Vertigo Sentral
Disusun oleh:
Putri Pertiwi
20110310064
BAGIAN NEUROLOGI
RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
HALAMAN PENGESAHAN
TUTORIAL KLINIK
Disusun oleh:
Putri Pertiwi
20110310064
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : sedang
Kesadaran : compos mentis
Gizi : cukup
Vital Sign :
TD : 90/60 mmHg
RR : 20x/menit
HR : 81x/menit
T : 37o
STATUS GENERALIS
Kepala
Leher
Thorax
Ekstremitas
STATUS NEUROLOGIS
a. Kepala
1. Bentuk :
Normocephalus
2. Nyeri tekan : (-)
3. Simetris :
(+)
4. Pulsasi : (+)
b. Leher
1. Sikap :
Simetris
2. Pergerakan : Bebas
3. Kaku kuduk : Tidak
ada
c. Nervus kranialis (kanan/kiri)
1. N. Olfactorius
(Subjektif) daya pembau kanan =
kiri DBN
2. N. Opticus
Tajam penglihatan: normal
3. N. Okulomotorius, N.
Trochlearis, N. Abducen
- Ptosis (-/-), nistagmus (-/-),
exoftalmus (-/-), enoftalmus
(-/-)
- Gerakan bola mata keatas:
normal/normal
- Gerakan bola mata ke bawah:
normal/normal
- Gerakan bola mata ke medial:
normal/normal
- Pupil: isokor
- Strabismus (-/-)
- Diplopia (-/-)
- Reflek cahaya langsung (+/+)
- Reflek cahaya konsensuil (+/+)
- Reflek akomodatif (+/+)
4. N. Trigeminus
- Membuka mulut:
(normal/normal)
- Menggigit: (baik/baik)
- Sensibilitas
V1 (baik/baik)
V2 (baik/baik)
V3 (baik/baik)
5. N. Facialis
- Mengerutkan dahi: sama tinggi
- Kedipan mata kanan=kiri
- Sudut mulut: sama tinggi
- Mengerutkan alis: sama tinggi
- Menutup mata: (+/+)
- Lakrimasi: (-/-)
6. Vestibulocochlearis
- Mendengar suara gesekan
tangan (+/+)
- Nistagmus tidak dilakukan
- Pengaruh posisi kepala: tidak
dilakukan
7. Glossopharingeus
(tidak dilakukan)
8. Vagus
- Uvula: tidak deviasi, lurus
ditengah
- Arcus pharynx: simetris
- Menelan: baik
- Fonasi: baik, suara jelas
9. Accessorius
- Mengangkat bahu: dapat
mengangkat bahu, simetris
- Menolehkan kepala: dapat
menoleh ke kiri dan kanan
dengan tahanan
10. Hipoglossus
- Sikap lidah: deviasi (-)
- Artikulasi: jelas
- Tremor lidah (-)
- Atrofi otot lidah (-)
d. Badan dan anggota gerak
1. Badan
a) Motorik
-Respirasi: simetris dalam
keadaan statis dan dinamis
-Duduk: simetris
-Bentuk kolumna vertebralis:
simetris, lurus pada garis
median
-Pergerakan columna
vertebralis: baik
b) Sensibilitas
- Taktil: (normal/normal)
- Nyeri: (normal/normal)
2. Angggota gerak
Kekuatan :
Tonus :
Trofi :
Sensibilitas :
Refleks Fisiologis:
Refleks Patologis:
Klonus :
PENDAHULUAN
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita berputar atau bergerak atau seolah-olah
benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan
kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut
sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi
vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali.
mengalami kerusakan, yaitu vertigo periferal dan vertigo sentral. Saluran vestibular adalah salah
satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke
otak untuk menjaga keseimbangan. Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran
yang disebut kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol
keseimbangan.
Vertigo sentral merupakan vertigo yang disebabkan oleh penyakit yang berasal dari
sistem saraf pusat. Dalam praktek klinis, sering juga terjadi lesi saraf kranial nervus VIII.
