Adalah jumlah pembelian yang paling ekonomis (Economical Order Quantity = EOQ)
Definisi : jumlah setiap kali pembelian bahan yang disertai biaya minimal = jumlah
Adalah semua biaya dari persiapan pemesanan sampai barang yang dipesan dating
terdiri dari :
a.biaya sewa gudang
d.biaya TK di gudang
Pertentangan 2 hal :
Biaya pemesanan menghendaki yang dipesan sebesar-besarnya agar biaya pemesanan minimal
Rumus EOQ :
EOQ = 2xRxS
Rumus EOQ :
EOQ = 2xRxS
C
R = Kebutuhan barang dalam suatu periode tertentu missal setahun
I = Biaya penyimpanan yang dinyatakan dalam prosentase dari nilai rata-rata persediaan barang
yang disimpan
ROP = Re Order Point adalah titik dimana harus dilakukan pemesanan kembali
Lead Time (LT) atau tenggang waktu adalah waktu yang dibutuhkan sejak memesan barang
Contoh soal :
Perusahaan x membutuhkan bahan mentah karet sebanyak 6.400 unit/tahun ( 1 tahun = 320 hari)
Pertanyaan :
1. tentukan EOQ
Jawab :
Diket :
R = 6.400 unit
S = 10 + 20 + 20 = Rp. 50
C = Rp. 1
a.
Rumus EOQ :
EOQ = 2xRxS
EOQ = 2 x 6.400 x 50
= 800 unit
ROP = PLT + SS
: 800 = 8 kali
Namun ada juga yang membuat pengertian break even point sebagai berikut :
1). Menurut S. Munawir (2002) Titik break even point atau titik pulang pokok dapat
diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak
memperoleh laba dan tidak menderita rugi (total penghasilan = Total biaya).
2). Menurut Abdullah (2004) Analisis Break even point disebut juga Cost Volume Profit
Analysis. Arti penting analisis break even point bagi menejer perusahaan dalam
pengambilan keputusan keuangan adalah sebagai berikut, yaitu :
a. Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan tidak
mengalami kerugian.
b. Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba tertentu.
c. Penetapan seberapa jauhkan menurunnya penjualan bisa ditolerir agar perusahaan
tidak menderita rugi.
3). Menurut Purba (2002) Titik impas (break even) berlandaskan pada pernyataan
sedarhana, berapa besarnya unit produksi yang harus dijual untuk menutupi seluruh
biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut.
4). Menurut PS. Djarwanto (2002) Break even point adalah suatu keadaan impas yaitu
apabila telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan
tersebut tidak mendapat keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugian.
5). Menurut Harahap (2004) Break even point berarti suatu keadaan dimana
perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh
biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan
penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan
sehingga tidak ada laba tidak ada rugi.
6). Menurut Garrison dan Noreen (2004) Break even point adalah tingkat penjualan
yang diperlukan untuk menutupi semua biaya operasional, dimana break even
tersebut laba sebelum bunga dan pajak sama dengan nol (0). Langkah pertama
untuk menentukan break even adalah membagi harga pokok penjualan (HPP) dan
biaya operasi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya Tetap merupakan fungsi
dari waktu, bukan fungsi dari jumlah penjualan dan biasanya ditetapkan
berdasarkan kontrak, misalnya sewa gudang. Sedangkan biaya variabel tergantung
langsung dengan penjualan, bukan fungsi dari waktu, misalnya biaya angkut
barang.
Manfaat BEP :
Kompenen yang berperan pada BEP yaitu biaya, dimana biaya yang dimaksud
adalah biaya variabel dan biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk
memisahkannya atau menentukan suatu biaya itu biaya variabel atau tetap
bukanlah pekerjaan yang mudah, Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan
oleh kita untuk produksi ataupun tidak, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak produksi maka
tidak ada biaya ini.
Ada 2(dua) alasan mengapa para pelaku bisnis menerima alasan ini:
Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai
dengan pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin
dapat dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut, yaitu :
Diatas telah dikemukakan bahwa analisa break even point sangat penting bagi
pimpinan perusahaan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah biaya
akan sama dengan jumlah penjualan atau dengan kata lain dengan mengetahui
break even point kita akan mengetahui hubungan antara penjualan, produksi, harga
jual, biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk mengambil
kebijaksanaan.
Analisa break even point juga dapat digunakan oleh pihak menejemen
perusahaan dalam berbagai pengambilan keputusan, antara lain mengenai
:
1. Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak mengalami
kerugian.
2. Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami
kerugian.
3. Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang terjual agar
perusahaan tidak menderita kerugian.
4. Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume penjualan
terhadap laba yang diperoleh.
Break even point juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara terpisah,
namun ketiganya saling berhubungan, yaitu untuk :
Menurut Harahap (2004) Dalam analisa laporan keuangan kita dapat menggunakan
rumus break even point untuk mengetahui :
Analisa break even point memberikan penerapan yang luas untuk menguji tindakan-
tindakan yang diusulkan dalam mempertimbangkan alternatif-alternatif atau tujuan
pengambilan keputusan yang lain. Analisa break even point tidak hanya semata-
mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja, akan tetapi
analisa break even point mampu memeberikan informasi kepada pimpinan
perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungan dengan
kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
b. Klasifikasi biaya
Kelemahan kedua dari analisa break even point adalah kesulitan di dalam
mengklasifikasikan biaya karena adanya semi variabel cost dimana biaya ini tetap
sampai dengan tingkat tertentu dan kemudian berubah-ubah setelah melewati titik
tersebut.
1. Pendekatan persamaan
_ Y=cx bx a
Keterangan :
_ Y = laba
_ c = harga jual per unit
_ x = jumlah produk
_ b = biaya variabel satuan
_ a =biaya tetap total
_ cx = hasil penjualan
_ bx = biaya variabel total
_ X(BEP dalam unit) = a/(c-b)
_ CX(BEP dalam unit) = ac/(c-b) = a/(1 b/c)
3. Pendekatan Grafik
Dalam pendekatan grafis, BEP digambarkan sebagai titik potong antara garis
penjualan dengan garis biaya total (Biaya total = Biaya tetap + Biaya variabel)
Jenis Jenis Biaya dalam Menghitung BEP
Rumus BEP
Untuk menghitung BEP kita bisa hitung dalam bentuk unit atau price tergantung
untuk kebutuhan.
Atas dasar unit
Keterangan :
FC : Biaya Tetap
P : Harga jual per unit
VC : Biaya Variabel per unit
Adapun rumus untuk menghitung Break Even Point ada 2 yaitu :
1. Rumus BEP untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar terjadi Break Even
Point :
Total Fixed Cost
__________________________________
Harga jual per unit dikurangi variable cost
Contoh :
Fixed Cost suatu toko lampu : Rp.200,000,-
Variable cost Rp.5,000 / unit
Harga jual Rp. 10,000 / unit
Maka BEP per unitnya adalah
Rp.200,000
__________ = 40 units
10,000 5,000
Artinya perusahaan perlu menjual 40 unit lampu agar terjadi break even point. Pada
pejualan unit ke 41, maka took itu mulai memperoleh keuntungan
2. Rumus BEP untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu diterima agar
terjadi BEP :
Total Fixed Cost
__________________________________ x Harga jual / unit
Harga jual per unit dikurangi variable cost
Dengan menggunakan contoh soal sama seperti diatas maka uang penjualan yang
harus diterima agar terjadi BEP adalah
Rp.200,000
__________ x Rp.10,000 = Rp.400,000,-
10,000 5,000
Contoh :
Misalnya ada perusahaan konveksi kaos kaki murah yang harga satu buah kaos kaki
adalah Rp. 10.000 dengan biaya variabel sebesar Rp. 5.000 per kaos kaki dan biaya
tatap sebesar Rp. 10.000.000
BEP = 10.000.000 / (10.000 - 5.000)
BEP = 20.000
Jadi diperlukan memproduksi 20.000 kaos kaki untuk mendapatkan kondisi
seimbang antara biaya dengan keuntungan alias profit nol.
Operasi hasil leverage dari adanya biaya operasi tetap dalam arus pendapatan
perusahaan. Tingkat kehadiran biaya operasi tetap dalam aliran pendapatan suatu
perusahaan diukur dengan tingkat operating leverage (DOL).
Persentase Perubahan Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT)
DOL =
Persentase Perubahan Penjualan
Keuangan memanfaatkan hasil dari adanya biaya keuangan tetap dalam arus
pendapatan perusahaan. Tingkat kehadiran biaya keuangan tetap dalam aliran
pendapatan suatu perusahaan diukur dengan tingkat leverage keuangan (DFL).
Persentase Perubahan Laba (NI)
DFL =
Persentase Perubahan Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT)
Perusahaan yang sering memiliki kedua operasi dan leverage keuangan. Hal ini
menyebabkan meningkatkan total atau gabungan dari kehadiran keduanya
beroperasi tetap dan biaya keuangan dalam arus pendapatan perusahaan.
Memanfaatkan Dikombinasikan diukur oleh tingkat leverage gabungan (DCL).
Persentase Perubahan Laba (NI)
DCL =
Persentase Perubahan Penjualan
Perhatikan bahwa DCL = DFL DOL
Perusahaan yang memiliki derajat yang lebih besar memiliki tingkat leverage yang
lebih besar dari biaya tetap. Dan dengan demikian, mereka cenderung memiliki
lebih besar impas poin dibandingkan perusahaan yang tidak memiliki leverage.
Keuntungan memiliki derajat yang lebih besar dari leverage adalah bahwa volume
penjualan suatu perusahaan meningkat melampaui titik impas, marjin yang
meningkat. Kerugian dari memiliki derajat yang lebih besar dari leverage adalah
bahwa karena titik impas yang lebih tinggi, yang berarti bahwa perusahaan yang
dibutuhkan untuk mencapai volume penjualan yang lebih tinggi untuk mencapai
titik impas. Pada kondisi baik ketika penjualan tinggi, lebih tinggi tingkat leverage
yang memungkinkan perusahaan untuk memaksimalkan keuntungan. Pada zaman
buruk ketika penjualan tidak baik, perusahaan dapat meminimalkan kerugian
dengan memiliki tingkat lebih rendah dari leverage.
Contoh:
Pada contoh di bawah, EBIT suatu perusahaan diproyeksikan bawah dua struktur
biaya yang sangat berbeda.
Kesimpulan
Break Even point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari
jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu
untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan / profit.
Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan
tidak mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya)
Diposkan oleh Anggun di 16.49
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Poskan Komentar
http://anggun-mulyati.blogspot.com/2012/03/break-even-point.html