Anda di halaman 1dari 26

89

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Hemorrhoid

Hemorrhoid adalah struktur anatomic yang normal yang ditemukan pada

manusia sejak fetus. Hemorrhoid tersebut bersama dengan otot sfingter anus

berfungsi menahan cairan feses dan gas sehingga memiliki fungsi social (Gray,1965;

Storer, Goldberg, Nivatvong 1979; Keighley, Williams, 1993). Hemoroid adalah

pelebaran vena pada pleksus hemoroidalis pada bagian bawah rektum dan atau anus.

Pada dasarnya hemoroid merupakan keadaan non patologik, namun apabila

menimbulkan keluhan, maka diperlukan tindakan.

Pada umumnya dilatasi plexus hemorrhoid superior yang terbanyak dan

tersering dikeluhkan penderita yaitu, yang disebut secara klinis sebagai penyakit

hemorrhoid interna. Menurut penelitian Thomson (1975), hemorrhoid merupakan

benjolan yang tampak menyerupai bantalan pada anorektum yang disebutnya sebagai

bantalan vaskuler (vascular cushion). Secara anatomi dijumpa seluruhnya sebanyak 3

buah bantalan vascular, yaitu 2 buah terletak disebelah kanan (masing-masing sebuah

di anterior dan posterior ) dan sebuah lagi terletak di kiri lateral. Penyakit hemorrhoid

adalah suatu penyakit dengan manifestasi klinis berupa dilatasi vena plexus

hemorrhoidalis superior dan atau vena plexus hemorrhoidalis inferior oleh peninggian

tekanan vena akibat kebiasaan mengejan yang terlalu kuat dan berulang-ulang

(prolonged straining).
90

Hemorrhoidektomi adalah suatu tindakan pembedahan dan cara pengangkatan

pleksus hemoroidalis dan mukosa atau tanpa mukosa yang hanya dilakukan pada

jaringan yang benar-benar berlebih. Hemoroidektomi adalah teknik bedah untuk

menghilangkan hemoroid, atau secara awam disebut wasir atau ambeien. Operasi

bedah hemoroid dilakukan pada pasien dengan hemoroid yang sudah derajat 3 atau

derajat 4.

B. Penyebab Hemorrhoid

Beberapa kemungkinan penyebab hemorrhoid, seperti :

a) BAB dengan posisi jongkok yang terlalu lama. Posisi seperti ini akan

meningkatkan tekanan vena yang akhirnya dapat menyebabkan pelebaran

vena.
b) Obtipasi atau konstipasi kronis. Keadaan dimana seseorang kesulitan dalam

proses BAB sehingga terkadang harus mengejan dengan berlebihan dan lama.

Meyebabkan peregangan muskulus sphincter ani terjadi berulang kali dan

maka akan membuat peregangannya semakin buruk.


c) Anatomi. Vena di daerah mesenterium tidak mempunyai katup sehigga darah

mudah kembali, menyebabkan meningkatnya tekanan di pleksus

hemoroidalis.
d) Endokrin : pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh karena ada

sekresi hormone relaksin.


e) Riwayat keluarga. Seseorang yang memiliki riwayat keluarga penderita

hemorrhoid berkemungkinan untuk menderita hemorrhoid, bukan karena

hemorrhoid itu sendiri yang menurun tetapi lemahnya dinding pembuluh

darah yang dapat diturunkan pada anggota keluarga yang lain.


f) Diet rendah serat sehingga menimbulkan obstipasi
91

g) Faktor umur. Pada umur tua terjadi degenerasi dari jaringan-jaringan tubuh,

otot sfingter juga menjadi tipis dan atonis. Karena sfingternya lemah maka

bisa menimbulkan prolaps.


h) Faktor pekerjaan. Orang yang bekerja dengan duduk atau berdiri terlalu lama,

atau harus mengangkat baranng berat mempunyai predisposisi untuk terkena

hemorrhoid
i) Faktor olahraga berat. Olahraga yang mengandalkan dan menggunakan

kekuatan fisik yang berlebih seperti angkat besi, berkuda, dan bersepeda lebih

dari 3 kali seminggu dengan durasi waktu lebih dari 30 menit akan

menyebabkan peregangan m. sphincter ani terjadi berulang kali, dan semakin

lama seseorang itu mengejan maka akan membuat peregangannya semakin

bertambah buruk.

C. Klasifikasi

Hemoroid dibagi menjadi 2 berdasarkan letak pelebaran vena. Hemoroid

interna, berada di atas linea dentata yang diliputi mukosa, tipikal untuk terjadi

perdarahan maupun prolaps, namun tidak nyeri. .

Hemoroid interna merupakan pelebaran dan penonjolan vena hemorrhoidalis

superior dan media yang timbul di sebelah proksimal dari musculus sphincter ani.

Hemorrhoid interna dapat dibagi menjadi beberapa derajat, yaitu:

a. Derajat I : benjolan kecil didalam kanalis anal. Keluhan : gangguan defekasi

berdarah. Pembengkakan hemorrhoid tampak pada pemeriksaan anoskopi, dan

pembengkakan tersebut lebih jelas ketika penderita mengejan


92

b. Derajat II : Hemoroid berupa benjolan yang lebih besar, yang tidak hanya

menonjol ke dalam kanalis anal, tapi juga turun kearah lubang anus.

Perdarahan dan prolaps, namun masih dapat masuk kembali dengan spontan.

Keluhan : keluar cairan lender sedikit dari wasir dan terasa gatal.

c. Derajat III: prolaps hemorrhoid terjadi saat defekasi atau mengejan. Benjolan

hemoroid tidak dapat masuk kembali secara spontan sehingga membutuhkan

usaha manual untuk memasukkannya. Keluhan: keluar cairan lendir dan feses

cair (soiling).

d. Derajat IV: Perdarahan prolaps, hemoroid yang telah berlangsung sangat lama

dengan bagian yang tertutup kulit cukup luas, dan terjadi inkarserasi (tidak

dapat masuk kembali dengan cara manual. Keluhan : cairan lendir lebih

banyak keluar, nyeri.

Tabel 1. Pembagian derajat hemoroid interna

Hemoroid Interna

Derajat Berdarah Menonjol Reposisi

I + + -

II + + Spontan

III + + Manual

IV + Tetap Tidak dapat


93

Hemoroid eksterna merupakan pelebaran pleksus hemoroidalis inferior,

terletak di sebelah bawah linea dentata, pada bagian yang dilapisi oleh kulit. Terjadi

pembesaran seiring waktu, menghasilkan dilatasi dan cenderung menjadi trombosis

berulang.. Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan kronik.

Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan kronik, yaitu :

a) Hemoroid eksterna akut.


Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan

sebenarnya merupakan hematoma, walaupun disebut hemoroid trombosis

eksterna akut. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena ujung - ujung

saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.


b) Hemoroid eksterna kronik.
Disebut juga skin tag, berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri

dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.


94

Hemoroid interna merupakan varises dari v. hemoroidalis superior dan media,

sedangkan hemoroid eksterna dari v. hemoroidalis inferior. Ada pula yang disebut

dengan tipe campuran antara hemoroid interna dan eksterna.

D. Manifestasi Klinis

a) Perdarahan. Perdarahan bisa terjadi pada grade 1-4. Perdarahn merupakan

penentu utama kecurigaan adanya hemorrhoid pada grade 1, perdarah ini

berhubungan dengan proses mengejan. Perdarah ini berbeda dengan gejala

lainnya seperti pada adanya tumor. Perdarahan ini aka nada saat pasien

mengejan dan berhenti berdarah saat pasien berhenti mengejan, sedangkan

pada perdarah lain tidak seperti pola ini.

b) Nyeri. Nyeri hebat hanya terjadi pada hemorrhoid eksterna dengan thrombosis

nyeri tidak berhubungan dengan hemorrhoid interna, tapi bila pada

hemorrhoid interna terjadi nyeri, ini merupakan tanda radang.

c) Benjolan/ prolaps. Terjadi pada grade 2-4. Benjolan akan tampak, tapi bila

dipegang atau diraba akan menghilang. Hal ini dikarenakan pada saat

perabaan jari menekan vasa sehingga darah dalam vasa akan mengalir.

