Referat Transfusi Tukar Dan Fototerapi
Referat Transfusi Tukar Dan Fototerapi
PENDAHULUAN
1
di NICU Rumah Sakit William Beaumont, Royal Oak, Michigan untuk 2425 bayi
yang berat lahirnya kurang dari 1500 gram.(3)
Dalam kurun waktu 20 tahun angka kematian bayi (AKB) telah berhasil
diturunkan secara tajam, namun AKB menurut Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2002 2003 adalah 35 per 1000 KH. Angka tersebut masih
tinggi, dan saat ini mengalami penurunan cukup lambat. Jika dilihat dari umur
saat bayi meninggal berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001
sekitar 57% kematian terjadi di masa neonatal dengan penyebab utama kematian
adalah asfiksia bayi baru lahir 27%, prematuritas dan berat badan lahir rendah
(BBLR) 29%, masalah pemberian makan 10%, tetanus neonatorum 10%, masalah
hematologi 6%, infeksi 5%, dan lainnya 13%. Kematian neonatus yang
disebabkan karena masalah hematologi adalah ikterus dan defisiensi vitamin K.(4)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. FOTOTERAPI
3
halnya seperti molekul-molekul obat, sinar akan diserap oleh bilirubin dengan
cara yang sama dengan molekul obat yang terikat pada reseptor.(5)
4
Sinar Fototerapi
5
menentukan efektivitas dari fototerapi. Intensitas sinar diukur dengan
menggunakan suatu alat yaitu radiometer fototerapi. Intensitas sinar 30
W/cm2/nm cukup signifikan dalam menurunkan kadar bilirubin untuk intensif
fototerapi. Intensitas sinar yang diharapkan adalah 10 40 W/cm2/nm. Intensitas
sinar maksimal untuk fototerapi standard adalah 30 50 W/cm2/nm. Semakin
tinggi intensitas sinar, maka akan lebih besar pula efikasinya. (3),(6)
Faktor-faktor yang berpengaruh pada penentuan intensitas sinar ini adalah
jenis sinar, panjang gelombang sinar yang digunakan, jarak sinar ke neonatus dan
luas permukaan tubuh neonatus yang disinari serta penggunaan media pemantulan
sinar. Rekomendasi AAP menganjurkan fototerapi dengan jarak 10 cm kecuali
dengan menggunakan sinar halogen.Sinar halogen dapat menyebabkan luka bakar
bila diletakkan terlalu dekat dengan bayi. Bayi cukup bulan tidak akan kepanasan
dengan sinar fototerapi berjarak 10 cm dari bayi. Luas permukaan terbesar dari
tubuh bayi yaitu badan bayi, harus diposisikan di pusat sinar, tempat di mana
intensitas sinar paling tinggi. (7)
Gambar 2.4 Panduan untuk fototerapi pada bayi dengan usia kehamilan 35
minggu atau lebih
6
Fototerapi diindikasikan pada kadar bilirubin yang meningkat sesuai
dengan umur pada neonatus cukup bulan atau berdasarkan berat badan pada
neonatus kurang bulan, sesuai dengan rekomendasi American Academy of
Pediatrics (AAP).(5),(7)
7
PROSEDUR PEMBERIAN FOTOTERAPI
8
5. Pastikan bayi diberikan asupan makanan
6. Motivasi ibu untuk menyusui bayinya, paling kurang setiap 3 jam.
7. Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah di pompa,
tingkatkan volume cairan atau ASI sebanyak 10% volume total per hari
selama bayi masih di terapi.
8. Bila bayi sedang menerima O2, matikan terapi sinar sebentar untuk
mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral
9. Ukur suhu bayi setiap 3 jam. Bila suhu bayi lebih dari 37,5 0 C,
sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit
terapi sinar.
10. Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam
11. Hentikan terapi sinar jika kadar bilirubin < 13 mg/dL.
12. Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar,
persiapkan kepindahan bayi dan secepatnya kirim bayi ke rumah sakit
tersier untuk melakukan transfusi tukar. Sertakan contoh darah ibu dan
bayi.
13. Bila bilirubin serum tidak dapat diperiksa, hentikan terapi sinar setelah 3
hari.
14. Setelah terapi sinar dihentikan, Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi
pemeriksaan bilirubin serum.
15. Bila ditemukan kadar bilirubin kembali atau diatas nilai untuk memulai
terapi sinar kembali.
16. Bila terapi sinar tidak diperlukan lagi, bayi bisa makan dengan baik dan
tidak ada masalah lain selama perawatan, pulangkan bayi.
Komplikasi terapi sinar (2),(5)
9
2. Frekuensi defekasi yang meningkat/ tinja lebih lembek
Bilirubin indirek menghambat laktase sehingga menyebabkan konsistensi
tinja lebih lembek
3. bronze baby syndrome. Hal ini terjadi karena tubuh tidak mampu
mengeluarkan dengan segera hasil terapi sinar. Perubahan warna kulit
yang bersifat sementara ini tidak mempengaruhi proses tumbuh kembang
bayi.
4. Kenaikan suhu
Beberapa penderita yang mendapatkan terapi mungkin memperlihatkan
kenaikan suhu, Bila hal ini terjadi, terapi dapat terus dilanjutkan dengan
mematikan sebagian lampu yang dipergunakan.
5. Beberapa kelainan lain seperti gangguan minum, letargi, iritabilitas
kadang-kadang ditemukan pada penderita. Keadaan ini hanya bersifat
sementara dan akan menghilang dengan sendirinya.
Sampai saat ini tampaknya belum ditemukan efek lanjut terapi sinar pada
bayi. Komplikasi segera juga bersifat ringan.Mengingat hal ini, adalah wajar
bila terapi sinar mempunyai tempat tersendiri dalam penatalaksanaan
hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir.
B. Tranfusi Tukar
10
Gambar 2.6. Transfusi tukar
1. Tipe Darah
a. Inkompatibilitas ABO
darah donor harus golongan O, rhesus (-) atau rhesus yang sama
dengan ibu dan bayinya. Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang
mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B. Biasanya
menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB, untuk
memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul.
b. Pada penyakit hemolitik rhesus, jika darah disiapkan sebelum
persalinan, harus golongan O dengan rhesus (-), crossmatched terhadap
ibu. Bila darah disiapkan setelah kelahiran, dilakukan juga
crossmatched terhadap bayi.
c. Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain, darah donor tidak boleh
berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu.
d. Pada hiperbilirubinemia karena sebab lain, gunakan golongan darah
yang sesuai dan darah harus di crossmatched dengan darah bayi.
11
b. Hematokrit yang dihendaki untuk bayi adalah 50-70%. Ini bisa diminta
pada bank darah. Selama prosedur darah di goyang pelan secara
periodik untuk menjaga hematokrit tetap konstan.
(6),(7)
Teknik Transfusi Tukar
Untuk keluar masuk darah hanya di perlukan satu jalur transfusi (biasanya
dari vena besar, seperti vena umbilikal). Teknik ini dipergunakan untuk
hiperbilirubinemia tanpa komplikasi seperti anemia, sepsis dll. Waktu rata-
rata perkali untuk keluar masuk kira-kira 3-5 menit, sehingga total
transfusi akan berlangsung selama 90-120 menit.
b. ISOVOLUMETRIC
12
singkat (45-60 menit). Waktu pelaksanaan bisa diperpanjang sampai 4 jam
untuk memungkinkan ekuilibrasi bilirubin di darah dan jaringan, hal ini
akan meningkatkan kadar bilirubin yang bisa dihilangkan.
1. Jelaskan tentang prosedur dan minta informed consent kepada orang tua.
2. Puasakan bayi selama 3-4 jam sebelum transfusi tukar dimulai. Pasang
OGT untuk mengosongkan lambung dan alirkan (buka tutupnya) selama
prosedur. Tindakan ini berguna untuk dekompresi, mencegah regurgitas
serta aspirasi cairan lambung.
3. Tidurkan bayi terlentang dan tahan posisinya dengan baik (tahan dengan
erat, tetapi tidak ketat, dengan bantuan bantal pasir ataupun plester ke
tempat tidur). Jangan lupa pasang urine collector.
4. Lakukan prosedur seperti tindakan mayor (lihat prosedur pemasangan
kateter umbilikal), kemudian pasang kateter vena umbilikal untuk teknik
push and pull, serta arteri atau vena umbilikal untuk teknik isovolumetrik.
5. Siapkan unit darah. Pastikan bahwa darah tersebut memang benar untuk
pasien, golongan darah cocok, dan temperature cocok. Kalau masih
dingin, hangatkan ke suhu tubuh (tidak lebih dari 37o C), jangan terlalu
panas karena bisa menyebabkan hemolisis.
6. Selanjutnya pasang darah ke set infuse, pastikan posisi three way stopcock
berada pada posisi yang tepat sebelum memulai prosedur.
13
searah jarum jam dengan urutan (1) tarik darah dari pasien (2) buang
ke tempat darah kotor (3) ambil darah baru dan (4) masukkan dengan
perlahan. Jika vena umbilikal tidak bisa digunakan, teknik pull-push
boleh dilakukan di arteri umbilikal dengan syarat ujung kateter berada
di bagian bawah aorta (di bawah lumbal 3)
b. Untuk teknik isovolumetrik, jalur vena dipasang satu buah three way
stopcock yang dihubungkan dengan satu buah spuit 10 atau 20 cc dan
darah yang akan ditransfusikan, sedangkan di jalur arteri, three way
stopcock dihubungkan dengan satu buah spuit 10 atau20 cc dan set
infuse untuk tempat darah kotor.
c. Darah kotor. Jika jalur arteri tidak bisa ditemukan, alternative dari
teknik ini adalah dengan penggunaan dua vena. Vena besar untuk
menarik darah, sedangkan vena perifer untuk memasukkan darah.
Bilas jalur penarikan dengan NaCl-heparin 1UI/cc tiap 10-15 menit
sekali untuk mencegah bekuan.
7. Mulailah prosedur transfusi tukar dengan perlahan, volume keluar masuk
darah disesuaikan dengan berat badan bayi (lihat table), rata-rata 5
ml/kgBB. Volume perkali (aliquots), minimal 5cc dan maksimal 20cc.
Indikasi (7)
14
Hari ke-1 15 13
Hari ke-2 25 15
Hari ke-3 30 20
Gambar 2.7 Panduan untuk transfusi tukar pada bayi dengan usia
kehamilan 35 minggu atau lebih
Tabel 3. Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah
15
1000-1500 12-15
1500-2000 15-18
2000-2500 18-20
a. Kadar bilirubin tali pusat > 4,5 mg/dL dan kadar Hb < >
16
Komplikasi tranfusi tukar (6),(8)
17
KESIMPULAN
Banyak bayi baru lahir, terutama bayi kecil (bayi dengan berat lahir <
2500 g atau usia gestasi <37 minggu) mengalami ikterus pada minggu pertama
kehidupannya. Data epidemiologi yang ada menunjukkan bahwa lebih 50% bayi
baru lahir menderita ikterus yang dapat dideteksi secara klinis dalam minggu
pertama kehidupannya
18
seperti emboli udara atau trombus, henti jantung , hipernatremia, asidosis
trombositopenia, bakteremia, hipotermia, hipoglikemia.
DAFTAR PUSTAKA
(1) Sholeh K, Ari Y, Rizalya D, Gatot IS, Ali U. 2012. Buku Ajar Neonatologi.
Edisi pertama. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; p. 147-169
(2)Etika, Risa, Dkk. 2010. Hiperbilirubinemia Pada Neonatus. Surabaya: Divisi
Neonatologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fk Unair/Rsu Dr. Soetomo.
19
(8) Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, dkk. Hiperbilirubinemia. Dalam:
Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Indonesia Edisi II. Jakarta: Ikatan
Dokter Indonesia. 2011; h.114-122
20