Seseorang yang mengalami vertigo akan mengalami halusinasi lingkungan sekitar mereka
seakan-akan bergerak. Vertigo sentral dapat disebabkan oleh gangguan hemoragik atau iskemik
pada otak kecil, nukleus vestibular, dan koneksi yang terjadi dalam batang otak. Penyebab
lainnya termasuk tumor pada SSP, infeksi trauma, dan multipel sclerosis. Kejang dapat hadir
dengan vertigo seta gejala motorik atau kebingungan. Sekitar 5% dari kasus vertigo sentral
disebabkan oleh kejang. Migrain juga menyebabkan hampir 15% dari kasus sentral vertigo.
Multipel sklerosis merupakan penyebab yang tidak biasa dari vertigo. Sekitar 2% dari vertigo
12
sentral disebabkan oleh Multipel sklerosis. Vertigo yang disebabkan karena neuroma akustik juga
termasuk dalam kategori yang lebih luas dari vertigo sentral. Neuroma akustik berkembang
dalam saraf kranial VIII, biasanya dalam bagian kanalis auditorius interna, namun sering meluas
ke fossa posterior dengan efek sekunder pada saraf kranial lain serta batang otak.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Terdapat tiga sistem yang mengelola pengaturan keseimbangan tubuh yaitu : sistem
vestibular, sistem proprioseptik, dan sistem optik. Sistem vestibular meliputi labirin (aparatus
vestibularis), nervus vestibularis dan vestibular sentral. Labirin terletak dalam pars petrosa os
temporalis dan dibagi atas koklea (alat pendengaran) dan aparatus vestibularis (alat
keseimbangan). Labirin yang merupakan seri saluran, terdiri atas labirin membran yang berisi
endolimfe dan labirin tulang berisi perilimfe, dimana kedua cairan ini mempunyai komposisi
kimia berbeda dan tidak saling berhubungan. 4
Aparatus vestibularis terdiri atas satu pasang organ otolith dan tiga pasang kanalis
semisirkularis. Otolith terbagi atas sepasang kantong yang disebut sakulus dan utrikulus.
Sakulus dan utrikulus masing-masing mempunyai suatu penebalan atau makula sebagai
mekanoreseptor khusus. Makula terdiri dari sel-sel rambut dan sel penyokong. Kanalis
semisirkularis adalah saluran labirin tulang yang berisi perilimfe, sedang duktus
semisirkularis adalah saluran labirin selaput berisi endolimfe. Ketiga duktus semisirkularis
terletak saling tegak lurus. 4
Sistem vestibular terdiri dari labirin, bagian vestibular nervus kranialis kedelapan
(yaitu, nervus vestibularis, bagian nervus vestibulokokhlearis), dan nuklei vestibularis di
bagian otak, dengan koneksi sentralnya. Labirin terletak di dalam bagian petrosus os
tempolaris dan terdiri dari utrikulus, sakulus, dan tigan kanalis semisirkularis. Labirin
membranosa terpisah dari labirin tulang oleh rongga kecil yang terisi dengan perilimf; organ
membranosa itu sendiri berisi endolimfe. Urtikulus, sakulus, dan bagian kanalis semisirkularis
yang melebar (ampula) mengandung organ reseptor yang berfungsi untuk mempertahankan
keseimbangan. 2
14
1. DEFINISI
Trigeminal neuralgia adalah suatu peradangan pada saraf trigeminal yang menyebabkan rasa
sakit yang hebat dan kejang otot di wajah. Serangan intens, nyeri wajah seperti kejutan listrik
dan dapat terjadi secara mendadak atau dipicu dengan menyentuh area tertentu dari wajah.
Namun hingga saat ini penyebab pasti dari trigeminal neuralgia masih belum dipahami
sepenuhnya.5
Trigeminal neuralgia menurut IASP ( International Association for the study of Pain ) ialah
nyeri di wajah yang timbulnya mendadak, biasanya unilateral. Nyerinya singkat dan berat seperti
ditusuk disalah satu atau lebih cabang nervus trigeminus. Sementara menurut International
Headache Society trigeminal neuralgia nyeri adalah nyeri wajah yang menyakitkan, nyeri singkat
seperti tersengat listrik pada satu atau lebih cabang nervus trigeminus. Nyeri biasanya muncul
akibat stimulus ringat seperti mencuci muka, bercukur, gosok gigi, berbicara.5
15
Definisi menurut IASP Definisi menurut IHS
Tiba-tiba, biasanya unilateral, sifat nyeri Nyeri unilateral pada wajah, nyeri seperti sengatan
hebat, menusuk, berulang dan listrik yang berdistribusi ke salah satu atau lebih
berdistribusi di salah satu atau lebih dari nervus 6.
cabang dari nervus 5. Nyeri biasanya ditimbulkan oleh hal-hal sepele
seperti mencuci muka, bercukur, merokok,
berbicara, dan menggosok gigi. Namun juga dapat
terjadi secara mendadak.