Akibatnya benjolan akan menjadi kempis. Benjolan hanya akan teraba bila

terjadi thrombus. Disini benjolan teraba keras.

E. Diagnosis Hemorrhoid

Diagnosis dari hemoroid dapat ditegakkan dari hasil pemeriksaan:


95

1. Anamnesa

Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yang

membutuhkan tekanan intra abdominal meninggi (mengejan), pasien sering duduk

berjam-jam di WC, dan dapat disertai rasa nyeri bila terjadi peradangan. Pemeriksaan

umum tidak boleh diabaikan karena keadaan ini dapat disebabkan oleh penyakit lain

seperti sindrom hipertensi portal. Hemoroid eksterna dapat dilihat dengan inspeksi

apalagi bila terjadi trombosis. Bila hemoroid interna mengalami prolaps, maka

tonjolan yang ditutupi epitel penghasil musin akan dapat dilihat apabila penderita

diminta mengejan

2. Inspeksi

Hemoroid derajat I biasanya tidak menyebabkan suatu keluhan di region anal yang

dapat ditegakkan dengan inspeksi saja. Pada hemoroid derajat II tidak terdapat

benjolan mukosa yang keluar melalui anus, akan tetapi bagian hemoroid yang tertutup

kulit dapat kelihatan sebagai pembengkakan yang jelas di 3 posisi utama, kanan

depan (jam 7), kanan belakang (jam 11), dan kiri lateral (jam 3). Hemoroid yang kecil

terletak diantara ketiga posisi tersebut. Hemoroid derajat III dan IV yang besar akan

segera dapat dikenali dengan adanya massa yang menonjol dari lubang anus yang

bagian lainnya ditutupi kulit dan bagian dalamnya oleh mukosa yang berwarna

keunguan atau merah.

3. Palpasi

Hemoroid interna pada stadium awalnya merupakan pelebaran vena yang lunak dan

mudah kolaps sehingga tidak dapat dideteksi dengan palpasi. Hanya setelah hemoroid
96

berlangsung beberapa lama dan telah prolaps, sehingga jaringan ikat mukosa

mengalami fibrosis, hemoroid dapat diraba.

F. Pemeriksaan Tambahan

1. Rectal toucher (RT)

Hemoroid interna stadium awal biasanya tidak teraba dan tidak nyeri. Hemoroid ini

dapat teraba bila sudah ada thrombus atau fibrosis. Apabila hemoroid sering prolaps,

selaput lendir akan menebal. Thrombosis dan fibrosis bpada perabaan teraba padat

dengan dasar lebar. Rectal toucher diperlukan.

2. Anuskopi

Diperlukan untuk menilai hemoroid interna yang tidak menonjol keluar. Anoskop

dimasukkan dan diputar untuk mengamati keempat kuadran. Hemoroid intern terlihat

sebagai struktur vascular yang menonjol ke dalam lumen. Jika penderita diminta

untuk mengedan sedikit, ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau

prolaps akan lebih nyata banyaknya benjolan, derajat, letak, besarnya, dan keadaan

lain seperti polip, fissura ani, dan tumor ganas harus diperhatikan.

3. Proktosigmoidoskopi

Diperlukan untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang

atau keganasan.

G. Diagnosa Banding
97

Perdarahan rektum yang merupakan manifestasi utama hemoroid interna juga

terjadi pada karsinoma kolonrektal, penyakit divertikel, polip, dan colitis ulserativa.

H. Terapi Hemorrhoid

Terapi hemoroid intern yang simptomatik harus ditetapkan secara perorangan.

Hemoroid adalah normal karenanya tujuan terapi bukan untuk menghilangkan

pleksus hemoroid, tapi untuk menghilangkan keluhan.

Kebanyakan pasien hemoroid derajat pertama dan kedua dapat ditolong

dengan tindakan local yang sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan

sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi. Makanan ini membuat gumpalan isi

usus besar, namun lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan

mengedan secara berlebihan.

