Anda di halaman 1dari 12

RESUME PEWARISAN EKSTRAKROMOSOMAL

Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Genetika I


Yang dibina oleh Prof. Dr. Hj. Siti Zubaidah, M. Pd

Oleh Kelompok 13/ off G :


Ferni Lia Agustina (150342601904)
Maghfiroh Gesty Maharani (150342600207)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Februari 2017
Resume
Pewarisan sifat ekstrakromosal disebut sebagai pewarisan sifat non-Mendelian,
biasanya melibatkan DNA dalam mereplikasi organel sitoplasmik seperti mitokondria dan
plastida. Mitokondria dan plastida merupakan genom ekstrakromosal pada eukariotik, yang
sering disebut sebagai mtDNA dan cpDNA. Selain mitokondria dan plastida, beberapa
bakteri dan virus juga merupakan agen pewarisan ekstranuklear.
Terdapat 5 kriteria utama yang digunakan untuk membedakan sifat yang diatur oleh gen
nuklear dengan sifat gen ekstranuklear, yaitu :
1. Perbedaan dalam hal hasil dari reciprocal crosses akan menyebabkan penyimpangan dari
pola transmisi gen autosom Mendelian.
2. Sel reproduktif betina umumnya memiliki lebih banyak sitoplasma dan organel sitoplasmik
daripada sel jantan dan diharapkan untuk mempengaruhi sifat non-Mendelian. Ketika DNA
dapat berhubungan dengan transmisi atau sifat tertentu, maka pewarisan sifat ekstraselular
sudah terbukti.
3. Gen kromosomal menempati lokus dan tempat tertentu yang berhubungan dengan gen lain.
4. Kekurangan pemisahan Mendelian dan karakteristik rasio Mendelian yang tergantung pada
transmisi kromosomal pada meiosis akan mendukung transmisi ekstrakromosomal.
5. Penggantian eksperimental pada nuclei dapat memperjelas pengaruh relatif antara nucleus
dan sitoplasma.. Perubahan sifat tanpa transmisi dari gen nuklear dapat menunjukkan
pewarisan sifat ekstranuklear.
Organel Sitoplasmik Dan Simbion
Organel-organel hanya digambarkan sebagai sebagian kecil dari materi genetik,
Berdasarkan jumlah DNA fungsional yang dilibatkan. Organel sitoplasmik memiliki
khususnya fungsi yang dasar dan signifikan,. penting untuk menjalankan fungsi dan menjaga
keberlangsungan makhluk hidup. Misalnya, enzim untuk respirasi selular dan produksi energi
serta oksidasi bahan makanan untuk memproduksi ATP yang merupakan bahan bakar reaksi
biokimia terletak di mitokondria. Contoh lain, klorofil dan pigmen lainnya yang disintesis di
dalam plastida. Organel sitoplasma membawa DNA yang berkembang dari simbion prokariot
yang mampu bertahan selama evolusi. Hal ini dikemukakan oleh beberapa ahli, bahwa
mitokondria diduga merupakan bakteri yang hidup bebas kemudian bersimbiosis dengan sel
eukariotik dan berevolusi menjadi organel di dalamnya. Sedangkan kloroplas diduga
merupakan alga yang hidup bebas yang bersimbiosis dengan sel eukariot kemudian
berevolusi menjadi organel di dalamnya. Bakteri simbion ditemukan dalam sitoplasma dari
Paramecium aurelia. Mereka mampu menghasilkan substansi beracun yang dapat membunuh
paramecium lemah yang berada di kultur yang sama. Simbion yang telah diberi istilah latin
Caedobacter taeniospiralis telah menjadi bagian dari sistem genetic sel inang, tapi hanya
dapat berproduksi dengan kehadiran genotip inang tertentu.