2. ANATOMI
Nervus trigeminus atau saraf otak kelima atau saraf otak trifasial merupakan saraf otak
terbesar diantara 12 saraf otak, bersifat campuran karena terdiri dari komponen sensorik yang
mempunyai daerah persarafan yang luas yang disebut portio mayor dan komponen motorik yang
persarafannya sempit disebut portio minor. Komponen-komponen ini keluar dari permukaan
anterolateral bagian tengah pons dan berjalan ke anterior pada dasar fossa kranialis posterior
melintasi bagian petrosa tulang pelipis ke fossa kranialis media. Komponen sensorik dan motorik
bergabung didalam ganglion trigeminus atau ganglion gaseri, kemudian berjalan bersama-sama
daerah dahi dan mata (V1 optalmikus), pipi (V2 maksilaris) serta wajah bagian bawah dan
rahang (V3 mandibularis). Fungsi nervus trigeminus adalah sensasi sentuhan wajah, sakit dan
16
suhu, dan juga kontrol otot pengunyahan. Fungsi nervus trigeminus harus dibedakan dengan
nervus fasialis (nervus cranialis ke VII) yang mengontrol semua gerakan wajah.8
Tiga divisi nervus trigeminal muncul bersama-sama pada daerah yang disebut ganglion
gaseri. Dari sana, akar nervus trigeminal berjalan kebelakang kearah sisi brain stem dan masuk
ke pons. Dalam brain stem, sinyal akan berjalan terus mencapai kelompok neuron khusus yang
disebut nukleus nervus trigeminal. Informasi dibawa ke brain stem oleh nervus trigeminus
kemudian diproses sebelum dikirim ke otak dan korteks serebral, dimana persepsi sensasi wajah
akan diturunkan.8
3. ETIOLOGI
Ada banyak pendapat yang berbeda tentang etiologi dari trigeminal neuralgia, namun
beberapa dari mereka masih kontroversial karena kurangnya bukti objektif. Saat ini ada tiga
etiologi yang paling populer. Teori pertama berdasarkan pada penyakit yang berhubungan, kedua
adalah trauma langsung pada saraf dan teori ketiga merambat asal polyetiologic penyakit.10
Penyakit yang berhubungan seperti gangguan dari vaskularisasi, multipel sklerosism diabetes
melitus, rematoid, dan lain-lain. Pada trauma langsung pada saraf dibagi menjadi dua bagian
yaitu trauma pada bagian perifer dan sentral. Teori yang ketiga yaitu polyetiologic, faktor yang
4. PATOFISIOLOGI
Hingga saat ini patogenesis trigeminal neuralgia masih kompleks, tidak jelas dan masih
menjadi topik perdebatan di dunia medis. Banyak teori dan hipotesis yang saat ini menjelaskan
dideskripsikan sebagai penyakit fungsional karena tidak ada bukti kelainan organik (morfologi)
pada nervus trigeminus. Sekitar 40 tahun yang lalu, Kerr mengamati spesiment rhizotomi pasien
secara histologi dan menemukan perubahan dari nervus trigeminus secara morfologi yang mirim
17
dengan neuritis intersitial, demielinisasi serat saraf, dan sklerosis perineural dan endoneural.
