Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teori ekonomi pertumbuhan dan meningkatnya ketersediaan data daerah


mendorong meningkatnya perhatian terhadap ketidakmerataan pertumbuhan daerah.Teori
ekonomi pertumbuhan dimulai oleh Robert Solow yang dikenal dengan Model pertumbuhan
neo-klasik.Dan beberapa ahli ekonomi Amerika mulai menggunakan teori pertumbuhan tersebut
dengan menggunakan data-data daerah. Secara tradisional pembangunan memiliki arti
peningkatan yang terus menerus pada Gross Domestic Product atau Produk Domestik Bruto
suatu negara. Untuk daerah makna pembangunan yang tradisional difokuskan pada peningkatan
Produk Domestik Regional Bruto suatu provinsi, kabupaten, atau kota. Pembangunan ekonomi
daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya
yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta
untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi
(pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. (Lincolin Arsyad, 1999).
Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan pertumbuhan
yang setinggi-tingginya, harus pula menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan,
ketimpangan pendapatan dan tingkat pengangguran. Kesempatan kerja bagi penduduk atau
masyarakat akan memberikan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Todaro, 2000).
Untuk melaksanakan tujuan dari pembangunan ekonomi daerah tersebut maka suatu negara
akan mendirikan beberapa organisasi ataupun suatu lembaga untuk dapat menyelenggarakan
pemerintahan daerah.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan makan adapun rumusan malah
sebagai berikut:

1. Bagaimana Pendekatan Kelembagaan Dalam Pengembangan Ekonomi


Regional?

2. bagaimana Keberadaan Organisasi?

3. bagaimana Peran Ahli Ekonomi terhadap pengembangan ekonomi regional?

4. apa Tipologi Organisasi Lembaga Daerah?

5. seperti apa Badan Pembangunan Sebagai Unit Daerah?

6. bagaimana Badan Pembangunan Swasta yang Independen Dan Koporasi


Ekonomi?

7. Seperti apa Kemitraan Pemerintah Dan Swasta?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keberadaan Organisasi

Keberadaan organisasi juga memainkan peranan dalam pembangunan ekonomi.


Organisasi tersebut mencakup pengembangan pasar dan dilakukan oleh pemerintah,
pemerintahlah yang dapat membangun sarana transportasi dan komunikasi untuk
mengembangkan pasar, karena perusahaan swasta tidak mampu melaksanakan kegiatan seperti
itu. Disamping itu, organisasi dan pengembangan lembaga keuangan untuk membantu
pertumbuhan pertanian dan industri dapat dilakukan oleh pemerintah. Lembaga keuangan
demikian dapat berupa koperasi, bank hipotik, bank industri, perusahaan investasi dan keuangan
dan sebagainya.

Organisasi pasar buruh juga termasuk ke dalam fungsi pemerintah. Pasar buruh yang
terorganisasi akan meningkatkan produktivitas buruh. Pemerintah membantu mengorganisasi
buruh dengan membentuk serikat-serikat buruh. Ia menetapkan jam kerja, pembayaran upah,
mengadakan mekanisme penyelesaian perselisihan perburuhan, mengadakan langkah keamanan
masyarakat dan sebagainya. Peraturan perundang-undangan seperti itu dimaksudkan untuk
menjalani hubungan yang baik antara majikan dan buruh.

Dinegara terbelakang, sebagian besar rakyat tinggal di wilayah pedesaan dan bergerak
dibidang pertanian selama jangka waktu yang terbatas.Sehingga mereka sebenarnya adalah
setengah penganggur atau penganggur tersembunyi. Karena kurangnya informasi,mereka tidak
mengetahui adanya kesempatan kerja di kota dan pusat- pusat industry. Pemerintah dapat
membantu mereka dalam mendapatkan pekerjaan dengan membuka pusat informasi di wilayah
pedesaan dan pertukaran pekerja di kota. Dengan cara ini pemerintah membantu mobilitas buruh.

Adapun fungsi dan peran birokrasi pemerintah yakni:


1. Melaksanakan pelayanan public
2. Pelaksana pembangunan yang profesional
3. Perencana, pelaksanaan, dan pengawas kebijakan (manajemen pemerintah)
4. Alat pemerintah untuk melayani kepentingan (abdi) masyarakat dan negara yang netral dan
bukan bukan merupakan bagian dari kekuatan atau mesin politik (netral)

3
Adapun tujuan birokrasi yakni:
1. Sejalan dengan tujuan pemerintahan
2. Melaksanakan kegiatan dan program demi tercapainya visi dan misi pemerintah dan negara
3. Melayani masyarakat dan melaksanakan pembangunan dengan netral dan profesional
4. Menjalankan manajemen pemerintahan, mulai dari perencanaan, pengawasan, evaluasi,
koordinasi, sinkronisasi dll.
Gambaran Umum Birokrasi Pemerintah di Indonesia
Di Negara-negara berkembang, tipe birokrasi yang diidealkan oleh Max Weber Nampak
belum dapat berkembang dan berjalan dengan baik. Sebagai salah satu Negara yang berkembang
Indonesia tidak terlepas dari realita di atas. Meski sudah mengenal birokrasi yang modern,
namun jauh sebelum itu, masyarakat Indonesia sudah mengenal dan menerapkan sejenis
birokrasi kerajaan, sehingga dalam upaya penerapan birokrasi yang modern, yang terjadi hanya
bentuk luarnya saja, belum tata nilainya. Sebagaimana yang telah ditetapkan di Indonesia lebih
mendekati pengertian Weber mengenai dominasi patrimonial, dimana jabatan dan perilaku di
dalam hirarki lebih didasarkan pada hubungan pribadi. Dalam model Weber , tentang dominasi
birokrasi patrimonial individu-individu dan golongan yang berkuasa dan mengontrol kekuasaaan
dan otoritas jabatan untuk kepentingan ekonomi politik mereka.
Cirri-ciri dominasi birokrasi patrimonial menurut Weber yang hampir secara keseluruhan
terjadi di Indonesia antara lain:
1. Pejabat-pejabat disaring atas kineerja pribadi
2. Jabatan dipandang sebagai sumber kekuasaan atau kekayaaan
3. Pejabat-pejabat mengontrol, baik fungsi politik atau pun administrative
4. Setiap tindakan diarahkan oleh hubungan pribadi dan politik

Penampilann Birokrasi Pemerintah di Indonesia


Tidak mudah mengidentifikasi penampilan birokrasi pemerintah di Indonesia. Namun,
perlu dikemukakan lagi, bahwa organisasi pada prinsipnya berintikan rasionalitas dengan
kriteria-kriteria umum seperti efektifitas, efesiensi, dan pelayanan yang sama kepada masyarakat.

Ada beberapa aspek pada penampilan birokrasi di Indonesia yakni:


1. Sentralisasi yang cukup kuat.
Sentralisasi sebenarnya merupakan salah satu ciri umum yang melekat pada birokrasi
yang rasional. Di Indonesia, kecenderungan sentralisasi yang amat kuat merupakan slah satu

4
aspek yang menonjol dalam penampilan birokrasi pemerintahan. Hal ini disebabkan karena
birokrasi pemerintah bekerja dan berkembang dalam lingkungan yang kondusif terhadap hidup
dan berkembangnya nilai-nilai sentralisrik terssebut.
2. Menilai tinggi keseragaman dan struktur birokrasi
Sama seperti sentralisasi, keseragaman dalam struktur juga merupakan salah satu cirri
umum yang sering melekat pada setiap organisasi birokrasi. Di Indonesia, keseragaman atau
kesamaan benetuk susunan, jumlah unit, dan nama tiap unit birokrasi demikian menonjol dalam
struktur birokrasi pemerintah.
3. Pendelegasian wewenang yang kabur
Dalam birokrasi Indonesia, nampaknya pendelegasian wewenang masih menjadi
masalah. Meskipun struktur birokrasi pada pemerintah di Indonesian sudah hirarkis, dalam
praktek perincian wewenang menurut jenjang sangat sulit dilaksanakan. Dalam kenyataannya,
segala keputusan sangat bergantung pada pimpinan tertinggi dalam birokrasi. Sementara
hubungan antar jenjang dalam birokrasi diwarnai oleh pola hubungan pribadi.
4. Kesulitan menyusun uraian tugas dan analisis jabatan
Meskipun perumusan uraian tugas dalam birokrasi merupakan kebutuhan yang sangat
nyata, jarang sekali birokrasi kita memilikinya secara lengkap. Kalaupun ada sering tidak
dijalankan secara konsisten. Disamping hambatan yang berkaitan dengan keterampilan teknis
dalam penyusunannya, hambatan yang dirasakan adalah adanya keengganan merumuskannya
dengan tuntas. Kesulitan lain yang dihadapi birokrasi di Indonesia adalah kesulitan dalam
merumuskan jabatan fungsional. Secara mendasar, jabatan fungsional akan berkembang dengan
baik jika didukung oleh rumusan tugas yang jelas serta spesialisasi dalam tugas dan pekerjaan
yang telah dirumuskan secara jelas pula. Selai itu masih banyak aspek-aspek lain yang menonjol
dalam birokrasi di Indonesia, diantarannya adalah perimbangan dalam pembagian penghasilan,
yaitu selisih yang amat besar antara penghasilan pegawai pada jenjang tertinggi dan terendah.
Hal lain yang cukup menarik dan dapat dijumpai dalam penampilan birokrasi pemerintah di
Indonesia adanya upacara-upacara yang bersifat formalitas dan hubungan yang bersifat
pribadi.hubungan yang bersifat pribadi sangat mendapat tempat dalam budaya birokrasi di
Indonesia, karena dengan adanya hubungan pribadi dengan para key person banyak persoalan
yang sulit menjadi mudah atau sebaliknya. Dapat dikatakan bahwa birokrasi di Negara kita
belum baik dan masih banyak yang perlu diperbaiki.

5
2.2 Peran Ahli Ekonomi

Salah satu peranan dari ahli ekonomi adalah meramalkan keadaan yang akan wujud pada
masa yang akan datang. Oleh karena itu ahli ekonomi dapat memberi sumbangan yang sangat
penting dalam menentukan langkah-langkah yang akan digunakan untuk menghadapi masalah-
masalah ekonomi yang akan timbul. Pengetahuan mengenai prinsip-prinsip ekonomi telah
memungkinkan ahli-ahli ekonomi mengetahui langkah mana yang sebaiknya diambil dan
langkah mana yang harus dihindarkan.

Tindakan merumuskan kebijakan ekonomi meliputi dua aspek berikut: (i) menentukan
tujuan-tujuan yang ingin dicapai, dan (ii) menentukan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.
Tujuan-tujuan utama dari kebijakan ekonomi nasional telah dinyatakan sebelum ini, yaitu:
mencapai pertumbuhan ekonomi yang cepat, menciptakan kestabilan harga, mengurangi
pengangguran, dan mewujudkan distribusi pendapatan yang merata. Tujuan-tujuan ini
adakalanya saling bertentangan satu sama lain. Misalnya, usaha untuk mengatasi pengangguran
dapat menimbulkan inflasi, atau usaha untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dapat
memperburuk distribusi pendapatan. Tugas dari ahli-ahli ekonomi adalah memikirkan cara-cara
dengan menggunakan teori-teori ekonomi sebagai landasannya untuk menghindari pertentangan
yang mungkin timbul dalam mencapai berbagai tujuan tersebut secara serentak.

Di dalam memikirkan cara-cara mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi dan


mewujudkan tujuan-tujuan ekonomi yang ditentukan, analisis yang dibuat haruslah meliputi
persoalan-persoalan berikut:

Tujuan-tujuan dari kebijakan yang dijalankan

Cara-cara yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut

Jenis pengorbanan yang harus dibuat untuk mencapai tujuan tersebut

6
Akibat buruk yang mungkin berlaku apabila suatu langkah atau kebijakan ekonomi
dilaksanakan

Menjajaki langkah alternatif lain yang lebih baik untuk mencapai tujuan-tujuan yang
ingin dicapai.

Dengan menganalisis persoalan ini dapatlah ahli-ahli ekonomi menentukan cara-cara


yang paling baik dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Walau bagaimanapun
perlulah disadari bahwa pada umumnya ahli-ahli ekonomi mempunyai pendapat yang berbeda
dalam mengatasi masalah yang dihadapi dan tujuan yang ingin dicapai. Ini disebabkan
oleh value judgement mereka yang berbeda.

2.3 Pendekatan Kelebagaan

Pada saat ini secara universal diketahui dalam rangka mengatasi sifat kaku yang melakat
di Negara terbelakang, pemerintah harus memegang peranan positif. Ia tidak boleh berlaku
sebaga penonton pasif. Problema Negara terbelakang adalah sedemikian besarnya sehingga
problema itu tidak dapat diserahkan begitu saja kepada mekanisme bebas karena pengertian
tersebut tidak ditemui di alam yang modern. Karena itu tindakan pemerintah sangat diperlukan
bagi pembangunan ekonomi negara-negara seperti itu.

Untuk mengangkat negara-negara itu ke luar dari titik-mati stagnasi diperlukan adanya
pembaharuan rasio-ekonomi secara cepat. Pada fase awal pembangunan, investasi harus
dilakukan di bidang-bidang yang meningkatkan ekonomi eksternal yaitu yang mengarah ada
penciptaan overhead social dan ekonomi seperti tenaga, transportasi, pendidikan, kesehatan dan
sebagainya. Perusahaan swasta tidak akan tertarik melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut
karena resiko besar dan keuntungannya kecil. Dari sinilah timbul kebutuhan untuk
menyimbangkan pertumbuhan berbagai sector perekonomian sehingga penawaran sesuai dengan
permintaan. Oleh karna itu pengawasan dan pengaturan, oleh negara, menjadi penting dalam
rangka mencapai keseimbangan pertumbuhan. Keseimbangan memerlukan pengawasan atas
produksi, distribusi dan komsumsi komoditi. Untuk tujuan ini, pemerintah harus merencanakan
pengawasan fisik dan langkah-langkah fiscal dan moneter. Langkah-langkah ini memang tidak

7
dapat dhindarkan untuk mengurangi ketidakseimbangan ekonomi dan social yang mengancam
negara terbelakang.

2.3.1 Perubahan Kerangka Kelembagaan

Salah satu langkah pembangunan ekonomi adalah usaha mengubah sikap social
budaya masyarakat di negara terbelakang. Masyarakat ini mempunyai tradisi budaya dan religius
yang tidak menunjang pembangunan ekonomi. Kerangka kelembangaan tidak mendorong
tingkah laku individualistic yang rasional, dan semangat persaingan serta usaha. Jika
pembangunan ekonomi diinginka tetap berlanjut maka sikap social, nilai dan pranata yang
berakar pada keluarga bersama, kasta atau kekeluargaan dan pada kepercayaan religius harus
berubah. Ini adalah Revolusi Sosial. Proses perubahan harus bersifat evolusioner. Kalau tidak,
ketidak puasan, frutasi,ketidak tentraman dan kekerasan akan mencuat. Faktor-faktor ini pada
giliranya malah merintangi pertumbuhan ekonomi. Jadi sebagaian besar tergantung pada cara
bagaimana proses pertumbuhan dan perubahan digerakkan, bagaimana kecepatan prosesnya dan
seberapa jauh ia nimbus semua sector perekonomian.

Perubahan ekonomi tidak semata-mata disebabkan oleh perubahan kelembagaan.


Perubahan ekonomi dapat terjadi karena pembentukan modal yang meningka atau sebagai akibat
dari perubahan teknologi yang pada gilirannya dapat menyebabkan perubahan kelembagaan.
Sebaliknya, perubahan kelembagaan dapat disebabkan oleh faktor lain selain faktor ekonomi.
Faktor nonekonomi seperti perubahan pada gagasan religius atau kerangka politik dapat
menyebabkan perubahan kelembagaan. Jadi, mungkin ada hubungan sebab-akibat antara
perubahan ekonomi dapat meningkatkan petumbuhan ekonomi sepanjang mereka mengaitkan
usaha dengan imbalan, memungkinkan pembagian kerja lebih jauh, perluasan perdagangan dan
kebebasan untuk memperoleh peluang ekonomi. Kesempatan baru dapat terjadi melalui beberapa
cara penemuan baru dapat menciptakan komoditi baru atau mengurangi biaya produksi komoditi
lama. Jalan baru, rute pelayanan baru atau perbaikan lan nya dibidang komunikasi dapat
membuka kesempatan baru bagi perdagangan. Kesempatan baru seperti itu membawa perubahan
dibidang kelembagaan. Perubahan ini berjalan secara berangsur-angsur dan jelas. Perubahan
tersbut dimulai oleh para innovator, orang-orang baru yang berusaha memutuskan hubungan
dengan masa lampau dan mengubah kerangka kelembagaan lama kedalam bentuk baru.

8
Birokrasi ialah alat kekuasaan bagi yang menguasainya, dimana para pejabatnya secara
bersama-sama berkepentingan dalam kontinuitasnya[1]. Weber memandang birokrasi sebagai arti
umum, luas, serta merupakan tipe birokrasi yang rasional. Weber berpendapat bahwa tidak
mungkin kita memahami setiap gejala kehidupan yang ada secara keseluruhan, sebab yang
mampu kita lakukan hanyalah memahami sebagian dari gejala tersebut. Satu hal yang penting
ialah memahami mengapa birokrasi itu bisa diterapkan dalam kondisi organisasi negara tertentu.
Dengan demikian tipe ideal memberikan penjelasan kepada kita bahwa kita mengabstraksikan
aspek-aspek yang amat penting yang membedakan antara kondisi organisasi tertentu dengan
lainnya[2].
Menurut weber, proses semacam ini bukan menunjukkan objektivitas dari esensi birokrasi,
dan bukan pula mampu menghasilkan suatu deskripsi yang benar dari konsep birokrasi secara
keseluruhan, tetapi hanya sebagai suatu konstruksi yang bisa menjawab suatu masalah tertentu
pada kondisi waktu dan tempat tertentu. Menurut weber tpe ideal birokrasi yang rasional itu
dilakukan dalam cara-cara sebagai berikut[3] :

1. Pejabat secara rasional bebas, tetapi dibatasi oleh jabatannya

2. Jabatan disusun oleh tingkat hierarki dari atas ke bawah dan kesamping dengan
konsekuensinya berupa perbedaan kekuasaan.

3. Tugas dan fungsi masing-masing jabatan dalam hierarki itu secara spesifik berbeda satu
sama lain

4. Setiap pejabat mempunyai kontrak jabatan yang harus dijalankan.

5. Setiap pejabat diseleksi atas dasar kualifikasi profesionalitasnya

6. Setiap pejabat mempunyai gaji termasuk hak untuk menerima pensiun.

7. Terdapat struktur pengembangan karieryang jelas

8. Setiap pejabat sama sekali tidak dibenarkan menjalankan jabatannya untuk kepentingan
pribadi

9
9. Setiap pejabat berada di bawah pengendalian dan pengawasan suatu sistem yang
dijalankan secara disiplin. (Weber, 1978 dan Albrow, 1970)

Dalam pemerintahan, kekuasaan publik dijalankan oleh pejabat pemerintah/para birokrat


yang melaksanakan tugasnya sesuai dengan peranan dan fungsinya dalam sistem birokrasi
negara dan harus mampu mengendalikan orang-orang yang dipimpin[4]. Birokrasi dalam ha ini
mempunyai tiga arti, yaitu :

1. Sebagai Tipe organisasi yang khas.

2. Sebagai suatu sistem (struktur).

3. Sebagai suau tatanan jiwa tertentu dan alat kerja pada organ negara untuk mencapai
tujuannya[5].

Birokrasi dan Fungsi Pelayanan


Dalam negara administratif, pemerintah dan seluruh jajarannya dikenal sebagai abdi
masyarakat dalam pemberian berbagai jenis pelayanan yang diperlukan oleh seluruh warga
masyarakat. Keseluruhan jajaran pemerintahan negara merupakan satuan birokrasi pemerintahan
yang juga dikenal dengan istilah civil service. Pemerintah beserta seluruh jajaran aparatur
birokrasi bukanlah satu-satunya pihak yang bertanggung jawab untuk menyelenggarakan
berbagai kegiatan pembangunan nasional, tetapi merupakan kenyataan bahwa peranan
pemerintah dan jajarannya bersifat dominan.
Diantaranya berbagai satuan kerja yang terdapat dalam lingkungan pemerintahan,
terdapat pembagian tugas yang pada umumnya didasarkan pada prinsip fungsionalisasi[6].
Fungsionalisasi berarti bahwa setiap instansi pemerintah berperan selaku penanggung jawab
utama atas terselenggaranya fungsi tertentu, dan perlu bekerja secara terkoordinasi dengan
instansi lain. Setiap instansi pemerintah mempunyai kelompok pelanggan dimana kepuasan
kelompok ini harus dijamin oleh birokrasi pemerintahan, antara lain kelompok masyarakat yang
memerlukan pelayanan di bidang pendidikan dan pengajaran dilayani oleh instansi yang secara
funsional menangani bidan pendidikan dan pengajaran, dan sebagainya.
Birokrasi dan Fungsi pengaturan

10
Fungsi pengaturan terselenggara dengan efektif karena kepada suatu pemerintahan
negara diberi wewenang untuk melaksanakan berbagai peraturan perundang-undangan yang
ditentukan oleh lembaga legislatif melalui berbagai ketentuan pelaksanaan dan kebijaksanaan.
Pada dasarnya seringkali aparatur pemerintah bekerja berdasarkan pendekatan legalistik[7].
Pendekatan tersebut antara lain bahwa dalam menghadapi permasalahan, pemecahan
yang dilakukan dengan mengeluarkan ketentuan normatif dan formal, misalnya peraturan dan
berbagaiperaturan pelaksanaannya.
Menurut Peter Al Blau dan Charles H.Page dalam Bintoro, birokrasi dimaksudkan untuk
mengorganisir secara teratur suatu pekerjaan yang harus dilakukan oleh banyak orang. Birokrasi
adalah tipe organisasi yang bertujuan mencapai tugas-tugas administratif yang besar dengan cara
mengoordinasikan secara sistematis (teratur) pekerjaan dari banyak orang
Patologi birokrasi
Berbagai perkiraan mengenai masa depan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
memberikan petunjuk bahwa tantangan yang akan dihadapi oleh Birokrasi Pemerintah di masa
depan akan semakin besar, baik dalam bentuk dan jenisnya, maupun intensitasnya[8].
Mengenai penanganan patologi birokrasi dan terapinya, berarti agar seluruh birokrasi
pemerintahan negara mampu menghadapi berbagai tantangan yang mungkin timbul, baik yang
sifatnya politis, ekonomis, sosio-kultural, dan teknologikal[9]. Berbagai penyimpangan yang
dilakukan para birokratperlu diidentifikasikan untuk dicari terapi yang paling efektif, sehingga
patologi demokrasi dapat dikategorikan dalam kelompok-kelompok tertentu.

2.4 Tipologi Organisasi Lembaga Daerah

Tipologi organisasi adalah pengelompokan tipe atau jenis-jenis organisasi.


Pengelompokan jenis organisasi dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :

1. Berdasarkan Jumlah orang yang Memegang Tampuk Pimpinan

a. Bentuk Tunggal

11
Pada organisasi bentuk tunggal, pucuk pimpinan berada ditangan satu orang , semua
kekuasaan dan tugas pekerjaan bersumber dan bermuara kepadanya. Kebaikan organisasi bentuk
tunggal adalah bahwa segala sesuatu akan dapat diputuskan dengan cepat, sebab pimpinan tidak
harus berunding dengan pihak lain, karena ia memegang kekuasaan dan tanggung jawab
sepenuhnya. Keburukannya apabila si pimpinan tidak mempunyai pengetahuan yang luas,
kurang berani bertindak, maka kecepatan dan ketegasan bertindak dari organisasi tidak akan
tercapai.

b. Bentuk Komisi

Dalam hal ini pimpinan organisasi merupakan suatu dewan yang terdiri dari beberapa
orang. Semua kekuasaan dan tanggung jawab dipikul oleh dewan itu sebagai suatu kesatuan,
demikian pula pengambilan keputusan. Pembagian pekerjaan di antara angota dewan masih
mungin di adakan dalam bentuk komisi komisi. Bentuk ini banyak di pakai terutama dalam
organisasi yang bertugas membuat peraturan dan memberikan pertimbangan- pertimabanangan.
Kebaikan bentuk ini antara lain adalah sebagai berikut:

Adanya pembagian tugas di antara anggota dewan memungkinkan semua bidang tugas
mendapt perhatian sepenuhnya. Keputasan-keputusan yang diambil oleh anggota lebih dari
seorang cenderung lebih tepat dari pada yang hanya berdasarkan pertimbangan satu orang saja.
Adanya kerja sama yang erat untuk memikul tanggung jawab bersama mempunyai peranan
mendidik di antara anggota-anggota dewan yaitu mendidik mengharga pendapat orang lain serta
membentuk sifat berani mengemukan pendapat dan sebagainya, sehingga menjadi wadah
pembentukan pribadi yang menyenagkan dalam pergaulan

Sedangkan keburukan-keburukannya antara lain :

Keputusan tidak dapat di ambil dengan cepat, bahkan mungkin berlarut-larut karena
harus melalui rapat yang berkepanjangan. Menghasilkan tindakan pimpinan yang kurang tegas
karena keputusan merupakan pemikiran beberapa orang sebagai satu kesatuan. Anggota sering
kali berlindung di balik keputusan tersebut untuk menghindarkan tanggung jawab.

2. Berdasarkan Lalu Lintas Kekuasaan

12
a. Bentuk Lurus /Line Organization/Organisasi Lini

Pada bentuk ini kekuasaaan mengalir dari pucuk pimpinan organisasi dilangsungkan
lurus dengan para pejabat yang memipin kesatuan-kesatuan dalam organisasi-organisasi tersebut.
Tiap-tiap kepala kesatuan memegang kekuasaan dan tanggung jawab sepenuhnya mengenai
segala sesuatu yang termasuk dalam kesatuanya. Dalam organisasi bentuk ini kekuasaan
berlangsung lurus dan vertical. Srtuktur organisasinya bersifat sederhana yang dalam saluran
perintah dan tanggung jawab di rumuskan dengan tegas batas-batasnya.

Kebaikan-kebaikannya menurut GR.Terry (1964:389) dalam bukunya The Principles of


Management, antara lain:

Keputusan dapat di ambil dengan cepat, Penyampaian informasi dapat di laksanakan


dengan cepat, Memungkinkan terbentuknya manager yang terlatih, Hubungan kekuasaan antara
bagian dalam organisasi jelas dapat di pahami.

Sedangkan keburukan-keburukannya, antara lain :

Penumpukan pekerjaan di tangan seseorang, Tidak memungkinkan spesialisasi,


Memungkinkan penyelesaian suatu masalah membutuhkan proses yang lama,Anggota manager
sulit di ganti, Kurang waktu untuk memperhatika planning ( perencanaan ) dan pengembangan
serta controlling ( pengawasan ) yang bersifat menyeluruh

b. Bentuk Lini dan Staff ( Line and Staff Organization)

Untuk mengatasi kelemahan dan kekurangan pada bentuk organisasi ini, maka biasanya
para manajer mengangkat sejumlah ahli yang di sebut staff. Dengan penambahan staff pada
organisasi lini, maka lahirlah bentuk organisasi yang ke-2 yaitu bentuk organisasi lini dan staff.
Anggota staff adalah anggota organisasi yang bertugas memberi bahan-bahan pertimbangan
kepada pemimpin dalam penggambilan keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan organisasi
(staff ahli), misalnya ahli hukum, ahli pemasaran, ahli politik, dan sebagainya.

Di dalam organisasi bentuk lini dan staff terdapat dua macam anggota organisai, yaitu
anggota lini dan anghota staff dimana:

13
Anggota staff ialah anggota yang memiliki hak untuk memberikan bahan-bahan
pertimbangan atau nasehat kepada pimpinan, anggota staff memiliki bawahan pada jalur ini.
Anggota lini ialah anggota organisasi yang memiliki hak perintah kepada bawahan- bawahannya
di dalam jalur ini.

Beberapa masalah dari bentuk organisasi ini khususnya berupa pandangan dari pihak lini
dan staff satu sama lain. Anggota lini memiliki pandangan-pandangan sebagai berikut terhadap
anggota staff :

Seringkali ada tendensi bahwa anggota staff bertindak sebagai anggota lini dengan
kekuasaannya untuk memerintah. Anggota staff sering berbangga diri seolah-olah keberhasilan
perusahaan sepenuhnya berkat keahlian yang di milikinya. Seringkali hal-hal yang di usulkan
staff tidak bersifat praktis, tidak sesuai dengan keadaan perusahaan.

Dari sudut pandang anggota staff sendiri melihat adanya kesulitan-kesulitan yaitu:

Para manajer seringkali cenderung menolak gagasan baru bahkan lebih bersifat
konservatif, tanpa mengemukakan alasan-alasan yang bersifat rasional. Para manajer seringkali
mengaggap para staff orang bodoh, sehingga para manajer menyelenggarakan kebijaksanaan-
kebijaksanaan tanpa mengikutsertakan angota staff dalam mengambil keputusan. Anggota staff
tidak punya kekuasaan untuk memaksakan pendapat, walaupun mengetahui kebaikan-kebaikan
dari pendapat tersebut lebih banyak tentang suatu daripada para anggota lini.

c. Bentuk Fungsional (Functional Organization)

Pada bentuk ini kekuasaan di limpahkan melalui para ahli dalam suatu fungsi. Dalam
menjalankan tugasnya setiap kepada satuan bertanggung jawab kepala seorang ahli, sepanjang
fungsi tersebut merupakan bidang keahlian tenaga ahli tersebut. Tiap-tiap ahli mempunyai
kekuasaan dibidangnya terhadap setiap pejabat di kesatuan manapun. Lalu-lintas kekuasaan
dalam organisasi bentuk ini tidak langsung dan vertical melainkan bersifat menyilang. Seorang
pejabat bisa menerima perintah dari hanya beberapa orang ahli yang masing-masing hanya
mengetahui satu fungsi saja.

Kelebihan bentuk ini adalah pejabat menjadi lebih cakap dalam bidang pekerjaannya,
sedangkan kelemahannya koordinasi lebih sukar dilaksanakan karena saluran perintah yang

14
menyilang menyebabkan pegawai/bawahan bertanggung jawab pada lebih dari satu orang
atasan.Pada bentuk ini kekuasaan di limpahkan melalui para ahli dalam satu fungsi, dalam
menjalankan tugasnya.

Dari uraian di atas tidak dapat di tentukan mana yang terbaik dari bentuk-bentuk tersebut.
Untuk menentukan organisasi yang terbaik sangat ditentukan oleh kondisi organisasi sendiri,
sebab masing-masing mempunyai kebaikan dan keburukan. Bentuk yang sebaik-baiknya yang di
pakai suatu organisasi akan di pengaruhi oleh tujuan dengan mempertimbangakan luasnya
organisasi, kemampuan organisasi, dan keadaan lingkungan sekelilingnyale.

Bentuk organisasi organisasi berdasarkan lalu lintas kekuasaan lebih dikenal dengan
struktur organisasi yang pertumbuhannya akan sejalan dengan pertumbuhan dari organisasi yang
bersangkutan.

Pertumbuhan struktur organisasi dapat berupa: Pertumbuhan secara vertical, yaitu


penambahan tangga-tangga jabatan dalam organisasi. Secara horizontal, yaitu penambahan
divisi-divisi kerja. Dari pembenahan fungsi dan pembagian kerja.

2.5 Badan Pembangunan Sebagai Unit Daerah

Persoalan dalam pelaksanaan pembangunan dan pemerintahan di daerah, selalu muncul dalam
berbagai permasalahan. Hal tersebut menuntut kehadiran kebijakan yang tepat dan mampu
mengakomodasi berbagai kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Kebijakan yang ditetapkan
dalam menyelesaikan permasalahan seyogyanya merupakan kebijakan yang telah didasari atas
pertimbangan yang rasional, matang, dan mempunyai akurasi yang baik. Konsekuensi logis dari
hal tersebut menjadikan kita untuk mengedepankan aspek penelitian dan pengembangan dalam
setiap pengambilan kebijakan strategis tersebut, hal ini sebagai upaya untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan kemaslahatan pembangunan daerah.

Hal diatas sejalan dengan yang diamanatkan dalam UU No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem
Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Pasal 20
Ayat (1) UU No. 18 Tahun 2002 disebutkan bahwa :

15
Pemerintah Daerah berfungsi menumbuhkembangkan motivasi, memberikan stimulasi dan
fasilitas, serta menciptakan iklim yang kondusif bagi pertumbuhan, serta sinergi unsur
kelembagaan sumberdaya, dan jaringan Iptek di wilayah pemerintahannya sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Iptek.
Dalam kapasitas ini, Pasal 21 Ayat (40), kembali ditegaskan bahwa : Pemerintah Daerah perlu
membentuk Lembaga Litbang sebagai unit kerja Pemerintah Daerah.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah adalah unsur pendukung Pemerintah Daerah


Kabupaten di bidang Perencanaan Pembangunan yang dipimpin oleh Seoarang Kepala Badan
yang berada di Bawah dan bertanggungjawab Kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam
melaksanakan kewenangan pemerintah daerah dibidang perencanaan pembangunan sesuai azas
otonomi dan tugas pemantauan serta tugas - tugas yang diberikan oleh Bupati.

Sebagai badan pembangunan unit daerah yang diatur dalam BAPPEDA misalnya di
Provinsi Bali merupakan unsur perencanaan dalam penyelenggaraan pemerintah daerah
mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan dibidang perencanaan
pengendalian serta evaluasi program pembangunan. Sesuai dengan peraturan Gubernur Bali
Nomor 47 Tahun 2011 tentang Rincian Tugas Pokok Bappeda Provinsi Bali dalam melaksanakan
tugas menyusun dan meelaksanakan kebijakan daerah urusan perencanaan pembangunan
BAPPEDA sesuai dengan Bab II pasal 92) mempunyai tugas pokok :

Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang perencanaan,


pengendalian dan evaluasi program pembangunan.

2.6 Badan Pembangunan Swasta yang Independen Dan Koporasi Ekonomi

Pemerintah membentuk Organsiasi Independen Infrastruktur dengan tugas antara lain


untuk memberikan rekomendasi dan evaluasi kebijakan untuk memperlancar pembangunan
sektor ini, kata Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas.
Pembentukkan organisasi independen infrastruktur ini juga diinisiasi oleh Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian, "Fungsi utama organsiasi independen infrastruktur, yakni

16
ibarat untuk mengurangi 'bottlenecking', penggodok rekomendasi bagi pemerintah agar
pembangunan infrastruktur dapat lebih cepat dan lancar untuk investor,
Korporasi adalah badan hukum yang mempunyai hak dan kewajiban sendiri, yang
terpisah dari hak kewajiban anggota masing-masing. Pengertian Korporasi menurut A. Z Abidin,
Koporasi ialah sekumpulan manusia yang diberikan hak sebagai unit hukum, dimana diberikan
pribadi hukum untuk tujuan tertentu. Menurut Subekti dan Tjitrosudibio, Pengertian Korporasi
ialah suatu perseroan yang merupakan badan hukum. Korporasi sebagai badan hukum
keperdataan dapat diperinci dalam beberapa golongan, dilihat dari cara mendirikan dan peraturan
perundang-undangan sendiri, yaitu :

1. Korporasi Egoistis
Pengertian Korporasi Egoistis adalah korporasi yang menyelenggarakan kepentingan para
anggotanya, terutama kepentingan harta kekayaan. Contoh korporasi ini : PT (Perseroan
Terbatas), Serikat Kerja.

2. Korporasi Altruistis
Pengertian Korporasi Altruistis adalah korporasi yang tidak menyelenggarakan
kepentingan para anggotanya, seperti perhimpunan yang memerhatikan nasib orang-orang
tunanetra, tunarungu dan sebagainya.

2.7 Kemitraan Pemerintah Daerah Dengan Swasta

Peran swasta di sektor publik bukan merupakan hal baru dalam pembangunan
infrastruktur, tetapi isu ini menjadi menarik karena menjadi tren di berbagai negara dalam satu
dekade terakhir. Secara nasional, konsep ini menjadi populer ketika pemerintah
menyelenggarakan Indonesia Infrastructure Summit I pada awal tahun 2005. Beberapa proyek
pemerintah seperti jalan tol, pengelolaan air minum, listrik dan telekomunikasi ditawarkan
kepada swasta sebagai proyek kerjasama. Bahkan di tingkat lokal, beberapa daerah melibatkan
pihak swasta dalam berbagai proyek infrastruktur mereka. Misalnya Pemerintah DKI Jakarta

17
dengan Proyek Mass Rapid Transport (MRT), Pengelolaan Air Minum Tirta Nadi di Medan atau
rencana pembangunan Pasar Modern Angso Duo di Jambi yang merupakan contoh kerja sama
pemerintah daerah dengan pihak swasta berkaitan dengan pembangunan infrastruktur.
Upaya melibatkan pihak swasta dalam berbagai proyek pemerintah bukan tanpa alasan kuat. Ide
ini terutama dilandasi oleh pemikiran bahwa pemenuhan infrastruktur publik memerlukan dana
yang besar. Sementara, kebutuhan infrastruktur terus meningkat baik karena pertambahan
penduduk maupun untuk penggantian infrastruktur lama yang telah usang. Jika pembangunan
hanya mengandalkan dana yang bersumber dari pemerintah, maka usaha menyediakan
infrastruktur yang layak akan sulit diwujudkan. Pada akhirnya, negara/daerah menjadi semakin
tidak kompetitif karena tidak mampu menyediakan infrastruktur secara memadai.
Masuknya pihak swasta melalui pola kemitraan dengan pemerintah memiliki beberapa manfaat,
diantaranya adalah (partnership, 2011) :

1. Tersedianya alternatif berbagai sumber pembiayaan;

2. Pelaksanaan penyediaan infrastruktur lebih cepat;

3. Berkurangnya beban (APBN/APBD) dan risiko pemerintah;

4. Infrastruktur yang dapat disediakan semakin banyak;

5. Kinerja layanan masyarakat semakin baik;

6. Akuntabilitas dapat lebih ditingkatkan;

7. Swasta menyumbangkan modal, teknologi, dan kemampuan manajerial.

dari berbagai manfaat kerjasama pemerintah dan swasta di atas cukup memberi gambaran
mengapa Public Private Partnership dapat menjadi sebuah solusi untuk mengatasi permasalahan
pembangunan infrastruktur yang sering terkendala karena masalah pendanaan, teknologi,
maupun manajerial. Selanjutnya melalui tulisan ini sedikit akan diulas tentang apa dan
bagaimana konsep kerjasama pemerintah dan swasta khususnya dalam penyediaan fasilitas
publik serta bagaimana implementasinya di Indonesia. Kerjasama Pemerintah Swasta (Public
Private Partnership/PPP) Konsep kerjasama pemerintah dan swasta memiliki dimensi yang
cukup luas, sehingga berbagai institusi mendefinisikan dengan cara yang berbeda. Meskipun

18
demikian, esensi Public Private Partnership terletak pada kerjasama penyediaan hingga
pengoperasian infrastruktur publik yang melibatkan pihak pemerintah dan swasta. Bank Dunia
(2012) misalnya, memberikan definisi Public Private Partnership (PPP) sebagai suatu kontrak
jangka panjang antara pihak pemerintah dan swasta untuk menyediakan barang dan layanan
publik, dimana pihak swasta menanggung resiko secara signifikan dan bertanggungjawab dalam
pengelolaan proyek kerjasama. Dalam kaitannya dengan pihak swasta, konsep kerjasama
memiliki beberapa bentuk yang seringkali digunakan secara bergantian sebagai konsep Public
Private Partnership. Asian Development Bank (2013) menyebutkan, terdapat 2 (dua) istilah lain
untuk menjelaskan konsep kerjasama antara pemerintah dengan pihak swasta, yaitu partisipasi
sektor swasta (private sector paricipation/PSP) dan privitasisasi, dimana kedua istilah ini dalam
implementasinya memiliki ciri yang berbeda dengan public private partnership. Sebuah kerangka
kerjasama yang kuat dalam Public Private Partnership yakni mencakup ke dalam aspek
pembagian tugas, kewajiban dan resiko antara pihak pemerintah dan swasta secara optimal.
Pihak pemerintah dalam konsep PPP bisa merupakan sebuah kementerian, departemen,
kabupaten/kota atau badan usaha milik negara. Sedangkan pihak swasta dapat bersifat lokal atau
internasional dari kalangan bisnis dan investor yang memiliki keahlian teknis dan keuangan yang
relevan dengan proyek, dan bahkan dalam konteks yang lebih luas pihak swasta dalam hal ini
dapat termasuk lembaga swadaya masyarakat (LSM) atau organisasi berbasis masyarakat yang
mewakili pemangku kepentingan secara langsung terhadap kegiatan pembangunan. Istilah
partisipasi sektor swasta (private sector participation) sering digunakan secara bergantian dengan
public private partnership, namun kerjasama dalam PSP lebih menekankan pengalihan kewajiban
kepada sektor swasta daripada kesempatan untuk melakukan kemitraan. Sedangkan privatisasi
merupakan pelepasan kepemilikan pemerintah melalui penjualan saham, aset dan jasa operasi
yang dimiliki sektor publik. Biasanya, ketika privatisasi terjadi diikuti dengan pengaturan sektor
tertentu untuk menangani masalah sosial dan kebijakan yang terkait dengan penjualan, serta
kelanjutan pengoperasian aset yang digunakan untuk pelayanan publik. Jadi istilah kerjasama
pemerintah dan swasta (public private partnership) memiliki 4 (empat) prinsip dasar, yaitu
(partnership, 2011) :

1. Adanya pembagian risiko antara pemerintah dan swasta dengan memberi pengelolaan jenis
risiko kepada pihak yang dapat mengelolanya;

19
2. Pembagian risiko ini ditetapkan dengan kontrak di antara pihak dimana pihak swasta diikat
untuk menyediakan layanan dan pengelolaannya atau kombinasi keduanya ;

3. Pengembalian investasi dibayar melalui pendapatan proyek (revenue) yang dibayar oleh
pengguna (user charge);

4. Kewajiban penyediaan layanan kepada masyarakat tetap pada pemerintah, untuk itu bila
swasta tidak dapat memenuhi pelayanan (sesuai kontrak), pemerintah dapat mengambil alih.

Model Public Private Partnership, Kerjasama pemerintah dengan pihak swasta dalam skema
public private partnership memiliki berbagai bentuk dan tidak ada satupun model yang persis
sama dengan model lainnya. Dalam prakteknya merupakan kombinasi dari fungsi-fungsi berikut:

1. Design-Build-Finance-Operate (DBFO). Model ini merupakan bentuk paling umum dari PPP.
Model ini mengintegrasikan empat fungsi dalam kontrak kemitraan mulai dari perancangan,
pembangunan, pembiayaan hingga pengoperasian. Penyediaan infrastruktur publik dibiayai dari
penghimpunan dana swasta seperti perbankan dan pasar modal. Penyedia akan membangun,
memelihara dan mengoperasikan infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan sektor publik.
Penyedia akan dibayar sesuai dengan layanan yang diberikan untuk suatu standar kinerja tertentu
sesuai kontrak.

2. Design-Build-Operate (DBO), merupakan salah satu variasi model DBFO. Dalam model ini,
pemerintah menyediakan dana untuk perancangan dan pembangunan fasilitas publik. Setelah
proyek selesai, fasilitas diserahkan kepada pihak swasta untuk mengoperasikannya dengan biaya
pengelolaan ditanggung oleh pihak swasta.

Bagian Kerja sama Pemerintah Swasta (KPS) ini menampilkan informasi yang mendalam
mengenai proyek-proyek KPS di Indonesia serta peluang untuk turut berpartisipasi dalam proyek
tersebut. Proyek-proyek KPS ini ditawarkan oleh pemerintah Indonesia kepada sektor swasta
(baik pihak asing maupun lokal) melalui Bappenas (Badan Perencanaan dan Pembangunan
Nasional) dan Kementerian Ekonomi.

Hal yang penting dari keinginan pemerintah Indonesia untuk menjadi salah satu dari
sepuluh negara dengan ekonomi terbesar pada 2025 berada pada Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Rencana besar yang baru diluncurkan ini

20
mencakup program jangka panjang yang melibatkan kerja sama antara pemerintah pusat,
pemerintah daerah, badan usaha milik negara (BUMN), dan sektor swasta. Bahkan, sektor swasta
memiliki peran yang sangat penting karena diharapkan untuk membiayai sebagian besar
pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui proyek-proyek KPS tersebut.

Namun, hingga kini kerangka proyek KPS belum menunjukkan hasil yang memuaskan
karena perbedaan peraturan dalam institusi-institusi negara dan hambatan lain yang dibahas
di bagian risiko. Hal yang penting adalah untuk membangun track record yang baik yang
menunjukkan kemampuan untuk mewujudkan dan mengelola proyek-proyek KPS sehingga
sektor swasta akan mempunyai kepercayaan terhadap proyek KPS di Indonesia.

Di bagian ini Indonesia Investments mendata dan memaparkan sejumlah proyek KPS
yang terbuka untuk investasi sektor swasta. Setiap proyek akan dipelajari dan dievaluasi sebelum
didaftar di bagian ini. Kami menyarankan untuk membaca ketentuan umum Indonesia
Investments dengan seksama.Untuk mendapatkan keterangan yang lebih lanjut atau konsultasi
silakan hubungi Indonesia Investments.

21
BAB III

PENUTUP

3 Simpulan

Dari paper ini dapat disimpulkan bahwa organisasi juga memainkan peranan dalam
pembangunan ekonomi. Organisasi tersebut mencakup pengembangan pasar dan dilakukan oleh
pemerintah, pemerintahlah yang dapat membangun sarana transportasi dan komunikasi untuk
mengembangkan pasar, karena perusahaan swasta tidak mampu melaksanakan kegiatan seperti
itu. Sebagai salah satu Negara yang berkembang Indonesia tidak terlepas dari realita di atas.
Meski sudah mengenal birokrasi yang modern, namun jauh sebelum itu, masyarakat Indonesia
sudah mengenal dan menerapkan sejenis birokrasi kerajaan, sehingga dalam upaya penerapan
birokrasi yang modern, yang terjadi hanya bentuk luarnya saja, belum tata nilainya. aspek pada
penampilan birokrasi di Indonesia yakni: Sentralisasi yang cukup kuat. Menilai tinggi
keseragaman dan struktur birokrasi . Pendelegasian wewenang yang kabur Kesulitan
menyusun uraian tugas dan analisis jabatan.

Salah satu peranan dari ahli ekonomi adalah meramalkan keadaan yang akan wujud pada
masa yang akan datang. Oleh karena itu ahli ekonomi dapat memberi sumbangan yang sangat
penting dalam menentukan langkah-langkah yang akan digunakan untuk menghadapi masalah-
masalah ekonomi yang akan timbul. Dua aspek tindakan merumuskan kebijakan ekonomi
meliputi (i) menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai, dan (ii) menentukan cara-cara untuk
mencapai tujuan tersebut.

Langkah pembangunan ekonomi adalah usaha mengubah sikap social budaya masyarakat
di negara terbelakang. Masyarakat ini mempunyai tradisi budaya dan religius yang tidak
menunjang pembangunan ekonomi. Kerangka kelembangaan tidak mendorong tingkah laku
individualistic yang rasional, dan semangat persaingan serta usaha.

22
Tipologi organisasi adalah pengelompokan tipe atau jenis-jenis organisasi.
Pengelompokan jenis organisasi dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :
1. Berdasarkan Jumlah orang yang Memegang Tampuk Pimpinan a. Bentuk Tunggal b. Bentuk
Komisi 2. Berdasarkan Lalu Lintas Kekuasaan a. Bentuk Lurus /Line Organization/Organisasi
Lini b. Bentuk Lini dan Staff ( Line and Staff Organization) c. Bentuk Fungsional (Functional
Organization) Untuk mengatasi kelemahan dan kekurangan pada bentuk organisasi ini, maka
biasanya para manajer mengangkat sejumlah ahli yang di sebut staff. Dengan penambahan staff
pada organisasi lini, maka lahirlah bentuk organisasi yang ke-2 yaitu bentuk organisasi lini dan
staff. Anggota staff adalah anggota organisasi yang bertugas memberi bahan-bahan pertimbangan
kepada pemimpin dalam penggambilan keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan organisasi
(staff ahli), misalnya ahli hukum, ahli pemasaran, ahli politik, dan sebagainya. Bentuk
organisasi organisasi berdasarkan lalu lintas kekuasaan lebih dikenal dengan struktur organisasi.

Persoalan dalam pelaksanaan pembangunan dan pemerintahan di daerah, selalu muncul


dalam berbagai permasalahan. Hal tersebut menuntut kehadiran kebijakan yang tepat dan mampu
mengakomodasi berbagai kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini sebagai badan
pembangunan unit daerah yang diatur dalam BAPPEDA misalnya di Provinsi Bali merupakan
unsur perencanaan dalam penyelenggaraan pemerintah daerah mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan dibidang perencanaan pengendalian serta evaluasi
program pembangunan. Sesuai dengan peraturan Gubernur Bali Nomor 47 Tahun 2011 tentang
Rincian Tugas Pokok Bappeda Provinsi Bali dalam melaksanakan tugas menyusun dan
meelaksanakan kebijakan daerah urusan perencanaan pembangunan BAPPEDA sesuai dengan
Bab II pasal 92) mempunyai tugas pokok :Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang perencanaan, pengendalian dan evaluasi program pembangunan.

Pemerintah membentuk Organsiasi Independen Infrastruktur dengan tugas antara lain


untuk memberikan rekomendasi dan evaluasi kebijakan untuk memperlancar pembangunan,
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas.Pembentukkan organisasi
independen infrastruktur ini juga diinisiasi oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,
"Fungsi utama organsiasi independen infrastruktur, yakni ibarat untuk mengurangi
'bottlenecking', penggodok rekomendasi bagi pemerintah agar pembangunan infrastruktur dapat
lebih cepat dan lancar untuk investor, Korporasi adalah badan hukum yang mempunyai hak dan

23
kewajiban sendiri, yang terpisah dari hak kewajiban anggota masing-masing. Korporasi sebagai
badan hukum keperdataan dapat diperinci dalam beberapa golongan, dilihat dari cara mendirikan
dan peraturan perundang-undangan sendiri, yaitu : 1. Korporasi Egoistis 2. Korporasi Altruistis.

Dari berbagai manfaat kerjasama pemerintah dan swasta di atas cukup memberi
gambaran mengapa Public Private Partnership dapat menjadi sebuah solusi untuk mengatasi
permasalahan pembangunan infrastruktur yang sering terkendala karena masalah pendanaan,
teknologi, maupun manajerial. Jadi istilah kerjasama pemerintah dan swasta (public private
partnership) memiliki 4 (empat) prinsip dasar, yaitu (partnership, 2011) : 1. Adanya pembagian
risiko antara pemerintah dan swasta dengan memberi pengelolaan jenis risiko kepada pihak yang
dapat mengelolanya; 2. Pembagian risiko ini ditetapkan dengan kontrak di antara pihak dimana
pihak swasta diikat untuk menyediakan layanan dan pengelolaannya atau kombinasi keduanya ;
3. Pengembalian investasi dibayar melalui pendapatan proyek (revenue) yang dibayar oleh
pengguna (user charge); 4. Kewajiban penyediaan layanan kepada masyarakat tetap pada
pemerintah, untuk itu bila swasta tidak dapat memenuhi pelayanan (sesuai kontrak), pemerintah
dapat mengambil alih.

24
DAFTAR PUSTAKA

Jhingan,M.L.2004, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, PT Raja Grafindo Persada,Jakarta

https://hendriendy30.wordpress.com/2014/12/22/perencanaan-fisik-pembangunan/

http://www.kemendagri.go.id/news/2015/05/11/pemerintah-bentuk-organisasi-independen-
infrastruktur

http://yahcek.blogspot.co.id/2013/02/ekonomi-regional.html

http://barrukab.go.id/pemerintahan/badan/badan-perencanaan-pembangunan-daerah/

http://ppid.lan.go.id/wp-content/uploads/2014/10/Kajian-Desain-Kelembagaan.pdf

25
LAMPIRAN

26
27
28

Anda mungkin juga menyukai