Hemoroid intern yang mengalami prolaps oleh karena udem umumnya dapat

dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan istirahat baring dan kompres

local untuk mengurangi pembengkakan. Apabila ada penyakit radang usus besar yang

mandasarinya, misalnya penyakit Crohn, terapi medic harus diberikan apabila

hemoroid menjadi simptomatik.

Pada dasarnya tujuan terapi hemoroid bukan untuk menghilangkan pleksus

hemoroidal, tetapi untuk menghiangkan keluhan. Pada prinsipnya, terapi hemoroid

terdiri atas 2 macam, yaitu:

Non operatif

a. Diet tinggi serat untuk melancarkan buang air besar.


98

Makanan tinggi serat membuat gumpalan isi usus besar, namun lunak,

sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara

berlebihan.

b. Skleroterapi

Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang misalnya 5%

fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa didalam jaringan

areolar yang longgar dibawah hemoroid interna dengan tujuan menimbulkan

peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotic dan meninggalkan parut. Untuk

menghindari nyeri yang hebat suntukan harus diatas mucocutaneus junction (1-2 ml

bahan diinjeksikan kekuadran simptomatik dengan alat hemorrhoid panjang dengan

bantuan anoskopi) Penyulit penyuntikan termasuk infeksi, reaksi hipersensitifitas

terhadap obat yang disuntikkan. Terapi suntikan bahan sklerotik bersama dengan

nasihat tentang makanan merupakan terapi yang efektif untuk hemoroid interna

derajat I dan II.

c. Ligasi dengan gelang karet

Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat ditangani dengan

ligasi gelang karet menurut Baron. Dengan bantuan anuskopi, mukosa diatas

hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap kedalam tabung ligator

khusus. Gelang karet didorong dari ligator dan ditempatkan secara rapat disekeliling

muosa pleksus hemoroidalis tersebut.

Nekrosis karena iskemia terjadi dalam beberapa hari mukosa bersama karet

akan lepas sendiri. Fibrosis dan parut akan terjadi pada pangkal hemoroid tersebut.
99

Pada satu kali terapi hanya diikat satu kompleks hemoroid, sedangkan ligasi

berikutnya dilakukan dalam jarak waktu dua sampai empat minggu.

Penyulit utama dari ligasi ini ialah timbulnya nyeri karena terkenanya garis

mukokuta. Untuk menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan cukup jauh dari

garis mukokuta. Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan oleh infeksi. Perdarahan

dapat terjadi pada waktu hemoroid mengalami nekrosis, biasanya setelah tujuh

sampai sepuluh hari.

d. Bedah Beku (cryosurgery)


100

Benjolan hemorrhoid dibekukan dengan CO2 atau NO2 sehingga terjadi

nekrosis dan akhirnya fibrosis. Terapi ini jarang dipakai karena mukosa yang akan

dibekukan (dibuat nekrosis) sukar untuk ditentukan luasnya.

e. Infra Red Couter

Tonjolan hemorrhoid di couter/ dilelehkan dengan infra merah. Sehingga

terjadilah nekrosis dan akhirnya fibrosis. Terapi diulang tiap seminggu sekali.

Operatif, yaitu hemoroidektomi.

Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan

pada penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan pada

penderita dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan terapi

lainnya yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami

thrombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan hemoroidektomi.

Ada 2 prinsip dalam melakukan hemoroidektomi, yaitu:

1. Eksisi hanya pada bagian yang benar-benar berlebih

2. Eksisi sehemat mungkin dilakukan sehingga anoedema dan kuit

normal tidak terganggu sphincter ani

1. Indikasi Operasi

a) Penderita dengan keluhan menahun dan hemoroid derajat III dan IV.
b) Perdarahan berulang dan anemia yang tidaksembuh dengan terapi lain

yang lebih sederhana.


c) Hemoroid derajat IV dengan thrombus dan nyeri hebat.
101

2. Kontra Indikasi

Komorbid yang berat :

a) penyakit kardiorespirasi yang berat


b) penyakit sistemik yang berat seperti sirosis hepatis
c) penyakit chron
d) wanita hamil
3. Persiapan Operasi

Laboratorium, ECG, foto thoraks , persiapan anestesi, puasa, lavemen

persetujuan operasi

4. Teknik operasi dapat dilakukan dengan 5 metode:

1. Metode Langen-beck

Untuk tonjolan yang soliter (hanya satu). Caranya dengan menjepit radiair

hemorrhoid internus, mengadakan jahitan jelujur dibawah klem dengan catgut

chromic no 2/0 dan melakukan eksisi diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan

jahitan dibawah klem diikat diikut kontinuitas mukosa.

