Bahaya Keseragaman
Sebuah mutans baru berbentuk Jamur Helminthosporium maydis (nisikado dan
miyake) merupakan patogen yang mematikan pada jagung hibrida, jamur tersebut dapat
merusak jagung dengan sitoplasma jagung steril. Seorang ahli patogen menemukan bahwa
jamur tersebut berasal dari varietas jagung yang resisten terhadap jamur. Sebelumnya pernah
muncul penyakit kuning pada tanaman jagung pada tahun 1970, karena penyakit kuning
tersebut diciptakan jagung tanpa T sitoplasma dan jagung yang resisten terhadap penyakit,
namun yang terjadi malah 20-30% tanaman hibrid mati karena rentan terhadap penyakit.
Penelitian dilakukan lagi dengan menggunakan sitoplasma T jantan steril, dan
didapatkan bahwa penyebaran Helminthosporium maydis tidak terlalu parah, namun
Helminthosporium maydis terus berkembang dan menjadi ancaman bagi tanaman jagung
dengan sitoplasma T jantan steril. Varetas jagung yang resisten terhadap Helminthosporium
maydis yang telah diidentifikasi sekarang digunakan sebagai benih dalam pertanian.
Efek Maternal
Telur dan embrio kebanyakan mempunyai sifat yang hampir sama dengan ibunya
(sifat ibu diturunkan padanya) karena pada tahap awal telur menerima nutrisi dan juga
sitoplasma yang berasal dari ibu, hal ini menyebabkan gen dari ibu diturunkan ke embryo
tersebut. Efek maternal sendiri merupakan suatu individu yang mempunyai gen sama dengan
ibunya, keberadaan efek maternal sendiri dibuktikan serta dibantah oleh adanya persilangan
balik. Apabila efek maternal digunakan maka hasil persilangan balik akan berbeda dengan
gen ibunya.
Efek Maternal pada Cangkang Siput
Contoh efek maternal adalah yang terjadi pada cangkang keong Limnea paregra. Arah
melingkarnya cangkang keong tersebut sama dengan arah melingkarnya cangkang pada
induknya. Beberapa cangkang mempunyai tipe dextral (melingkar kekanan) dan sinistral
(melingkar kekiri), melingkarnya cangkang tersebut ditentukan oleh genotip ibunya dan
bukan fenotipnya serta bukan dari gen pada keong yang sedang tumbuh. Alel S+ merupakan
alel agar cangkang melingkar kekanan, sedangkan alel S merupakan alel cangkang melingkar
kekiri.
Apabila disilangkan antara keong betina dextral dengan keong jantan sinistral, maka
akan menghasilkan keturunan R1 yang dextral. Karena pola ditentukan oleh gen P ibu yang
dinyatakan dengan F1 dan genotip ibu yang dinyatakan dengan S+S. Mempunyai sifat
bawaan SS yaitu bersifat sinsitral. Apabila siput dextral dan sinistral disilangkan balik maka
semua keturunan F2 nya adalah sinistral. F2 akan mempunyai sifat bawaan dextral dengan
genotip SS dan akan menghasilkan keturunan yang sinistral.
Penelitian lebih lanjut tentang cangkang siput menuunjukkan bahwa arah
melingkarnya cangkang siput ditentukan oleh pembelahan sel metafase yang pertama.
Perbedaan tersebut dikarenakan penataan benang spindel yang mempengaruhi pola cangkang
siput dewasa. Fenotip tersebut dipengaruhi oleh fenotip ibu, dan tidak dipengaruhi oleh gen
yang ada saat embryo maupun sperma. Pola, warna serta corak cangkang ditentukan saat
perkembangan embrio awal, yang dikendalikan oleh gen kromosom dari kedua induk.
Maternal Efek pada Drosophila
Universitas Texas melakukan penelitian mengenai penyakit yang ada pada kepala
Drosophila melanogaster liar yang diperoleh dari Acahulzotla, Mexico. Di Universitas Utah,
lalat ini merupakan lalat yang mempunyai sifat bawaan dengan pertumbuhan kepala tidak
normal. Sifat tersebut diberi nama tumor kepala yang meningkat menjadi 76 persen pada
suhu 22oC . Efek maternial terlihat ketika dilakukan persilangan balik.
Tu-H betina yang disilangkan dengan jantan liar dengan tiga tipe yang sama dari 11
stok yang ada di laboratorium menghasilkan 14-52 persen (dengan rata rata 30 persen) lalat
tidak normal pada keturunan pertamanya. Silang balik anatara Tu-H jantan dengan lalat liar
yang mempunyai tiga jenis tipe yang sama dari 11 stok yang ada pada laboratorium
menghasilkan kurang dari 1 persen lalat dengan tumor kepala. Penelitian selanjutnya
menunjukkan bahwa efek maternal mempengaruhi hal tersebut, dan tumor yang ada dikepala
lalat dikontrol oleh dua gen yaitu gen seks yang terdiri dari 61,6 unit pada kromosom X
dengan tugas mengendalikan efek maternal serta gen struktur yang terdiri dari 58 unit daritiga
kromosom yang mengntrol fenotip tumor.
Ferni Lia Agustina/150342601904
Pertanyaan 1:
Mengapa jika disilangkan antara keong betina dextral dengan keong jantan sinistral, maka
akan menghasilkan keturunan R1 yang dextral?
Jawaban 1:
Karena pola ditentukan oleh gen P ibu yang dinyatakan dengan F1 dan genotip ibu yang
dinyatakan dengan S+S. Mempunyai sifat bawaan SS yaitu bersifat sinsitral. Apabila siput
dextral dan sinistral disilangkan balik maka semua keturunan F2 nya adalah sinistral. F2 akan
mempunyai sifat bawaan dextral dengan genotip SS dan akan menghasilkan keturunan yang
sinistral.
Pertanyaan 2:
Mengapa Ketika paramecium pembunuh melakukan konjugasi, dia menghindari adanya
pertukaran zat sitoplasmik?
Jawaban 2:
Paramecium pembunuh menghindari adanya pertukaran zat sitoplasmik, hal ini bertujuan
agar pasangannya tidak mati terkena racun. Individu yang muncul dari sel Killers adalah
individu dengan alel K (Kk) dengan bakteri kappa, serta individu alel K (Kk) tanpa kappa.
Autogami menghasilkan keturunan killer (50 persen) selama tidak ada komponen sitoplasmik
yang ikut ditransfer. Autogami menghasilkan sel homozigot (KK dan kk) yang akan
menghasilkan individu killers atau nonkillers.
Contoh : pada lingkaran rumah siput. Melingkarnya rumah siput air tawar (Limnaea
peregra) ada yang ke arah kanan atau dekstral dan ada yang ke arah kiri atau sinistral. Arah
lingkaran rumah siput ini ditentukan oleh sepasang gen tunggal, yaitu oleh gen D untuk
melingkar ke kanan, sedang ad untuk melingkar ke kiri. D adalah dominan terhadap d. Pola
penggulungan siput ditentukan oleh genotip parental yang memproduksi telur, daripada hanya
fenotip parental saja. Induk maternal yang bergenotip DD atau Dd hanya memproduksi
anakan yang menggulung dekstral. Investigasi yang dilakukan pada pola penggulungan siput
ini menerangkan bahwa orientasi benang spindel pada pembelahan pertama setelah fertilisasi
menentukan pola penggulungan siput.