Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. G
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 11 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Jalan Anyar Beringin RT 2/VI, Semarang
No rekam medik : 056484
Waktu Diperiksa : Senin, 23 Maret 2015 pukul 12.45 WIB

B. ANAMNESIS
Berdasarkan alloanamnesis dan autoanamnesis pada hari senin tanggal 23
Maret 2015 pukul 12.45 WIB
Keluhan Utama : Gatal pada tungkai bawah dan punggung tangan kanan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Tugurejo dengan keluhan
gatal pada punggung tangan kanan dan tungkai bawah kanan. Keluhan
dirasakan pasien sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan gatal berawal pada tungkai
bawah kanan, yang kemudian disusul pada punggung tangan kanan, dirasakan
setiap hari dan mengganggu aktifitas serta gatal bertambah ketika pasien
makan telur.
Keluhan disertai bercak merah kehitaman pada kulit. Awalnya muncul sedikit-
sedikit berwarna merah kehitaman, karena merasa sangat gatal dan
mengganggu, pasien sering menggaruk-garuk sehingga disertai luka. Pada
bagian tungkai bawah kanan luka berwarna kehitaman dan pada punggung
tangan kanan berwarna kemerahan.

Riwayat Penyakit Dahulu :


2

Pasien sering mengalami gatal-gatal seperti ini sejak dahulu, terakhir


mengalami keluhan pada usia 6 tahun.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Ibu pasien alergi terhadap obat tertentu yaitu penisilin.
Riwayat Pribadi dan Sosial :
Pasien tinggal bersama orangtuanya. Pasien merupakan pelajar kelas V SD,
kegiatan setelah pulang sekolah adalah sering bermain di pasir dan jarang cuci
kaki setelah main. Pasien suka makan telor.
Riwayat Pengobatan :
Sebelumnya pasien sudah pernah berobat ke klinik, dan diberi obat minum dan
salep, tetapi ibu pasien tidak mengetahui nama obat yang diberikan. Setelah
berobat keluhan pasien dirasakan berkurang tetapi sekitar 1 minggu yang lalu,
dikarenakan obatnya habis pasien merasakan keluhannya kambuh kembali.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Status Gizi
Berat Badan : 40 kg
Tinggi badan : 138 cm
Tanda Vital
Nadi : 80 x/menit
Respirasi Rate : 20 x/menit
Suhu : 36,50C
Keadaan Spesifik
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : JVP = meningkat, KGB = pembesaran
Thorax :
Pulmo : Bentuk dada simetris, VBS +/+, Rh -/-, Wh -/-
Cor : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Bentuk datar, BU (+), nyeri tekan (-)
Ekstremitas : CTR < 2 detik, akral hangat ekstremitas superior dan inferior (+/
+), sianosis (-/-)
Status Dermatologi
Lokasi : Regio talocruralis posterior dextra
UKK : Plakat hiperpigmentasi berbatas tegas, berbentuk bulat, anular,
pinggir lesi polisiklik dan agak meninggi, dengan papul dan eritema di tepi.
Daerah tengah ditutupi skuama tebal, likenifikasi dan krusta.
3

Gambar 1.1
Lesi pada Regio
Talocruralis
Posterior
Dextra
Sebelum Terapi

Status dermatologis:
Lokasi: Regio talocruralis posterior dextra
UKK: Plakat hiperpigmentasi berbatas
tegas, berbentuk bulat, anular, pinggir lesi
polisiklik dan agak meninggi dengan
eritema di tepi. Daerah tengah ditutupi
skuama tebal dan likenifikasi.

Gambar 1.2 Lesi pada Regio Talocruralis Posterior Dextra Setelah Terapi
Lokasi : Dorsum manus dextra
UKK : Plakat hiperpigmentasi berbatas tegas, anular, pinggir lesi
polisiklik dan agak meninggi, dengan papul dan eritema. Daerah tengah
ditutupi skuama, likenifikasi dan erosi.
4

Gambar 1.3 Lesi pada Dorsum Manus Dextra Sebelum Terapi

Status dermatologis:
Lokasi : Dorsum manus dextra
UKK : Plakat hiperpigmentasi
berbatas tegas, anular, pinggir lesi
polisiklik, dengan nodul dan eritema
disekitarnya. Daerah tengah ditutupi
skuama, likenifikasi, erosi dan krusta.

