Anda di halaman 1dari 8

SEPA : Vol. 10 No.

1 September 2013 : 47 54 ISSN : 1829-9946

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KAKAO PADA


PERKEBUNAN RAKYAT DI BALI: PENDEKATAN STOCHASTIC FRONTIER

Jemmy Rinaldi1), Anna Fariyanti2) dan Siti Jahroh2)


1)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali
2)
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB
E-mail: jemmy_rinaldi@yahoo.com

Abstract: Cocoa is one of the export commodity of plantation subsector which is a


national commodity. Cocoa planting area development in the past 10 years has been
increasing rapidly, however it was not followed by development in production. Most of
the cocoa planting area was cultivated by smallholder. The low level of cocoa
productivity was due to the use of production inputs which was not following the
recommendation. The purpose of this study was to: (1) analyze the factors that
influence the production of cocoa beans in Bali, and (2) analyze the factors that
influence production inefficiency of cocoa at smallholder level. This study was held in
Tabanan from July to August 2012, since this area is a cocoa production center in
Bali. Type of data collected was primary data which was obtained by survey method
using questionnaires. The respondents of this study were 100 cocoa farmers, which
were divided into 40 cocoa farmers without fermentation process and 60 farmers with
fermentation process. Data were analyzed with the stochastic frontier approach using
frontier 4.1 analysis tool. The results showed that factors which positively influenced
on the increase of cocoa production were labor, pesticides and land. On the other
hand, factors which negatively influenced were plant age, the amount of cultivated
land plot and application of fermentation technology .
Keywords: efficiency, inefficiency, production, stochastic frontier, cocoa

PENDAHULUAN kakao di Indonesia dikelola oleh perkebunan


rakyat. Perkembangan areal tanam kakao
Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor ternyata tidak diikuti dengan peningkatan
dari subsektor perkebunan yang merupakan produksi yang sejalan dengan peningkatan luas
komoditas unggulan nasional, dimana pada areal. Hal ini terlihat pada produksi kakao
tahun 2000 sampai dengan tahun 2007 perkebunan rakyat yang pada tahun 2003
komoditas ini memberikan sumbangan devisa sebesar 634.877 ton dengan luas areal tanam
keempat setelah kelapa sawit, karet, dan kelapa. 861.099 hektar meningkat hanya 773.707 ton
Namun pada tahun 2008 komoditas kakao naik dengan luas areal sebesar 1.555.596 hektar di
pada peringkat ketiga setelah kelapa sawit dan tahun 2010 (Ditjenbun, 2010). Jika dilihat dari
karet yaitu sebesar US$ 1,413 milyar tahun luas areal tanam kakao perkebunan rakyat
2009 (Ditjenbun, 2010). Hal ini menunjukkan tersebut, terjadi peningkatan yang hampir
bahwa komoditas kakao sebagai salah satu 100% tetapi produksi yang dihasilkan
komoditas perkebunan yang memberikan perkebunan rakyat tidak lebih dari 30%. Hal ini
sumbangan devisa negara yang besar. berarti produktivitas kakao yang diusahakan
Berdasarkan luas areal tanam, kakao perkebunan rakyat mengalami penurunan
merupakan komoditas perkebunan tertinggi selama satu dekade.
keempat setelah kelapa sawit, kelapa dan karet. Pengembangan kakao di Indonesia
Tahun 2000 luas areal kakao di Indonesia tidak lepas dari berbagai masalah yang
hanya sebesar 749.917 hektar dan terus dijumpai dari sektor hulu hingga hilir.
meningkat hingga tahun 2010 menjadi sebesar Beberapa masalah di sektor hulu antara lain
1.651.539 hektar. Sebagian besar luas areal produktivitas tanaman masih rendah, serta

47
Jemmy R., Anna F., Siti Jahroh : Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kakao ...

adanya serangan hama dan penyakit. petani kakao tertinggi di Provinsi Bali yaitu
Sedangkan permasalahan di sektor hilir sebesar 23.938 KK pada tahun 2010 dan (3)
sebagian besar disebabkan karena tingginya Desa Mundeh Kauh merupakan salah satu desa
kandungan biji yang tidak difermentasi di Kabupaten Tabanan yang telah menerapkan
sehingga biji kakao Indonesia dikenakan teknologi fermentasi pada biji kakao.
automatic detention untuk pasar Amerika. Jenis data yang digunakan dalam
Besarnya potongan harga akibat masalah penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data
tersebut pada tahun 2005 mencapai US$250/ton dalam bentuk angka-angka, bersumber dari
(Askindo, 2005). Dominasi rendahnya mutu data primer dan data sekunder. Data primer
kakao juga menyebabkan banyak industri diperoleh dengan cara wawancara langsung
cokelat dalam negeri kesulitan mendapatkan dengan responden/petani kakao menggunakan
biji kakao yang memiliki citarasa baik. kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh
Widyatomo dan Mulato (2008) menyebutkan dari instansi-instansi terkait serta hasil
bahwa untuk mendapatkan citarasa kakao yang penelitian yang berkaitan langsung dengan
baik harus melakukan proses pengolahan biji topik penelitian.
kakao dengan fermentasi. Fermentasi bertujuan Pengambilan sampel dalam penelitian
untuk membentuk citarasa khas cokelat dan ini dengan cara pengambilan contoh acak
mengurangi rasa pahit serta sepat yang ada di kelompok (stratified random sampling) yaitu
dalam biji kakao (Rohan, 1963; Wahyudi, kelompok yang menerapkan teknologi
1988; Clapperton, 1994; Widyotomo et al., fermentasi dan tidak menerapkan teknologi
2001). fermentasi. Berdasarkan populasi sebanyak 475
Produktivitas kakao di Provinsi Bali KK, sampel petani yang akan dijadikan contoh
sebesar 772,63 kg/ha, masih di bawah rata-rata sebanyak 100 responden yaitu kelompok
produktivitas tanaman kakao nasional. petani yang menerapkan teknologi fermentasi
Kabupaten Tabanan merupakan salah satu sebanyak 60 responden dan kelompok petani
sentra kakao di Provinsi Bali. Pada tahun 2009, yang tidak menerapkan teknologi fermentasi
luas areal kakao di Kabupaten Tabanan sebanyak 40 responden. Metode analisis yang
mencapai 5.064 hektar (terluas di Bali) dengan digunakan adalah model ekonometrika untuk
produksi 2.469 ton, namun produktivitasnya menduga hubungan antar variabel tak bebas
hanya 720 kg/ha, di bawah rata-rata untuk Bali dari suatu fungsi produksi dalam usahatani
yaitu sebesar 773 kg/ha. Dengan demikian, kakao. Beberapa faktor yang mendasari
permasalahan yang dihadapi adalah rendahnya pemilihan suatu model adalah: (1) tingkat
produksi kakao di tingkat perkebunan rakyat kesesuaian dan kecocokan model (goodness of
dan rendahnya kualitas mutu biji karena tidak fit), (2) layak tidaknya parameter dugaan, dan
melalui proses fermentasi. Oleh karena itu, (3) hasil pengujian (uji t) parameter dugaan
tujuan dari penelitian ini adalah: (1) (Koutsoyiannis, 1977; Intriligator, 1978).
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Analisis produksi menggunakan model
produksi kakao pada perkebunan rakyat, dan fungsi produksi Stochastic Frontier Cobb-
(2) menganalisis faktor-faktor yang Douglas. Adapun model penduga fungsi
mempengaruhi inefisiensi produksi kakao pada produksi, dilakukan pada kedua kelompok
perkebunan rakyat. responden yang menerapkan teknologi
fermentasi dan tidak menerapkan teknologi
METODE PENELITIAN fermentasi adalah sebagai berikut:

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mundeh LnY = Ln0 + 1LnX1 + 2LnX2 + 3LnX3 +
Kauh, Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten 4LnX4 + 5LnX5 + 6LnX6 +
Tabanan, Provinsi Bali pada bulan Juli-Agustus 7LnX7 + vi - ui ....... (1)
2012. Penentuan lokasi secara sengaja dimana:
(purposive) dengan pertimbangan: (1) Tabanan Y = Produksi biji kakao kering (kg)
merupakan daerah dengan luas areal tanaman 0 = Konstanta
kakao terbesar yaitu 5.064 hektar dari 12.796 X1 = Tenaga kerja (HOK)
hektar kakao di Provinsi Bali, (2) Tabanan X2 = Pupuk N (kg)
merupakan kabupaten yang memiliki jumlah X3 = Pupuk P (kg)

48
Jemmy R., Anna F., Siti Jahroh : Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kakao ...

X4 = Pupuk K (kg) Nilai koefisien yang diharapkan adalah : 1, 2,


X5 = Pestisida (liter) 3, 4, 5, 6 < 0. Agar diperoleh persamaan
X6 = Luas lahan (ha) fungsi produksi potensial maka dilakukan
X7 = Umur tanaman (tahun) estimasi terhadap fungsi produksi frontier
vi - ui = Error term (ui) efek inefisiensi teknis usahatani kakao. Dalam penelitian ini
model digunakan fungsi produksi frontier stokastik
i = Koefisien parameter penduga, (stochastic frontier production function) untuk
dimana i = 1,2,3, n menganalisis efisiensi. Model frontier seperti
translog model dapat diestimasi dengan
Nilai koefisien yang diharapkan : 1, 2, 3, menggunakan MLE (Maximum Likelihood
4, 5, 6, 7 > 0. Sedangkan penentu nilai Estimastion).
parameter distribusi efek inefisiensi teknis pada
penelitian ini dibangun dengan model sebagai HASIL DAN PEMBAHASAN
berikut:
Karakteristik Responden, Produksi dan
ui = 0 + 1Z1 + 2Z2 + 3Z3 + 4 Z4 + 5Z5 + Penggunaan Input
6Z6 + w1it ......... (2)
Karakteristik responden dalam penelitian ini
terdiri dari umur, pendidikan, pengalaman
dimana:
berusahatani kakao, dan jumlah persil. Hasil uji
ui = Efek inefisiensi teknis
beda dari keempat variabel tersebut rata-rata
0 = Konstanta
umur responden, pendidikan responden,
Z1 = Umur responden (tahun)
pengalaman responden dalam berusahatani
Z2 = Tingkat pendidikan formal responden
kakao dan jumlah persil yang diusahakan
(tahun)
antara kelompok petani yang menerapkan
Z3 = Pengalaman usahatani kakao (tahun)
teknologi fermentasi dan kelompok petani yang
Z4 = Jumlah persil yang diusahakan
tidak menerapkan teknologi fermentasi
(persil)
memiliki nilai rata-rata yang tidak berbeda
Z5 = Dummy status kepemilikan lahan (1=
nyata (Tabel 1).
milik sendiri, dan 0 = milik orang lain)
Berdasarkan Tabel 1, menunjukkan
Z6 = Dummy status penerapan teknologi
bahwa umur petani responden pada kelompok
fermentasi (1 = difermentasi, dan 0 =
petani yang menerapkan teknologi fermentasi
tidak difermentasi)
yaitu 45,13 tahun lebih besar dibandingkan
wit = Error term
dengan kelompok petani yang tidak
i = Koefisien parameter penduga, dimana i
menerapkan teknologi fermentasi yaitu 43,03
= 1,2,3, n
tahun. Artinya sebagian besar responden dari
kedua kelompok tersebut berada pada usia
produktif.

Tabel 1. Uji Beda Faktor Inefisiensi Produksi Kakao antara Kelompok yang Menerapkan Teknologi
Fermentasi dengan Tidak Menerapkan Teknologi Fermentasi di Kabupaten Tabanan, Bali Th 2012

Rata-rata
Variabel
No. Tidak t-hitung
Inefisiensi Fermentasi
Fermentasi
1. Umur Responden (Thn) 45,13 43,03 1,032
2. Pendidikan Responden (Thn) 7,15 7,35 -0,293
3. Pengalaman usahatani kakao (Thn) 20,42 20,40 0,013
4. Jumlah persil yang diusahakan (persil) 1,95 2,00 -0,297
Keterangan: * = berbeda nyata pada taraf 10%
** = berbeda nyata pada taraf 5%
*** = berbeda nyata pada taraf 1%

49
Jemmy R., Anna F., Siti Jahroh : Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kakao ...

Sedangkan rata-rata tingkat pendidikan produksi dan produksi biji kakao antara
responden pada kelompok petani yang kelompok yang menerapkan teknologi
menerapkan teknologi fermentasi yaitu 7,15 fermentasi dan tidak menerapkan teknologi
tahun lebih kecil dibandingkan dengan fermentasi pada biji kakao terdiri dari tujuh
kelompok petani yang tidak menerapkan variabel yaitu: produksi, tenaga kerja, pupuk N,
teknologi fermentasi yaitu 7,35 tahun. Hal ini pupuk P, pupuk K, pestisida, dan umur
menunjukkan bahwa sebagian besar responden tanaman kakao. Berdasar hasil uji beda dari
hanya mengenyam pendidikan formal sampai ketujuh variabel tersebut hanya penggunaan
dengan tingkat Sekolah Dasar (SD). input pestisida yang berbeda nyata antara kedua
Berdasarkan rata-rata pengalaman kelompok tersebut yang berbeda pada taraf
berusahatani kakao pada kelompok petani yang sebesar 1% (Tabel 2).
menerapkan teknologi fermentasi yaitu 20,42 Berdasarkan Tabel 2, rata-rata produksi
tahun lebih besar dibandingkan dengan per hektar yang dihasilkan kelompok yang
kelompok petani yang tidak menerapkan menerapkan teknologi fermentasi sebesar
teknologi fermentasi yaitu 20,40 tahun. Artinya 301,13 kg dan kelompok yang tidak
terlihat bahwa sebagian besar petani sudah menerapkan teknologi fermentasi sebesar
berpengalaman dalam berusahatani kakao. 325,55 kg. Rendahnya produksi yang
Sedangkan rata-rata jumlah persil yang dihasilkan oleh kelompok yang menerapkan
diusahakan dalam usahatani kakao pada teknologi fermentasi disebabkan tingginya
kelompok petani yang menerapkan teknologi kehilangan hasil yang yang diperoleh pada saat
fermentasi yaitu 1,95 persil lebih kecil penjemuran biji kakao yang diduga karena
dibandingkan dengan kelompok petani yang proses fermentasi. Hasil uji beda produksi dari
tidak menerapkan teknologi fermentasi yaitu kedua kelompok tersebut tidak berbeda nyata.
2,00 persil. Artinya sebagian besar petani dari Penggunaan input produksi antara kelompok
kedua kelompok tersebut memiliki 2 persil yang menerapkan teknologi fermentasi dan
lahan yang diusahakan untuk tanaman kakao. tidak menerapkan teknologi fermentasi terdiri
Penggunaan input produksi dan dari tujuh variabel yaitu: tenaga kerja, pupuk N,
produksi yang dihasilkan petani terkadang pupuk P, pupuk K, pestisida, luas lahan dan
berbeda antara petani satu dengan yang lainnya. umur tanaman kakao.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri Hasil uji beda dari ketujuh variabel
dari 2 kelompok petani yang berbeda dalam tersebut hanya penggunaan input pestisida yang
penerapan teknologi yaitu teknologi berbeda nyata antara kedua kelompok pada
pengolahan biji kakao dengan difermentasi dan taraf sebesar 5%. Keenam variabel lainnya
tidak difermentasi. Uji beda penggunaan input

Tabel 2. Uji Beda Penggunaan Input Produksi dan Produksi Kakao per Hektar antara Kelompok yang
Menerapkan Teknologi Fermentasi dengan Tidak Menerapkan Teknologi Fermentasi di Kabupaten
Tabanan, Bali Tahun 2012

Rata-rata
Variabel
No. Tidak t-hitung
Input Output Fermentasi
Fermentasi
1. Produksi (kg) 301,13 325,55 -1,376
2. Tenaga kerja (HOK) 26,61 26,48 0,081
3. Pupuk N (kg) 117,74 118,59 -0,138
4. Pupuk P (kg) 61,41 62,19 -0,177
5. Pupuk K (kg) 60,61 60,76 -0,036
6. Pestisida (liter) 4,47 8,18 -5,035 ***
7. Umur tanaman (Thn) 21,62 21,30 0,563
Keterangan: * = berbeda nyata pada taraf 10%
** = berbeda nyata pada taraf 5%
*** = berbeda nyata pada taraf 1%

50
Jemmy R., Anna F., Siti Jahroh : Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kakao ...

yaitu tenaga kerja, pupuk N, pupuk P, pupuk K, berpengaruh nyata pada taraf sebesar 10%
luas lahan garapan dan umur tanaman antara dan berpengaruh positif terhadap produksi.
kelompok petani yang menerapkan teknologi Penggunaan pupuk N, pupuk P dan pupuk K
fermentasi dan tidak menerapkan teknologi tidak berpengaruh nyata terhadap produksi
fermentasi tidak berbeda nyata. Penggunaan kakao (Tabel 3). Hasil pendugaan dari
input pestisida per hektar pada kelompok petani curahan tenaga kerja diperoleh nilai koefisien
yang menerapkan teknologi fermentasi yang sebesar 0,85. Angka ini menunjukkan bahwa
dihasilkan nilai rata-rata sebesar 4,47 liter lebih penambahan sebesar 1 persen tenaga kerja
kecil dibandingkan dengan kelompok petani (dimana input lainnya tetap), dapat
yang tidak menerapkan teknologi fermentasi meningkatkan produksi kakao dengan
diperoleh nilai rata-rata per hektar sebesar 8,18 tambahan produksi sebesar 0,85 persen. Tenaga
liter. Hal ini diduga tingkat serangan hama dan kerja paling responsif dibandingkan variabel
penyakit pada kelompok petani yang tidak lainnya karena memiliki koefisien yang paling
menerapkan teknologi fermentasi lebih tinggi besar. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
dibandingkan dengan kelompok petani yang yang menyatakan bahwa input tenaga kerja
menerapkan teknologi fermentasi. berpengaruh terhadap produksi kakao (Bafadal,
2000; Slameto, 2003; Tumanggor, 2009).
Faktor yang Mempengaruhi Produksi Implikasinya adalah jika petani kakao ingin
Kakao meningkatkan produksi kakao, maka curahan
tenaga kerja terutama pemeliharaan tanaman
Hasil pendugaan dengan model stochastic
seperti pemangkasan cabang tanaman yang
frontier menggambarkan kinerja terbaik (best
tidak produktif perlu ditingkatkan dan
practice) dari petani responden pada tingkat
dilakukan secara intensif agar tingkat
teknologi yang ada. Pendugaan dilakukan
kelembaban udara tidak terlalu tinggi serta
dengan metode Maximum Likelihood Estimate
masuknya sinar matahari pada lahan kebun
(MLE). Dari tujuh variabel yang diduga
kakao. Hal ini disebabkan keadaan tanaman
relevan, variabel-variabel yang nyata
kakao saat ini banyak terserang hama dan
berpengaruh terhadap produksi petani
penyakit yang diduga karena tingkat
responden adalah: tenaga kerja, pestisida, luas
kelembaban udara yang tinggi.
lahan dan umur tanaman. Curahan tenaga kerja
Umur tanaman diduga berpengaruh
dan umur tanaman berpengaruh nyata pada
nyata dengan nilai koefisien diperoleh sebesar -
taraf sebesar 1%. Tenaga kerja berpengaruh
0,22. Angka ini menunjukkan bahwa setiap
positif terhadap produksi, sedangkan umur
penambahan sebesar 1 persen umur tanaman,
tanaman berpengaruh negatif terhadap
maka akan mengurangi produksi kakao sebesar
produksi. Penggunaan pestisida berpengaruh
0,22 persen. Artinya, jika petani bertahan
nyata pada taraf sebesar 5% dan berpengaruh
dengan tanaman kakao yang saat ini
positif terhadap produksi. Sedangkan luas lahan

Tabel 3. Pendugaan Fungsi Produksi dengan Metode Maksimum Likelihood Estimate (MLE) pada
Perkebunan Rakyat di Kabupaten Tabanan, Bali Tahun 2012

Parameter Variabel Koefisien Standard-error t-ratio


0 Konstanta 2,96625 0,30302 9,78896
1 Tenaga kerja 0,85147 0,06642 12,81937 ***
2 Pupuk N 0,17529 0,12008 1,45981
3 Pupuk P 0,08620 0,19187 0,44929
4 Pupuk K 0,14209 0,21110 0,67312
5 Pestisida 0,05420 0,02542 2,13234 **
6 Luas lahan 0,07129 0,04081 1,74707 *
7 Umur tanaman -0,22138 0,07028 -3,14990 ***
Keterangan: * = berpengaruh nyata pada taraf 10%
** = berpengaruh nyata pada taraf 5%
*** = berpengaruh nyata pada taraf 1%

51
Jemmy R., Anna F., Siti Jahroh : Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kakao ...

diusahakan, maka produksi kakao akan buah kakao (PBK) dan busuk buah kakao
semakin berkurang dan pendapatan petani dari (BBK) karena tingginya kelembaban udara.
komoditas kakao akan semakin kecil. Berbeda
dengan hasil penelitian yang menyatakan Faktor Inefisiensi Produksi Kakao
bahwa umur tanaman berpengaruh positif
Fungsi inefisiensi teknis dalam penelitian ini
terhadap produksi kakao (Slameto, 2003;
digunakan enam variabel yang diduga
Tumanggor, 2009). Hal ini disebabkan karena
mempengaruhi inefisiensi produksi kakao. Dari
umur tanaman kakao yang diusahakan saat ini
keenam variabel inefisiensi teknis yang
sudah tua dengan rata-rata umur tanaman kakao
diamati, hanya dua variabel yang berpengaruh
22 tahun yaitu berada diatas usia tanaman
nyata yaitu jumlah persil dan dummy
kakao paling produktif adalah 13-19 tahun
fermentasi yang berpengaruh nyata pada taraf
(Wahyudi et al., 2009). Implikasinya adalah,
sebesar 10%. Sedangkan umur dan pendidikan
jika petani ingin meningkatkan produksi kakao,
responden, pengalaman dalam berusahatani
perlu dilakukan peremajaan tanaman yang
kakao serta status kepemilikan lahan yang
dimiliki atau merehabilitasi tanaman kakao.
diusahakan tidak berpengaruh nyata terhadap
Penggunaan pestisida diduga
inefisiensi teknis (Tabel 4).
berpengaruh nyata dengan nilai koefisien
Nilai indeks efisiensi teknis hasil
sebesar 0,05. Artinya, setiap penambahan 1 %
analisis dikategorikan efisien karena
penggunaan pestisida, dapat meningkatkan
menghasilkan nilai yang lebih besar dari 0,70
produksi kakao sebesar 0,05 persen. Sejalan
sebagai batas efisiensi (Coelli, 1998). Hal ini
dengan hasil penelitian lain yang menyatakan
dikarenakan Kabupaten Tabanan merupakan
penggunaan pestisida berpengaruh terhadap
sentra produksi kakao di Provinsi Bali sehingga
produksi kakao (Bafadal, 2000; Slameto, 2003;
menghasilkan efisiensi rata-rata sebesar 91,20
Tumanggor, 2009). Implikasinya jika petani
persen. Selain itu usahatani kakao di Kabupaten
ingin meningkatan produksi kakao, penggunaan
Tabanan sudah efisien dan mendekati
pestisida perlu dilakukan dan ditingkatkan
frontiernya karena daerah ini sebagai sentra
karena tingginya tingkat serangan hama dan
produksi kakao di Bali.
penyakit penggerek buah kakao (PBK) dan
Jumlah persil berpengaruh nyata dalam
busuk buah kakao (BBK).
inefisiensi produksi dengan nilai koefisien
Luas lahan diduga berpengaruh nyata
bertanda positif yaitu sebesar 0,23. Artinya
dengan nilai koefisien sebesar 0,07. Artinya
bahwa semakin banyak jumlah persil lahan
penambahan sebesar 1 persen lahan dimana
kakao yang diusahakan, maka inefisiensi
input lain tetap, dapat meningkatkan produksi
semakin meningkat atau semakin banyak
sebesar 0,07 persen. Hal ini sejalan dengan
jumlah persil yang diusahakan petani, maka
hasil penelitian yang menyatakan bahwa luas
usahatani kakao yang dilakukan petani semakin
lahan berpengaruh positif terhadap produksi
tidak efisien. Semakin banyak jumlah persil
kakao (Slameto, 2003; Tumanggor, 2009).
yang diusahakan petani kakao maka
Implikasinya adalah jika petani ingin
pengelolaan menjadi lebih sulit dalam
meningkatkan produksi kakao, maka luas lahan
pemeliharaan dan pengawasan tanaman karena
yang diusahakan petani harus ditingkatkan atau
jarak persil yang berjauhan serta keadaan
mengganti tanaman lain yang diusahakan selain
topografi wilayah yang curam karena berada
kakao seperti kopi, kelapa dan cengkeh. Fakta
dalam wilayah pegunungan.
yang terjadi di lapangan petani kakao selain
Berdasarkan status pengolahan biji
mengusahakan komoditas kakao sebagai
kakao, variabel dummy fermentasi berpengaruh
komoditas utama, juga mengusahakan
nyata dengan nilai koefisien sebesar 0,35.
komoditas perkebunan lain dengan pola
Artinya petani yang menerapkan teknologi
tumpang sari. Hal ini diduga bahwa produksi
fermentasi memiliki inefisiensi yang lebih
kakao yang selama ini menurun disebabkan
besar. Hal ini disebabkan karena adanya
karena padatnya jumlah tanaman yang
kehilangan hasil yang lebih besar pada petani
diusahakan dalam satu areal lahan. Selain itu
yang menerapkan teknologi fermentasi
kepadatan tanaman dalam satu areal lahan
dibandingkan dengan kelompok petani yang
diduga juga menyebabkan tanaman kakao
tidak menerapkannya.
terserang hama dan penyakit seperti penggerek

52
Jemmy R., Anna F., Siti Jahroh : Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kakao ...
Tabel 4. Pendugaan Fungsi Inefisiensi Produksi Kakao dengan Frontier pada Perkebunan Rakyat di
Kabupaten Tabanan, Bali Tahun 2012

Standard-
Parameter Variabel Koefisien t-ratio
error
0 Konstanta 2,96625 0,30302 9,78896
1 Umur responden -0,00690 0,00955 -0,72226
2 Pendidikan responden -0,03185 0,02108 -1,51066
3 Pengalaman usaha -0,01107 0,01455 -0,76081
4 Jumlah persil 0,22582 0,11807 1,91260 *
5 Dummy Status lahan -0,12735 0,14998 -0,84911
6 Dummy Fermentasi 0,34822 0,19735 1,76442 *
sigma-square 0,03313 0,01620 2,04545
Gamma 0,88326 0,08395 10,05208
Log Likelihood function 92,24777
LR test of the one-side error 29,56750
mean efficiency 0,91202
Keterangan: * = berpengaruh nyata pada taraf 10%
** = berpengaruh nyata pada taraf 5%
*** = berpengaruh nyata pada taraf 1%

SIMPULAN Temu Teknis Agroindustri Kakao,


Jember 27 September 2005.
Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut di
Bafadal, A. 2000. Analisis Produksi dan
atas, maka dapat disimpulkan bahwa: (1)
Respon Penawaran Kakao Rakyat di
Faktor yang mempengaruhi produksi dan
Sulawesi Tenggara. Tesis Program
berpengaruh positif adalah tenaga kerja,
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
pestisida dan luas lahan. Sedangkan faktor yang
Bogor.
berpengaruh negatif yaitu umur tanaman.
Variabel yang paling responsif adalah tenaga Clapperton, J.F. 1994. A Review of Research to
kerja. Artinya masih ada peluang untuk Identify The Origins of Cocoa Flavor
meningkatkan produksi kakao dengan upaya Characteristics. Cocoa Growers Bull.,
meningkatkan curahan tenaga kerja untuk 48, 7-16.
pemeliharaan tanaman. (2) Faktor yang Coelli, T., D. S. P. Rao and G. E. Battese.
mempengaruhi inefisiensi produksi yaitu 1998. An Introduction to Efficiency and
jumlah persil dan dummy fermentasi.
Productivity Analysis. Kluwer Academic
Peningkatkan produksi kakao di Publishers, Boston.
Kabupaten Tabanan dapat dilakukan dengan
beberapa kegiatan yaitu: (1) Petani agar Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Statistik
meningkatkan curahan tenaga kerja dalam Perkebunan Indonesia 2009-2011,
pemeliharaan tanaman kakao seperti Kakao. Sekretariat Direktorat Jenderal
melakukan pemangkasan. (2) Pemerintah Perkebunan. Kementerian Pertanian.
daerah Kabupaten Tabanan melalui Dinas Jakarta.
Kehutanan dan Perkebunan memfasilitasi Intriligator, M.D. 1978. Econometric Models,
petani dalam usaha rehabilitasi dan peremajaan Techniques and Applications. Prentice-
kakao seperti dengan menyiapkan tenaga Hall, Inc., Englewood Cliffs. New
pendamping, bibit dan sarana lain yang Jersey.
dibutuhkan.
Koutsoyiannis. 1977. Theory of Econometrics,
DAFTAR PUSTAKA second edition. The Macmillan Press
Limited. United Kingdom.
Asosiasi Kakao Indonesia. 2005. Prospek Rohan, T.A. 1963. Processing of Raw Cocoa
Agroindustri Kakao Indonesia di for The Market. FAO. Rome. 163p.
Pasaran Dunia Sampai Dengan 2010.

53
Jemmy R., Anna F., Siti Jahroh : Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kakao ...

Slameto. 2003. Analisis Produksi, Penawaran Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga
dan Pemasaran Kakao di Daerah Sentra Hilir. Cetakan Kedua. Penebar Swadaya.
Pengembangan Komoditas Unggulan Jakarta.
Lampung. Tesis Program Pascasarjana
Widyotomo, S., S. Mulato dan Yusianto. 2001.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Karakteristik Biji Kakao Kering Hasil
Tumanggor, D.S. 2009. Analisis Faktor-Faktor Pengolahan dengan Metode Fermentasi
Yang Mempengaruhi Produksi Cokelat dalam Karung Plastik. Pelita
di Kabupaten Dairi. Tesis Sekolah Perkebunan, 17, 72-86. Pusat Penelitian
Pascasarjana Universitas Sumatera Kopi dan Kakao Indonesia. Jember.
Utara, Medan.
Widyotomo, S. dan Mulato, S. 2008. Teknologi
Wahyudi, T. 1988. Perisa Kakao dan Fermentasi dan Diversifikasi Pulpa
Komponen-komponennya. Pelita Kakao Menjadi Produk yang Bermutu
Perkebunan, 4, 106-110. Pusat Penelitian dan Bernilai Tambah. Review Penelitian
Kopi dan Kakao Indonesia. Jember. Kopi dan Kakao. Vol. 24(1), 65-82,
2008. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Wahyudi, T., T.R. Panggabean dan Pujianto.
Indonesia. Jember.
2009. Panduan Lengkap Kakao,

54

Anda mungkin juga menyukai