Anda di halaman 1dari 22

BAB III

ANALISIS SITUASI

Periode data yang dikumpulkan adalah bulan Januari 2012 sampai dengan Desember
2012. Pengumpulan data dilakukan pada tangal 15-31 Januari 2012 di Puskesmas Kecamatan
Pademangan. Puskesmas kelurahan Pademangan Barat I dan Pademangan Barat II, Puskesmas
kelurahan Pademangan Timur dan Puskesmas Kelurahan Ancol.

3.1. Data Umum


3.1.1. Data Geografis
Luas wilayah kerja : 11,91 km2
Wilayah kecamatan Pademangan memiliki iklim tropis dengan suhu udara rata-
rata sepanjang tahun 27-32oC. Musim penghujan berada pada bulan Oktober-
Maret, sedangkan musim kemarau berada pada bulan April- September. Curah
hujan rata-rata 200mm/bulan, maksimum pada bulan Januari indeks curah hujan
berhubungan dengan meningkatnya jumlah kasus demam berdarah. 6 Curah hujan
mempengaruhi perkembangan vektor yakni nyamuk Aedes aegypti karena
peningkatan curah hujan juga meningkatkan jumlah wadah yang menampung air
hujan yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.7

Tabel 1. Jumlah curah hujan dan hari hujan menurut bulan di Jakarta Utara tahun 2012
Bulan Curah Hujan (mm3) Banyaknya hari hujan
Januari 252.0 23
Februari 180.6 17
Maret 104.9 16
April 34.3 14

12
Mei 157.1 11
Juni 103.1 6
Juli 53.1 4
Agustus 135.0 2
September 2.8 2
Oktober 59.2 11
November 114.0 9
Desember 132.2 14
Sumber : Badan Pusat Statistik kota administrasi Jakarta Utara

3.1.2. Data Demografis


Jumlah penduduk kecamatan Pademangan yang tercatat pada tahun 2012 adalah
162.616 jiwa, dengan jumlah KK sebanyak 57.472 dan kepadatan penduduk sebesar
13.653 jiwa/km2.

Tabel 2. Jumlah RT, RW, rumah dan tempat-tempat umum di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Pademangan tahun 2012
Jumlah
No Kelurahan Rumah +
TTU
RW RT Rumah TTU
1 Pademangan Barat 16 213 4.240 5 4.245
2 Pademangan Timur 10 145 2.900 4 2.904
3 Ancol 7 64 1.280 3 1.283
Jumlah 33 422 8.420 12 8.432
Sumber : Laporan mingguan pengamatan jentik berkala dan laporan tahunan
kependudukan Pademangan tahun 20128
3.2. Data Khusus
Berikut ini merupakan tabel mengenai jumlah kasus DBD yang terdapat di wilayah
kecamatan Pademangan selama 5 tahun terakhir.

Tabel 3. Jumlah kasus DBD periode tahun 2008-2012 di wilayah kerja puskesmas
kecamatan Pademangan
Bulan 2012 2011 2010 2009 2008
Pademangan Barat 96 112 191 172 150
Pademangan Timur 59 52 99 115 89
Ancol 37 57 108 84 57
TOTAL 192 221 398 371 296

13
Sumber : Status pasien, surat surveilans dari RS dan laporan Penyelidikan Epidemiologi
puskesmas kecamatan Pademangan Barat tahun 2008-2012

Pada tahun 2009 provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi dengan angka insidens DBD
tertinggi (313 kasus per 100.000 penduduk). Jumlah kasus di wilayah kecamatan
Pademangan pada tahun tersebut berjumlah 371 kasus. Jumlah kasus DBD terbanyak dalam
5 tahun terakhir adalah tahun 2010.

Dibawah ini merupakan tabel mengenai jumlah kasus dan kematian akibat DBD serta
hasil PE dan pelaksanaan fogging di wilayah kerja puskesmas kecamatan Pademangan.

Tabel 4. Jumlah kasus dan kematian akibat DBD, hasil PE dan pelaksanaan fogging bulan
Januari-Desember 2012 di tiga Puskesmas Kelurahan
Jumlah Pelaksanaan
Hasil Penyelidikan Epidemiologi (PE)
No Bulan Kasus Jumlah Fogging
Kematian Positif Negatif Tak Siklus Siklus
(+) (-) Ditemukan I II
Januari 0
1 17 6 9 2 6 6
Februari 0
2 35 7 15 12 7 7
Maret 0
3 23 6 13 3 6 6
April 0
4 12 4 7 0 4 4
Mei 0
5 20 7 6 6 5 5
Juni 0
6 18 2 10 5 2 2
Juli 0
7 27 5 16 6 5 5

14
Agustus 0
8 16 4 7 5 4 4
September 0
9 2 0 1 1 0 0
Oktober 0
10 8 2 4 2 2 2
November 0
11 8 0 5 3 0 0
Desember 0
12 6 2 4 0 1 1
Jumlah 192 0 45 97 45 42 42
Sumber: Laporan bulanan puskesmas kecamatan Pademangan, puskesmas kelurahan Ancol,
puskesmas kelurahan Pademangan Barat dan puskesmas kelurahan Pademangan Timur

Dari tabel diatas, ditemukan bahwa pada bulan Februari, Maret, April, Mei dan Juni
terdapat masing-masing 1 kasus DBD yang tidak dilakukan PE. Terdapat 2 kasus PE(+)
yang tidak ditindaklanjuti dengan fogging pada bulan Mei, dan 1 kasus pada bulan
Desember.
Hasil PE(+) yakni sebanyak 45 kasus dari 187 PE yang dilakukan (24.06%). Hal ini
menunjukkan bahwa 51.87% dari seluruh kasus yang di PE, tidak ditemukan adanya
penderita DBD lain (1 atau lebih) di sekitar rumah penderita DBD atau tidak ditemukan 3
atau lebih tersangka DBD dan tidak ditemukan jentik ( 5% ) dari rumah/bangunan yang
diperiksa.
Hasil PE yang dikategorikan sebagai Tak Ditemukan (24.06%) adalah penderita DBD
yang tidak bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas kecamatan Pademangan. Hal ini
bisa disebabkan karena penderita masih tercatat sebagai penduduk kecamatan Pademangan
(di dalam KTP).

Incidence Rate (IR) Januari-Desember 2012


Jumlah penderita DBD
x 100.000=
Jumlah Penduduk

192
x 100.000=118.07 per 100.000 penduduk
162.616

Incidence Rate di wilayah kerja Kecamatan Pademangan lebih tinggi jika dibandingkan
dengan target P2DBD yang ditetapkan yaitu 20 kasus/ 100.000 penduduk.

CFR (Case Fatality Rate)

15
Jumlah penderita DBD yang meninggal
x 100 =
Jumlah Penderita DBD

0
x 100 =0
192

Case Fatality Rate di wilayah kerja Kecamatan Pademangan telah memenuhi target
P2DBD yang ditetapkan yaitu < 1%.

Laporan kasus DBD yang ditindaklanjuti dengan PE


Jumlah kasus yang ditindaklanjuti PE
x 100 =
Jumlah seluruh penderita DBD

187
x 100 =97.39
192

Pelaksanaan PE di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pademangan belum memenuhi


indikator P2DBD, yakni semua laporan penderita DBD baik melalui surveilans RS dan
laporan masyarakat berupa Surat Keterangan dari RS (SKRS) harus diikuti dengan PE
(100%).

Kasus PE (+) yang ditindak lanjuti dengan fogging =


+

yang ditindak lanjuti dengan fogging

+

Jumlah kasus PE

42
x 100 =93.33
45

Pelaksanaan fogging di wilayah kerja kelurahan Pademangan Barat belum memenuhi


indikator P2DBD, karena setiap ditemukannya kasus dengan PE(+) harus ditindaklanjuti
dengan fogging (100%).

16
Tabel 5. Data jumantik per-kelurahan di kecamatan Pademangan tahun 2012
Jumlah
No Kelurahan Petugas
RT
RW Jumantik
1 Ancol 7 64 63
2 Pademangan Timur 10 145 145
3 Pademangan Barat 16 213 212
Jumlah 33 422 420

Sumber: Puskesmas Kecamatan Pademangan, Puskesmas Kelurahan Ancol, Puskesmas


Kelurahan Pademangan Barat dan Puskesmas Kelurahan Pademangan Timur

Jumlah jumantik di wilayah kerja puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II tidak


sebanding dengan jumlah RT, yaitu 212 orang. Hal ini disebabkan karena terdapat 1 RT di
wilayah RW 016, yang dijadikan sebagai daerah industri sehingga tidak ditinggali oleh
penduduk.

Tabel 6. Hasil Pengamatan Jentik Berkala pada kelurahan Ancol, Pademangan Barat dan
Pademangan Timur sepanjang tahun 2012
Cakupan
Kelurahan ABJ (%) HI (%) CI (%)
Rumah (%)
Ancol 97.01 2.98 24.80 -
Pademangan
96.33 3.66 90.48 -
Barat
Pademangan
97.48 2.54 93.49 0.54
Timur
Rata-rata 96.94 3.06 69.59

17
Sumber : Laporan mingguan PSN puskesmas kelurahan Ancol, puskesmas kelurahan
Pademangan Barat I dan II, puskesmas kelurahan Pademangan Timur

Angka bebas jentik di wilayah kerja puskesmas kecamatan Pademangan sebesar 96.94%,
sudah mencapai target berdasarkan KEPMENKES (No. 1457/2003) yaitu 95%. Angka House
Index di wilayah kerja puskesmas kecamatan Pademangan sebesar 3.06%, sudah mencapai target
berdasarkan KEPMENKES (No. 1456/2003) yaitu 5%.
Cakupan rumah yang diperiksa setiap bulan di wilayah kerja kelurahan Ancol hanya 24.80%,
yakni sebanyak 320 rumah. Hal ini disebabkan karena banyaknya RW yang tidak mengumpulkan
lembar laporan mingguan PSN oleh jumantik. jumlah rerata RW yang mengumpulkan laporan
PSN mingguan hanya 3 dari total keseluruhan 7 RW.
Dari tabel di atas, dalam periode Januari-Desember 2012 data Container Index pada wilayah
kerja puskesmas Kelurahan Pademangan Barat dan puskesmas kelurahan Ancol tidak dapat
dinilai. Hal ini disebabkan karena tabel jumlah kontainer yang diperiksa dan yang berjentik pada
formulir mingguan laporan PJB tidak diisi oleh jumantik.
Wadah yang paling banyak ditemukan berjentik berdasarkan perhitungan CI di wilayah kerja
puskesmas kelurahan Pademangan Timur adalah : bak mandi, meteran air, dan bak penampungan
air minum.

Tabel 7. Rekapitulasi laporan kegiatan penyuluhan masyarakat dengan topik DBD di wilayah
kerja puskesmas kecamatan Pademangan sepanjang tahun 2012
Target Realisasi
Kegiatan %
Frekuensi Kegiatan
Penyuluhan rutin per-bulan 40 40 100
POKJANAL DBD 2 2 100
Total 42 42 100
Sumber : Puskesmas Kecamatan Pademangan

18
Kegiatan penyuluhan kelompok sepenuhnya dikoordinir oleh pihak puskesmas kecamatan
Pademangan. Berdasarkan hasil rekapitulasi diatas, kegiatan yang dilakukan di wilayah kerja
puskesmas kecamatan Pademangan telah mencapai target jumlah penyelenggaraan, yang
ditetapkan oleh koordinator P2DBD sebanyak minimal 1 kali setiap bulan di masing-masing
kelurahan (100%).

Tabel 8. Rekapitulasi jumlah peserta pada pelaksanaan POKJANAL DBD wilayah kerja
Kecamatan Pademangan tahun 2012
Target Jumlah peserta
Bulan
peserta RT/RW Jumantik Masyarakat
Juni 30 4 26 -
Oktober 30 5 10 15
Total 60 60

Kelompok Kerja Operasional Pemberantasan DBD (POKJANAL DBD) diadakan


sebanyak 2 kali. Kegiatan ini dikoordinir oleh petugas P2DBD Kecamatan Pademangan,
dipimpin oleh narasumber dari Dinas Kesehatan pusat dan dihadiri oleh peserta lintas
sektoral di wilayah kerja puskesmas kecamatan Pademangan. Kuota peserta POKJANAL
pada bulan Juni, sebanyak 80% dialokasikan kepada jumantik dan 20% kepada petugas
RT/RW. Pada kegiatan POKJANAL bulan Oktober, 50% kuota peserta dialokasikan kepada
masyarakat 35% kepada jumantik dan 15% kepada petugas RT?RW. Dalam kegiatan ini
diperoleh pencapaian target sebesar 100%.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Periode : 12 bulan yaitu Januari-Desember 2012
Sumber data : Puskesmas kecamatan Pademangan, puskesmas kelurahan Ancol,
Pademangan Barat I dan II, Pademangan Timur.
Cara pengambilan data : wawancara, observasi dan melihat dokumen.

Tabel 9. Jenis data, sumber data, cara pengambilan data dan variabel
Cara Pengambilan Data
Jenis dan Sumber Data Variabel
& Instrumen
Data Primer

19
Penemuan, alur penanganan, serta
pelaporan kasus DBD di
Puskesmas Kecamatan
Pademangan.
Kepala Puskesmas Jadwal dan teknis pelaksanaan
Pademangan PSN, PJB, dan pihak terlibat
(dr. Dience, drg. Flora Alur pelaksanaan PE kasus DBD
M Sitinjak, drg. Lucia, dan tindak lanjut (fogging)
drg. Mimin Kristanu, dr Pengorganisasian
Murniasi) Wawancara
Pelaksanaan penyuluhan DBD
baik individu maupun kelompok
Petugas P2DBD
Perencanaan dan pelaksanaan
Puskesmas Kecamatan
Pademangan (Bapak pelatihan jumantik
Mochti dan Ibu Mega) Kinerja jumantik di wilayah
Kecamatan Pademangan
Kendala yang ditemukan di
lapangan dan upaya yang sudah
dilakukan.
Metode medis yang dipakai
Pengorganisasian dan pembagian
tugas di lapangan
Jumlah RW yang melakukan
kegiatan PSN mingguan
Melakukan pengamatan Ketersediaan jumantik yang ikut
Observasi Lapangan serta dalam kegiatan PSN
dengan pencatatan
Ketersediaan alat dan sarana
Pencatatan dan pelaporan PSN
Pelaksanaan penyuluhan DBD
Lingkungan