Gambar 1.4 Lesi pada Dorsum Manus Dextra Setelah Terapi


D. RESUME
Berdasarkan hasil alloanamnesis dan autoanamnesis pada hari senin
tanggal 23 Maret 2015 pukul 12.45 WIB bahwa pasien datang ke poliklinik
kulit dan kelamin RSUD Tugurejo dengan keluhan gatal pada tungkai bawah
kanan dan punggung tangan kanan. Keluhan dirasakan pasien sejak 1 bulan
yang lalu disertai plakat hiperpigmentasi. Sebelumnya pasien sudah pernah
5

berobat ke klinik dan diberi obat minum dan salep. Ibu pasien alergi terhadap
penisilin. Pasien sering main di pasir dan jarang cuci kaki serta suka makan
telur.
Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital dan status interna dalam batas
normal, status dermatologis ditemukan efloresensi plakat hiperpigmentasi (+)
berbatas tegas, berbentuk bulat, anular, pinggir lesi polikistik dan meninggi,
eritema (+), papul (+), skuama (+), likenfikasi (+), krusta (+), dan erosi (+).
Lokasi pada tungkai bawah kanan dan punggung tangan kanan.

E. DIAGNOSIS BANDING
Dermatitis Numularis
Neurodermatitis
Dermatitis Kontak Alergi
Dermatomikosis
Pitiriasis Rosea

F. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


Patch test, pemeriksaan kadar IgE total di dalam serum pasien, kultur dan uji
resistensi sekret serta biopsi.

G. DIAGNOSIS KERJA
Dermatitis Numularis

H. PENATALAKSANAAN
Umum
Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit dan cara pengobatannya.
Menyarankan agar pasien:
Selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungannya (mandi minimal dua
kali sehari, pakaian harus sering diganti bila berkeringat, serta rutin
mencuci seprei dan selimut).
Menghindari pemakaian bahan-bahan iritan (detergen, alkohol, dll).
Menghindari suhu yang terlalu panas dan dingin, kelembaban tinggi.
Menghindari aktifitas yang terlalu mengeluarkan banyak keringat.
Menghindari makanan-makanan yang dicurigai mencetuskan rasa gatal.
Menganjurkan pasien mengusahakan daerah lesi selalu kering.
6

Bila terasa gatal, sebaiknya jangan menggaruk terlalu keras karena dapat
menyebabkan luka dan infeksi sekunder.
Khusus
Sistemik :
Antihistamin : Cetirizin 1 kali sehari diminum pada malam hari selama 7
hari (dosis : 5-10 mg/hari)
Antibiotik : Cefadroxill 2 x 500 mg selama 7 hari (dosis 25-50
mg/kgBB/hari = 1.000 2.000 mg/hari dalam dua dosis)
Topikal :
Tiamcinolone asetonide 0,1 % (dioles pada lesi 3 kali sehari)
I. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam: ad bonam
Quo ad sanationam: dubia ad malam
Quo ad cosmetican : dubia ad malam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons
terhadap pengaruh faktor eksogen, misalnya bahan kimia (contoh : detergen,
asam, basa, oli, semen); fisik( contoh : sinar, suhu); mikroorganisme (bakteri,
jamur), maupun faktor endogen (dari dalam), menimbulkan kelainan klinis
berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,
likenifikasi) dan keluhan gatal.3
Dermatitis numularis adalah dermatitis berupa lesi berbentuk mata uang
(coin) atau agak lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi berupa
papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing). 1
Dermatitis numularis juga dikenal dengan nama ekzem numular; ekzem
discoid; neurodermatitis numular. Istilah ekzem numular diperkenalkan oleh
Devergie pada tahun 1857.
B. EPIDEMIOLOGI
7

