PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Gangguan somatisasi sudah dikenal sejak zaman mesir kuno. Nama awal
gangguan somatisasi adalah histeria, suatu keadaan yang salah dianggap hanya
mengenai perempuan. Kata histeria berasal dari kata yunani untuk uterus yaitu
hystera.1
Hubungan antara psikis dan somatik telah menjadi perhatian para ahli dan
para peneliti sejak dahulu. Aspek psikis dan soma saling terkait secara erat dan
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Kedua aspek saling
mempengaruhi yang selanjutnya tercermin dengan jelas dalam ilmu kedokteran
psikosomatik. 1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Defenisi
2.2.Epidemiologi
2.3.Etiologi
a. Faktor Psikososial
2
Penyebab gangguan somatisasi tidak diketahui. Secara psikososial,
gejala gejala gangguan ini merupakan bentuk komunikasi sosial yang
bertujuan untuk menghindari kewajiban, mengekspresikan emosi, atau
menyimbolkan perasaan.2
2.4.Gambaran Klinis
3
Gejala pseudoneurologik sering dianggap gangguan neurologik namun
tidak patognomonik. Misalnya gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis
atau kelemahan lokal, sulit menelan atau merasa ada gumpalan di tenggorokan,
afonia, retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi raba atau sakit, penglihatan
kabur, buta, tuli, bangkitan, atau hilang kesadaran bukan karena pingsan.1,2
2.5.Diagnosis
b. Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa
tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya
4
Berikut kriteria diagnostik gangguan somatisasi menurut DSM-IV-TR
a. Riwayat banyak keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi
selama suatu periode beberapa tahun dan menyebabkan pencarian terapi
atau hendaya fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain yang
signifikan.
1. empat gejala nyeri : riwayat nyeri yang berkaitan dengan sedikitnya empat
tempat atau fungsi yag berbeda (cnt : kepala, abdomen, punggung, sendi,
ekstremitas, dada, rectum, selama menstruasi, selama hubungan sekdual,
atau selama berkemih)
3. satu gejala seksual : riwayat sedikitnya satu gejala seksual atau reproduksi
selain nyeri(cnt: ketidakpedulian terhadap seks, disfungsiereksi atau
ejakulasi, menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan,
muntah sepanjang hamil)
5
2. Jika terdapat keadaan medis umum, keluhan fisik, atau hendaya sosial atau
pekerjaan yang diakibatkan jauh melebihi yang diperkirakan dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium
2.6.Diagnosis Banding
6
2.7.Perjalanan Penyakit dan Prognosis
2.8.Penatalaksanaan
7
memiliki penyakit fisik, karena itu dokter harus mempertimbangkan gejala mana
yang perlu diperiksa dan sampai sejauh mana.1
8
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan
Perilaku Psikiatri Klinis Edisi Ketujuh Jilid II. Jakarta: Binarupa Aksara.
2010: 84-90
2. Elvira, Sylvia D & Hadisukanto, Gitayanti. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta:
FK-UI. 2015: 287-290
3. Muslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: FK-Unika Atmajaya. 2013: 84-86
10