Untuk beberapa tahun teori yang dapat diterima dari gangguan mekanisme perifer yaitu teori
hubungan pendek yang diajukan oleh Dott pada tahun 1956. Menurut teori ini, serangan
trigeminal dimulai dari interkoneksi akson demielinisasi, aktivitas peningkatan impuls ektopik
yang spontan. Kemudian ada data yang diterbitkan tidak hanya perubahan morfologi nervus di
perifer tetapi juga terjadi perubahan di struktur sentral dari nervus trigeminus. Teori mekanisme
sentral menyatakan, trigeminal neuralgia dimulai dari thalamus, nukleus nervus trigeminus,
batang otak, atau cedera pada korteks serebri. Meskipun belum ada teori yang dapat menjelaskan
struktur: trigeminal dan sistem nervus facial, pembentukan retikularis, nukleus diensepalon, dan
korteks pada otak. Beberapa peneliti mengindikasikan bahwa stimulus psikologis aferen dari
reseptor nervus trigeminal dan menginduksi fokus eksitasi paroksimal pada struktur sentral
sehingga terjadi impuls eferen ke perifer. Meskipun masih terdapat dua pertanyaan utama yang
belum terjawab. 10
Distrofi nervus merupakan kemunduran saraf secara progresif dan akan berakhir pada cabang
perifer dari nervus trigeminus. Berdasarkan perjalanan penyakit, progresifitas distropi tidak
hanya pada cabang perifer nervus trigeminus tapi juga terjadi pada bagian nervus intrakranial.
Hal ini telah ditunjukkan bahwa reaksi alergi imun dari cabang nervus trigeminus dengan cepat
terjadi degranulasi sel mast. Agen-agen seperti histamin, serotonin, heparin, bradikinin, dan yang
lain bermigrasi menuju ruang intraseluler selama sel mas berdegranulasi. Degranulasi sel mast
dengan segera membangkitkan reaksi hiperergic. Reaksi ini dimulai ketika imunoglobulin,
terutama IgE memperbaiki reseptor spesifik dari sel mast. Sel yang memproduksi IgE berada
18
pada jaringan limpoid, telinga, hidung, rongga mulut, dan membran saluran pernafasan bagian
atas. Pada penyakit ini, konsentrasi dari IgE meningkat pada inflamasi pada telinga, mulut, dan
tenggorokakn sebanyak 3 kali dan pada polip hidung meningkat 5-6 kali. Oleh karena itu jumlah
antibodi IgE meningkat ketika individu mengalami inflamasi pada daerah tersebut. Histamin
meningkat secara signifikan pada periode trigeminal akut. Histamin adalah suatu regulator aktif
aktivitas struktur saraf fungsional termasuk mediasi reaksi nyeri. Telah terbukti bahwa nervus
trigeminus adalah kemoreseptor trigger zone histamin. Hal ini mungkin menjelaskan mengapa
histamin yang dilepaskan selama reaksi imun lokal akan segera terakumulasi pada saraf
trigeminal. Bundel neurovaskular pada saraf trigeminus terlokalisasi di osseus kanal. Oleh
karena itu, edema saraf perifer ditimbulkan oleh peradangan sering menyebabkan manifestasi
"tunnel syndrome". Ini berarti bahwa kanal osseus akan menjadi sempit sehingga menekan saraf
Karlov mengusulkan "teori patogenesis sentral" sejak hubungan sistem saraf trigeminus
dengan struktur sentral mampu mengerahkan aksi penghambatan pada formasi segmental dan
suprasegmental. Tindakan ini mampu menghambat pembentukan iritasi fokus stabil tipe
paroksismal terletak di SSP. Teori patogenesis sentral dikonfirmasi lebih lanjut oleh Smith dan
McDonald. Mereka membuktikan bahwa demielinasi bisa menjadi sumber impuls ektopik yang
membangkitkan gangguan fungsional dan nyeri pada pembentukan fokus dominan dalam
segmental batang otak dan di pusat-pusat otak suprasegmental. Dengan demikian, distrofi di
TNS merangsang mekanisme patogenesis pusat neuralgia. Tidak diragukan lagi, harus ada
5. KLASIFIKASI
19
IHS (International Headache Society) membedakan Neuralgia Trigeminal menjadi NT klasik
dan NT simptomatik. Termasuk NT klasik adalah semua kasus yang etiologinya belum diketahui
(idiopatik). Sedangkan NT simptomatik dapat diakibatkan karena tumor, multipel sklerosis atau
1. Nyeri bersifat paroksimal dan terasa diwilayah sensorik cabang maksilaris, sensorik cabang
2. Timbulnya serangan bisa berlangsung 30 menit yang berikutnya menyusul antara beberapa
4. Penderita berusia lebih dari 45 tahun , wanita lebih sering terkena dibanding laki-laki.
1. Nyeri berlangsung terus menerus dan terasa dikawasan cabang optalmikus atau nervus infra
orbitalis.