2. Metode Miligan Morgan

Untuk tonjolan pada tiga tempat utama (3,7,11). Caranya dengan mengangkat

vena yang varises kemudian dijahit walaupun sebenarnya metode miligan morgan

originalnya tanpa jahitan. Sesuai prosedur aslinya, benjolan hemorrhoid dijepit


102

kemudian dilakukan diseksi. Pedikel vaskuler diligasi dan luka dibiarkan terbuka agar

terjadi granulasi.

1. Posisi lithotomy
2. Infiltrasi kulit perianal dan submukosa dengan larutan adrenalin: saline
= 1 : 300.000
3. Kulit diatas tiap jaringan hemorrhoid utama dipegang dengan klem
arteri dan ditarik
4. Ujung mukosa setiap jaringan hemorrhoid diperlakukan serupa diatas.
5. Insisi bentuk V pada anoderma dipangkal hemorrhoid kira-kira 1,5 3
cm dari anal verge.
6. Jaringan hemorrhoid dipisahkan dari spincter interna dengan jarak 1,5
2 cm
7. Dilakukan diatermi untuk menjamin hemostasis
8. Dilakukan transfixion dengan chromic/catgut 0 atau 1-0 pada pangkal
hemorrhoid.
9. Eksisi jaringan hemorrhoid setelah transfiksi dan ligasi pangkal
hemorrhoid, lalu biarkan luka tersebut tetap terbuka, serta tutup
dengan kassa.
103

3. Metode White-head

Untuk hemorrhoid sirkuler/ berat. Caranya dengan melakukan insisi secara

sirkular mengupas seluruh v. hemoriodalis dengan membebaskan mukosa dari

submukosa, bagian yang prolaps dipotong, kemudian dijahit kembali.

4. Metode Ferguson

Merupakan modifikasi dari metode Morgan-Milligan, dengan jalan insisi

tertutup total atau sebagian dengan jahitan running absorbable. Penarikan kembali

digunakan untuk membuka jaringan hemoridal. Caranya benjolan hemoroid

ditampakkan melalui anuskopi kemudian dilakukan eksisi dan ligasi pada posisi

anatomic hemoroid tersebut.

Posisikan pasien secara tengkurap

Lakukan teknik anestesi nerve block dengan lidokain 1%

Masukkan Hill-Ferguson retractor untuk inspeksi kanalis anal yang lebih

jelas

Lakukan klem pada hemorrhoid yang sudah prolapse dan Tarik ke tengah

kanalis anal

Lakukan insisi secara elips untuk memisahkan bagian hemoroid teresebut

dengan bagian distal dari klem

Eksisi hemoroid dengan gunting atau elektrokauter

Lakukan penjahitan pada daerah eksisi dengan benang chromic


104

5. Stappled Hemorrhoid Surgery (Procedure for prolapse and hemorrhoids

PPH)

Prinsip dari PPH adalah mempertahankan fungsi jaringan hemorrhoid serta

mengembalikan jaringan ke posisi semula. Jaringan hemorrhoid ini sebenarnya masih

diperlukan sebagai bantalan saat BAB sehingga tidak perlu dibuang semua.

Mula-mula jaringan hemorrhoid yang prolaps didorong keatas dengan alat

yang dinamakan dilator lalu dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian

dengan menggunakan alat yang dinamakan circular stapler. Dengan memutar skrup

yang ada diujung alat, maka alat akan memotong jaringan yang berlebih secara

otomatis. Dengan terpotongnya jaringan tersebut makan suplai darah kejaringan

tersebut akan terhenti sehingga jaringan hemorrhoid akan mengempis dengan

sendirinya.
105

Meskipun jarang, tindakan PPH memiliki resiko yaitu :

1. Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut terbuang, akan mengakibatkan

kerusakan dinding rektum.