Prevalensi penyakit dermatitis numularis di dunia adalah 2 kasus per 1000


penduduk. Prevalensi yang sama didapatkan di negara Amerika Serikat.
Dermatitis numularis lebih terjadi sering pada pria daripada wanita. Usia
puncak awitan terbagi menjadi dua distribusi usia, paling banyak terjadi pada
dekade ke enam dan ke tujuh dan banyak terjadi pada pria.2
C. ETIOLOGI
Penyebabnya tidak diketahui, banyak faktor secara sendiri atau bersama-
sama telah dikemukakan sebagai agen penyebab :
1. Trauma lokal, baik fisik maupun kimia
Patogenesisnya belum diketahui secara pasti. Dermatitis Numularis
yang disebabkan trauma lokal terutama terjadi pada tangan, misalnya
gigitan serangga atau terkena bahan kimia yang menyebabkan iritasi.1

2. Xerosis atau kekeringan kulit


Insiden Dermatitis Numularis meningkat pada musim kering dengan
kelembaban rendah. Lingkungan dengan kelembaban rendah menyebabkan
peningkatan hilangnya kandungan air dalam kulit, selanjutnya terjadi
perubahan komposisi lipid sawar epidermis sehingga kulit menjadi kering
atau xerosis.5
3. Insufisiensi vena dan varises
Ditemukannya kasus dengan lesi Dermatitis Numularis di sepanjang
vena tungkai menimbulkan dugaan bahwa Dermatitis Numularis mungkin
disebabkan oleh adanya varises dan edema pada ekstremitas bawah,
sehingga timbul istilah varicose eczema.1
4. Stres emosional /psikologis
60% kasus eksema dicetuskan oleh faktor stres, bahkan dikatakan
bahwa stres merupakan faktor pencetus utama pada dermatitis.1
5. Bakteri
Stafilokokus dan mikrokokus ikut berperan ,mengingat jumlah
koloninya meningkat walaupun tanda infeksi secara klinis tak tampak;
mungkin juga lewat mekanisme hipersensitivitas. Eksaserbasi terjadi bila
koloni bakteri meningkat diatas 10 juta kuman/cm.1
6. Alkohol
Minuman beralkohol dapat menyebabkan eksaserbasi.3

D. PATOGENESIS
8

Dermatitis numular merupakan suatu kondisi yang terbatas pada epidermis


dan dermis saja. Hanya sedikit diketahui patofisiologi dari penyakit ini, tetapi
sering bersamaan dengan kondisi kulit yang kering. Adanya fissura pada
permukaan kulit yang kering dan gatal dapat menyebabkan masuknya alergen
dan mempengaruhi terjadinya peradangan pada kulit. Barrier pada kulit yang
lemah pada kasus ini menyebabkan peningkatan untuk terjadinya dermatitis
kontak alergi oleh bahan-bahan yang mengandung metal. Karena pada
dermatitis numular terdapat sensasi gatal, telah dilakukan penelitian mengenai
peran mast cell pada proses penyakit ini dan ditemukan adanya peningkatan
jumlah mast cell pada area lesi dibandingkan area yang tidak mengalami lesi
pada pasien yang menderita dermatitis numularis. Suatu penelitian juga
mengidentifikasi adanya peran neurogenik yang menyebabkan inflamasi pada
dermatitis numular dan dermatitis atopik dengan mencari hubungan antara
mast cell dengan saraf sensoris dan mengidentifikasi distribusi neuropeptida
pada epidermis dan dermis dari pasien dengan dermatitis numular. Peneliti
mengemukakan hipotesa bahwa pelepasan histamin dan mediator inflamasi
lainnya dari mast cell yang kemudian berinteraksi dengan neural C-fibers dapat
menimbulkan gatal. Para peneliti juga mengemukakan bahwa kontak dermal
antara mast cell dan saraf, meningkat pada daerah lesi maupun non lesi pada
penderita dermatitis numular. Substansi P dan kalsitonin terikat rantai peptide
meningkat pada daerah lesi dibandingkan pada non lesi pada penderita
dermatitis numular. Neuropeptida ini dapat menstimulasi pelepasan sitokin lain
sehingga memicu timbulnya inflamasi.2
Penelitian lain telah menunjukkan bahwa adanya mast cell pada dermis
dari pasien dermatitis numular menurunkan aktivitas enzim chymase,
mengakibatkan menurunnya kemampuan menguraikan neuropeptida dan
protein. Disregulasi ini dapat menyebabkan menurunnya kemampuan enzim
untuk menekan proses inflamasi.2
E. GAMBARAN KLINIS
Penyakit dermatitis numularis biasanya menunjukkan gambaran klinis :
Lesi berbatas tegas.
9

Plak (biasanya berukuran 1-3 cm) berbentuk coin yang merupakan


penggabungan dari papul dan papulovesikel yang eritematosa dan sedikit
edematosa, dikelilingi kulit normal atau terkadang xerotic.
Basah (oozing) dan krusta biasanya menutupi seluruh permukaan lesi.
Pruritus bervariasi dari ringan hingga berat.
Penyembuhan dimulai dari tengah lesi.
Lesi lama cenderung kering, dapat berupa likenifikasi dan skuama.4
Cenderung kambuh-kambuhan, bila terjadi kekambuhan umumnya timbul
pada tempat semula dan dapat pula terjadi pada tempat yang mengalami
trauma (fenomena kobner).1
Pada dewasa muda gambaran lesi cenderung simetris.5
Predileksi
Dermatitis numularis paling banyak ditemukan di punggung kaki, punggung
tangan, bagian ekstensor ekstremitas, bokong dan bahu.3
Tiga bentuk klinis dermatitis numular yaitu;
1 Dermatitis numular pada tangan dan lengan. Kelainannya terdapat pada
punggung tangan serta di bagian sisi atau punggung jari-jari tangan. Sering
dijumpai sebagai plak tunggal yang terjadi pada sisi reaksi luka bakar,
kimia atau iritan. Lesi ini jarang meluas.2
2 Dermatitis numular pada tungkai dan badan. Bentuk ini merupakan bentuk
yang lebih sering dijumpai. Pada sebagian kasus, kelainan sering didahului
oleh trauma lokal ataupun gigitan serangga. Umumnya kelainan bersifat
akut, persisten dan eksudatif. Dalam perkembangannya, kelainan dapat
sangat edematous dan berkrusta, cepat meluas disertai papul-papul dan
vesikel yang tersebar. Pada Dermatitis numular juga sering dijumpai
penyembuhan pada bagian tengah lesi, tetapi secara klinis berbeda dari
bentuk lesi tinea. Pada kelainan ini bagian tepi lebih vesikuler dengan
batas relatif kurang tegas. Lesi permulaan biasanya timbul di tungkai
bawah kemudian menyebar ke kaki yang lain, lengan dan sering ke badan.2
3 Dermatitis numular bentuk kering. Bentuk ini jarang dijumpai dan berbeda
dari dermatitis numular umumnya karena di sini dijumpai lesi diskoid
berskuama ringan dan multipel pada tungkai atas dan bawah serta
beberapa papul dan vesikel kecil di bagian tepinya di atas dasar eritematus
pada telapak tangan dan telapak kaki. Gatal minimal yang berbeda sekali
10

dengan bentuk dermatitis numular lainnya. Menetap bertahun-tahun


dengan fluktuasi atau remisi yang sulit diobati.2

Gambar 2.1 Lesi dermatitis numularis pada mata kaki

Gambar 2.2 Lesi yang khas berbentuk


koin dari dermatitis numularis pada
lengan

Gambar 2.3 Lesi yang khas berbentuk koin pada tangan

Histopatologi lesi pada dermatitis numularis:


11

Pada lesi akut ditemukan spongiosis, vesikel intraepidermal, sebukan


sel radang limfosit dan makrofag di sekitar pembuluh darah. Lesi kronis
ditemukan akantosis teratur, hipergranulosis dan hiperkeratosis, mungkin juga
spongiosis ringan. Dermis bagian atas fibrosis, sebukan limfosit dan
makrofag di sekitar pembuluh darah. Limfosit di epidermis mayoritas terdiri
atas sel T-CD8+, sedangkan yang di dermis sel T-CD4+. Sebagian besar sel
mast di dermis tipe MCtc (mast cell tryptase), berisi triptase.1

Gambar 2.4 Gambaran histopatologi dari dermatitis numularis

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes laboratorium
Patch test berguna untuk mengidentifikasi kasus kronis yang tidak
kunjung sembuh dan mengenyampingkan dermatitis kontak sebagai
diagnosis banding. Pada dermatitis numularis IgE cenderung normal.11
Pemeriksaan KOH untuk membedakan tinea dengan dermatitis numular
yang mempunyai gambaran penyembuhan di tengah.11
2. Kultur dan uji resistensi sekret
Untuk melihat mikroorganisme penyebab dan penyerta.3
3. Biopsi
Untuk melihat perubahan histopatologis sehingga dapat menentukan
tahapan (akut atau kronis) dari penyakit dermatitis numularis.4
G. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari penyakit ini antara lain :
1 Liken simpleks kronikus (neurodermatitis).
Biasanya jarang, lesinya kering berupa plak yang likenifikasi dengan
distribusi tertentu.10
12

Gambar 2.5 Bentuk lesi dari neurodermatitis


2 Dermatitis kontak alergi.
Morfologi klinis primer antara dermatitis kontak dan dermatitis
numular sering sulit untuk dibedakan. Pada dermatitis kontak biasanya
lokal, dan ditemukan riwayat kontak sebelumnya. Untuk membedakan dapat
dilakukan pemeriksaan patch test atau prick test.9

Gambar 2.6 Bentuk lesi dermatitis kontak alergi


akibat penggunaan plester dan reaksi sinar matahari
3. Dermatomikosis
Dapat
terlihat sebagai
tinea dengan
pinggir aktif, bagian tengah agak menyembuh. tetapi secara klinis berbeda dari
bentuk lesi tinea. Pada dermatitis numularis bagian tepi lebih vesikuler dengan
batas relatif kurang tegas dibandingkan tinea. Pada tinea dapat dicari hifa dari
sediaan langsung.11

Gambar 2.7 Bentuk lesi tinea corporis


4. Pitiriasis rosea
Merupakan peradangan yang ringan dengan penyebab yang belum
diketahui. Banyak diderita oleh wanita yang berusia antara 15 dan 40 tahun
13

terutama pada musim semi dan musim gugur. Gambaran klinisnya bisa
menyerupai dermatitis numular. Tetapi umumnya terdapat sebuah lesi yang
besar yang mendahului terjadinya lesi yang lain yang disebut lesi induk atau
herald patch. Lesi tambahan cenderung mengikuti garis kulit dengan
distribusi pohon cemara dan biasanya disertai dengan rasa gatal yang ringan.
Lesi-lesi tunggal berwarna merah muda terang dengan skuama halus. Bisa
juga lebih eritematus. Pitiriasis rosea berakhir antara 3-8 minggu dengan
penyembuhan spontan.7

Gambar 2.8 Lesi pada pitiriasis rosea dengan lesi awalnya lebih besar dan mengikuti garis
kulit yang berbentuk seperti pohon cemara
H. PENATALAKSANAAN
Pengobatan ditujukan untuk rehidrasi pada kulit dan perbaikan barrier lipid
epidermal, pengurangan peradangan dan pengobatan infeksi apapun. Berendam
air hangat atau dingin atau mandi untuk mengurangi gatal dan membantu
rehidrasi kulit. Pasien harus diinstruksikan untuk mandi setidaknya 1-2 kali
sehari, diikuti oleh aplikasi pelembab atau preparat obat topikal untuk
menahan air di kulit. 2
Obat yang bisa digunakan :
1.Steroid
Steroid terapi yang paling umum digunakan untuk mengurangi
peradangan. Steroid topikal (misalnya pemberian triamcinolone 0,25-0,1%)
efektif untuk mengurangi eritematosa. Gatal dapat diobati dengan steroid
potensi rendah (kelas III-VI). Lesi yang sangat meradang dengan eritema
intens, vesikel, dan pruritus membutuhkan steroid potensi tinggi (kelas I-II).
Steroid oral, intramuskular, atau parenteral mungkin diperlukan dalam kasus-
kasus yang parah, erupsi menyeluruh. Jika sangat berat diobati dengan
suntikan kortikosteroid intralesi seperti triamsinolon asetonida 0,1 mg/mg
(0,1 ml/suntikan).(2, 3)
14

