Pengarang : Dr. Fristian Hadinata Data Publikasi : Buku Ajar 1 MPKT A ,Bab III Logika, Dr. Fristian Hadinata
Klasifikasi merupakan suatu cara seseorang melakukan pembagian suatu
konsep ke dalam bagianbagian yang lebih kecil. Apa yang dimaksudkan dengan klasifikasi bukanlah pembagian fisik, tetapi pembagian logis. Ada dua alasan yang pembedaan ini. Pertama, dalam pembagian fisik, bagianbagian yang lebih kecil tidak mempunyai hubungan sama sekali dengan keseluruhan suatu konsep tertentu. Contonya, bila sebuah mobil yang dilepaslepas ke dalam bagian- bagiannya,maka kita tidak bisa mengatakan Knalpot adalah mobil atau setir adalah mobil. Berbeda dengan pembagian logis, bagianbagian yang lebih kecil mempunyai hubuungan dengan keseluruhan suatu konsep tertentu. Oleh karena itu, keseluruhan suatu konsep tertentu dapat berfungsi sebagai predikat untuk bagianbagian yang lebih kecil tersebut. Contohnya, konsep binatang dapat diklasifikasikan ke dalam bagianbagian yang lebih kecil atau subkelassubkelas pembagian fisik terkadang tidak menunjukkan suatu kriteria tertentu yang jelas. Sedang, pembagian logis terhadap suatu konsep ke dalam bagianbagian yang lebih kecil atau subkelassubkelasnya selalu didasarkan pada satu kriteria tertentu. Dengan demikian, klasifikasi sebagai pembagian logis dapat dimengerti sebagai pembagian suatu konsep ke dalam bagian bagian yang lebih kecil atau subkelas subkelasnya berdasarkan satu kriteria tertentu (Hayon, 2000). Klasifikasi bersifat ; Harus lengkap,harus benar-benar memisahkan (tidak tumpang tindih) ,harus memiliki kriteria yang sama ,bersifat teratur dan rapih, sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Harus lengkap berarti ketika subkelas subkelas itu disatukan, hasilnya tidak lebih atau tidak kurang dari lingkup keseluruhan konsep yang dibagibagi. Misalnya, klasifikasi terhadap benda tidak lengkap jika hanya dibagi menjadi subkelas benda padat dan subkelas benda cair saja. Ketidaklengkapan dalam klasifikasi itu karena tidak disebutkan subkelas benda gas. Benar-benar memisahkan berarti antara sub kelas satu dengan sub kelas lainnya tidak saling tumpang tindih (overlapping).Memiliki kriteria yang sama pembagian logis dengan kriteria yang sama atau tertentu.Penggunaan kriteria berbeda dapat membuat pengklasifikasian yang keliru dan menunjukkan ketidakkonsistenan. Bersifat teratur dan rapih artinya pembagian dalam subkelasnya dilakukan secara berurutan dan tidak ada sub kelas yang terlangkahi. Ada dua hal yang harus diperhatikan terkait dengan prinsip pengklasifikasian Pertama prinsipprinsip pengklasifikasian secara murni dalam praktek sangat sukar dikarenakan adanya sejumlah konsep yang sulit ditentukan batasbatasnya secara tegas, contohnya misalnya orang dapat diklasifikasikan menjadi orang modern dan orang tradisional. Dari contoh itu dapat dilihat bahwa tidak ada batas yang jelas yang digunakan untuk pengklasfikasian tersebut dan pengklasifikasian tersebut lebih mencerminkan penilaian yang subjektif. Lalu yang kedua ada bentuk pengklasifikasian ke dalam dua subkelas semata. Bentuk pengklasifikasi ini dikenal sebagai klasifikasi dikotomis. secara etimologis dari bahasa Latin dichtomia yang berarti pembagian secara duadua atau berpasangan. Hal ini dilakukan dengan dua alasan yang berbeda; yaitu dikarenakan terbatasnya pengetahuan kita akan subkelassubkelas dari kelas induk atau dikarenakan tujuantujuan tertentu dari pengklasifikasian. Definisi dapat diartikan sebagai penentuan batas konseptual bagi suatu istilah. Oleh karena itu, definisi mempunyai dua tujuan,yaitu; memberikan rumusan yang lengkap terkait dengan istilah yang didefinisikan dan mampu memperlihatkan perbedaan antara satu istilah dengan istilah yang lainnya. Definisi mengandung dua unsur yaitu hal yang didefinisikan disebut definiendum dan hal yang mendefinisikan atau menjelaskan arti dari difiniendum tersebut yang disebut definiens. Terdapat empat prinsip-prinsip definisi yang harus diperhatikan dalam pembuatan definisi. Yang pertama adalah Definiens harus bisa dibolakbalikkan definiendum.contoh nya Kursi adalah tempat duduk yang terbuat dari kayu. Definisi ini tidak tepat dikarenkaan tempat duduk yang terbuat dari kayu lebih sempit cakupan konseptulnya daripada kursi (kursi bisa saja tidak terbuat dari kayu, tetapi besi misalnya). Lalu ada Definiendum tidak boleh masuk ke dalam definiens yang artinya bahwa kata atau kelompok kata yang mendefinisikan tidak boleh menggunakan kata yang didefinisikan. Jika terjadi, hal itu hanya akan membentuk definisi yang sirkular atau tautologis disebut dengan circulus in defienindo. Lalu yang ketiga adalah Definiens harus dirumuskan secara jelas, yang berarti bahwa definiens tidak boleh dinyatakan dalam bahasa yang kabur atau kiasan. Dan yang terakhir adalah Definiens tidak boleh dirumuskan dalam bentuk negatif, sejauh masih dapat dirumuskan dalam bentuk afirmatif, contohnya adalah wortel adalah bukan bayam, bukan buncis, bukan tomat, dan seterusnya.