2. Jika m. sfinter ani internus tertarik, dapat menyebabkan disfungsi baik dalam

jangka waktu pendek maupun jangka panjang.

3. Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga pernah dilaporkan.

4. PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena sulit untuk

memperoleh jalan masuk ke saluran anus dan kalaupun bisa masuk, jaringan mungkin

terlalu tebal untuk masuk ke dalam stapler.


106

Keuntungan penanganan dengan PPH antara lain nyeri minimal, tindakan

berlangsung cepat anatar 20-45 menit, pasien pulih cepat sehingga rawat inap

dirumah sakit menjadi singkat.


107

Standar Operasional Prosedur Haemorrhoidektomy

Jenis Ketrampilan : INSTEK HAEMORRHOIDEKTOMY

JURUSAN
KEPERAWATA
N POLTEKKES
DEPKES No dokumen: No Revisi
MALANG
PROTAP Tanggal ditetapkan Ditetapkan oleh
Suatu cara melakukan instrumentasi pada operasi hemorroidektomy.
Pengertian
Haemorroid
Indikasi

a. Mengatur alat secara sisternatis di meja instrument


Tujuan b. Memperlancar handling instrument
c. Mempertahankan kesterilan alat-alat instrumen.

a. Perawat Perioperatif
Petugas b. Mahasiswa Perawat perioperatif
1. Identitas pasien
2. Kondisi lokasi operasi
Pengkajian
3. Kondisi fisik & psikis
4. Kelengkapan instrument
Persiapan a. AlatSteril:
Tempat & Alat 1). Set instrurnen Dasar
- Desinfeksi k1em 1 (satu)
- Doekklem . 5(lima)
- Pincet anatomis 2(dua)
- Arteri klem van pen bengkok 2 (dua)
- Nald foeder 1 (satu)
- Gunting metzenba 1 (satu)
- Gunting benang 1 (satu)
- Langenbek 2 (dua)

2). Instrumen tambahan:


- Allis klem 2 (dua)
- Spiculum anus 1 (satu)
- Anuscop 1
108

3. Set penunjang operasi:


Linen set
Sarung tangan (sesuai ukuran).
Desinfektan betadhin satu persen, PZ.
Kanul diathermi + kabel.
Canule + selang suction.
Kasa, deper, cucing, bengkok, korentang pada tempatnya.
Benang absortabel no.1., non absortabel no. 2 & 3
Satelit lampu.

b. Alat tidak steril:


- Desinfektan desinfektan satu persen pada tempatnya;
- Cairan PZ.
- Plester lebar.
- Gunting verban.
- Plat diathermi.
- Mesin diathermi.
- Mesin suction.
- Mejamayo.
- Meja instrumen.
- Meja operasi.
- Lampu operasi. Standar infus.
- Tempat sampah.
- Jelly

Persetujuan operasi.
Alat-alat dan obat-obatan.
Puasa
Lavemen
Persiapan pasien
Setelah penderita dilakukan anaestesi.
Meja operasi bagian kaki di tekuk ke bawah.
Pasang benower (penopang kaki), posisi tidur lithotomic.
Pasang plat diathermi di bawah khaki.
Letakkan tempat sampah di bawah meja operasi.