Jumlah rumah yang diperiksa


Formulir Pengamatan Jumlah rumah dengan jentik (+)
Pencatatan dari data
Jentik Berkala per RT pada Jumlah kontainer yang diperiksa
Puskesmas Kecamatan
setiap kelurahan di Jumlah kontainer dengan jentik (+)
Pademangan
Kecamatan Pademangan Jumlah rumah yang ber-3M dan
abatisasi
Data Surveillans kasus DBD Jumlah kasus DBD dan suspek
Pencatatan dari data
dan tersangka DBD di DBD
Puskesmas Kecamatan
Kecamatan Pademangan
Pademangan Jumlah kematian akibat kasus
tahun 2012 DBD

Data Sekunder

20
Laporan Tahunan Pencatatan dari data Jumlah RT, RW, KK, dan penduduk
Puskesmas Kecamatan Puskesmas Kecamatan Jumlah kader jumantik
Pademangan tahun 2012 Pademangan

Pencatatan dari data


Data Wilayah Kecamatan Puskesmas Kecamatan Luas cakupan wilayah kecamatan
Pademangan
Laporan tahunan jumantik Pencatatan dari data Jumlah jumantik di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Puskesmas Kecamatan Kecamatan Pademangan
Pademangan periode Pademangan
Januari-Desember 2012
Pencatatan dari data Jumlah rumah yang diperiksa
Laporan rekapitulasi hasil Puskesmas Kecamatan jumlah rumah yang positif dan
PSN-DBD oleh Petugas Pademangan negatif jentik
kesehatan di wilayah
Kecamatan Pademangan
Januari-Desember 2012

Pencatatan dari data Jumlah kasus DBD dan suspek


Laporan Penyelidikan
Puskesmas Kecamatan DBD yang diikuti PE
Epidemiologi periode
dan Kelurahan di Hasil PE
Januari-Desember 2012
wilayah kerja
Kecamatan Pademangan

Pencatatan dari Jumlah PE yang diikuti dengan


Puskesmas Kecamatan pelaksanaan Fogging.
Laporan Pelaksanaan dan Kelurahan di
Fogging selama periode wilayah kerja
Januari-Desember 2012 Kecamatan Pademangan

BAB IV
PERUMUSAN MASALAH

Perumusan masalah dilakukan dengan membandingkan pencapaian target keluaran dari


kegiatan pelaksanaan program P2 DBD yang dibandingkan dengan tolak ukur yang telah
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta

Tabel 10. Perumusan masalah


Tolak ukur Masalah
No Variabel Data yang Dihitung (O)
Variabel ini (E) (E-O)

21
100 % laporan kasus
Persentase kasus DBD (+)
1 DBD ditindaklanjuti PE = 97.39% M
yang diikuti dengan PE
dengan PE
100 % kasus dengan
Persentase PE (+) yang
hasil PE(+)
2 ditindaklanjuti dengan Fogging = 93.33% M
ditindaklanjuti dengan
fogging
fogging
CI P.Timur = 0.54%
3 Container Index (CI) < 5% M
CI P.Barat dan Ancol : -
Persentase rumah yang
4 100% Tidak ada data M
melakukan 3M 30 menit
Angka Kesakitan atau <20 kasus per 100.000 118.07 kasus per
5 M
Incidence Rate (IR) penduduk 100.000 penduduk

Perhitungan:
a. Angka Bebas Jentik (ABJ) :

Jumlah rumah dan TTU jentik (-)


ABJ = --------------------------------------------------- x 100%
Jumlah rumah dan TTU yang diperiksa
b. House Index (HI)

Jumlah rumah jentik (+)


HI = ----------------------------------------------------- x 100%
Jumlah rumah yang diperiksa

c. Container Index (CI) :

Jumlah kontainer jentik (+)


CI = --------------------------------------- x 100%
Jumlah kontainer diperiksa
d. Penyelidikan Epidemiologi (PE) :

Jumlah kasus telah di-PE


PE = --------------------------------- x 100%
Jumlah kasus DBD

e. Fogging :

Jumlah PE (+) yang dilanjuti dengan fogging


Fogging = ------------------------------------------------- x 100% 22
Jumlah PE (+)
Perumusan masalah
Masalah yang ditemukan adalah:
1. Persentase kasus DBD (+) yang diikuti PE tidak mencapai target.
2. Persentase kasus DBD dengan PE (+) yang diikuti fogging tidak mencapai target.
3. Tidak ada data mengenai CI wilayah kerja puskesmas kelurahan Ancol dan Pademangan
Barat.
4. Tidak ada data mengenai persentase rumah yang melakukan 3M 30 menit.
5. Angka kesakitan yang tinggi tidak sesuai dengan angka ABJ dan HI yang memenuhi
target.

BAB V
PEMBAHASAN

Berdasarkan pengumpulan data-data yang diperoleh di Puskesmas Kecamatan Pademangan


dibandingkan dengan tolak ukur keberhasilan program yang telah ditetapkan oleh Dinas
Kesehatan DKI Jakarta, maka terdapat beberapa masalah dalam pelaksanaan program P2DBD.

5.1. Rumusan Masalah


Berikut adalah beberapa masalah program yang diperoleh dengan meninjau hasil
keluaran dan didapatkan kesenjangan dengan target yang diharapkan, yaitu :
1. Persentase kasus DBD (+) yang diikuti PE tidak mencapai target. (97.39%)
2. Persentase kasus DBD dengan PE (+) yang diikuti fogging tidak mencapai target.
(93.33%)
3. Tidak ada data mengenai CI wilayah kerja puskesmas kelurahan Ancol dan Pademangan
Barat.
4. Tidak ada data mengenai persentase rumah yang melakukan 3M 30 menit.
5. Angka kesakitan yang tinggi tidak sesuai dengan angka ABJ dan HI yang memenuhi
target. (118.07 kasus per 100.000 penduduk; ABJ 96.94% dan HI 3.06%)

5.2. Prioritas Masalah

23
Prioritas masalah di sini ditetapkan melalui sistem skoring, dimana semakin tinggi
skor suatu masalah berarti masalah tersebut semakin diprioritaskan. Adapun parameter yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Besarnya masalah dihitung dari kesenjangan antara pencapaian dan target.
Skor : 5 = 80-100 %
4 = 60-79.9 %
3 = 40-59.9 %
2 = 20-39.9 %
1 = 0-19.9 %
2. Berat ringannya masalah dikaitkan dengan akibat yang ditimbulkan.
Skor : 5 = Berat sekali
4 = Ragu-ragu antar 3-5
3 = Kurang berat
2 = Ragu-ragu antara 1-3
1 = Tidak berat
3. Apakah dapat ditanggulangi dengan sumber daya yang ada?
Skor: 5 = Dapat ditanggulangi
4 = Ragu-ragu antar 3-5
3 = Kurang dapat ditanggulangi
2 = Ragu-ragu antara 1-3
1= Tidak dapat ditanggulangi.
4. Keuntungan sosial yang diperoleh, apakah menarik perhatian masyarakat?
Skor: 5 = Banyak menarik masyarakat
4 = Ragu-ragu antar 3-5
3 = Kurang menarik masyarakat
2 = Ragu-ragu antara 1-3
1 = Tidak menarik masyarakat

Prioritas masalah berdasarkan besar masalah, berat ringan akibat yang


ditimbulkan, sumber daya yang tersedia dan keuntungan sosial yang akan diuraikan di
bawah ini :

24
1. Besarnya masalah yang dihitung dari kesenjangan antara pencapaian dan target
Rumus

G = Gap (kesenjangan)
G=EO E = Expected (target yang ingin dicapai)
O = Outcome (data yang didapat dari lapangan)

a) Gap pada persentase Laporan Kasus DBD yang ditindak lanjuti dengan PE
= 100% - 97.92%
= 2.08% skor 1
b) Gap pada persentase Kasus PE (+) yang ditindak lanjuti dengan fogging
= 100% - 93.33%
= 6.67 % skor 1
c) Gap pada persentase Perhitungan kontainer dalam kegiatan PSN
= 100% - 0%
= 100% skor 5
d) Gap pada persentase Rumah yang melakukan 3M 30 menit
= 100% - 0%
= 100% skor 5
e) Gap pada Angka kesakitan
= 20 118.07
= - 98.07 skor 5

2. Berat ringannya masalah dikaitkan dengan akibat yang ditimbulkan


A. Persentase kasus DBD yang ditindak lanjuti dengan PE belum mencapai
target 100%, yaitu sebesar 97.39 %
Penyelidikan Epidemiologi (PE) adalah kegiatan pencarian penderita DBD atau
tersangka DBD lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di tempat
tinggal penderita dan rumah/bangunan sekitarnya, termasuk tempat-tempat umum
dalam radius sekurang-kurangnya 100 meter. PE diperlukan untuk mengetahui
potensi penularan dan penyebaran DBD lebih lanjut serta tindakan
penanggulangan yang perlu dilakukan di wilayah sekitar tempat tinggal
penderita. PE yang tidak memenuhi target menyebabkan pemutusan rantai

25
penularan penyakit DBD tidak terlaksana secara maksimal sehingga dapat
meningkatkan potensi penularan dan penyebaran DBD. (skor 4)

B. Persentase kasus PE (+) yang ditindaklanjuti dengan fogging belum


mencapai target 100%, yaitu 93.33 %
Fogging adalah bagian dari penanggulangan fokus yang merupakan kegiatan
pemberantasan nyamuk penular DBD. Tujuannya adalah untuk membatasi
penularan DBD dan mencegah terjadiny penularan dalam waktu singkat di lokasi
tempat tinggal penderita DBD, rumah/bangunan sekitarnya serta tempat-tempat
umum yang berpotensi menjadi sumber penularan DBD dalam radius 100m.
Kasus PE (+) yang tidak ditindaklanjuti dengan fogging menyebabkan
pembatasan penularan DBD tidak maksimal sehingga meningkatkan potensi
terjadinya KLB. (skor 4)

C. Persentase perhitungan CI : tidak ada data


Dalam kegiatan PJB, dilakukan perhitungan dan penilaian terhadap jumlah
kontainer, kontainer berjentik dan tidak berjentik. Hal ini bertujuan agar wadah
yang potensial atau sudah berjentik dapat segera dibersihkan sehingga dapat
memutus rantai hidup nyamuk penular DBD. (skor 3)

D. Persentase rumah yang melakukan 3M 30 menit: tidak ada data


3M (Menguras, Menutup, Mengubur) merupakan bagian dari kegiatan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) DBD yang melibatkan masyarakat di
lingkungan tempat tinggalnya. Data 3M tang tidak tersedianya menunjukkan
bahwa tidak ada pelaporan dan pencatatan yang baik mengenai pelaksanaan
kegiatan 3M di wilayah Kecamatan Pademangan, sehingga tidak dapat dilakukan
penilaian terhadap peran serta masyarakat dalam kegiatan PSN DBD. (skor 4)

E. Angka kesakitan yang tinggi tidak sesuai dengan angka ABJ dan HI yang
memenuhi target
ABJ dan HI merupakan indikator penanggulangan DBD dimana angka ABJ dan
HI yang memenuhi target seharusnya diikuti dengan angka kesakitan yang rendah
di wilayah yang bersangkutan dan begitu pula sebaliknya. Ketidaksesuaian yang

26
terjadi menunjukkan bahwa terdapat masalah dalam pelaksanaan, pencatatan dan
pelaporan kegiatan PSN. (skor 5)

3. Apakah masalah yang timbul dapat ditanggulangi dengan sumber daya yang ada?
A. Persentase laporan Kasus DBD yang ditindak lanjuti dengan PE belum
mencapai target 100%, yaitu sebesar 97.39 %
PE diperlukan untuk mengetahui potensi penularan dan penyebaran DBD lebih
lanjut serta tindakan penanggulangan yang perlu dilakukan di wilayah sekitar
tempat tinggal penderita. PE dilaksanakan oleh petugas PE sesuai dengan kasus
DBD yang dilaporkan. Jumlah petugas PE yang ada di wilayah kerja Kecamatan
Pademangan mencukupi untuk memenuhi target sebesar 100%, (skor 5)

B. Persentase kasus PE (+) yang ditindak lanjuti dengan fogging belum


mencapai target 100%, yaitu sebesar 93.33 %
Di wilayah Kecamatan Pademangan terdapat 7 buah alat fogging yang berfungsi
baik dan 11 orang petugas fogging. Dalam setiap pelaksanaan fogging seluruh
petugas dan alat dikerahkan. Jumlah sumber daya yang tersedia di wilayah
Kecamatan Pademangan dinilai mencukupi untuk mencapai target fogging 100%.
(skor 3)

C. Persentase CI tidak dapat dihitung


Dalam setiap pelaksanaan kegiatan PSN setiap minggu, jumantik bertugas untuk
menilai dan menghitung jumlah wadah berjentik yang terdapat dalam rumah yang
diperiksa. Namun pada pelaksanaannya di wilayah kelurahan Pademangan Barat,
jumantik tidak mengisi kolom pemeriksaan kontainer, tetapi hanya menilai
ada/tidaknya jentik dalam suatu rumah. Pemeriksaan pada kontainer tentu perlu
dilakukan agar pemutusan rantai vektor penular DBD dapat dicegah. Dengan
jumlah jumantik yang ada, masalah ini dinilai dapat ditanggulangi. Tetapi jika
dinilai dari segi keterampilan jumantik yang dalam mencari jentik masalah ini
menjadi lebih kompleks, (skor 4)

D. Persentase rumah yang melakukan 3M 30 menit

27
Kegiatan Pelaksanaan 3M melibatkan bukan hanya kader jumantik tetapi
membutuhkan partisipasi dari setiap anggota keluarga yang tinggal di rumah
tersebut. Sosialisasi, pelaksanaan dan penilaian keberhasilan pelaksanaan 3M
yang dilakukan di setiap rumah dilakukan oleh kader jumantik yang sebelumnya
telah menerima pelatihan tentang 3M (Train of Trainer-TOT). Pengamatan
kegiatan 3M di setiap rumah dilakukan setiap minggu. Kegiatan pencatatan dan
pelaporan rumah yang telah melakukan kegiatan 3M juga dilakukan juga oleh
jumantik ke penanggung jawab jumantik setiap RW yang selanjutnya akan
dilanjutkan ke petugas puskesmas kelurahan. Setiap RT hanya mempunyai 1
orang jumantik, sehingga jumlah tenaga jumantik dinilai masih kurang
dibandingkan dengan tugas yang harus dilaksanakan. Masalah ini masih belum
dapat ditanggulangi dengan sumber daya yang ada. (skor 2)

E. Angka kesakitan yang tinggi tidak sesuai dengan ABJ dan HI yang
memenuhi target
Angka ABJ dan HI didapatkan dari pelaksanaan PSN setiap minggu yang pada
pelaksanaannya di lapangan bergantung pada kinerja jumantik yang langsung
melakukan observasi di setiap rumah. Setelah melakukan observasi, kegiatan
pengamatan jentik berkala akan dilaporkan pada penanggung jawab jumantik
setiap RW kemudian dilaporkan pada petugas P2DBD setiap kelurahan.
Ketidaksesuaian ABJ dan HI terhadap angka kesakitan dapat disebabkan karena
kesalahan proses pengamatan di tingkat lapangan oleh jumantik maupun
pelaporan yang melibatkan jumantik, penanggung jawab jumantik per RW dan
petugas P2DBD setiap puskesmas kelurahan. Masalah ini masih dapat
ditanggulangi dengan sumber daya yang ada, dengan memperjelas alur pencatatan
dan pelaporan serta pelatihan jumantik agar pelaksanaan, pencatatan dan
pelaporan kegiatan pengamatan jentik berkala dapat terlaksana sesuai dengan
standar. (skor 4)

4. Keuntungan sosial yang diperoleh:

28
A. Persentase laporan Kasus DBD yang ditindak lanjuti dengan PE belum
mencapai target 100%, yaitu sebesar 97.39%
PE dilakukan dengan tujuan untuk menilai potensi penularan penyakit DBD,
mengetahui ada tidaknya jentik nyamuk penular DBD, serta menentukan tindakan
penanggulangan yang perlu dilakukan di wilayah sekitar tempat tinggal penderita
DBD (dalam radius 100m). Dengan melakukan kegiatan ini tentu saja dapat
menurunkan angka kesakitan DBD. Hal ini kami anggap dapat menarik perhatian
masyarakat karena karena mereka dapat merasakan keuntungan dari tindakan PE.
(skor 4)
B. Persentase kasus PE (+) yang ditindak lanjuti dengan fogging belum
mencapai target 100%, yaitu sebesar 93.33%
Fogging / pengasapan dengan insektisida merupakan tindak lanjut penting, yang
harus dilakukan setiap kali ditemukan hasil positif pada PE. Kegiatan ini
merupakan satu-satunya tindakan untuk memberantas nyamuk dewasa penular
penyakit DBD, sehingga dapat membatasi penularan dalam waktu singkat.
Mengingat bahwa kemampuan terbang nyamuk betina penyebar DBD rata-rata
ialah 40m hingga maksimal 100m, maka fogging dilakukan dengan jarak radius
200m, sebanyak 2 siklus dengan interval 1 minggu. Kegitan ini dinilai dapat
menarik dan bermanfaat bermanfaat bagi masyarakat karena jika fogging tidak
dilakukan, maka angka penularan DBD dapat meningkat dengan cepat. (skor 5)

C. Persentase CI tidak dapat dihitung


Tindak lanjut dari hasil pemeriksaan kontainer yang berjentik adalah upaya
pemberantasan jentik penular DBD secara fisik. Dengan dilakukannya
pemeriksaan dan pencatatatan yang baik, dapat menjadi suatu parameter target
pelaksanaan tindakan 3M dan abatisasi. Dengan demikian, masyarakat dapat
terhindar dari penyakit DBD. (skor 2)

D. Persentase rumah yang melakukan 3M 30 menit


Upaya pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti secara fisik dikenal dengan
3M, yaitu : Menguras (dan menyikat) bak mandi, WC dan lainnya; Menutup

29
tempat penampungan air di rumah tangga (tempayan, drum, dan lainnya);
Mengubur, menyingkirkan atau memusnahkan barang-barang bekas (kaleng, ban,
dan lainnya). Pegurasan terhadap tempat penampungan air perlu dilakukan secara
teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat
berkembang biak di tempat tersebut. Bila PSN DBD dilaksanakan oleh seluruh
masyarakat, maka populasi nyamuk Aedes aegypti dapat ditekan serendah-
rendahnya, sehingga penularan DBD tidak terjadi lagi. Keberadaan jentik
berkaitan erat dengan perilaku masyarakat, namun antusiasme masyarakat untuk
melaksanakan 3M masih meragukan. (skor 4)
D. Angka kesakitan yang tinggi tidak sesuai dengan ABJ dan HI yang
memenuhi target
Hal ini menarik perhatian masyarakat. Alasannya : melalui ABJ dan HI yang
memenuhi target, seharusnya angka kesakitan pun memenuhi target. Akan tetapi
berdsarkan data yang diperoleh, yang terjadi justru tidak sejalan. Ini akan
mengundang animo masyarakat untuk memecahkan pertanyaan antara apakah
sumber penularan DBD berada diluar lingkungan tempat tinggal mereka atau
apakah terdapat human error dalam pencatatan data dan penilaian kepadatan
jentik melalui metode visual yang dilakukan dalam PJB. (skor 4)

Tabel 11. Prioritas masalah pada cakupan wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pademangan

Tidak ada data Angka kesakitan


PE < Fogging Tidak persentase yang tinggi tidak
No Parameter 100% < 100% ada data rumah yang sesuai dengan ABJ
(97.39%) (93.33%) CI melakukan 3M dan HI yang
30 menit memenuhi target
1 Besarnya masalah 1 1 5 5 5
Berat ringannya
2 akibat yang 4 4 3 4 5
ditimbulkan
Ketersediaan
3 5 3 4 2 4
sumber daya

30
Keuntungan sosial
4 4 5 2 4 4
yang diperoleh
Total 14 13 14 15 18
Prioritas masalah II I

5.3. Penyebab Masalah

Tabel 11. Penyebab masalah


Penyebab Masalah
Masalah
Jenis Ada/Tidak, Sesuai/Tidak
Input
Angka Tenaga Setiap RT hanya terdapat 1 jumantik yang
Kesakitan jumantik bertugas untuk melakukan PJB pada 20 rumah
yang tinggi, setiap minggu, sehingga apabila jumlah rumah
tidak sesuai pada RT tersebut melebihi 20, akan terdapat
dengan ABJ sejumlah rumah yang tidak dilakukan PJB.
dan HI yang Kurangnya pengetahuan jumantik akan
sesuai target. pentingnya pentingnya melakukan PJB pada
seluruh rumah di RT tersebut.
Penyuluhan jarang dilakukan karena kesibukan
jumantik serta kurangnya motivasi untuk
melakukan tugas secara sukarela.
Tidak ada penilaian kinerja jumantik sehingga
tidak diketahui apakah kualitas kegiatan PJB
sudah dilakukan sesuai standar

Proses
Pembagian Pembagian tugas petugas P2DBD jelas namun
petugas merangkap dengan jabatan kerja
tugas
lainnya.
Pergantian petugas P2DBD Puskesmas
Kecamatan tidak disertai dengan serah terima

31
tugas yang jelas sehingga menyebabkan kinerja
yang tidak optimal.
Cakupan
rumah yang Pada RT yang memiliki daerah perumahan mewah
dikunjungi sulit untuk dilakukan PJB oleh jumatik,
jumantik sehingga tidak seluruh rumah didaerah tersebut
dapat dikunjungi.
Pencatatan
.
dan pencatatan dan pelaporan kasus DBD yang
Pelaporan terdiagnosa di puskesmas kelurahan maupun
Kasus kecamatan sudah dilakukan dengan baik

Pencatatan dan pelaporan PJB setiap minggu oleh


jumantik belum sesuai dengan standar. Hal ini
dikarenakan tidak adanya keseragaman kinerja
dan kurangnya pengetahuan jumantik. Belum
ada keseragaman alur pelaporan jumantik mulai
dari jumantik per RT hingga petugas P2DBD
puskesmas kecamatan ataupun dinas kesehatan
kelurahan sehingga mempersulit proses
Penyuluhan
pengumpulan data.
individu dan
kelompok Banyaknya penyuluhan individu dan kelompok
yang tidak tercatat dengan baik sehingga
Pelatihan menyulitkan proses pengumpulan data
jumantik penyuluhan untuk evaluasi.

Data mengenai pelatihan jumantik tidak tersedia


secara lengkap (kecuali untuk Kelurahan
Pademangan Timur: 3 kali per tahun.).

Umpan Balik Rapat kerja membahas pelaksanaan program


Rapat kerja P2DBD hanya dilakukan jika ada KLB. Jika
program tidak ada KLB maka rapat kerja tidak dilakukan.
P2DBD Selama 1 tahun terakhir tidak ada laporan KLB
di wilayah Kecamatan Pademangan
Lingkungan
Lingkungan Kondisi cuaca yang berubah-ubah dapat
fisik dan non menyebabkan terbentuknya kontainer-kontainer
fisik baru yang tidak terkontrol.

32
5.4. Pohon Masalah

33

Anda mungkin juga menyukai