DNA Pada Mitokondria


Mitokondria merupakan organel sitoplasmik yang kecil yang memiliki lapisan-lapisan
interna (cristae) yang dibentuk dari invaginasi membran dalam. Mitokondria memiliki
ukuran yang hampir sama dengan bakteria dan ada pada sel eukariot namun tidak ditemukan
pada bakteri dan virus. Mitokondria terdiri atas DNA unit kecil dan banyak yang ada di luar
genom nuclear. Genom mitokondria kecil dan mengkode sejumlah struktur dan fungsi yang
terbatas. Mitokondria terdiri atas apparatus khusus yang mensintesis protein denga ribosom
spesifik, tRNA, tRNA asam amino sintetase. Susunan genom mitokondria sangat unik,
ribosomnya terdiri atas 16S rRNA (subunit besar) dan 12S rRNA (subunit kecil). Selain itu,
genom mitokondria memiliki beberapa bagian yang mengkode resistensi terhadap antibiotik
tertentu seperti streptomycin, neomycin, dan chlorampcenol.
J.B. David membandingkan DNA mitokondria dari beberapa mamalia seperti tikus,
mencit, dan manusia dalam kultur. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam kultur tidak hanya
terdapat DNA mitokondria tikus homogen dan DNA mitokondria manusia homogen, namun
juga terdapat DNA mitokondria heterogen yang mengandung 20% DNA tikus dan 80% DNA
manusia. DNA heterogen menunjukkan hasil dari rekombinasi DNA mitokondria. Mutan
pertama ditemukan dalam ragi, jenis koloni kecil disebut petite, Petites kurang mampu untuk
memanfaatkan oksigen dalam metabolisme karbohidrat. Strain petite yang telah dianalisis
menunjukkan hanya proporsi kecil dari G dan C dan peristiwa pasangan basa AT yang
berulang. DNA semacam ini tidak mengkodekan informasi biologis yang bermakna. Tidak
adanya sitokrom oksidase dari mitokondria tidak berarti bahwa enzim ini dikodekan oleh
DNA mitokondria, tetapi ini menunjukkan bahwa perubahan mutasi DNA mitokondria akan
menyebabkan selang-seling yang turun temurun dalam fenotipe mitokondria.

DNA Pada Plastida


Organel sitoplasmik ini berasal dari partikel sitoplasmik yang disebut proplastid yang
mengandung DNA dan mampu menduplikasi dirinya sendiri menjadi bagian sel yang
berbeda. Mereka kemudian tersebar secara kurang lebih sama ketika terjadi pembelahan sel.
Hal ini menyebabkan beberapa sifat dari kloroplas merupakan hasil pewarisan sifa dari
sitoplasma benih induk. DNA kloroplas (cpDNA) memiliki struktur replikasi yang sama
dengan DNA mitokondria (mtDNA). Berbentuk sirkuler, double strand, dan supercoil. Dalam
DNA kloroplas terdapat 30-60 copy genom yang terdiri dari 126 protein dan 12% DNA
plastid yang mengkode komponen plastida. cpDNA memiliki ukuran yang sedikit lebih besar
dibandingkan dengan mtDNA, yaitu 80-600 kb. Sebagian besar DNA kloroplas mengandung
sangat banyak sequence DNA yang tidak dikodekan (non-coding sequence). Gen pada
cpDNA dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu komponen pengkode biosintesis
protein dan komponen yang berperan dalam fotosintesis (fotosistem I dan fotosistem II).

DNA Kloroplas dan Pertahanan Terhadap Obat


Kultur sel alga Chlamydomonas di dalam medium yang mengandung antibiotic
streptomycin menghasilkan sebagian besar sel mati, namun satu dari satu juta sel yang
dikultur berhasil selamat dan menggandakan diri kemudian membentuk koloni yang resistan
terhadap antibiotic streptomycin. Sekitar 90% mutan mengandung gen nuklear (sr-1) dan
mutasi ditunjukan dengan uji antibiotik, sedangkan sekitar 10% dari mutan (sr-2) merupakan
uniparental dan nonkromosomal. Hasilnya, mutan nonkromosomal tertutupi hampir seluruh
koloni. Mutasi DNA nonkromosomal mengekspresikan fenotip yang samadengan mutasi
DNA kromosomal. Gen nonkromosomal ini diduga berada di dalam kloroplas. Persilangan
resiprok menunjukkan bahwa resistansi antibiotik dikendalikan oleh gen nonkromosomal
yang pewarisan sifatnya bersifat uniparental.
Di sisi lain, tipe perkawinan alga uniseluler dikendalikan oleh gen kromosomal yang
diberi sebutan mt+ dan mt- atau secara sederhana plus (+) dan minus (-) sebagai pengganti
jantan dan betina. Seluruh keturunan dari tiap perkawinan menunjukkan bahwa setiap
keturunan memiliki sifat yang sama dengan tipe (+). Ketika tipe (+) bersifat resistan, maka
keturunan akan bersifat resistan, demikian juga apabila tipe (+) bersifat non-resistan, maka
keturunan juga akan bersifat non-resistan. Hasil ini menunjukkan pewarisan sifat non-
Mendelian yang melibatkan sepasang sifat yang berlainan. Gen nonkromosomal sr untuk
yang resistan terhadap streptomycin dan ss untuk gen yang tidak resistan terhadap
streptomycin, dikatakan sebagai pengendali 2 sifat alternatif.
Gambar 1. Pewarisan sifat Chlamydomonas reinbardii dengan mengawinkan gen
resistan terhadap streptomycin dan gen yang non-resistan.