2. Ointment dan Emolien


Aplikasi obat pada kulit yang lembab memungkinkan penetrasi yang
lebih efektif dan penyembuhan lebih cepat. Ointment biasanya lebih efektif
daripada krim karena mereka lebih oklusif, membentuk penghalang antara
kulit dan lingkungan, dan lebih efektif menahan air ke dalam kulit. Emolien
dan steroid topikal kelas I-III dapat digunakan jangka pendek. Contoh
emollients yang sering digunakan antara lain ; aqueous cream, gliserine dan
cetomacrogol cream, wool fat lotions.2
3 Antiinflamasi topikal lainnya
Penggunaan tar sangat membantu untuk mengurangi peradangan,
terutama pada orangtua, lesi tebal, plak berskuama.2

4. Immunomodulator
Immunomodulator topikal (tacrolimus dan pimecrolimus) juga
mengurangi peradangan. penggunaannya sering dimulai beberapa hari setelah
steroid topikal untuk mengurangi risiko sensasi terbakar yang mungkin terjadi
bila diterapkan ke kulit yang sangat teriritasi.2
5.Fototerapi
Ketika erupsi menyeluruh dan berkepanjangan, fototerapi (umumnya
UVB) dapat membantu. UVB spektrum luas dan sempit paling sering
digunakan, meskipun PUVA (Psoralen + UVA) dapat digunakan pada kasus
yang berat.2
6.Antihistamin
Antihistamin oral atau sedatif dapat membantu mengurangi gatal dan
membantu tidur. Misalnya hydroxyzine (atarax, vistaril,vistazine) dengan
dosis oral 25-100 mg 4 kali per hari.7
7. Antibiotik
Antibiotik oral, seperti dicloxacillin, cephalexin, atau erythromycin ,
dapat digunakan dalam kasus-kasus infeksi sekunder. Kultur swab dapat
menjadi panduan dalam pemilihan antibiotik. Biasa digunakan dicloxacillin
dosis oral 125-500 mg 4 kali per hari selama 7-10 hari.(2,3)
8.Pelembab lainnya
Setelah erupsi hilang, hidrasi agresif berkelanjutan dapat mengurangi
eritem, terutama di iklim kering. Pelembab yang berat (lebih) atau petroleum
jelly yang diaplikasikan pada kulit setelah mandi dapat membantu.2
15

9.Immunosupresif
Penyakit bisa bertambah berat dan tidak responsif dengan perawatan di
atas. Obat immunosupresif seperti metotreksat telah dijelaskan aman dan
efektif pada pasien dengan lesi yang lebih berat.2
10. Steroid sistemik
Digunakan untuk kasus-kasus dermatitis numular yang berat, diberikan
prednilson dengan dosis oral 40-60 mg 4 kali per hari dengan dosis yang
diturunkan secara perlahan-lahan. Hanya berguna dalam beberapa minggu,
dermatitis yang belum sembuh sempurna, dapat ditangani dengan pemberian
krim steroid dan emolilients.2

I. PROGNOSIS
Dari suatu pengamatan sejumlah penderita yang diikuti selama berbagai
interval sampai dua tahun, didapati bahwa 22% sembuh, 25% pernah sembuh
untuk beberapa minggu sampai tahun, 53% tidak pernah bebas dari lesi kecuali
masih dalam pengobatan.1

J. KESIMPULAN
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons
terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan
kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel,
skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis numularis termasuk ke
dalam pembagian dermatitis berdasarkan bentuk. Dermatitis numularis adalah
dermatitis berupa lesi berbentuk mata uang (coin) atau agak lonjong, berbatas
tegas dengan efloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah
sehingga basah (oozing).
Bentuk dermatitis ini lebih sering mengenai pria daripada wanita dan sering
mengenai remaja, dewasa muda dan umur yang lebih tua serta jarang pada
anak-anak dengan riwayat dermatitis atopi. Penyebabnya tidak diketahui.
Bentuk-bentuk infeksi lainnya pada dermatitis, seperti adanya kolonisasi
Staphylococcus aureus, yang mana dapat memperberat kondisi penyakitnya
walau tidak tampak pada gejala klinis. Pada satu studi menunjukkan dermatitis
numularis meningkat pada pasien dengan usia yang lebih tua, terutama yang
16

sangat sensitif dengan aloealergi. Umumnya prognosis dari penyakit ini adalah
baik dan dapat sembuh dengan pengobatan topikal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sularsito, S. A., Djuanda, S. Dermatitis Numularis. Dalam : Adhi Juanda.