2. Nyeri timbul terus menerus dengan puncak nyeri lalu hilang timbul kembali.
3. Disamping nyeri terdapat juga anethesia/hipestesia atau kelumpuhan saraf kranial, berupa
4. Tidak memperlihatkan kecendrungan pada wanita atau pria dan tidak terbatas pada golongan
usia.
6. MANIFESTASI KLINIS
20
Trigeminal neuralgia memberikan gejala dan tanda sebagai berikut :8,11,12
1. Rasa nyeri berupa nyeri neuropatik, yaitu nyeri berat paroksimal, tajam, seperti menikam,
tertembak, tersengat listrik, terkena petir, atau terbakar yang berlangsung singkat beberapa
detik sampai beberapa menit tetapi kurang dari dua menit, tiba-tiba dan berulang. Diantara
serangan biasanya ada interval bebas nyeri, atau hanya ada rasa tumpul ringan.
2. Lokasi nyeri umumnya terbatas di daerah dermatom nervus trigeminus dan unilateral.
Tersering nyeri didaerah distribusi nervus mandibularis (V2) 19,1% dan nervus maksilaris
(V3) 14,1% atau kombinasi keduanya 35,9% sehingga paling sering rasa nyeri pada setengah
wajah bawah. Jarang sekali hanya terbatas pada nervus optalmikus (V3) 3,3%. Sebagian
pasien nyeri terasa diseluruh cabang nervus trigeminus (15,5%) atau kombinasi nervus
maksilaris dan optalmikus (11,5%). Jarang ditemukan kombinasi nyeri pada daerah distribusi
getaran, atau stimulus mengunyah. Nyeri pada trigeminal neuralgia dapat mengalami remisi
dalam satu tahun atau lebih. Pada periode aktif neuralgia, karakteristik terjadi peningkatan
frekuensi dan beratnya serangan nyeri secara progresif sesuai dengan berjalannya waktu.
4. Sekitar 18% penderita dengan trigeminal neuralgia, pada awalnya nyeri atipikal yang makin
lama menjadi tipikal, disebut preneuralgia trigeminal. Nyeri terasa tumpul, terus-menerus
pada salah satu rahang yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa tahun. Stimulus
termal dapat menimbulkan nyeri berdenyut sehingga sering dianggap sebagai nyeri dental.
7. DIAGNOSIS
Trigeminal neuralgia seyogyanya dapat dibedakan dengan nyeri wajah yang lainnya.
21
anamnesa yang akurat, pemeriksaan klinis dan uji klinis untuk mengetahui secara pasti stimulus
sebagai berikut:13
A. Serangan serangan paroxysmal pada wajah, nyeri di frontal yang berlangsung beberapa
1. Menyebar sepanjang satu atau lebih cabang N trigeminus, tersering pada cabang
2. Onset dan terminasinya terjadi tiba-tiba, kuat, tajam, superficial, serasa menikam atau
membakar.
4. Nyeri dapat timbul spontan atau dipicu oleh aktifitas sehari seperti makan, mencukur,
bercakap cakap, mambasuh wajah atau menggosok gigi, area picu dapat ipsilateral atau
kontralateral.
idiopatik atau simptomatik. CT Scan kepala untuk melihat keberadaan tumor. Sklerosis multiple
dapat terlihat dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI). MRI ini sering digunakan sebelum
22
tindakan pembedahan untuk melihat kelainan pembuluh darah. Diagnosa trigeminal neuralgia
dibuat dengan mempertimbangkan riwayat kesehatan dan gambaran rasa sakitnya. Sementara
tidak ada pemeriksaan diagnostik yang dapat mempertegas adanya kelainan ini. Teknologi CT
Scan dan MRI sering digunakan untuk melihat adanya tumor atau abnormalitas lain yang
menyebabkan sakit tersebut. Pemeriksaan MRTA (high-definition MRI angiography) pada nervus
trigeminal dan brain stem dapat menunjukkan daerah nervus yang tertekan oleh vena atau arteri.