Organisasi pada genom plastid


Macam dari tipe genom adalah plastid-cloroplas, amiloplas, dan kromoplas yang
mengandung pigment Semua genom kloroplas yang dianalisis mengandung kumpulan gen
yang sama. Namun, gen yang mengatur sangat bermacam-macam pada cpDNAs. Kloroplas
mengandung copyan ganda dari DNA, seperti pada DNA mitokondria. Semua genom dari
kloroplas mengandung sepaket gen yang pada dasarnya sama, namun memiliki susunan
cpDNA yang sangat berbeda. Gen yang berada pada cpDNA dapat dikelompokan menjadi 2
kelompok, yaitu gen yang mengkode komponen biosintesis protein apparatus kloroplas (sub
uinit RNA polymerase, komponen dari struktur ribosom kloroplas dan sepaket tRNA) dan
gen yang menentukan komponen fotosisten I dan fotosistem II.
Genom kloroplas tumbuhan tingkat tinggi memiliki ukuran sekitar 21-31 kali lebih
besar daripada ukuran genom nenek moyangnya. Dengan demikian, kloroplas telah
kehilangan banyak informasi dari induk terdahulunya dan menjadi sangat bergantung kepada
gen nuklear dari sel inang dalam banyak hal. Seperti halnya pada mitokondria, komponen
paling akhir akan disintesis oleh ribosom sitoplasmik kemudian ditranspor ke dalam
kloroplas dengan bantuan ujung amino transit peptide yang dipotong selama melewati
membran kloroplas.
Genom kloroplas yang berada di garis evolusi memiliki gen yang sama namun dengan
urutan yang berbeda pada molekul cpDNA. Gen rRNA hadir dalam duplikat ulangan yang
terbalik dalam cpDNA seluruh spesies. Dengan perbandingan lokasi gen yang berbeda pada
kloroplas, dapat ditujukkan perubahan susunan cpDNA yang merupakan hasil inversi dari
segmen DNA. Sejak genom kloroplas mengkode banyak komponen pokok dalam fotosistem I
dan fotosistem II serta rantai transport electron, pengetahuan mengenai struktur dan fungsi
cpDNA menjadi sangat penting dan mengundang banyak perhatian. Organisasi dari copyan
tunggal genom kloroplas dari Marchantia plymorpha dan tobacco memiliki kesamaan,
padahal kedua tanaman ini mengalami evolusi yang sangat berbeda jauh. Namun, hal penting
yang dapat membedakan antara cpDNA kedua tanaman ini adalah daerah ulangan inversi
yang mengandung rRNA. Tobacco memiliki daerah lebih luas daripada pada Marchantia
polymorpha.
Bakteri simbion di sitoplasma paramecium
Paramecium berkembang biak dengan baik, dengan proses aseksual dan seksual.
Reproduksi aseksual terjadi melalui pembelahan sel untuk menghasilkan klon dari sel identik
secara genetic. Pada faseseksual, paramecium konjugat berkala dan menstransfer materi
genetic dari satu sel ke sel lain. Paramecium dan ciliate lainnya mempunyai 2 nukleus, 1
makronukleus dan 1 mikronukleus. Yang digunakan pada proses mirosis dan menghasilkan
gamet haploid. Sebuah mikronuklleus juga menyebabkan makronukleus yang membagi
dalam pembelahan sel aseksual itu memungkinkan di laboratorium untuk membuat
penyilangan seksual melalui inti DNA dari donor ke penerima sehingga keturunannya
heterozigot. Proses pembuahan sendiri tersebut dinamakan autogami. Hasil meiosis sel sel
yang haploid tetapi melalui autogami mereka menjadi homozigot diploid. Ini memberikan
dasar untuk membandingkan pewarisan ekstra niklear dan nuclear yang dapat berbeda dari
tipe tipe sifat yang dikendalikan.
G. H. Beale menemukan bahwa resistensi eritromisin ada di paramecium, seperti yang
ada dalam ragi, warisan non-mendel. Sejumlah mutasi sitoplasma dan into sel tambahan
yang mempengaruhi resistensi antibiotic telah dipelajari oleh beale dan J. B. isson. Peneliti
lainnya membuat transfer dari sitoplasma dan juga transfer dari mitokondria (mitokondria
DNA) untuk mengontrol resistensi. Meskipun beberapa cirri mitokondria ditentukan oleh
mitokondria sendiri, yang lain tergantung pada unsure-unsur dalam protoplasma.
T. M Sonneborn telah menyelidiki efek extranuclear terus-menerus dalam
Paramecium. Beberapa strain aurelia P menghasilkan zat yang memiliki efek mematikan pada
anggota strain lain dari spesies yang sama. Paramecia dari strain mampu menghasilkan zat
beracun disebut pembunuh ketika pembunuh untuk suhu rendah, kapasitas membunuh
mereka secara bertahap menghilang. Efek toksik juga menurun setelah pembelahan sel
berulang. elemen yang terpisah dalam sitoplasma yang mendalilkan untuk produksi zat
beracun. Dari perhitungan matematis, diperkirakan bahwa sekitar 400 partikel yang
diperlukan untuk membuat pembunuh yang efektif. Killers kemudian diamati secara
mikroskopis dan partikel tersebut disebut kappa. Terbukti bakteri simbiosis, diberi nama
Caedobader taeniopiralis (pembunuh bakteri dengan pita spiral).
Sebuah zat beracun (paramecin), yang diproduksi oleh bakteri pembunuh, adalah
diffusible di media fuid. Ketika pembunuh diperbolehkan untuk tetap dalam media untuk
waktu dan kemudian digantikan oleh sensitives, yang sensitives dibunuh. Paramecin, yang
tidak berpengaruh pada pembunuh, terkait dengan jenis tertentu dari kappa yang terjadi pada
sekitar 20 persen dari populasi kappa. kappa bacteria ini prosses protein refractile yang
tubuhnya terang, karena mereka terinfeksi dengan virus yang mengontrol sintesis protein
virus. virus adalah racun bagi paramecia sensitif tapi tidak beracun pada bakteri tidak terang
bakteri Kappa yang diabadikan hanya dalam organisme yang membawa alel nuklir dominan
K, yang menetapkan lingkungan yang diperlukan bagi bakteri untuk berkembang biak.
Plasmid DNA dan transformasi Tumor
Ekstrakromosomal DNA molekul yang meniru secara independen dan
mempertahankan diri dalam sitoplasma sel tumbuhan disebut plasmid . Mereka memiliki
banyak kesamaan dengan kromosom mitokondria dan plastida, tetapi mereka tidak diatur
dalam tanaman organel yang penting untuk sel tuan rumah mereka. Beberapa plasmid adalah
fragmen dari kromosom bakteri dan beberapa rekombinan fragmen DNA. Kebanyakan
plasmid tidak penting untuk sel tuan rumah mereka, tetapi beberapa mengontrol reaksi yang
menguntungkan terhadap antibiotik. Karena kemampuan mereka untuk meniru secara
independen, untuk menggabungkan dengan DNA lainnya. dan membawa DNA ke pusat-pusat
sel aktivitas sintetis, mereka berguna dalam rekayasa genetika.
Sebuah plasmid disebut Ti (untuk tumor-inducing) membawa urutan DNA subur
yang mengubah sel-sel tanaman dikotil (tembakau, bunga matahari, wortel, tomat, dll) ke sel-
sel tumor. Transformasi tumor dikaitkan dengan penyakit mahkota empedu. Penyakit ini,
diwujudkan sebagai pertumbuhan bulat atau empedu, diinduksi oleh bakteri Agrobacterium
tumefaciens. Penyakit ini penting, terutama dalam tanaman buah dan saham pembibitan, dan
disebabkan oleh bakteri hidup yang masuk permukaan terluka dari tanaman, biasanya pada
mahkota (persimpangan batang dan tanah). Tapi bakteri yang memulai penyakit empedu tidak
diperlukan untuk mengabadikan tumor, karena mereka dapat tewas setelah beberapa hari dan
tumor terus tumbuh. Sebuah fragmen dari plasmid Ti dilakukan oleh bakteri telah
dikombinasikan dengan segmen DNA dari sel tanaman yang terinfeksi. Gen yang dibawa
oleh plasmid sekarang terintegrasi ke dalam sel tanaman, kode untuk enzim yang
mempromosikan pertumbuhan tumor terus menerus dan tidak terkendali, yang memanjang
dari bacterial yang diinduksi empedu
Kemandulan Jantan di Tanaman
Contoh lain dari warisan sitoplasma dikaitkan dengan kegagalan serbuk sari. Hal ini
terjadi di banyak tanaman berbunga dan menghasilkan kemandulan jantan. Pada jagung,
gandum, gula bit, bawang, dan beberapa tanaman tanaman lainnya, kesuburan dikendalikan
setidaknya sebagian oleh faktor sitoplasma. Pada tanaman lain, kemandulan jantan
dikendalikan sepenuhnya oleh gen nuklir. observasi dan tes kritis harus dilakukan dalam
kasus-kasus individu untuk menentukan mekanisme pewarisan. Jantan steril memiliki
kepentingan praktis ketika disilangkan yang dibuat pada skala besar untuk menghasilkan
benih hibrida. Tanaman hibrida yang diproduksi secara komersial pada jagung, mentimun,
bawang, sorgum dan tanaman lainnya untuk mendapatkan kekuatan hibrida
Sterilitas jantan dalam penyerbukan Penyilangan tanaman
Contoh klasik dari mekanisme pewarisan maternal yang mengirimkan kemandulan
pada jagung jantan ditemukan dan dianalisis oleh M. M. Rhoades. Pollen dibatalkan di anter
tanaman jagung tertentu, untuk menjadi jantan steril, tapi struktur dan kesuburan betina
normal. Gen nuklir melakukan tidak mengontrol jenis kemandulan, itu ditularkan dari
generasi ke generasi melalui sitoplasma sel telur. Berbagai jantan steril khusus diproduksi
hanya keturunan steril jantan ketika dibuahi dengan serbuk sari dari tanaman jagung normal.
Tanaman induk benih steril jantan kemudian disilangbalikkan berulang kali dengan serbuk
sari garis subur sampai semua kromosom dari jantan garis steril telah ditukar bagi jantan
untuk jalur subur. Dalam genetik dipulihkan dengan garis steril, kemandulan jantan bertahan,
menunjukkan warisan yang tidak dikontrol oleh gen kromosom. Sebagai penyelidikan
berkembang sejumlah kecil serbuk sari diperoleh dari garis jantan.

Bahaya Keseragaman
Sebuah mutans baru berbentuk Jamur Helminthosporium maydis (nisikado dan
miyake) merupakan patogen yang mematikan pada jagung hibrida, jamur tersebut dapat
merusak jagung dengan sitoplasma jagung steril. Seorang ahli patogen menemukan bahwa
jamur tersebut berasal dari varietas jagung yang resisten terhadap jamur. Sebelumnya pernah
muncul penyakit kuning pada tanaman jagung pada tahun 1970, karena penyakit kuning
tersebut diciptakan jagung tanpa T sitoplasma dan jagung yang resisten terhadap penyakit,
namun yang terjadi malah 20-30% tanaman hibrid mati karena rentan terhadap penyakit.
Penelitian dilakukan lagi dengan menggunakan sitoplasma T jantan steril, dan
didapatkan bahwa penyebaran Helminthosporium maydis tidak terlalu parah, namun
Helminthosporium maydis terus berkembang dan menjadi ancaman bagi tanaman jagung
dengan sitoplasma T jantan steril. Varetas jagung yang resisten terhadap Helminthosporium
maydis yang telah diidentifikasi sekarang digunakan sebagai benih dalam pertanian.
Efek Maternal
Telur dan embrio kebanyakan mempunyai sifat yang hampir sama dengan ibunya
(sifat ibu diturunkan padanya) karena pada tahap awal telur menerima nutrisi dan juga
sitoplasma yang berasal dari ibu, hal ini menyebabkan gen dari ibu diturunkan ke embryo
tersebut. Efek maternal sendiri merupakan suatu individu yang mempunyai gen sama dengan
ibunya, keberadaan efek maternal sendiri dibuktikan serta dibantah oleh adanya persilangan
balik. Apabila efek maternal digunakan maka hasil persilangan balik akan berbeda dengan
gen ibunya.
Efek Maternal pada Cangkang Siput
Contoh efek maternal adalah yang terjadi pada cangkang keong Limnea paregra. Arah
melingkarnya cangkang keong tersebut sama dengan arah melingkarnya cangkang pada
induknya. Beberapa cangkang mempunyai tipe dextral (melingkar kekanan) dan sinistral
(melingkar kekiri), melingkarnya cangkang tersebut ditentukan oleh genotip ibunya dan
bukan fenotipnya serta bukan dari gen pada keong yang sedang tumbuh. Alel S+ merupakan
alel agar cangkang melingkar kekanan, sedangkan alel S merupakan alel cangkang melingkar
kekiri.
Apabila disilangkan antara keong betina dextral dengan keong jantan sinistral, maka
akan menghasilkan keturunan R1 yang dextral. Karena pola ditentukan oleh gen P ibu yang
dinyatakan dengan F1 dan genotip ibu yang dinyatakan dengan S+S. Mempunyai sifat
bawaan SS yaitu bersifat sinsitral. Apabila siput dextral dan sinistral disilangkan balik maka
semua keturunan F2 nya adalah sinistral. F2 akan mempunyai sifat bawaan dextral dengan
genotip SS dan akan menghasilkan keturunan yang sinistral.
Penelitian lebih lanjut tentang cangkang siput menuunjukkan bahwa arah
melingkarnya cangkang siput ditentukan oleh pembelahan sel metafase yang pertama.
Perbedaan tersebut dikarenakan penataan benang spindel yang mempengaruhi pola cangkang
siput dewasa. Fenotip tersebut dipengaruhi oleh fenotip ibu, dan tidak dipengaruhi oleh gen
yang ada saat embryo maupun sperma. Pola, warna serta corak cangkang ditentukan saat
perkembangan embrio awal, yang dikendalikan oleh gen kromosom dari kedua induk.
Maternal Efek pada Drosophila
Universitas Texas melakukan penelitian mengenai penyakit yang ada pada kepala
Drosophila melanogaster liar yang diperoleh dari Acahulzotla, Mexico. Di Universitas Utah,
lalat ini merupakan lalat yang mempunyai sifat bawaan dengan pertumbuhan kepala tidak
normal. Sifat tersebut diberi nama tumor kepala yang meningkat menjadi 76 persen pada
suhu 22oC . Efek maternial terlihat ketika dilakukan persilangan balik.
Tu-H betina yang disilangkan dengan jantan liar dengan tiga tipe yang sama dari 11
stok yang ada di laboratorium menghasilkan 14-52 persen (dengan rata rata 30 persen) lalat
tidak normal pada keturunan pertamanya. Silang balik anatara Tu-H jantan dengan lalat liar
yang mempunyai tiga jenis tipe yang sama dari 11 stok yang ada pada laboratorium
menghasilkan kurang dari 1 persen lalat dengan tumor kepala. Penelitian selanjutnya
menunjukkan bahwa efek maternal mempengaruhi hal tersebut, dan tumor yang ada dikepala
lalat dikontrol oleh dua gen yaitu gen seks yang terdiri dari 61,6 unit pada kromosom X
dengan tugas mengendalikan efek maternal serta gen struktur yang terdiri dari 58 unit daritiga
kromosom yang mengntrol fenotip tumor.
Ferni Lia Agustina/150342601904
Pertanyaan 1:
Mengapa jika disilangkan antara keong betina dextral dengan keong jantan sinistral, maka
akan menghasilkan keturunan R1 yang dextral?
Jawaban 1:
Karena pola ditentukan oleh gen P ibu yang dinyatakan dengan F1 dan genotip ibu yang
dinyatakan dengan S+S. Mempunyai sifat bawaan SS yaitu bersifat sinsitral. Apabila siput
dextral dan sinistral disilangkan balik maka semua keturunan F2 nya adalah sinistral. F2 akan
mempunyai sifat bawaan dextral dengan genotip SS dan akan menghasilkan keturunan yang
sinistral.
Pertanyaan 2:
Mengapa Ketika paramecium pembunuh melakukan konjugasi, dia menghindari adanya
pertukaran zat sitoplasmik?
Jawaban 2:
Paramecium pembunuh menghindari adanya pertukaran zat sitoplasmik, hal ini bertujuan
agar pasangannya tidak mati terkena racun. Individu yang muncul dari sel Killers adalah
individu dengan alel K (Kk) dengan bakteri kappa, serta individu alel K (Kk) tanpa kappa.
Autogami menghasilkan keturunan killer (50 persen) selama tidak ada komponen sitoplasmik
yang ikut ditransfer. Autogami menghasilkan sel homozigot (KK dan kk) yang akan
menghasilkan individu killers atau nonkillers.

Maghfiroh Gesty Maharani (150342600207)


Pertanyaan 1
Mengapa pada persilangan antara Paramecium aurelia akan menghasilkan
kemungkinan 2 tipe anakan yang berbeda, yaitu pembunuh dan bukan pembunuh?
Karena pada saat strain pembunuh melakukan konjugasi dengan strain bukan pembunuh,
dimana strain bukan pembunuh, dimana strain bukan pembunuh pada suatu kondisi yang
memungkinkan untuk bertahan hidup), maka ada dua kemungkinan yang dapat terjadi.
Pertama, kedua sel tidak bertukar materi sitoplasmik tetapi hanya bertukar mikronuklei
sehingga diperoleh dua kelompok sel, yakni sel pembunuh dan sel bukan pembunuh yang
kedua-duanya bergenotipe Kk. Kemudian kemungkinan kedua yaitu masing-masing sel yang
disilangkan melakukan autogami, maka akan diperoleh sel pembunuh (KK) dan sel bukan
pembunuh (kk) dengan perbandingan 1:1.
Pertanyaan 2 :

Bagaimana perbedaan mendasar antara pewarisan maternal dan pengaruh maternal


yang terjadi pada pewarisan ekstrakromosomal ? contohnya ?

Terdapat perbedaan antara pewarisan maternal dengan pengaruh maternal. Pewarisan


maternal terdapat apabila faktor yang menentukan sifat keturunan terdapat di luar nukleus
dan pemindahan faktor itu hanya berlangsung melalui sitoplasma. Pengaruh maternal terdapat
apabila genotip nuklear dari induk betina menentukan fenotip dari keturunan. Faktor-
faktor keturunan berupa gen-gen nukleus yang dipindahkan oleh kedua jenis kelamin, dan
dalam persilangan-persilangan tertentu sifat-sifat keturunan itu mengalami segregasi
mengikuti pola Mendel. Sedangkan pengaruh maternal merupakan anakan untuk karakter
tertentu yang dipengaruhi oleh genotip nukleus gamet maternal. Pada pengaruh maternal,
informasi genetika pada gamet betina ditranskripsi dan produknya (protein atau mRNA yang
tidak ditranslasi) terdapat dalam sitoplasma telur. Pada saat fertilisasi, produk ini
mempengaruhi pola karakter perkembangan zigot.

Contoh : pada lingkaran rumah siput. Melingkarnya rumah siput air tawar (Limnaea
peregra) ada yang ke arah kanan atau dekstral dan ada yang ke arah kiri atau sinistral. Arah
lingkaran rumah siput ini ditentukan oleh sepasang gen tunggal, yaitu oleh gen D untuk
melingkar ke kanan, sedang ad untuk melingkar ke kiri. D adalah dominan terhadap d. Pola
penggulungan siput ditentukan oleh genotip parental yang memproduksi telur, daripada hanya
fenotip parental saja. Induk maternal yang bergenotip DD atau Dd hanya memproduksi
anakan yang menggulung dekstral. Investigasi yang dilakukan pada pola penggulungan siput
ini menerangkan bahwa orientasi benang spindel pada pembelahan pertama setelah fertilisasi
menentukan pola penggulungan siput.

Anda mungkin juga menyukai