A. Latar Belakang
Para ahli percaya bahwa sepertiga populasi dunia telah terinfeksi oleh M. tuberculosis, dan
infeksi baru terjadi dengan kecepatan satu orang per satu detik. Pada tahun 2007, diperkirakan ada
13,7 juta kasus kronis yang aktif di tingkat global. Pada tahun 2010, diperkirakan terjadi
pertambahan kasus baru sebanyak 8.8 juta kasus, dan 1,5 juta kematian yang mayoritas terjadi di
negara berkembang. Angka mutlak kasus Tuberkulosis mulai menurun semenjak tahun 2006,
sementara kasus baru mulai menurun sejak tahun 2002. Tuberkulosis tidak tersebar secara merata
di seluruh dunia. Dari populasi di berbagai negara di Asia dan Afrika yang melakukan tes
tuberkulin, 80%-nya menunjukkan hasil positif, sementara di Amerika Serikat, hanya 510% saja
yang menunjukkan hasil positif. Masyarakat di dunia berkembang semakin banyak yang menderita
Tuberkulosis karena kekebalan tubuh mereka yang lemah. Biasanya, mereka mengidap
Tuberkulosis akibat terinfeksi virus HIV dan berkembang menjadi AIDS. Pada tahun 1990-an
Indonesia berada pada peringkat-3 dunia penderita TB, tetapi keadaan telah membaik dan pada
tahun 2013 menjadi peringkat-5 dunia.
a. Pengertian tuberculosis
Tuberkulosis (Tuberculosis, disingkat Tbc), atau Tb (singkatan dari "Tubercle bacillus")
merupakan penyakit menular yang umum, dan dalam banyak kasus bersifat mematikan.
Penyakit ini disebabkan oleh berbagai strain mikobakteria, umumnya Mycobacterium
tuberculosis (disingkat "MTb" atau "MTbc").[1] Tuberkulosis biasanya menyerang paru-paru,
namun juga bisa berdampak pada bagian tubuh lainnya. Tuberkulosis menyebar melalui
udara ketika seseorang dengan infeksi TB aktif batuk, bersin, atau menyebarkan butiran
ludah mereka melalui udara.[2] Infeksi TB umumnya bersifat asimtomatikdan laten. Namun
hanya satu dari sepuluh kasus infeksi laten yang berkembang menjadi penyakit aktif. Bila
Tuberkulosis tidak diobati maka lebih dari 50% orang yang terinfeksi bisa meninggal.
Gejala klasik infeksi TB aktif yaitu batuk kronis dengan bercak darah sputum atau
dahak, demam, berkeringat di malam hari, dan berat badan turun. (dahulu TB disebut
penyakit "konsumsi" karena orang-orang yang terinfeksi biasanya mengalami kemerosotan
berat badan.) Infeksi pada organ lain menimbulkan gejala yang bermacam-macam. Diagnosis
TB aktif bergantung pada hasil radiologi (biasanya melalui sinar-X dada) serta pemeriksaan
mikroskopis dan pembuatan kultur mikrobiologis cairan tubuh. Sementara itu, diagnosis TB
laten bergantung pada tes tuberkulin kulit/tuberculin skin test (TST) dan tes darah.
Pengobatan sulit dilakukan dan memerlukan pemberian banyak macam antibiotik dalam
jangka waktu lama. Orang-orang yang melakukan kontak juga harus menjalani tes penapisan
dan diobati bila perlu. Resistensi antibiotik merupakan masalah yang bertambah besar pada
infeksi tuberkulosis resisten multi-obat (TB MDR). Untuk mencegah TB, semua orang harus
menjalani tes penapisan penyakit tersebut dan mendapatkan vaksinasi basil CalmetteGurin.
1) Kepadatan Hunian
Kepadatan penghuni merupakan suatu proses penularan penyakit. Semakin padat maka
perpindahan penyakit, khususnya penyakit menular melalui udara akan semakin mudah
dan cepat, apalagi terdapat anggota keluarga yang menderita Tb paru dengan BTA (+).
Kuman Tb paru cukup resisten terhadap antiseptik tetapi dengan cepat akan menjadi
inaktif oleh cahaya matahari,
2) Ventilasi
Hal ini berhubungan dengan minimal luas jendela/ ventilasi adalah 15% dari luas lantai,
karena ventilasi mempunyai fungsi (Azwar, 1999):
3) Suhu Udara
Suhu udara yang ideal dalam rumah antara 18 - 30C. Suhu optimal pertumbuhan bakteri
sangat bervariasi. Mycobacterium tuberculosis tumbuh optimal pada suhu 37C. Paparan
sinar matahari selama 5 menit dapat membunuh M. tuberculosis dan tahan hidup pada
tempat gelap, sehingga perkembangbiakan bakteri lebih banyak di rumah yang gelap
(Anonim, 1999).
a. Masalah tuberculosis?
Didaerah tempat tinggal saya banyak terjadi kasus tuberculosis (TBC). Tahun 2015 3
pnderita tuberculosis meninggal dunia kemudian tahun 2016 meningkat menjadi 5 orang
penderta tuberculosis meninggal dunia.
f. Bagaimana solusinya ?
Ingat bahwa di Indonesia, penyakit TBC masih merupakan penyakit epidemiologi, sehingga
jumlah penderita TBC masih sangat banyak dan berpotensi untuk terus menularkan bakteri
TBC. Agar kita dapat tehindar dari penyakit TBC, maka kita dapat melakukan hal-hal
berikut:
1) Imunisasi BCG; imunisasi BCG biasanya didapat ketika bayi. Jika Anda memiliki bayi,
maka berikanlah imunisasi dasar lengkap agar si bayi juga mendapatkan imunisasi BCG.
2) Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera mendapatkan
pengobatan sampai tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan menjadi
sumber penularan bakteri TBC
3) Bagi penderita tidak meludah sembarangan. Pada dasarnya penularan bakteri TBC berasal
dari dahak penderita TBC. Walaupun dahak dari penderita TBC sudah mengering, tetap
berpotensi menyebarkan bakteri TBC melalui udara
4) Tidak melakukan kontak udara dengan penderita. Bagi Anda yang masih sehat, sebaiknya
membatasi interaksi dengan orang yang menderita TBC atau Anda dapat menggunakan
alat pelindung diri (masker) ketika Anda harus kontak dengan mereka
5) Minum obat pencegah dan hidup secara sehat
6) Rumah harus memiliki ventilasi udara yang baik, sehingga sinar matahari pagi dapat
masuk ke dalam rumah
7) Menutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah/mengeluarkan dahak di
sembarangan tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang
dianjurkan dokter dan untuk mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran