DM Word
DM Word
Anatomi Fisiologi
Pankreas adalah organ pipih yang terletak dibelakang dan sedikit di bawah
lambung dalam abdomen. Organ ini memiliki 2 fungsi : fungsi endokrin dan
fungsi eksokrin (Sloane, 2003).
Ada 4 jenis sel penghasil hormon yang teridentifikasi dalam pulau-pulau tersebut :
Sel alfa, jumlah sekitar 20-40 %, memproduksi glukagon yang menjadi faktor
hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai antiinsulin like activity.
Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino, dihasilkan
oleh sel beta kelenjar pankreas. Dalam keadaan normal, bila ada rangsangan pada
sel beta, insulin disintesis dan kemudian disekresikan ke dalam darah sesuai
dengan kebutuhan tubuh untuk keperluan regulasi glukosa darah .
I.
Diabetes tipe 1
:
Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)
II.
Diabetes tipe 2
:
Diabetes Melitus tidak tergantung insulin
Glukokinase (MODY 2)
HNF-1 (MODY 3)
HNF-1 (MODY 5)
NeuroD1 (MODY 6)
DNA mitokondria
Leprekaunism
Sindrom rabson-mendenhall
Sindrom lipodistrofi
Bentuk yang tidak umum dari diabetes yang diperantarai oleh imun
"stiff-man" sindrom.
Diabetes Tipe 1
2. Diabetes Tipe II
3. Diabetes Gestasional
1. Obesitas (kegemukan)
Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa darah, pada
derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan peningkatan kadar
glukosa darah menjadi 200mg%.
2. Hipertensi
Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat badan.
Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl.
Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl.
Keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus adalah: Poliuria,
Polidipsia, Polifagia, Berat Badan enurun, Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus
menurun, Bisul/luka, Keputihan.
Diagnosa DM
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah
sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa >126 mg/dl sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa
lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang-kurangnya
diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM
pada hari yang lain atau Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal.
Konfirmasi tidak diperlukan pada keadaan khas hiperglikemia dengan
dekompensasi metabolik akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang menurun
cepat.
Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji
diagnostik dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala DM, sedangkan
pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang tidak
bergejala, tetapi punya resiko DM (usia > 45 tahun, berat badan lebih, hipertensi,
riwayat keluarga DM, riwayat abortus berulang, melahirkan bayi > 4000 gr,
kolesterol HDL <= 35 mg/dl, atau trigliserida250 mg/dl). Uji diagnostik
dilakukan pada mereka yang positif uji penyaring.
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa darah
sewaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes
toleransi glukosa oral (TTGO) standar.
Tabel. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan
diagnosis DM
Golongan
bukan DM
Belum
pasti
DM
klinik
DM
Kadar
glukosa
Plasma vena
<110
110-199
200
darah
sewaktu
Darah kapiler
<90
90-199
200
(mg/dl)
Kadar
glukosa
Plasma vena
<110
110-125
126
darah
puasa
Darah kapiler
<90
90-109
110
(mg/dl)
Sumber : Konsensus Pengelolaan DM Tipe-2 di Indonesia, PERKENI 2002
Komplikasi DM
Menurut (Mansjoer dkk, 1999) beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus adalah
Komplikasi Akut
Hipoglikemia
Hipoglikemia secara harafiah berarti kadar glukosa darah di bawah harga normal.
Walaupun kadar glukosa plasma puasa pada orang normal jarang melampaui 99
mg% (5,5 mmol/L), tetapi kadar <180 mg% (6 mmol/L) masih dianggap normal.
Kadar glukosa plasma kira-kira 10 % lebih tinggi dibandingkan dengan kadar
glukosa darah keseluruhan (whole blood) karena eritrosit mengandung kadar
glukosa yang relatif lebih rendah. Kadar glukosa arteri lebih tinggi dibandingkan
vena, sedangkan kadar glukosa darah kapiler diantara kadar arteri dan vena.
Hiperglikemia
Penyakit Makrovaskuler
Ulkus/gangren.
Pencegahan DM
Menurut WHO, upaya pencegahan diabetes ada 3 jenis atau tahap yaitu:
Pencegahan Primer
Semua aktivitas yang ditujukan untuk mencegah timbulnya hiperglikemia pada
individu yang berisiko untuk jadi diabetes atau pada populasi umum.
Pencegahan Sekunder
Menemukan pengidap DM sedini mungkin, misalnya dengan tes penyaringan
terutama pada populasi resiko tinggi, dengan demikian pasien DM yang
sebelumnya tidak terdiagnosa dapat terjaring, sehingga dapat dilakukan upaya
untuk mencegah komplikasi atau kalaupun sudah ada komplikasi masih reversibel.
Oleh karena itu, WHO menyatakan bahwa pendeteksian pasien baru dengan cara
skrining dimasukkan dalam upaya pencegahan sekunder supaya lebih diketahui
lebih dini komplikasi dapat dicegah karena dapat reversibel. Untuk negara
berkembang termasuk Indonesia upaya ini termasuk mahal.
Pencegahan Tersier
Semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan akibat komplikasi
itu. Untuk mencegah kecacatan tentu saja harus dimulai dengan deteksi dini
komplikasi DM agar kemudian penyulit dapat dikelola dengan baik disamping
tentu saja pengelolaan untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Upaya ini
meliputi:
Mencegah timbulnya komplikasi diabetes
Mencegah berlanjutnya (progresi) komplikasi untuk tidak menjurus menjadi
kegagalan organ
Mencegah terjadinya kecacatan tubuh disebabkan oleh karena kegagalan organ
atau jaringan
Pengelolaan DM
Pada keadaan tertentu OHO dapat segera diberikan sesuai indikasi. Dalam
keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis, stress berat, berat
badan yang menurun cepat, insulin dapat segera diberikan. Pada kedua keadaan
tersebut perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya hipoglikemia. Pemantauan
kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan
khusus.
Ada 4 pilar utama pengelolaan DM yang digunakan sejak lama, dalam
pengelolaan pasien DM tersebut adalah sebagai berikut :
1. Penyuluhan
Penyakit DM.
Penyulit DM.
Hipoglikemia.
Perencanaan Makanan
Jumlah kandungan kolesterol disarankan < 300 mg/hari, diusahakan lemak berasal
dari sumber asam lemak tidak jenuh MUFA (Mono Unsaturated Fatty Acid), dan
membatasi PUFA (Poli Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak jenuh. Jumlah
kandungan serat 25 g/hari, diutamakan serat larut.
Untuk penentuan status gizi, dipakai Body Mass Indeks (BMI) = Indeks Massa
Tubuh (IMT). BMI = IMT = BB(kg)/TB (m).
Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT (Em Yunir, Suharko Soebardi, 2006):
a.
Berat badan kurang
< 18,5
b.
BB normal
18,5 22.9
c.
BB lebih
23,0
d.
Dengan resiko
23 24,9
e.
Obes I
25 29,9
f.
Obes II
30
Protein
Hanya sedikit data ilmiah untuk membuat rekomendasi yang kuat tentang asupan
protein orang dengan diabetes. ADA pada saat ini menganjurkan mengkonsumsi
10% sampai 20 % energi dari protein total. Menurut konsensus pengelolaan
diabetes di Indonesia kebutuhan protein untuk orang dengan diabetes adalah 10-
15% energi.
Lemak
Rekomendasi pemberian lemak :
Batasi konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh, jumlah maksimal 10%
dari total kebutuhan kalori per hari.
Jika kadar kolesterol LDL 100 mg/dl, asupan asam lemak jenuh diturunkan
sampai maksimal 7 % dari total kalori per hari.
Konsumsi kolesterol maksimal 300 mg/hari, jika kadar kolesterol LDL 100
mg/dl, maka maksimal kolesterol yang dapat dikonsumsi
200 mg per hari.
Batasi asupan asam lemak bentuk tran
Konsumsi ikan seminggu 2-3 kali untuk mencukupi kebutuhan asam lemak tidak
jenuh rantai panjang.
Asupan asam lemak tidak jenuh rantai panjang maksimal 10% dari asupan kalori
per hari.
Karbohidrat
Karbohidrat yang diberikan pada diabetesi tidak boleh lebih dari 55-65 % dari
total kebutuhan energi sehari, atau tidak boleh lebih dari 70 % jika dikombinasi
dengan pemberian asam lemak tidak jenuh rantai tunggal (MUFA =
monounsaturated fatty acids). Pada setiap gram karbohidrat terdapat kandungan
energi sebesar 4 kilokalori.
Vitamin dan mineral terdapat pada sayuran dan buah-buahan, berfungsi utuk
membantu melancarkan kerja tubuh. Apabila kita makan makanan yang bervariasi
setiap harinya maka tidak perlu lagi vitamin tambahan. Diabetisi perlu mencapai
dan mempertahankan tekanan darah yang normal. Oleh karena itu, perlu
membatasi konsumsi natrium. Hindari makanan tinggi garam dan vetsin. Anjuran
makan garam dapur sehari kira-kira 6-7 gram (1 sendok teh).
Serat
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan untuk orang
yang tidak diabetes. Dianjurkan untuk menkonsumsi 20-35 gr serat makanan dari
berbagai sumber bahan makanan. Di Indonesia anjurannya adalah kira-kira 25 gr
per hari dengan mengutamakan serat larut.
Natrium
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk biasa yaitu
tidak lebih dari 3000 m
Kandungan kalori DM
Kandungan kalori dalam diet penderita setiap hari ditentukan oleh keadaan
penyakit yang dideritanya. Jika penderita juga tergolong penderita obesitas, maka
selain pembatasan hidrat arang dan lemak, juga dilakukan pembatasan terhadap
kandungan kalori dalam dietnya. Di RS Cipto Mangunkusumo digunakan delapan
diet baku dengan berbagai tingkatan kandungan kalori yaitu:
1.
Diet I
: 1100 kalori
2.
Diet II
: 1300 kalori
3.
Diet III
: 1500 kalori
4.
Diet IV
: 1700 kalori
5.
Diet V
: 1900 kalori
6.
Diet VI
: 2100 kalori
7.
Diet VII
: 2300 kalori
8.
Diet VIII
: 2500 kalori
Diet I sampai III diberikan kepada penderita diabetes yang tergolong penderita
obesitas. Diet IV sampai V diberikan kepada penderita dengan berat badan
normal, Diet VI sampai dengan VIII diberikan kepada penderita yang kurus,
diabetes dengan komplikasi, atau penderita diabetes yang sedang hamil.