahuan kepada orang tua tentang pencegahan penyakit


anaknya.

6. Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan sekunder


terhadapdemam.
Tujuan :

Tidak terjadi kekurangan volume cairan tubuh dalam


jangka waktu .

Kriteria Hasil :

Turgor baik
Produksi urine cc/jam <0,5 1 cc/kg BB/jam
Kulit lembab
TTV dalam batas normal
Mukosa mulut lembab
Cairan masuk dan keluar seimbang
Tidak pusing pada perubahan posisi
Tidak haus
Hb, Ht, dbn

Rencana Tindakan :

Observasi penyebab kekurangan cairan : muntah,


diare, kesulitan menelan, kekurangan darah aktif,
diuretic, depresi, kelelahan
Observasi TNSR
Observasi tanda tanda dehidrasi
Observasi keadaan turgon kulit, kelembaban,
membran mukosa
Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan bila
kekurangan cairan terjadi secara mendadak, ukur
produksi urine setiap jam, berat jenis dan observasi
warna urine.
Catat dan ukur jumlah dan jenis cairan masuk dan
keluar per.
Perhatikan : cairan yang masuk, kecepatan tetesan
untuk mencegah edema paru, dispneu, bila pasien
terpasang infus
Timbang BB setiap hari
Pertahankan bedrest selama fase akut
Ajarkan tentang masukan cairan yang adekuat, tanda
serta cara mengatasi kurang cairan
Kolaborasi :
Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi
Pemberian obat sesuai indikasi
Observasi kadar elektronik, Hb,Ht

4. EVALUASI

1. Suhu tubuh normal / turun (36,7oC 37,6oC).

2. Cairan dan nutrisi dalam tubuh seimbang.

3. Tubuh tidak merasa gatal.

4. Orang tua / keluarga mengerti mengenai penyakit morbili dan

pencegahannya.
DAFTAR PUSTAKA

Ilmu kesehatan anak, Nelson.


Kapita selekta kedokteran, edisi 3, jilid II, Media Aesculapius FKUI.
Kapita selekta Kedokteran Jilid 2, Jakarta: Media Aesculapius.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Rampengan, T. H. 1993. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta: EGC.
Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Buku Kuliah 2 Ilmu KEsehatan Anak FKUI. Jakarta:
_______
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MORBILI

KELOMPOK 3:

GUSTI AYU PUTU NIA RESTIKA DEWI (08.321.0176)


I GEDE PARDIANTHA PRADANA (08.321.0178)
I GUSTI AYU KETUT PURWATI (08.321.0180)
I GST AYU SRI GAURI BHAVANI VISWESWARI (08.321.0181)
I GUSTI AYU WISUDARSANI (08.321.0182)
I NYOMAN TRIYOGA NUGATA (08.321.0187)
NI MADE DEWI PURNAMASARI (08.321.0203)
NI MADE NETI ARDIANTINI (08.321.0205)
NI PUTU DEVI YANTHI KUSUMA DEWI (08.321.0208)
PUTU AGUS SURYANA (08.321.0213)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2009

Anda mungkin juga menyukai