Anda di halaman 1dari 13

RIDWAN - 15814004

BENDUNGAN JATILUHUR
Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk
menahan laju air menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Seringkali
bendungan juga digunakan untuk mengalirkan air ke sebuah Pembangkit
Listrik Tenaga Air. Kebanyakan dam juga memiliki bagian yang disebut
pintu air untuk membuang air yang tidak diinginkan secara bertahap atau
berkelanjutan.

Bendungan(dam) dan bendung(weir) sebenarnya merupakan


struktur yang berbeda. Bendung (weir) adalah struktur bendungan
berkepala rendah (lowhead dam), yang berfungsi untuk menaikkan muka
air, biasanya terdapat di sungai. Air sungai yang permukaannya dinaikkan
akan melimpas melalui puncak / mercu bendung (overflow). Dapat
digunakan sebagai pengukur kecepatan aliran air di saluran / sungai dan
bisa juga sebagai penggerak pengilingan tradisional di negara-negara
Eropa. Di negara dengan sungai yang cukup besar dan deras alirannya,
serangkaian bendung dapat dioperasikan membentuk suatu sistem
transportasi air. Di Indonesia, bendung dapat digunakan untuk irigasi bila
misalnya muka air sungai lebih rendah dari muka tanah yang akan diairi.

1
RIDWAN - 15814004

Jenis bendungan
Bendungan (Dam) dapat diklasifikasikan menurut struktur, tujuan atau
ketinggian.
Berdasarkan struktur dan bahan yang digunakan, bendungan dapat
diklasifikasikan sebagai dam kayu, "embankment dam" atau "masonry
dam", dengan berbagai subtipenya.
Tujuan dibuatnya termasuk menyediakan air untuk irigasi atau penyediaan
air di perkotaan, meningkatkan navigasi, menghasilkan tenaga
hidroelektrik, menciptakan tempat rekreasi atau habitat untuk ikan dan
hewan lainnya, pencegahan banjir dan menahan pembuangan dari tempat
industri seperti pertambangan atau pabrik. Hanya beberapa dam yang
dibangun untuk semua tujuan di atas.
Menurut ketinggian, dam besar lebih tinggi dari 15 meter dan dam utama
lebih dari 150 m. Sedangkan, dam rendah kurang dari 30 m, dam sedang
antara 30 - 100 m, dan dam tinggi lebih dari 100 m.

Kadang-kadang ada yang namanya Bendungan Sadel sebenarnya


adalah sebuah dike, yaitu tembok yang dibangun sepanjang sisi danau
untuk melindungi tanah di sekelilingnya dari banjir. Ini mirip dengan

2
RIDWAN - 15814004

tanggul, yaitu tembok yang dibuat sepanjang sisi sungai atau air terjun
untuk melindungi tanah di sekitarnya dari kebanjiran.
Bendungan Pengecek check dam adalah bendungan kecil yang didisain
untuk mengurangi dan mengontrol arus erosi tanah.
Bendungan kering dry dam adalah bendungan yang didisain untuk
mengontrol banjir. Ia biasanya kering, dan akan menahan air yang bila
dibiarkan akan membanjiri daerah dibawahnya.

1. Bendungan Separuh
Bendungan separuh diversionary dam adalah bendungan yang tidak
menutup sungai. sebagian dari arus ditampuh di danau terpisah, di depan
bendungan.
2. Bendungan kayu
Bendungan kayu kadang-kadang digunakan orang karena keterbatasan
lokasi dan ketinggian di tempat ia dibangun. Di Lokasi tempat bendungan
kayu dibuat, kayulah bahan yang paling murah, semen mahal dan sulit
untuk diangkut. Bendungan kayu dulu banyak digunakan, tapi kebanyakan
sudah diganti dengan beton, khususnya di negara-negara industri.
Beberapa bendungan dam masih dipakai. Kayu juga bahan dasar yang
digunakan berang-berang, sering juga ditambah lumpur dan bebatuan
untuk membuat bendungan berang-berang.