Prosedur
1. Perawat instrumen cuci tangan, Operator dan asisten cuci
tangan.
2. Perawat instrumen memakai baju steril. dan sarung tangan,
3. Beri dan pakaikan baju operasi, sarung tangan pada asisten dan
109

operator.
4. Atur instrumen di meja mayo sesuai kebutuhan.
5. Berikan desinfeksi klem dan deper desinfektan satu persen pada
operator untuk desinfeksi lapangan operasi.
6. Siapkan dan berikan doek kecil empat buah, doek besar tiga
buah, doek klem empat biji untuk drapping.
7. Atur, pasang kabel diathermi, , canule, selang suction dekat
lapangan operasi dan klem dengan doek klem satu biji, dan
memberitahu operator bahwa instrumen siap dioperasionalkan.
8. Berikan spiculum anus yang sudah diberi jelly untuk melihat
hemorroid. Berikan allis klem untuk menarik haemoroid.
Berikan crom klem untuk menjepit , berikan nald foeder dengan
benang absortabel no 1, selanjutnya berikan gunting
metzenbaum untuk memotong. Berikan klem diatermi untuk
merawat perdarahan.
9. Berikan tampon anus berupa kasa, desinfektan , tutup dengan
kasa, dan plester lebar.
10. Inventarisasi alat-alat yang sudah dipakai.
11. Cuci tangan, cuci instrument, setting alat

a. Kelengkapan instrument
Evaluasi b. Proses operasi
c. Bahan pemeriksaan
Turkanto, 2005, (INSTEK) Instrumentasi Teknik, PT Media Mitra
Penutup Persada, Solo

Nama alat Gambar Fungsi


a. AlatSteril:
1). Set instrurnen Desinfeksi lapangan
Dasar operasi
1. Desinfeksi
k1em

2. Doekklem menjepit kait


drapping

3. Pincet
anatomis untuk penjepit
jaringan
110

4. Arteri klem Untuk menjepit


van pen bengkok pembuluh darah
arteri

5. Nald foeder Untuk menjepit


needle

(Pemegang Jarum)
6. Gunting
metzenba

Untuk memotong
jaringan, benang dan
7. Gunting balutan gunting
benang jaringan halus

8. Langenbek
Memperluas
lapangan insisi
111

10. Cucing

Untuk tempat kassa


steril, deppers, atau
cairan antiseptik

11. Bengkok Untuk tempat


insrument yang
sudah digunakan dan
atau tempat mess

Untuk menjepit
kassa yang
12. Sponge sudahdiberi cairan
holding antiseptik untuk
forceps mendesinfeksi area
yang akan dioperasi

13. Suction Untuk menyedot


cairan atau darah
saat pembedahan

14. Selang
suction Sambungan dari
112

suction ke tempat
penampungan darah

15. Gunting Untuk menggunting


mayo jaringan kasar

2). Instrumen Untuk menjepit


tambahan: jaringan yang halus
1. Allis klem dan menjepit tumor

2. Spiculum anus Untuk memeriksa


lubang anus

3. Anuscop 1 Untuk memeriksa


bagian internal anus
113

A. Benang
Benang yang dipakai yaitu benang Chromic dan Polipropilene, adapun
karakteristiknya sebagai berikut:
a. Chromic catgut
Berbeda dengan plain catgut, sebelum dipintal ditambahkan krom,
sehingga menjadi lebih keras dan diserap lebih lama 20 40 hari.
Warna : Coklat dan Kebiruan
Ukuran : 3,0 3
Kegunaan : Penjahitan luka yang dianggap belum merapat dalam waktu
10 hari, untuk menjahit tendo untuk penderita yang tidak
kooperatif dan bila mobilisasi harus segera dilakukan.

b. Seide (silk/sutera)
Bersifat tidak licin seperti sutera biasa karena sudah dikombinasi dengan
perekat, tidak diserap tubuh. Pada penggunaan disebelah luar maka benang
harus dibuka kembali.
Warna : Hitam dan Putih
Ukuran : 5,0-3
Kegunaan : Menjahit kulit, mengikat pembuluh arteri (arteri besar) dan
sebagai teugel (kendali)

B. Komplikasi
114

Perdarahan akut pada umumnya jarang , hanya terjadi apabila yang pecah

adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik

pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan

maka darah dapat sangat banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis

dan apabila berulang dapat menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang

diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis,

sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat

rendah karena adanya mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat

masuk lagi (inkarserata/terjepit) akan mudah terjadi gangren, hilangnya jaringan,

serta infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan kematian.

Komplikasi lain juga dapat terjadi terkait tindakan non bedah ataupun bedah

yang dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai