06 Makalah Faktor Produksi Kakao PDF
06 Makalah Faktor Produksi Kakao PDF
47
Jemmy R., Anna F., Siti Jahroh : Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kakao ...
adanya serangan hama dan penyakit. petani kakao tertinggi di Provinsi Bali yaitu
Sedangkan permasalahan di sektor hilir sebesar 23.938 KK pada tahun 2010 dan (3)
sebagian besar disebabkan karena tingginya Desa Mundeh Kauh merupakan salah satu desa
kandungan biji yang tidak difermentasi di Kabupaten Tabanan yang telah menerapkan
sehingga biji kakao Indonesia dikenakan teknologi fermentasi pada biji kakao.
automatic detention untuk pasar Amerika. Jenis data yang digunakan dalam
Besarnya potongan harga akibat masalah penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data
tersebut pada tahun 2005 mencapai US$250/ton dalam bentuk angka-angka, bersumber dari
(Askindo, 2005). Dominasi rendahnya mutu data primer dan data sekunder. Data primer
kakao juga menyebabkan banyak industri diperoleh dengan cara wawancara langsung
cokelat dalam negeri kesulitan mendapatkan dengan responden/petani kakao menggunakan
biji kakao yang memiliki citarasa baik. kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh
Widyatomo dan Mulato (2008) menyebutkan dari instansi-instansi terkait serta hasil
bahwa untuk mendapatkan citarasa kakao yang penelitian yang berkaitan langsung dengan
baik harus melakukan proses pengolahan biji topik penelitian.
kakao dengan fermentasi. Fermentasi bertujuan Pengambilan sampel dalam penelitian
untuk membentuk citarasa khas cokelat dan ini dengan cara pengambilan contoh acak
mengurangi rasa pahit serta sepat yang ada di kelompok (stratified random sampling) yaitu
dalam biji kakao (Rohan, 1963; Wahyudi, kelompok yang menerapkan teknologi
1988; Clapperton, 1994; Widyotomo et al., fermentasi dan tidak menerapkan teknologi
2001). fermentasi. Berdasarkan populasi sebanyak 475
Produktivitas kakao di Provinsi Bali KK, sampel petani yang akan dijadikan contoh
sebesar 772,63 kg/ha, masih di bawah rata-rata sebanyak 100 responden yaitu kelompok
produktivitas tanaman kakao nasional. petani yang menerapkan teknologi fermentasi
Kabupaten Tabanan merupakan salah satu sebanyak 60 responden dan kelompok petani
sentra kakao di Provinsi Bali. Pada tahun 2009, yang tidak menerapkan teknologi fermentasi
luas areal kakao di Kabupaten Tabanan sebanyak 40 responden. Metode analisis yang
mencapai 5.064 hektar (terluas di Bali) dengan digunakan adalah model ekonometrika untuk
produksi 2.469 ton, namun produktivitasnya menduga hubungan antar variabel tak bebas
hanya 720 kg/ha, di bawah rata-rata untuk Bali dari suatu fungsi produksi dalam usahatani
yaitu sebesar 773 kg/ha. Dengan demikian, kakao. Beberapa faktor yang mendasari
permasalahan yang dihadapi adalah rendahnya pemilihan suatu model adalah: (1) tingkat
produksi kakao di tingkat perkebunan rakyat kesesuaian dan kecocokan model (goodness of
dan rendahnya kualitas mutu biji karena tidak fit), (2) layak tidaknya parameter dugaan, dan
melalui proses fermentasi. Oleh karena itu, (3) hasil pengujian (uji t) parameter dugaan
tujuan dari penelitian ini adalah: (1) (Koutsoyiannis, 1977; Intriligator, 1978).
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Analisis produksi menggunakan model
produksi kakao pada perkebunan rakyat, dan fungsi produksi Stochastic Frontier Cobb-
(2) menganalisis faktor-faktor yang Douglas. Adapun model penduga fungsi
mempengaruhi inefisiensi produksi kakao pada produksi, dilakukan pada kedua kelompok
perkebunan rakyat. responden yang menerapkan teknologi
fermentasi dan tidak menerapkan teknologi
METODE PENELITIAN fermentasi adalah sebagai berikut:
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mundeh LnY = Ln0 + 1LnX1 + 2LnX2 + 3LnX3 +
Kauh, Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten 4LnX4 + 5LnX5 + 6LnX6 +
Tabanan, Provinsi Bali pada bulan Juli-Agustus 7LnX7 + vi - ui ....... (1)
2012. Penentuan lokasi secara sengaja dimana:
(purposive) dengan pertimbangan: (1) Tabanan Y = Produksi biji kakao kering (kg)
merupakan daerah dengan luas areal tanaman 0 = Konstanta
kakao terbesar yaitu 5.064 hektar dari 12.796 X1 = Tenaga kerja (HOK)
hektar kakao di Provinsi Bali, (2) Tabanan X2 = Pupuk N (kg)
merupakan kabupaten yang memiliki jumlah X3 = Pupuk P (kg)
48
Jemmy R., Anna F., Siti Jahroh : Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kakao ...