3
RIDWAN - 15814004

A. Profil Bendungan
Bendungan atau waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan Jatiluhur,
Kabupaten Purwakarta (9 km dari pusat Kota Purwakarta).Bendungan
Jatiluhur adalah bendungan terbesar di Indonesia. Bendungan itu
dinamakan oleh pemerintah Waduk Ir. H. Juanda, dengan panorama danau
yang luasnya 8.300 ha. Bendungan ini mulai dibangun sejak tahun 1957
oleh kontraktor asal Perancis, dengan potensi air yang tersedia sebesar
12,9 miliar m3 / tahun dan merupakan waduk serbaguna pertama di
Indonesia.
Di dalam Waduk Jatiluhur, terpasang 6 unit turbin dengan daya terpasang
187 MW dengan produksi tenaga listrik rata-rata 1.000 juta kwh setiap
tahun, dikelola oleh Perum Jasa Tirta II.
Selain dari itu Waduk Jatiluhur memiliki fungsi penyediaan air
irigasi untuk 242.000 ha sawah (dua kali tanam setahun), air baku air
minum, budi daya perikanan dan pengendali banjir yang dikelola oleh
Perum Jasa Trita II.
Selain berfungsi sebagai PLTA dengan sistem limpasan terbesar di dunia,
kawasan Jatiluhur memiliki banyak fasilitas rekreasi yang memadai, seperi
hotel dan bungalow, bar dan restaurant, lapangan tenis, bilyard,
perkemahan, kolam renang dengan water slide, ruang pertemuan, sarana
rekreasi dan olahraga air, playground dan fasilitas lainnya. Sarana olahraga
dan rekreasi air misalnya mendayung, selancar angin, kapal pesiar, ski air,
boating dan lainnya.
Di perairan Danau Jatiluhur ini juga terdapat budidaya ikan
keramba jaring apung, yang menjadi daya tarik tersendiri. Di waktu siang
atau dalam keheningan malam kita dapat memancing penuh ketenangan
sambil menikmati ikan bakar.
Dikawasan ini pula kita dapat melihat Stasiun Satelit Bumi yang dikelola
oleh PT. Indosat Tbk. (7 km dari pusat Kota Purwakarta), sebagai alat
komunikasi internasional. Jenis layanan yang disediakan antara lain
international toll free service (ITFS), Indosat Calling Card (ICC),
international direct dan lainnya.

4
RIDWAN - 15814004

Waduk Jatiluhur dapat dikunjungi melalui Jalan Tol Purbaleunyi


(Purwakarta-Bandung-Cileunyi), keluar di Gerbang Tol Jatiluhur.

Bendungan Jatiluhur

Waduk Jatiluhur

5
RIDWAN - 15814004

B. Desain Bendungan Jatiluhur

Proses perencanaan pembangunan bendungan di Sungai Citarum


dimulai dari penetapan lokasi. Berdasarkan gagasan awal Prof. Dr. Ir. W.J.
van Blommestein berjudul Integrated Water Resources Development in
the Western Part of Java Island, direncanakan dibangun tiga buah
bendungan di Jatiluhur. Penyelidikan-penyelidikan pertama dilakukan oleh
Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang waktu itu masih dibawah
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga, dengan mempekerjakan
tenaga-tenaga ahli dari Perancis.
Sesuai dengan konsep pembangunan bendungan, yakni dimulai dari
udik ke hilir, rencana awal pembangunan dimulai dengan melakukan
pengukuran di daerah Padalarang, yaitu lokasi Bendungan Saguling saat
ini. Pengukuran tidak dapat diteruskan karena pada waktu pelaksanaan
banyak mengalami gangguan dari pasukan DI/TII, memakan korban
beberapa petugas ukur yang meninggal dunia. Pengukuran kemudian
dipindahkan ke lokasi berikutnya, yakni lokasi sekitar Bendungan Cirata
saat ini. Sama seperti dengan di daerah Padalarang, di lokasi ini pun
mendapat gangguan dari DI/TII, sehingga akhirnya pengukuran dilakukan
di sekitar lokasi Jatiluhur. Mempertimbangkan masalah keamanan dan

6
RIDWAN - 15814004

kebutuhan irigasi yang mendesak, maka diputuskan pembangunan


Bendungan Jatiluhur.
Setelah ditetapkan rencana lokasi tubuh bendungan, dimulai pekerjaan
perancangan yang dalam perjalanannya mengalami beberapa perubahan.
Proses perancangan dan perubahan yang terjadi baik selama perancangan
maupun pada saat pembangunan adalah sebagai berikut:
1. Desain Awal (Preliminary Design)
Bendungan Jatiluhur dirancang pertama kali oleh Neyrpic
Laboratory (sejak tahun 1955 Neyrpic Laboratory berubah menjadi
Sogreah), sekitar tahun 1953. Sogreah (dulu Neyrpic Laboratory) adalah
perusahaan Perancis yang bergerak dibidang konsultasi perencanaan yang
juga memiliki pabrik pembuatan unit pembangkit listrik (khusus
pembuatan turbin dan waterways).
Berbeda dengan desain yang sekarang, denah bendungan berbentuk
busur dengan jari-jari 360 m ke arah udik dengan pelimpah samping yang
terletak di sebelah kiri bendungan. Panjang bendungan lebih pendek
karena memanfaatkan semenanjung yang berada di udik bendungan saat
ini. Terowongan pengelak berada di sebelah kiri bendungan, berjumlah
dua buah dengan diameter 10,5 m. Direncanakan salah satu terowongan
pengelak akan digunakan sebagai intake pembangkit listrik. Memiliki 4
unit pembangkit listrik yang terletak di hilir bendungan dengan
pengambilan di kiri bendungan, (lokasi di tubuh bendungan sekarang pada
bagian kiri) memanfaatkan sebagian diversion tunnel sebelah kanan.

7
RIDWAN - 15814004

Gambar 1: Preliminary Design Denah Bendungan Jatiluhur oleh Neyrpic.

Gambar 2: Ilustrasi Rencana Lokasi Tubuh Bendungan Berdasarkan


Preliminary Design
Data teknis Bendungan Jatiluhur berdasarkan preliminary design ini
adalah sebagai berikut:
Tipe Bendungan : Urugan Batu dengan inti tanah liat.
Lebar puncak : 6 m.
Elevasi puncak bendungan : +111,00 m.
Kemiringan lereng : U/S 1 : 1,4, (D/S) juga 1 : 1,4.
Pelimpah : Pelimpah samping saluran terbuka,
menggunakan 4 buah pintu pengeluaran lebar masing-masing 8 m, dengan

8
RIDWAN - 15814004

elevasi udik pelimpah +88,00 m dan hilir +21,00 m. Lebar saluran


pelimpah 20 m.
PLTA : 4 unit, berada di hilir bendungan. Lokasi
sekitar tubuh bendungan yang sekarang. Intake memanfaatkan diversion
tunnel kanan.
Elevasi puncak cofferdam udik : +41 m.
Saluran Pengelak : berjumlah dua buah, dengan diameter
masing-masing 10,50 m.
Rencana ini tidak diteruskan karena berdasarkan hasil penyelidikan
geologi menunjukkan bukit tumpuan kanan terdapat sinklin dengan
pelapisan yang miring kearah hilir. Sedangkan kondisi geologi lokasi
spillway kurang baik.
2. Desain Kedua
Desain bendungan berikutnya dilakukan oleh A. Coine & J. Beller
Consulting Engineers Paris. Desain yang dibuat masih berbentuk busur,
namun arahnya berlawanan dengan desain sebelumnya, yaitu berbentuk
busur ke hilir. Mempertimbangkan kondisi geologi yang ada, maka bukit
tumpuan bendungan digeser ke hilir, kurang lebih sekitar 100 m. Lokasi
bukit tumpuan dalam desain kedua ini persis sama dengan lokasi bukit
tumpuan bendungan saat ini.
Desain pelimpah diubah dari sebelumnya menggunakan pelimpah
samping, pada desain kedua ini menggunakan pelimpah dengan struktur
morning glory (lihat penjelasan sebelumnya tentang pelimpah morning
glory). Sedangkan PLTA disatukan dalam bangunan menara morning
glory. Letak PLTA di udik bendungan tidak lazim, biasanya berada di
bagian hilir bendungan. Pertimbangan PLTA disatukan dengan bangunan
menara pelimpah adalah berdasarkan efisiensi, artinya tidak perlu
dibuatkan bangunan tersendiri untuk bangunan PLTA (beda tinggi hilir
tidak signifikan) dan intake ke PLTA tidak terlalu panjang sehingga dapat
mengurangi loses.

