Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Makna dan hakekat belajar diartikan sebagai proses membangun


makna/pemahaman terhadap informai dan atau pengalaman. Proses
membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama
orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran ( pengetahuan awal)
dan perasaan siswa (Indra Jati, 2004.4). Belajar bukanlah proses menyerap
pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Buktinya, hasil ulangan siswa
berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama dari guru yang sama,
dan pada saat yang sama. Pembelajaran yang bermakna akan membawa siswa
pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh
siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya
merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Dalam konteks
ini siswa mengalami dan melakukkannya sendiri. Proses pembelajaran yang
berlangsung melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan sendiri suatu
konsep. Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator dan moderator dalam
proses pembelajaran tersebut.
Dengan demikian guru harus mampu menciptakan situasi yang dapat
menunjang perkembangan belajar siswa, termasuk dalam menumbuhkan
motivasi belajar siswa.
Guru sebagai salah satu unsur dalam proses belajar mengajar memiliki
multiperan, tidak terbatas hanya sebagai pengajar yang melakukan transfer
knowledge tetapi juga sebagai pembimbing yang mendorong potensi siswa,
mengembangkan alternatif dan memobilisasi siswa dalam belajar. Menurut
Kurikulum Berbasis Kompetensi yang disempurnakan dalam Kurikulum
Satuan Pendidikan bahwa setiap individu mempunyai potensi yang harus
dikembangkan, maka proses pembelajaran yang cocok adalah yang menggali
potensi anak untuk selalu kreatif dan berkembang. Namun kenyataan
dilapangan belum menunjukkan kearah pembelajaran yang bermakna. Para

1
pendidik masih penyesuaian dengan KTSP, para guru belum siap dengan
kondisi yang sedemikian plural sehingga untuk mendesain pembelajaran yang
bermakna masih kesulitan. Sistem pembelajaran duduk, tenang,
mendengarkan informasi dari guru sepertinya sudah membudidaya sejak dulu,
sehingga untuk mengadakan perubahan kea rah pembelajaran yang aktif,
kreatif, menyenangkan agak sulit.
Berdasarkan pengamatan terhadap proses pembelajaran IPS di SMPN
2 PONCOL, Kab. Magetan diperoleh informasi bahwa selama proses
pembelajaran, guru belum memberdayakan seluruh potensi dirinya sehingga
sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang
diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Beberapa siswa belum belajar
sampai pada tingkat pemahaman. Siswa baru mampu menghafal fakta,
konsep, prinsip, hokum, teori dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat
ingatan, mereka belum dapat menggunakan dan menerapkannya secara efektif
dalam pemecahan masalah sehari-hari yang konterastual.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) juga tidak luput dari
kecenderungan proses pembelajaran teacher centered. Kondisi demikian tentu
membuat proses pembelajaran IPS merupakan mata pelajaran sarat materi
sehingga siswa dituntut memiliki pemahaman yang holistic terhadap materi
yang disampaikan guru. Upaya untuk membangkitkan motivasi siswa kelas
VIII B SMPN 2 PONCOL, Kabupaten Magetan dalam pembelajaran IPS
sudah dilakukan guru dengan berbagai macam cara, seperti memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengemukakan gagasan, serta
mendesain pembelajaran dalam bentuk diskusi kelompok. Namun demikian
hasil pembelajaran IPS kelas VIII semester I tahun pelajaran 2011 2012
belum begitu memuaskan.
Terkait belum optimalnya hasil belajar IPS siswa kelas VIII B SMPN
2 PONCOL, Kab. Magetan maka penulis berupaya untuk menerapkan model
pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing secara kolaborasi
sebagai salah satu alternatif pembelajaran bermakna yang mermuara pada
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan mennyenangkan.

2
Berdasarkan kondisi tersebut maka penulis tergerak untuk melakukan
penelitian tindakan kelas dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Pada Materi Proses Metode Quantum Teaching dan Snowball Throwing di
Kelas VIII B SMPN 2 PONCOL, KABUPATEN MAGETAN.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang msaalah diatas, maka rumusan masalah


dalam penelitian tindakan kelas ini adalah bagaimana meningkatkan hasil
belajar IPS materi Proses Persiapan Kemerdekaan Indonesia melalui
kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing
di Kelas VIII B SMPN 2 PONCOL, KABUPATEN MAGETAN.

C. Tujuan

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya


guru dalam meningkatkan hasil belajar IPS materi Proses Persiapan
Kemerdekaan Indonesia melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum
Teaching dan Snowball Throwing di Kelas VIII B SMPN 2 PONCOL,
Kabupaten Magetan.

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah pengertian atau salah tafsir tentang makna


istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan makna
beberapa definisi operasional sebagai berikut :
1. Hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa satelah
belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, efektif, dan
psikomotor. Derajat kemampuan yang diperoleh siswa diwujudkan
dalam bentuk nilai hasil belajar IPS.
2. IPS adalah mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa,
fakta, konsep, generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial serta
berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai,sikap dan

3
ketrampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan Negara
Indonesia (Depdiknas, 2004).
3. Quantum Teaching dan Snowball Throwing adalah model-model
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, baik segi fisik,
mental, dan emosional yang diramu dengan kegiatan melempar
pertanyaan seperti melempar bola salju.

Jadi yang dimaksud dengan penerapan model pembelajaran Quantum


Teaching dan Snowball Throwing dalam pembelajaran IPS adalah upaya guru
untuk mengoptimalkan proses pembelajaran IPS secara holistic, baik aspek
kognitif, efektif, dan psikomotor pada siswa Kelas VIII B SMPN 2 PONCOL,
Kabupaten Magetan.

4
BAB II

KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN


HIPOTESIS

A. Kerangka Teoritis
1. Hasil Belajar IPS
a. Konsep dasar Pembelajaran IPS di SMP
Salah satu tugas sekolah adalah memberikan pengajakan
kepada siswa. Mereka harus memperoleh kecakapan dan pengetahuan
dari sekolah, disamping mengembangkan pribadinya. Pemberian
kecakapan dan pengetahuan kepada siswa yang merupakan proses
belajar mengajar yang dilakukan oleh guru di sekolah dengan
menggunakan cara-cara atau netode-metode tertentu (B. Surya
Subroto, 1997 : 148).
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP
berfungsi untuk mengarahkan peserta didik untuk dapat menjadi
warga Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab,
serta warga dunia yang cinta damai.
Di masa yang akan dating peserta didik akan menghadapi
tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami
perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang
untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan
analisis terhadap kondisi sosial masyarakat yang dinamis. Terkait
dengan tujuan mata pelajaran IPS yang sedemikian fundamental maka
guru dituntut untuk memiliki pemahaman yang holistik dalam upaya
mewujudkan pencapaian tujuan tersebut.

5
b. Ranah Hasil Belajar IPS
Indikator dalam pembelajaran mengacu pada hasil belajar yang
harus dikuasai siswa. Dalam pencapaian hasil belajar siswa, guru
dituntut untuk memadukan ranah kognitif, efektif, dan psikomotor
secara proporsional.
Howard Kingsly membagi tiga macam hasil belajar yakni :
a. Keterampilan dan Kebiasaan
b. Pengetahuan dan Pengertian
c. Sikap dan cita-cita
Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan
yang telah ditetapkan dalam kurikilum.
Sedangkan Gogne membagi lima hasil belajar, yakni :
a. Informasi Verbal
b. Keterampilan Verbal
c. Strategi Kognitif
d. Sikap
e. Keterampilan motorik
Dalam sistem pendidikan ansional rumusan tujuan pendidikan,
baik tujuan kurikuler maupun tujuan instraksional menggunakan hasil
belajar dari Bloem yang secara garis besarnya membaginya menjadi
tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah psikomotoris.
(Nana Sudjana, 2002 : 22).
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis sintesis dan evaluasi.
Ranah efektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima
aspek yakni, penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi
dan internalisasi.

Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar


ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah
psikomotoris :
1. Gerakan reflek

6
2. Ketrampilan gerakan dasar
3. Kemampuan perceptual
4. Keharmonisan atau ketepatan
5. Gerakan ketrampilan
6. Gerakan ekspresif dan interpretative
Berdasarkan konsep diatas maka dapat diperoleh suatu
pengertian bahwa hasil belajar IPS adalah kemampuan yang dimiliki
oleh siswa setelah belajar, yang wujudnya berupa kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotoris. Derajat kemampuan siswa
diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar IPS.

2. Model Pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing


Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut di atas maka diketahui
bahwa penelitian tindakan kelas mengenai peningkatan hasil belajar IPS
materi Proses Persiapan Kemerdekaan Indonesia melalui model
pembelajaran quantum teaching dan snowball throwing dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII B SMPN 2 PONCOL,
Kabupaten Magetan.
Hal lain yang mendasari pentingnya penerapan model
pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing adalah
paradigm pembelajaran efektif yang merupakan rekomendasi UNESCO
yakni belajar mengetahui (learning to know), belajar bekerja (learning to
do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan menjadi diri
sendiri (learning to be) (Depdiknas, 2001 : 5)
Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.
Quantum Teaching dengan demikian dapat diartikan sebagai gabungan
bermacam-macam interaksi yang ada didalam dan disekitar momen
belajar. Semua unsure yang menopang kesuksesan belajar harus diramu
menjadi sebuah akumulasi yang benar-benar menciptakan suasana belajar
(Bobby De Porter, 2002 : 89).
Snowball artinya bola salju sedangkan throwing artinya melempar.
Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola
salju. Adapun langkah-langkah pembelajaran Snowball Throwing sebagai
berikut :

7
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing
ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-
masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru ke
temannya.
4. Masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja untuk menulis
satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah
dijelaskan oleh ketua kelompok.
5. Kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke
siswa yang lain selama kurang lebih 5 menit. Setelah siswa dapat satu
bola atau satu pertanyaan kemudian diberikan kesempatan kepada
siswa tersebut untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas
berbentuk bola tersebut secara bergiliran.
6. Evaluasi.
7. Penutup.
(Puskur Balitbang Depdiknas)

B. Kerangka Berfikir

Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball


Throwing merupakan salah satu wujud aplikasi pembelajaran bermakna
dalam mata pelajaran IPS. Melalui model pembelajaran Quantum Teaching
dan Snowball Throwing, siswa dilibatkan secara holistic baik aspek fisik,
emosional, dan intelektualnya.

C. Hipotesis

Hipotesis adalah kalimat pertanyaan penelitian yang dihasilkan dari


hasil kajian teoritis dunia pustaka. Pertanyaan ini merupakan jawaban
sementara dari permasalahan yang dikaji dalam penelitian (Purwadi
Suhandini, 2007 : 7).
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan
model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing ada
peningkatan hasil belajar IPS materi Proses Persiapan Kemerdekaan
Indonesia pada siswa kelas VIII B SMPN 2 PONCOL, Kabupaten Magetan.

8
Adapun indicator kerjanya adalah sebagai berikut :
1. Guru terampil mengelola proses pembelajaran IPS dengan menerapkan
model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing.
2. Terjadi perubahan sikap dan perilaku siswa dalam mengikuti
pembelajaran IPS yang ditandai dengan aktivitas siswa yang semakin
baik dalan lembar observasi.
3. 90% siswa kelas VIII B SMPN 2 PONCOL, Kabupaten Magetan
mengalami ketuntasan belajar dalam materi Proses Persiapan
Kemerdekaan Indonesia.

9
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN

Prosedur penelitian tindakan kelas ini merujuk pada model Kurt


Lewin yang terdiri atas empat kemampuan pokok penelitian kelas, yakni :
1. Perencanaan (planning)
2. Tindakan (acting)
3. Pengamatan (observing) dan
4. Refleksi (reflecting)
(Zainal Aqib, 2007 : 21)

Model Kurt Lewin dapat digambarkan sebagai berikut :


A. SIKLUS I
1. Perencanaan
Pada tahap ini menyusun rencana pembelajaran (RPP) materi
pokok proses persiapan kemerdekaan Indonesia dengan indikator :
1. Menjelaskan proses-proses persiapan kemerdekaan Indonesia.
2. Mendiskripsikan secara kronologis proses penyusunan dasar dari
konstitusi untuk Negara Indonesia yang akan didirikan.
3. Mendiskripsikan dibentuknya PPKI dan peranannya dalam proses
persiapan kemerdekaan Indonesia.
Pada pelaksanaan siklus I direncanakan sebanyak dua kali pertemuan.

2. Pelaksanaan
Peneltian tindakan kelas dilaksanakan selama pembelajaran
berlangsung. Sebelumnya melakukan beberapa hal, antara lain :
a. Tumbuhkan, guru menumbuhkan minat belajar siswa dengan
mendengarkan cerita guru tentang latar belakang proklamasi
kemerdekaan Indonesia.
b. Alami, siswa memasangkan kartu kata tokoh-tokoh proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Kegiatan ini dilakukan secara berkelompok.
c. Namai, siswa menyimpulkan materi berdasarkan pengalaman yang
diperoleh sebelumnya dengan bimbingan guru.
d. Demonstrasikan, siswa melakukan Snowball Throwing dengan cara
setiap kelompok meyiapkan satu pertanyaan yang ditulis dalam kertas
kosong, lalu kertas tersebut dikepal menjadi bulat seperti bola. Setiap
kelompok mendapat kesempatan untuk melempar bola tersebut ke
kelompok lain dengan waktu yang sudah ditentukan oleh guru.
Kelompok lain berusaha menangkap bola tersebut. Kelompok yang

10
terakhir memegang bola mendapat kesempatan untuk untuk menjawab
pertanyaan dari bola tersebut.
e. Ulangi, guru merangkum materi dan dirangkum menjadi sebuah lagu.
Lagu tersebut diadopsi dari lagu-;agu yang sudah familiar bagi siswa,
kemudian dinyanyikan berulang-ulang.
f. Rayakan, kelompok yang dapat menjawab pertanyaan paling banyak
dalam pembelajaran tersebut berhak mendapat reward berupa lagu-
lagu seperti lagu Kamu Anak Cerdas.
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan evaluasi.

3. Obsevasi
Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan
melibatkan kepala sekolah untuk mengamati tingkah laku dan sikap siswa
ketika mengikuti pembelajaran IPS yang menerapkan model pembelajaran
Quantum Teaching dan Snowball Throwing. Disamping itu, observasi
juga dilakukan terhadap guru yang menerapkan model pembelajaran
Quantum Teaching dan Snowball Throwing dalam pembelajaran IPS.

4. Refleksi
Setelah mengkaji hasil belajar IPS siswa dan hasil pengamatan
aktivitas guru, serta menyesuaikan dengan ketercapain indiktor kinerja,
maka peneliti mengubah setrategi pada siklus dua agar pelaksanaannya
lebih efektif.

B. SIKLUS II
1. Perencanaan
Pada tahap ini menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
masih materi pokok proses persiapan kemerdekaan Indonesia dengan
indikator :
1. Melacak perbedaan perspektif antar kelompok sekitar proklamasi
kemerkadaan Indonesia.
2. Menyusun kronologi proklamasi kemerkadaan Indonesia.
3. Mendiskripsikan secara kronologis proses penyebaran berita tentang
proklamasi kemerkadaan dan sikap rakyat diberbagai daerah.
Siklus II direncanakan sebanyak dua kali pertemuan

2. Pelaksanaan.
Pelaksanaan tindakan pada siklus ini dilaksanakan selama
pembelajaran berlangsung meliputi kegiatan sebagai berikut :

11
a. Tumbuhkan, guru menumbuhkan minat belajar siswa dengan membaca
materi tentang peristiwa-peristiwa sekitar proklamasi, kemudian
dilanjutkan dengan pembentukan kelompok dengan menggunakan
nama-nama tokoh yang berjasa dalam proses proklamasi kemerkadaan
Indonesia.
b. Alami, secara berkelompok siswa memberikan komentar tentang
peristiwa-peristiwa yang terjadi disekitar proklamasi.
c. Namai, siswa menyimpulkan materi berdasarkan pengalaman yang
diperoleh sebelumnya dengan bimbingan guru.
d. Demonstrasikan, siswa melakukan Snowball Throwing. Setiap
kelompok menyiapkan satu pertanyaan yang ditulis dalam kertas
kosong, lalu kertas tersebut digulung dimasukkan ke dalam bola yang
dibelah kemudian di tutup dengan isolatif. Setiap kelompok mendapat
kesempatan untuk melempar bola tersebut ke kelompok lain dengan
waktu yang sudah ditentukan oleh guru. Kelompok lain berusaha
menangkap bola tersebut. Siswa yang terakhir memegang bola
mendapat kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari bola tersebut.
e. Ulangi, siswa merangkum materi dalam bentuk lagu dengan
bimbingan guru kemudian dinyanyikan berulang-ulang.
f. Rayakan, kelompok yang tergiat dalam pembelajaran tersebut berhak
mendapatkan reward berupa tepuk misalnya dengan tepuk The Best.
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan evaluasi.

3. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan
melibatkan kepala sekolah untuk mengamati tingkah laku dan sikap siswa
ketika mengikuti pembelajaran IPS yang menerapkan model pembelajaran
Quantum Teaching dan Snowball Throwing. Disamping itu, observasi
juga dilakukan terhadap guru yang menerapkan model pembelajaran
Quantum Teaching dan Snowball Throwing dalam pembelajaran IPS.
4. Refleksi
Setelah mengkaji hasil belajar IPS siswa dan hasil pengamatan
aktivitas guru maka di cek apakah indicator kinerja yang telah ditetapkan
sebelumnya sudah tercapai. Bila belum tercapai maka akan tetap
melanjutkan siklus berikutnnya, dan begitu seterusnya sampai mencapai
indicator kinerja.

12
C. ANALISIS DATA
Analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan
analisis kuantitaif dan kualitatif (Supardi, 2006 : 131).
Terhadap perolehan hasil kerja belajar IPS dianalisis secara kuantitatif
dengan memberikan nilai pada hasil belajar siswa. Data-data tersebut
dianalisis mulai dari siklus satu dan siklus dua untuk dibandingkan dengan
terknik deskriptif presentase. Hasil perthitungan dikonsultasikan dengan tabel
kriteria deskriptif prosentase, yang dikolmpokkan dalam 5 kategori, yaitu
baik sekali, baik, cukup, kurang dan sangat kurang sebagai berikut :

Tabel 3.1. Klasifikasi Kategori Tingkatan dan Prosentase


Kriteria Nilai Penafsiran
Baik sekali 86-100 : Hasil belajar baik sekali.
Baik 71-85 : Hasil belajar baik
Cukup 56-70 : Hasil belajar cukup
Kurang 41-55 : Hasil belajar kurang
Sangat kurang < 40 : Hasil belajar sangat kurang
(Depdiknas, 2002 : 4).
Hasil observasi dianalisis menggunakan teknik deskriptif kualitatif
yang dijelaskan dengan kata-kata atau kalimat, dipisah-pisahkan menurut
kategori untuk memperoleh kesimpulan.

13
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Telah diketahui bahwa subyek penelitian berjumlah 40 siswa. Pelaksanaan


penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 (dua) siklus, siklus I (pada tanggal
6 Agustus 2011 dan 13 Agustus 2011) dan siklus II ( pada tanggal 20 Agustus
2011 dan 27 Agustus 2011).
Berikut disajikan paparan hasil penelitian hasil belajar IPS melalui
kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing dan
hasil observasi terhadap proses pembelajaran.

A. HASIL PENELITIAN
SIKLUS I
1. Paparan Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan data hasil penelitian siklus I mengenai hasil belajar
IPS materi Proses Persiapan Kemerdekaan Indonesia melalui kolaborasi
model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing
diperoleh data untuk nilai tertinggi yang diperoleh responden adalah
100, nilai terendah sebesar 50, dan rata-rata hasil belajar IPS sebesar
80,90, selengkapnya dapat dibaca pada table distribusi frekuensi
bergolong sesuai dengan kategori hasil belajar IPS sebagai berikut :
Deskripsi frekuensi bergolong Hasil Belajar IPS siklus I interval
Frekuensi Persentase Katergori :
86-100 : 20 anak / 43 % : Baik sekali
71-85 : 12 anak / 33 % : Baik
56-70 : 5 anak / 17 % : Cukup
41-55 : 3 anak / 7 % : Kurang
< 40 : 0 anak / 0 % : Sangat kurang.
Jumlah : 40 anak / 100 %.

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar IPS


melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan
Snowball Throwing 43 % siswa berada pada kategori baik sekali, 33 %
baik, 17 % cukup, dan 7 % kurang.
Selengkapnya dapat dilihat dalam grafik batang berikut ini :
Adapun rata-rata hasil belajar IPS melalui siklus I melalui
kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball
Throwing sebesar 80, 90 dan ketuntasan individual baru mencapai

14
74,10 %. Protet pembelajaran IPS belum mencapai tujuan yang
diharapkan guru yang tertuang dalam indikator kinerja >85 % dari
jumlah siswa dalam kelas telah mencapai ketuntasan belajar individual,
sehingga perlu dilaksanakan siklus II.

2. Observasi Proses Pembelajaran IPS


Hasil observasi pada siklus I diperoleh gambaran tentang sikap
dan perilaku siswa perihal kesungguhan siswa. Perhatian siswa mulai
terpusat pada pelajaran walaupun belum maksimal. Sedangkan
semangat siswa dalam mengikuti pelajaran IPS mulai meningkat. Siswa
lebih semangat jika dibandingkan dengan kondisi awal sebelum model
pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing diterapkan.
Kemajuan siswa juga terlihat dalam hal keberanian siswa ketika
mengemukakan pendapat. Siswa mulai berani menngemukakan
pendapatnya, hal ini terlihat dari keaktifan siswa bertanya tentang
materiyang belum dimengerti. Siswa juga tidak malu lagi menjawab
pertanyaan. Setiap siswa selalu berusaha menjawab pertanyaan dengan
benar tanpa malu-malu lagi. Keberanian siswa juga semakin terlihat
ketika harus tampil didepan kelas.
Perilaku lain yang menunjukkan peningkatan yaitu dalam hal
ketepatan. Tugas yang diberikan kepada siswa dapat diseleseikan
dengan baik walaupun belum semuanya dapat diseleseikan tepat waktu.
Hal lain yang meningkat yaitu kemampuan siswa dalam menjawab
pertanyaan. Selain itu, dalam membuat pertanyaan, siswa mampu
membuat pertanyaan sesuai dengan materi yang sedang dipelajari.
Dari sudut guru kemampuan mengajar guru mulai ada
peningkatan walaupun belum signifikan. Guru sudah mulai mengelola
ruang, fasilitas, setrategi, interaksi dengan siswa, dan evaluasi dengan
baik. Namun untuk pengelolaan waktu masih belum dapat terlaksana
dengan efektif, karena guru belum terbiasa menggunakan model
pembelajaran secara kolaborasi. Kesan umum guru dalam mengajar
masih sedikit kaku, kurang luwes, dan belum terlalu peka terhadap
kondisi siswa.

SIKLUS II

15
Paparan Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan data hasil penelitian siklus II mengenai hasil belajar
IPS materi Proses Persiapan Kemerdekaan Indonesia melalui kolaborasi
model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing
diperoleh data untuk nilai tertinggi yang diperoleh responden adalah
100, nilai terendah sebesar 63. selengkapnya dapat dibaca pada table
frekuensi bergolong sesuai dengan kategori hasil belajar IPS sebagai
berikut :
Deskripsi Frekuensi Bergolong Hasil Belajar IPS siklus II Interval
Frekuensi Persentase Kategori :
86-100 : 22 anak / 55 % : Baik sekali
71-85 : 14 anak / 36 % : Baik
56-70 : 4 anak / 9 % : Cukup
41-55 : 0 anak / 0 % : Kurang
< 40 : 0 anak / 0 % : Sangat kurang.
Jumlah : 40 anak / 100 %.
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar IPS
melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan
Snowball Throwing 55 % siswa berada pada kategori baik sekali, 36 %
baik, 9 % cukup.
Adapun rata-rata hasil belajar IPS melalui siklus II melalui
kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball
Throwing sebesar 85, 50 dan ketuntasan individual mencapai 90,20 %.
Protet pembelajaran IPS sudah mencapai tujuan yang diharapkan guru
yang tertuang dalam indikator kinerja >85 % dari jumlah siswa dalam
kelas telah mencapai ketuntasan belajar individual, sehingga penelitian
tindakan kelas dinyatakan berhasil dan tidak perlu melakukan siklus
berikutnya.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis
tindakan penelitian yang menyatakan : dengan menerapkan kolaborasi
model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing ada
peningkatan hasil belajar IPS dengan materi Proses Persiapan
Kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas VIII B SMPN 2 PONCOL,
Kabupaten Magetan, berarti diterima kebenarannya.

3. Observasi Proses Pembelajaran IPS

16
Hasil observasi siklus II menunjukkan peningkatan yang cukup
signifikan. Kesungguhan siswa dalam mengikuti pelajaran IPS lebih
meningkat. Perhatian siswa secara penuh tertuju pada materi pelajaran
IPS. Semangat siswa lebih meningkat. Semua siswa mengikuti pelajaran
dengan penuh semangat, tidak ada yang malas atau kurang bersemangat
dalam mengikuti pelajaran IPS. Keberanian siswa mengemukakan
pendapat juga semakin meningkat. Siswa sudah berani mengemukakan
pendapat, mengomentari suatu hal atau mengungkapkan ide-idenya.
Keberanian lain yang juga semakin meningkat yaitu keberaniannya
menjawab pertanyaan. Mereka berlomba-lomba untuk memperoleh
pertanyaan dan menjawabnya. Peningkatan juga terlihat pada kemampuan
siswa untuk tampil di kelas. Masing-masing siswa berusaha tampil
dengan sebaik-baiknya.
Perubahan yang cukup signifikan juga terjadi di aspek ketepatan.
Rata-rata siswa di kelas mampu menjawab pertanyaan dengan tepat.
Mereka juga mampu menyeleseikan tugas tepat waktu. Selain itu siswa
juga lebih mampu membuat pertanyaan yang bagus yang mudah dipahami
dan sesuai dengan materi.
Aspek kecepatan siswa juga mengalami peningkatan. Siswa dapat
menyeleseikan tugas lebih awal. Kecepatan juga terlihat saat siswa
menjawab pertanyaan. Siswa dapat menjawab pertanyaan dengan cepat
dan tepat. Sehingga pelajaran dapat berlangsung dengan lancar, aktif,
kreatif, bermakna dan menyenangkan.
Perubahan yang cukup signifikan juga terjadi pada guru sebagai
fasilitas pembelajaran. Kualitas guru dalam mengajar lebih meningkat
dibandingkan siklus sebelumnya. Guru lebih tenang, dapat menciptakan
suasana pembelajaran yang efektif terkesan luwes dan dapat menguasai
kelas, mengelola ruang menggunakan model pembelajaran dan setrategi
dengan tepat. Hal yang lebih menggembirakan lagi guru terkesan lebih
kreatif, lebih bergairah mengajar, membawa suasana kelas menjadi segar.
Dengan suasana kelas yang demikian ternyata siswa lebih mudah
memahami materi pelajaran. Hasil belajar siswa meningkat dan kualitas
guru dalam mengajar juga meningkat. Sehingga terjalin hubungan yang
dinamis. Hamonis, dan menyenangkan antara guru dan siswa.

17
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat peningkatan
hasil belajar IPS materi Proses Persiapan Kemerdekaan Indonesia melalui
kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing.
Hasil tersebut diindikasikan dari perolehan rata-rata siklus I (80,90) dan
siklus II (85,50). Sedangkan pencapaian ketuntasan belajar individual pada
siklus I sebesar 74,10 % dan siklus II 90,20 % sehingga indikator kinerja
penelitian tindakan kelas ini selesai pada siklus II.
Terjadinya hipotesis tindakan dalam penelitian ini membuktikan
bahwa penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball
Throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Disamping aspek kognitif
siswa, penerapan model tersebut juga mampu meningkatkan aspek afektif dan
psikomotor. Aspek afektif yang tampak yakni kesungguhan, keberanian.
Sementara aspek psikomotor dapat dilihat dari kecepatan dan ketepatan siswa
menyeleseikan serangkaian tugas. Hal tersebut sesuai dengan pendapat riga
ranah yang menjadi focus peningkatan kualitas pembelajaran, yakni ranah
kohnitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

18
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa dengan melakukan kolaborasi model pembelajaran
Quantum Teaching dan Snowball Throwing terbukti dapat meningkatkan
hasil belajar IPS dengan materi Proses Persiapan Kemerdekaan Indonesia
pada siswa kelas VIII B SMPN 2 PONCOL, Kabupaten Magetan. Hal
tersebut ditandai dengan ketercapaian indikator keberhasilan tindakan kelas
dan adanya peningkatan rata-rata hasil IPS dari siklus I sebesar 80,90 dan
pada siklus II 85,50. Sedangkan pencapaian ketuntasan belajar individual
pada siklus I sebesar 74,10 % dan siklus II 90,20 %.
Aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran juga terlihat semakin
meningkat dari rata-rata sedang menjadi baik, bajkan baik sekali. Demikian
juga aktifitas guru juga aktifitas guru juga semakin meningkat yakni mampu
mengelola proses pembelajaran IPS lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengajukan saran
sebagai berikut :
1. Para guru Sekolah Menengah Pertama (SMP), hendaknya lebih memiliki
komitmen yang tinggi dalam menjalankan tugasnya dengan
melaksanakan tugas pokok mengajar secara professional, mengkaji dan
menerapkan berbagai inovasi pembelajaran secara variatif sebagai upaya
untuk meningkatkan hasil belajar IPS.

2. Para Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah hendaknya lebih


mengintensifkan perannya sebagai supervisor agar guru Sekolah
Menengah Pertama (SMP) memiliki motivasi dalam menerapkan model-
model pembelajaran yang bermakna. Selebihnya pemberian kesempatan
untuk mengikuti penataran, bimtek, workshop, dan sejenisnya kepada
guru perlu mendapat perhatian.

19

Anda mungkin juga menyukai