Anda di halaman 1dari 3

TATALAKSANA

Tatalaksana saat trauma abdomen dimulai saat lokasi kejadian terjadinya trauma dan
dilanjutkan pada kedatangan pasien di unit gawat darurat atau trauma center. Perlu dilakukan
stabilisasi awal untuk memastikan bahwa kondisi airway, breathing, dan circulation dari
pasien baik. Tatalaksana dapat melibatkan pembedahan dan non pembedahan yang sesuai.
Indikasi dilakukannya laparotomy pada pasien dengan trauma abdomen tumpul adalah
sebagai berikut : 1
Tanda tanda peritonitis
Perdarahan dan syok yang tidak dapat terkontrol dengan resusitasi cairan
Perburukan klinis saat observasi
Temuan hemoperitoneum setelah dilakukan FAST ( focused assessment with
sonography for trauma) atau lavase peritoneal diagnostik.
Tatalaksana pembedahan tidak selalu diindikasikan pada pasien dengan hasil FAST
positif. Pasien dengan hemodinamika stabil perlu dilakukan CT Scan untuk melihat cedera
dan trauma secara lebih jelas. Tatalaksana non pembedahan didasarkan pada CT Scan dan
kestabilan hemodinamika dari pasien. Pada trauma tumpul abdomen manajemen non operatif
menjadi standart pelayanan.
Pada pasien dengan potensial terjadinya perdarahan, sebaiknya pemberian golongan
NSAID dihindari serta diberikan antibiotic untuk mengurangi kemungkinan infeksi. Dapat
diberikan obat golongan morphin dan fentanyl untuk meredakan nyeeri serta pemberian
antibiotic golongan cefazolin dan cefotaxime untuk mengurangi risiko infeksi
1. Geibel J. Blunt Abdominal Trauma Treatment & Management .Medscape; 2016
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1980980-treatment#d1
(accessed on 9 Feb 2017)

Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan trauma abdomen tumpul adalah
rupture limpa delay, infeksi, perdarahan, sepsis, peritonitis dan kematian

Prognosis
Apabila cedera abdomen tidak terdiagnosis dengan baik, akan terjadi hasil yang lebih
2
buruk Tatalaksana yang tertunda berhubungan dengan tingkat keparahan dan kematian yang
tinggi apabila terjadi perforasi pada traktus gastrointestinal
2. Jansen JO, Yule SR, Loudon MA (April 2008). "Investigation of blunt abdominal
trauma". BMJ. 336 (7650): 93842.
KESIMPULAN
Trauma abdomen adalah terjadinya cedera dan trauma pada abdomen. Trauma
abdomen dapat terjadi secara tumpul yang diakibatkan oleh benturan ataupun akibat penetrasi
yang diakibatkan oleh tusukan benda tajam maupun tembakan peluru. Trauma abdomen dapat
mengakibatkan kerusakan pada organ. Gejala yang dialami dapat berupa nyeri perut, kaku
pada perut, nyeri tekan, dan memar pada bagian luar. Trauma abdomen menunjukkan risiko
dari kehilangan darah massif dan infeksi. Diagnosis dapat menggunakan USG, CT Scan dan
lavase peritoneal dan tatalaksana dapat melibatkan pembedahan maupun non pembedahan.
Cedera pada dada bagian bawah dapat mengakibatkan cedera organ abdomen pada sisi
atasseperti limpa dan hati.

Adanya trauma abdomen yang tidak terdeteksi tetap menjadi salah satu penyebab
kematian yang sebenarnya dapat dicegah.Sebaiknya jangan menganggap bahwa ruptur organ
berongga maupun perdarahan dari organ padat merupakan hal yang mudah untuk dikenali.
FOTO POLOS

Pada trauma tumpul abdomen dapat dilakukan foto polos thorax untuk menilai apakah
terdapat hemidiafragma yang rupture ataupun munculnya pneumoperitoneum. Selain itu
dapat dilihat juga apakah terdapat fraktur pada segmen thoracolumbar. Penampakan free air
cycle atau udara bebas pada peritoneum yang menandakan adanya perforasi maupun udara
cpada retroperitoneal pada foto lateral dapat terlihat pada perforasi duodenal.

Pada trauma tajam abdomen, perlu juga dilakukan foto thorax meskipun terdapat luka
tusuk pada abdomen dan luka tembak yang genap (dimana terdapat luka masuk dan luka
keluar) yang tidak terdapat pada thorax. Foto thorax dapat menunjukkan hemothorax maupun
pneumothorax dan ireguleritas dari gambaran jantung yang merupakan tanda cedera pada
jantung maupun cedera pada pembuluh darah besar. Gambaran udara pada diafragma
mengindikasikan penetrasi peritoneal.3

Foto abdomen didapatkan melalui 2 proyeksi yaitu AP dan Lateral terutama untuk
pasien dengan luka tembak untuk melihat jalan peluru dan melihat apakah terdapat proyektil
sisa pada pasien dengan jumlah luka tembak yang ganjil. Apabila tidak semua benda asing
dapat terlihat, pikirkan kemungkinan bahwa benda asing tersebut terdapat pada intraluminal
dan intravaskuler dan bias jadi adalah suatu factor risiko terjadinya emboli.

3. Offner P. Penetrating Abdominal Trauma Workup.


http://emedicine.medscape.com/article/2036859-workup#c9 (accessed 9 Februari
2017).

Anda mungkin juga menyukai