9
RIDWAN - 15814004

Gambar 3: Denah Bendungan Jatiluhur Berdasarkan Desain Kedua.


Data teknis Bendungan Jatiluhur berdasarkan preliminary design ini
adalah sebagai berikut:
Tipe Bendungan : Urugan Batu dengan inti tanah liat
miring.
Lebar puncak : 10 m.
Elevasi puncak bendungan : +114,50 m.
Kemiringan lereng : U/S 1 : 1,4, (D/S) juga 1 : 1,4.
Menara pelimpah utama : Tipe Morning Glory, Ogee, 14 jendela,
tanpa pintu, elevasi mercu +107 m, panjang mercu 151,5 m, dengan 14
buah jendela. Kapasitas 3.000 m3/s pada elevasi maksimum. Diameter
menara terluar 90 m. Tinggi menara 110 m.
Elevasi puncak cofferdam udik : +65 m.
Saluran Pengelak : satu buah, dengan diameter 10,50 m,
berada di kanan menara, berlawanan dengan desain sebelumnya.
Desain Akhir.
Desain akhir bendungan sebagian besar sama dengan desain kedua. Yang
membedakannya adalah tapak dan kemiringan inti tanah liat bendungan.
Pada desain akhir ini bentuk as bendungan digeser ke udik, sehingga
mengakibatkan jarak tubuh bendungan dengan bangunan menara menjadi

10
RIDWAN - 15814004

semakin dekat. Perubahan lainnya adalah inti tanah liat yang memiliki
kemiringan lebih tegak dibandingkan sebelumnya.
Perubahan ini dilakukan pada masa konstruksi. Pada waktu konstruksi
menara dan tailrace/access gallery selesai pada tahun 1962, ditemukan
pergeseran yang terjadi pada joint 1 dan 2 tailrace dan access gallery ke
arah hilir. Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut pada waktu itu
dilakukan pengeboran dan pada pondasinya ditemukan lapisan seam clay
yang licin di antara sandy claystone dan claystone miring yang ke hilir.

Gambar 4: Kondisi Geologi di Bawah tailrace dan Access Gallery


(Penampang Berdasarkan Desain Kedua).
Berdasarkan hasil analisis terdapat kekhawatiran bahwa pergeseran joint 1
dan 2 akibat dari pergeseran lapisan pondasi. Diputuskan pada waktu itu
untuk melakukan pengangkuran lapisan pondasi tersebut.

Gambar 5: Skema Pengangkuran dan Penampang Bendungan Setelah


Dilakukan Perubahan Desain.

11
RIDWAN - 15814004

Pengangkuran dilakukan dengan menggunakan besi beton berulir diameter


32 mm.

Gambar 6: Desain Rinci Pengangkuran.


Setelah dilakukan pemasangan angkur, masih terdapat kekhawatiran bila
tubuh bendungan sesuai dengan desain, tubuh bendungan akan mengalami
pergeseran ke arah hilir. Mempertimbangkan hal tersebut di atas, desain
disesuaikan dengan kondisi yang ada, sehingga desain tubuh bendungan
menjadi seperti gambar di bawah ini:

12
RIDWAN - 15814004

Gambar 7: Desain Akhir Bendungan Jatiluhur

Gambar 8: Penampang Melintang Bendungan Utama Melalui Struktur


Menara Pelimpah

Catatan :
1 Diversion Structure
2 Downstream Cofferdam
3 Upstream Cofferdam
4 Main Dam

13

Anda mungkin juga menyukai