Tabel 1. Uji Beda Faktor Inefisiensi Produksi Kakao antara Kelompok yang Menerapkan Teknologi
Fermentasi dengan Tidak Menerapkan Teknologi Fermentasi di Kabupaten Tabanan, Bali Th 2012
Rata-rata
Variabel
No. Tidak t-hitung
Inefisiensi Fermentasi
Fermentasi
1. Umur Responden (Thn) 45,13 43,03 1,032
2. Pendidikan Responden (Thn) 7,15 7,35 -0,293
3. Pengalaman usahatani kakao (Thn) 20,42 20,40 0,013
4. Jumlah persil yang diusahakan (persil) 1,95 2,00 -0,297
Keterangan: * = berbeda nyata pada taraf 10%
** = berbeda nyata pada taraf 5%
*** = berbeda nyata pada taraf 1%
49
Jemmy R., Anna F., Siti Jahroh : Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kakao ...
Sedangkan rata-rata tingkat pendidikan produksi dan produksi biji kakao antara
responden pada kelompok petani yang kelompok yang menerapkan teknologi
menerapkan teknologi fermentasi yaitu 7,15 fermentasi dan tidak menerapkan teknologi
tahun lebih kecil dibandingkan dengan fermentasi pada biji kakao terdiri dari tujuh
kelompok petani yang tidak menerapkan variabel yaitu: produksi, tenaga kerja, pupuk N,
teknologi fermentasi yaitu 7,35 tahun. Hal ini pupuk P, pupuk K, pestisida, dan umur
menunjukkan bahwa sebagian besar responden tanaman kakao. Berdasar hasil uji beda dari
hanya mengenyam pendidikan formal sampai ketujuh variabel tersebut hanya penggunaan
dengan tingkat Sekolah Dasar (SD). input pestisida yang berbeda nyata antara kedua
Berdasarkan rata-rata pengalaman kelompok tersebut yang berbeda pada taraf
berusahatani kakao pada kelompok petani yang sebesar 1% (Tabel 2).
menerapkan teknologi fermentasi yaitu 20,42 Berdasarkan Tabel 2, rata-rata produksi
tahun lebih besar dibandingkan dengan per hektar yang dihasilkan kelompok yang
kelompok petani yang tidak menerapkan menerapkan teknologi fermentasi sebesar
teknologi fermentasi yaitu 20,40 tahun. Artinya 301,13 kg dan kelompok yang tidak
terlihat bahwa sebagian besar petani sudah menerapkan teknologi fermentasi sebesar
berpengalaman dalam berusahatani kakao. 325,55 kg. Rendahnya produksi yang
Sedangkan rata-rata jumlah persil yang dihasilkan oleh kelompok yang menerapkan
diusahakan dalam usahatani kakao pada teknologi fermentasi disebabkan tingginya
kelompok petani yang menerapkan teknologi kehilangan hasil yang yang diperoleh pada saat
fermentasi yaitu 1,95 persil lebih kecil penjemuran biji kakao yang diduga karena
dibandingkan dengan kelompok petani yang proses fermentasi. Hasil uji beda produksi dari
tidak menerapkan teknologi fermentasi yaitu kedua kelompok tersebut tidak berbeda nyata.
2,00 persil. Artinya sebagian besar petani dari Penggunaan input produksi antara kelompok
kedua kelompok tersebut memiliki 2 persil yang menerapkan teknologi fermentasi dan
lahan yang diusahakan untuk tanaman kakao. tidak menerapkan teknologi fermentasi terdiri
Penggunaan input produksi dan dari tujuh variabel yaitu: tenaga kerja, pupuk N,
produksi yang dihasilkan petani terkadang pupuk P, pupuk K, pestisida, luas lahan dan
berbeda antara petani satu dengan yang lainnya. umur tanaman kakao.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri Hasil uji beda dari ketujuh variabel
dari 2 kelompok petani yang berbeda dalam tersebut hanya penggunaan input pestisida yang
penerapan teknologi yaitu teknologi berbeda nyata antara kedua kelompok pada
pengolahan biji kakao dengan difermentasi dan taraf sebesar 5%. Keenam variabel lainnya
tidak difermentasi. Uji beda penggunaan input
Tabel 2. Uji Beda Penggunaan Input Produksi dan Produksi Kakao per Hektar antara Kelompok yang
Menerapkan Teknologi Fermentasi dengan Tidak Menerapkan Teknologi Fermentasi di Kabupaten
Tabanan, Bali Tahun 2012
Rata-rata
Variabel
No. Tidak t-hitung
Input Output Fermentasi
Fermentasi
1. Produksi (kg) 301,13 325,55 -1,376
2. Tenaga kerja (HOK) 26,61 26,48 0,081
3. Pupuk N (kg) 117,74 118,59 -0,138
4. Pupuk P (kg) 61,41 62,19 -0,177
5. Pupuk K (kg) 60,61 60,76 -0,036
6. Pestisida (liter) 4,47 8,18 -5,035 ***
7. Umur tanaman (Thn) 21,62 21,30 0,563
Keterangan: * = berbeda nyata pada taraf 10%
** = berbeda nyata pada taraf 5%
*** = berbeda nyata pada taraf 1%
50
Jemmy R., Anna F., Siti Jahroh : Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kakao ...
yaitu tenaga kerja, pupuk N, pupuk P, pupuk K, berpengaruh nyata pada taraf sebesar 10%
luas lahan garapan dan umur tanaman antara dan berpengaruh positif terhadap produksi.
kelompok petani yang menerapkan teknologi Penggunaan pupuk N, pupuk P dan pupuk K
fermentasi dan tidak menerapkan teknologi tidak berpengaruh nyata terhadap produksi
fermentasi tidak berbeda nyata. Penggunaan kakao (Tabel 3). Hasil pendugaan dari
input pestisida per hektar pada kelompok petani curahan tenaga kerja diperoleh nilai koefisien
yang menerapkan teknologi fermentasi yang sebesar 0,85. Angka ini menunjukkan bahwa
dihasilkan nilai rata-rata sebesar 4,47 liter lebih penambahan sebesar 1 persen tenaga kerja
kecil dibandingkan dengan kelompok petani (dimana input lainnya tetap), dapat
yang tidak menerapkan teknologi fermentasi meningkatkan produksi kakao dengan
diperoleh nilai rata-rata per hektar sebesar 8,18 tambahan produksi sebesar 0,85 persen. Tenaga
liter. Hal ini diduga tingkat serangan hama dan kerja paling responsif dibandingkan variabel
penyakit pada kelompok petani yang tidak lainnya karena memiliki koefisien yang paling
menerapkan teknologi fermentasi lebih tinggi besar. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
dibandingkan dengan kelompok petani yang yang menyatakan bahwa input tenaga kerja
menerapkan teknologi fermentasi. berpengaruh terhadap produksi kakao (Bafadal,
2000; Slameto, 2003; Tumanggor, 2009).
Faktor yang Mempengaruhi Produksi Implikasinya adalah jika petani kakao ingin
Kakao meningkatkan produksi kakao, maka curahan
tenaga kerja terutama pemeliharaan tanaman
Hasil pendugaan dengan model stochastic
seperti pemangkasan cabang tanaman yang
frontier menggambarkan kinerja terbaik (best
tidak produktif perlu ditingkatkan dan
practice) dari petani responden pada tingkat
dilakukan secara intensif agar tingkat
teknologi yang ada. Pendugaan dilakukan
kelembaban udara tidak terlalu tinggi serta
dengan metode Maximum Likelihood Estimate
masuknya sinar matahari pada lahan kebun
(MLE). Dari tujuh variabel yang diduga
kakao. Hal ini disebabkan keadaan tanaman
relevan, variabel-variabel yang nyata
kakao saat ini banyak terserang hama dan
berpengaruh terhadap produksi petani
penyakit yang diduga karena tingkat
responden adalah: tenaga kerja, pestisida, luas
kelembaban udara yang tinggi.
lahan dan umur tanaman. Curahan tenaga kerja
Umur tanaman diduga berpengaruh
dan umur tanaman berpengaruh nyata pada
nyata dengan nilai koefisien diperoleh sebesar -
taraf sebesar 1%. Tenaga kerja berpengaruh
0,22. Angka ini menunjukkan bahwa setiap
positif terhadap produksi, sedangkan umur
penambahan sebesar 1 persen umur tanaman,
tanaman berpengaruh negatif terhadap
maka akan mengurangi produksi kakao sebesar
produksi. Penggunaan pestisida berpengaruh
0,22 persen. Artinya, jika petani bertahan
nyata pada taraf sebesar 5% dan berpengaruh
dengan tanaman kakao yang saat ini
positif terhadap produksi. Sedangkan luas lahan
Tabel 3. Pendugaan Fungsi Produksi dengan Metode Maksimum Likelihood Estimate (MLE) pada
Perkebunan Rakyat di Kabupaten Tabanan, Bali Tahun 2012
51
Jemmy R., Anna F., Siti Jahroh : Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kakao ...
diusahakan, maka produksi kakao akan buah kakao (PBK) dan busuk buah kakao
semakin berkurang dan pendapatan petani dari (BBK) karena tingginya kelembaban udara.
komoditas kakao akan semakin kecil. Berbeda
dengan hasil penelitian yang menyatakan Faktor Inefisiensi Produksi Kakao
bahwa umur tanaman berpengaruh positif
Fungsi inefisiensi teknis dalam penelitian ini
terhadap produksi kakao (Slameto, 2003;
digunakan enam variabel yang diduga
Tumanggor, 2009). Hal ini disebabkan karena
mempengaruhi inefisiensi produksi kakao. Dari
umur tanaman kakao yang diusahakan saat ini
keenam variabel inefisiensi teknis yang
sudah tua dengan rata-rata umur tanaman kakao
diamati, hanya dua variabel yang berpengaruh
22 tahun yaitu berada diatas usia tanaman
nyata yaitu jumlah persil dan dummy
kakao paling produktif adalah 13-19 tahun
fermentasi yang berpengaruh nyata pada taraf
(Wahyudi et al., 2009). Implikasinya adalah,
sebesar 10%. Sedangkan umur dan pendidikan
jika petani ingin meningkatkan produksi kakao,
responden, pengalaman dalam berusahatani
perlu dilakukan peremajaan tanaman yang
kakao serta status kepemilikan lahan yang
dimiliki atau merehabilitasi tanaman kakao.
diusahakan tidak berpengaruh nyata terhadap
Penggunaan pestisida diduga
inefisiensi teknis (Tabel 4).
berpengaruh nyata dengan nilai koefisien
Nilai indeks efisiensi teknis hasil
sebesar 0,05. Artinya, setiap penambahan 1 %
analisis dikategorikan efisien karena
penggunaan pestisida, dapat meningkatkan
menghasilkan nilai yang lebih besar dari 0,70
produksi kakao sebesar 0,05 persen. Sejalan
sebagai batas efisiensi (Coelli, 1998). Hal ini
dengan hasil penelitian lain yang menyatakan
dikarenakan Kabupaten Tabanan merupakan
penggunaan pestisida berpengaruh terhadap
sentra produksi kakao di Provinsi Bali sehingga
produksi kakao (Bafadal, 2000; Slameto, 2003;
menghasilkan efisiensi rata-rata sebesar 91,20
Tumanggor, 2009). Implikasinya jika petani
persen. Selain itu usahatani kakao di Kabupaten
ingin meningkatan produksi kakao, penggunaan
Tabanan sudah efisien dan mendekati
pestisida perlu dilakukan dan ditingkatkan
frontiernya karena daerah ini sebagai sentra
karena tingginya tingkat serangan hama dan
produksi kakao di Bali.
penyakit penggerek buah kakao (PBK) dan
Jumlah persil berpengaruh nyata dalam
busuk buah kakao (BBK).
inefisiensi produksi dengan nilai koefisien
Luas lahan diduga berpengaruh nyata
bertanda positif yaitu sebesar 0,23. Artinya
dengan nilai koefisien sebesar 0,07. Artinya
bahwa semakin banyak jumlah persil lahan
penambahan sebesar 1 persen lahan dimana
kakao yang diusahakan, maka inefisiensi
input lain tetap, dapat meningkatkan produksi
semakin meningkat atau semakin banyak
sebesar 0,07 persen. Hal ini sejalan dengan
jumlah persil yang diusahakan petani, maka
hasil penelitian yang menyatakan bahwa luas
usahatani kakao yang dilakukan petani semakin
lahan berpengaruh positif terhadap produksi
tidak efisien. Semakin banyak jumlah persil
kakao (Slameto, 2003; Tumanggor, 2009).
yang diusahakan petani kakao maka
Implikasinya adalah jika petani ingin
pengelolaan menjadi lebih sulit dalam
meningkatkan produksi kakao, maka luas lahan
pemeliharaan dan pengawasan tanaman karena
yang diusahakan petani harus ditingkatkan atau
jarak persil yang berjauhan serta keadaan
mengganti tanaman lain yang diusahakan selain
topografi wilayah yang curam karena berada
kakao seperti kopi, kelapa dan cengkeh. Fakta
dalam wilayah pegunungan.
yang terjadi di lapangan petani kakao selain
Berdasarkan status pengolahan biji
mengusahakan komoditas kakao sebagai
kakao, variabel dummy fermentasi berpengaruh
komoditas utama, juga mengusahakan
nyata dengan nilai koefisien sebesar 0,35.
komoditas perkebunan lain dengan pola
Artinya petani yang menerapkan teknologi
tumpang sari. Hal ini diduga bahwa produksi
fermentasi memiliki inefisiensi yang lebih
kakao yang selama ini menurun disebabkan
besar. Hal ini disebabkan karena adanya
karena padatnya jumlah tanaman yang
kehilangan hasil yang lebih besar pada petani
diusahakan dalam satu areal lahan. Selain itu
yang menerapkan teknologi fermentasi
kepadatan tanaman dalam satu areal lahan
dibandingkan dengan kelompok petani yang
diduga juga menyebabkan tanaman kakao
tidak menerapkannya.
terserang hama dan penyakit seperti penggerek
52
Jemmy R., Anna F., Siti Jahroh : Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kakao ...
Tabel 4. Pendugaan Fungsi Inefisiensi Produksi Kakao dengan Frontier pada Perkebunan Rakyat di
Kabupaten Tabanan, Bali Tahun 2012
Standard-
Parameter Variabel Koefisien t-ratio
error
0 Konstanta 2,96625 0,30302 9,78896
1 Umur responden -0,00690 0,00955 -0,72226
2 Pendidikan responden -0,03185 0,02108 -1,51066
3 Pengalaman usaha -0,01107 0,01455 -0,76081
4 Jumlah persil 0,22582 0,11807 1,91260 *
5 Dummy Status lahan -0,12735 0,14998 -0,84911
6 Dummy Fermentasi 0,34822 0,19735 1,76442 *
sigma-square 0,03313 0,01620 2,04545
Gamma 0,88326 0,08395 10,05208
Log Likelihood function 92,24777
LR test of the one-side error 29,56750
mean efficiency 0,91202
Keterangan: * = berpengaruh nyata pada taraf 10%
** = berpengaruh nyata pada taraf 5%
*** = berpengaruh nyata pada taraf 1%
53
Jemmy R., Anna F., Siti Jahroh : Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kakao ...
Slameto. 2003. Analisis Produksi, Penawaran Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga
dan Pemasaran Kakao di Daerah Sentra Hilir. Cetakan Kedua. Penebar Swadaya.
Pengembangan Komoditas Unggulan Jakarta.
Lampung. Tesis Program Pascasarjana
Widyotomo, S., S. Mulato dan Yusianto. 2001.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Karakteristik Biji Kakao Kering Hasil
Tumanggor, D.S. 2009. Analisis Faktor-Faktor Pengolahan dengan Metode Fermentasi
Yang Mempengaruhi Produksi Cokelat dalam Karung Plastik. Pelita
di Kabupaten Dairi. Tesis Sekolah Perkebunan, 17, 72-86. Pusat Penelitian
Pascasarjana Universitas Sumatera Kopi dan Kakao Indonesia. Jember.
Utara, Medan.
Widyotomo, S. dan Mulato, S. 2008. Teknologi
Wahyudi, T. 1988. Perisa Kakao dan Fermentasi dan Diversifikasi Pulpa
Komponen-komponennya. Pelita Kakao Menjadi Produk yang Bermutu
Perkebunan, 4, 106-110. Pusat Penelitian dan Bernilai Tambah. Review Penelitian
Kopi dan Kakao Indonesia. Jember. Kopi dan Kakao. Vol. 24(1), 65-82,
2008. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Wahyudi, T., T.R. Panggabean dan Pujianto.
Indonesia. Jember.
2009. Panduan Lengkap Kakao,
54