Sebagai tambahan, dilakukan pemeriksaan fisik untuk menentukan stimuli pemicu, dan lokasi
yang pasti dari sakitnya. Pemeriksaan termasuk inspeksi komea, nostril, gusi, lidah dan di pipi
untuk melihat bagaimana daerah tersebut merespon sentuhan dan perubahan suhu (panas dan
dingin).6
8. DIAGNOSIS BANDING
Neuralgia trigeminal harus dibedakan dari tipe nyeri lainnya yang muncul pada wajah dan
kepala.14
Faktor yang
Diagnosis
Persebaran Karakteristik Klinis Meringankan/
Banding
Memperburuk
23
Neuralgia Unilateral atau Lebih banyak ditemukan pada wanita Tidak ada
Fasial Atipik bilateral, pipi usia 30-50 tahun
atau angulus Nyeri hebat berkelanjutan umumnya
nasolabialis, pada daerah maksila
hidung bagian
dalam
9. TATALAKSANA
Seperti diketahui terapi dari trigeminal neuralgia ada 2 macam yaitu terapi medikamentosa
dan terapi pembedahan. Telah disepakati bahwa penanganan lini pertama untuk trigeminal
neulalgia adalah terapi medikamentosa. Tindakan bedah hanya dipertimbangkan apabila terapi
a. Terapi Farmakologi
oxcarbamazepin ( 600-1800 mg sehari ) sebagai terapi lini pertama. Sedangkan terapai lini kedua
adalah baclofen dan lamotrigin. Neuralgia trigeminal sering mengalami remisi sehingga pasien
24
dinasehatkan untuk mengatur dosis obat sesuai dengan frekwensi serangannya. Dalam pedoman
telah disimpulkan bahwa: carbamazepin efektif dalam pengendalian nyeri , oxcarbazepin juga
efektif, baclofen dan lamotrigin mungkin juga efektif. Studi open label telah melaporkan manfaat
terapi obat-obatan anti epilepsi yang lain seperti clonazepam, gabapentin, phenytoin dan
valproat.2
mg/hari dan oxcarbamazepin dengan dosis pemberian 600-1800 mg/hari sesuai dengan pedoman
oxcarbamazepin, namun oxcarbamazepin memiliki profil keamanan yang lebih baik. Sementera
pengobatan lini kedua dapat diberikan lamotrgine dengan dosis 400 mg/hari, baclofenac 40 80
Selain itu ada juga pilihan pengobatan alternative, yaitu dengan memberikan obat
antiepilepsi yang telah dipelajari dalam kontrol kecil dan studi terbuka yang disarankan untuk
valproat.2
25
Gambar 7.1 Management terapi pada trigeminal neuralgia
Karbamazepine
Karbamazepine bekerja dengan cara menghambat aktivitas neuronal pada kanal natrium,
yang selektif misalnya pada tabes dorsalis dan neuropati lainnya yang sukar diatasi dengan
analgesik biasa. Sebagian besar penderita trigeminal neuralgia mengalami penurunan sakit yang
berarti dengan menggunakan obat ini. Karena potensi untuk menimbulkan efek samping sangat
luas, khususnya gangguan darah seperti leukopeni, anemia aplastik dan agranulositosis maka
pasien yang akan diterapi dengan obat ini dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan nilai basal
Pemberian karbamazepine dihentikan jika jumlah leukosit abnormal (rendah). Jika efek
samping yang timbul parah, dosis karbamazepine perhari dapat dikurangi 1-3 perhari, sebelum
mencoba menambah dosis perharinya lagi. Karbamazepine diberikan dengan dosis berkisar 200-
1200 mg, dimana hampir 70% memperlihatkan perbaikan. Dosis dimulai dengan dosis minimal
1-2 pil perhari, secara bertahap dapat ditambah hingga rasa sakit hilang atau mulai timbul efek
samping. Selama periode remisi dosis dapat dikurangi secara bertahap. Karbamazepine dapat
dikombinasi dengan fenitoin atau baklofen bila nyeri membandel, atau diubah ke
oxykarbazepine.2
Efek samping yang timbul dalam dosis yang besar yaitu drowsiness, mental confusion,
dizziness, nystagmus, ataxia, diplopia, nausea dan anorexia. Terdapat juga reaksi serius yang
26
tidak berhubungan dengan dosis yaitu allergic skin rash, gangguan darah seperti leukopenia atau
agranulocytosis, atau aplastic anemia, keracunan hati, congestive heart failure, halusinasi dan
Oxykarbamazepin
samping lebih rendah dibanding dengan karbamazepine dan dapat meredakan nyeri dengan baik.
Pada umumnya dosis dimulai dengan 2 x 300 mg yang secara bertahap ditingkatkan untuk
mengontrol rasa sakitnya. Dosis maksimumnya 2400-3000 mg perhari. Efek samping yang
paling sering adalah nausea, mual, dizziness, fatique dan tremor. Efek samping yang jarang
timbul yaitu rash, infeksi saluran pernafasan, pandangan ganda dan perubahan elektrolit darah.
Seperti obat anti-seizure lainnya, penambahan dan pengurangan obat harus secara bertahap.2
Lamotrigine
Lamotrigin berefek pada saluran natrium, menstabilkan membran saraf dan menghambat
pelepasan rangsangan neurotransmiter. Dosis awal 25 mg/hari secara perlahan meningkat sampai
dosis 200 - 400 mg/hari dibagi dua dosis. Efek samping dapat berupa pusing, mual, penglihatan
kabur dan ataksia. Sekitar 7- 10% pasien dapat terjadi ruam pada kulit selama terapi 4 - 8
minggu. Dapat juga terjadi kelainan berupa deskuamasi atau terkait gejala parah demam atau
Phenitoin
Phenitoin berefek anti konvulsi tanpa menyebabkan depresi umum SSP. Sifat anti konvulsi
obat ini berdasarkan pada penghambatan penjalaran rangsang dari fokus kebagian lain di otak.
27
dapat menurunkan dan kadang-kadang menaikkan kadar phenitoin dalam plasma, sebaiknya
Phenitoin dapat mengobati lebih dari setengah penderita trigeminal neuralgia dengan dosis
300-600mg dibagi dalam 3 dosis perhari. Efek samping yang ditimbulkannya adalah nystagmus,
dysarthria, ophthalmoplegia dan juga mengantuk serta kebingungan. Efek lainnya adalah
Baklofen
Baklofen tidaklah seefektif karbamazepine atau phenytoin, tetapi dapat dikombinasi dengan
obat-obat tersebut. Obat ini berguna pada pasien yang baru terdiagnosa dengan rasa nyeri relatif
ringan dan tidak dapat mentoleransi karbamazepine.. Dosis untuk menghilangkan rasa sakit
secara komplit 40-80 mg perhari. Baklofen memiliki durasi yang pendek sehingga penderita
Efek samping yang paling sering timbul karena pemakaian baklofen adalah mengantuk,
pusing, nausea dan kelemahan kaki. Baklofen tidak boleh dihentikan secara tiba-tiba setelah
Gabapentin
Dosis yang dianjurkan 1200-3600 mg/hari. Obat ini hampir sama efektifnya dengan
karbamazepine tetapi efek sampingnya lebih sedikit. Dosis awal biasanya 3x300 mg/hari dan
ditambah hingga dosis maksimal. Reaksi merugikan paling sering adalah somnolen, ataksia,
fatique dan nystagmus. Seperti semua obat, penghentian secara cepat harus dihindari.2
b. Terapi Pembedahan
28
Terapi farmakologik umumnya efektif akan tetapi ada juga pasien yang tidak bereaksi atau
timbul efek samping yang tidak diinginkan maka diperlukan terapi pembedahan.2
Beberapa situasi yang mengindikasikan untuk dilakukannya terapi pembedahan yaitu: (1)
Ketika pengobatan farmakologik tidak menghasilkan penyembuhan yang berarti, (2) Ketika
pasien tidak dapat mentolerir pengobatan dan gejala semakin memburuk, (3) Adanya gambaran
Tindakan operatif yang dapat dilakukan adalah prosedur ganglion gasseri, terapi gamma
knife dan dekompresi mikrovaskuler. Pada prosedur perifer dilakukan blok pada nervus
trigeminus bagian distal ganglion gasseri yaitu dengan suntikan streptomisin, lidokain, alkohol .
Prosedur pada ganglion gasseri ialah rhizotomi melalui foramen ovale dengan radiofrekuensi
termoregulasi, suntikan gliserol atau kompresi dengan balon ke dalam kavum Meckel. Terapi
gamma knife merupakan terapi radiasi yang difokuskan pada radiks nervus trigeminus di fossa
posterior dengan tujuan memisahkan pembuluh darah yang menekan nervus trigeminus. 2
10. Prognosis
Setelah serangan awal, trigeminal neuralgia dapat muncul kembali selama berbulan-bulan
atau bahkan bertahun-tahun berikutnya. Setelah itu serangan bisa menjadi lebih sering, lebih
mudah dipicu, dan mungkin memerlukan pengobatan jangka panjang. Meskipun neuralgia
trigeminal tidak terkait dengan hidup singkat, morbiditas yang terkait dengan nyeri wajah kronis
dan berulang dapat dipertimbangkan jika kondisi tidak cukup terkontrol. Kondisi ini dapat
berkembang menjadi sindrom nyeri kronis, dan pasien dapat menderita depresi dan kehilangan
fungsi sehari-hari. Pasien dapat memilih untuk membatasi kegiatan yang memicu rasa sakit,
29
seperti mengunyah, sehingga pasien mungkin kehilangan berat badan dalam keadaan ekstrim.14
30
BAB III
PENUTUP
Neuralgia Trigeminal adalah suatu keadaan nyeri yang sangat hebat dengan ditandai
serangan nyeri yang mendadak dan terus menerus seperti menusuk atau seperti tersengat aliran
listrik yang berlangsung singkat dan berakhir dalam beberapa detik sampai beberapa menit.
Neuralgia trigeminal kebanyakan bersifat unilateral dan mengenai daerah yang disarafi nervus
trigeminus. Ada dua macam etiologi yang pertama adalah idiopatik atau disebut Neuralgia
Trigeminal primer dan yang kedua adalah simptomatik yang disebut Neuralgia Trigeminal
sekunder. Patofisiologi Neuralgia Trigeminal sampai sekarang masih belum jelas dan sejauh ini
belum ada pemeriksaan spesifik baik secara klinis maupun laboratorium untuk mendiagnosa
medikamentosa, namun jika tidak berhasil dapat dipertimbangkan dengan cara pembedahan.
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Gupta SK, Gupta A, Mahajin A, et al. Clinical insights in Trigeminal Neuralgia. JK Science
2005; 7 (3): 181-184.
3. Meraj NS, Siddiqui S, Ranashinghe JS, et al. Pain management: trigeminal neuralgia.
Hospital Physician 2003; 3: 64-70.
6. Sharav Y. Orofacial Pain : Dental Vascular & Neuropathic, In: Pain-An Updated Review.
Seattle: IASP Press. 2002.
7. Bryce DD. Trigeminal Neuralgia. Facial Neuralgia Rerources 2006; Availabe from: URL:
http://www.Facial Neuralgia, org/conditins/tn.html.
8. Kauffman AM and Patel M. Your complete guide to trigeminal neuralgia. CCND Winnipeg
2001. Available from URL:
http://www.umanitoba.ca/cranial_nerves/trigeminal_neuralgia/manuscript/
9. Mardjono M, Shidarta P. Saraf otak kelima atau nervus trigeminus dalam neurologi klinis
dasar. Diar Rakyat: Jakarta. 2008.
10. Gintautas S, Joudzybalys G, Wang HL. Aetiology and pathogenesis of trigeminal neuralgia: a
comprehensive review. J Oral Maxillofac 2012; 3(4): 1-7
12. Passos JH et al. Trigeminal Neuralgia. [online] Journal of Dentistry & Oral Medicine 2001.
Available from: URL: http://www.epub.org.br.
13. Kleef MV, Genderen WE, Narouze S. Evidence based medicine trigeminal neuralgia. World
Institute of Pain 2009; 9(4): 252-259.
14. Manish KS. Trigeminal neuralgia. [online] Medscape 2013. Available from URL:
http://emedicine.medscape.com/article/1145144-overview
32