2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. p. 148-150.
2. Siregar, Dr. Prof. DTM & H. R.S. 2005. Atlas Berwarna Saripati penyakit
Kulit, Dermatitis Numularis. Jakarta. EGC. p. 120-121.
3. Janik MP, Heffernan MP. Yeast Infection : Nummular eczema. In : Wolff
K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Fitzpatrick
TB,eds. 2008. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7th
Edition. New York : McGraw-Hill. p. 1828.
4. Shimizu, H., MD., Phd. 2007. Nummular Eczema. Shimizus Textbook of
Dermatology. Japan : Hokkaido University Press. p. 102-103.
5. Button BK. 2005. ABC of Dermatology. 4th. BMJ. London. P. 17-26.
6. Sterry W, Paus R, Burgdof WH. 2006. Dermatology. USA. Thieme. P. 197.
7. Muhlis, et al. 2013. Nummular Dermatitis Treated With Corticosteroid and
Antibiotic. Departement of Dermatology Medical Faculty of Hasanuddin
University. Vol 2:74-78.
8. Burns T, et al. 2010. Rooks Textbook of Dermatology Volume 1 8th ed.
USA. Gasington Road. P.23.9-23.10.
9. Jiamton S, et al. 2012. Clinical Features and Aggravating Factors in
Nummular Eczema in Thais. In: Departement of Dermatology, Faculty of
Medicine Siriraj Hospital, Mahidol University, Bangkok, Thailand. P.36-
37.
10. James WD, et al. 2011. Contact Dermatitis and Drug Eruptions 10st
Edition. USA: Saunder-Elsevier. P.99-101.
11. Leung MDY, et al. 2008. Fungal Infection 7st Edition Volume 1. The
McGraw-Hill Companies. USA. P. 1852-1853.

12. Gudjonsson JE, Elder JE. 2008 fitzpatricks Dermatology in General


Medicine Edisi 7. New York: McGraw Hill .p. 197
17

13. Robin Graham., et al. 2010. Dermatologi Dasar untuk Praktik Klinik.
Jakarta. EGC. h. 183-190.
14. William D James., et al. 2011. Diseases of the Skin Clinical Dermatology.
China. Saunders Elsevier. h. 190-198.
15. Emmy S., et al. 2005. Penyakit Kulit yang Umum di Indonesia. Jakarta.
PT Medical Multimedia Indonesia. h. 22-23.
16. Dwi Murtiastutik., et al. 2009. Atlas of the Skin and Venereal Diseases.
Surabaya. Air Langga University Press. h. 131-143.
17. Nafrialdi, et al. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi Kelima. Jakarta.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. h.761-764.
18. Miller JL. Nummular Dermatitis. Available at :
http://www.emedicine.com. Accessed on June 17, 2011.
19. Ardhie, A. M. Dermatitis dan Peran Steroid dalam Penanganannya. Dexa
media. 2004 ; 4 (17) : 159.
20. Lore n E, et al. 2 010. Dermal Dendritic Ce lls In Psoriasis, Nummular
Dermatitis, and Normal-Appearing Sk in. Jou rna l of the American
Academy of Dermatolo gy.
21. Lange L, et al. 20 08. Elevated Leve ls of Tryptase in Children
with Nummular Eczema. Journal of Alle rgy Jul; 63(7):947 -9.
22. Nummular eczema. 2007 [cited 2015]. Available from: www.a
ocd.org/skin/dermatologic diseases/nummular ec zema.
23. Handbook of skin diseases. Available at:
http://search.4shared.com/search.html?
searchmode=2&searchName=Handbook%2520of%2520Skin
%2520Diseases . Accessed on June 17, 2011.

Anda mungkin juga menyukai