Anda di halaman 1dari 10

Penataan Lingkungan Demfarm Kakao Berbasis Masyarakat dan

Agrowisata Berkelanjutan di Kabupaten Soppeng Sulawesi Selatan

Arrangement of Cocoa Community-Based Demfarm Site and


Sustainable Agro-Tourism in Soppeng Regency, South Sulawesi
ANTON GUNARTO
Pusat Teknologi Produksi Pertanian, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Laptiab Gd. 612 Puspiptek Serpong Tangerang Selatan 15314
anton.gupra@gmail.com

ABSTRACT
South Sulawesi have faced low cocoa productivity problem that is still far away from its potential. One of
the effort to increase the productivity could be achieved through a demonstration farming (demfarm)
establishment. This method is useful to disseminate the standard cocoa process culture to cocoa farmers
through pilot project and training.The research objective is to develop a cocoa demfarm landscape
planning and concept in Soppeng Regency, South Sulawesi. The landscape consisted of culture
technology dissemination, nursery and processing facility and also cocoa community-based agro-tourism
development. The planning combined the environmental-friendly concept of cocoa demfarm arrangement
and landscape based on the aesthetic (beauty) principles and functional (usefulness) of a region.The
landscape design manifested in a site planned dominated by geometric patterns which consisted of soft
element site such as cocoa tree and thematic ornamental plant. The zonation are public area (4%),
recreation area (9%), production area (81%), and private area (6%).

Keywords: Cocoa, Demfarm, Agro-tourism

ABSTRAK
Permasalahan kakao di Sulawesi Selatan yaitu produktivitasnya rendah, masih jauh dari potensi
produktivitas yang bisa dicapai. Salah satu upaya meningkatkan produktivitas kakao melalui demfarm
(demonstration farming) untuk diseminasi (penyebaran) teknologi budidaya standar dan pengolahan
kakao standar melalui percontohan dan pelatihan kepada petani kakao. Tujuan penelitian adalah
menyusun suatu konsep dan perencanaan penataan lansekap demfarm kakao sebagai sarana
diseminasi inovasi teknologi budidaya, pembibitan dan pengolahan kakao, sekaligus pengembangan
menuju konsep agrowisata kakao berbasis masyarakat di Kabupaten Soppeng. Konsep penataan
memadukan antara konsep penataan demfarm kakao dan pertamanan yang diupayakan berpedoman
pada kaidah-kaidah estetika (keindahan) dan fungsional (kegunaan) suatu kawasan serta kaidah-kaidah
pembangunan berkelanjutan. Desain lanskap diwujudkan dalam bentuk site plan yang didominasi pola
geometris yang terbentuk dari elemen lunak tapak seperti tanaman kakao dan tanaman hias taman
tematiknya. Zonasi yang dibuat, yaitu : Zona umum (4 %), Zona rekreasi (9 %), Zona produksi (81 %),
dan Zona pribadi (6 %).

Kata Kunci: Kakao, Demfarm, Agrowisata.

(2)
1. PENDAHULUAN kecuali DKI Jakarta . Perkembangan luas area
kakao di Indonesia menurun namun produksinya
1.1 Latar Belakang
meningkat. Pada tahun 2013, area kakao
Secara nasional tanaman kakao (Theobroma mencapai 1.740.612 ha dengan produksi
cacao L.) adalah salah satu tanaman perkebunan 720.862 ton dan pada tahun 2014 area kakao
yang memiliki nilai ekonomis baik, karena menurun menjadi 1.727.437 ha tetapi
komoditas kakao menghasilkan devisa terbesar produksinya naik menjadi 728.414 ton. Dari
ketiga setelah kelapa sawit dan karet. Secara tahun 2011 s.d. 2015 ternyata produktivitas
internasional, Indonesia merupakan produsen kakao mengalami laju penurunan 2,21 % per
kakao terbesar ketiga setelah Pantai Gading dan tahun dengan rata-rata produktivitas 818 kg/ha.
(1)
Ghana dengan produksi pada tahun 2014 Sekitar 97,61 % komoditas kakao adalah
mencapai 728.414 ton dan luas areal mencapai perkebunan kakao rakyat dan selebihnya berupa
1.727.437 ha yang tersebar di seluruh propinsi,

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 18, No 1, Januari 2017, 9-18 9


perkebunan negara (0,88 %) dan swasta (1,51 diseminasi (penyebaran) teknologi budidaya dan
%). pengolahan kakao melalui percontohan dan
Sentra produksi kakao di Indonesia berada di pelatihan kepada petani kakao.
wilayah Sulawesi, di mana pada tahun 2014 Pembangunan demfarm perkebunan kakao
menyumbang 67 % produksi kakao nasional. didesain mengikuti kaidah-kaidah pembangunan
Produksi kakao di Sulawesi antara tahun 2013 pertanian berkelanjutan dan berwawasan
dan 2014 cenderung meningkat yaitu dari lingkungan. Hal tersebut selaras dengan
467.070 ton naik menjadi 484.387 ton, kecuali pernyataan dari Direktur Tanaman Tahunan dan
luas areal menurun dari 998.138 ha menjadi Penyegar, Direktorat Jenderal Perkebunan,
996.241 ha dan produktivitas dari 876 kg/ha Kementerian Pertanian Sudjatmiko dalam
(2)
turun menjadi 855 kg/ha , masih jauh dari majalah Coklat Edisi 12 Januari-Mei 2016 bahwa
potensi produktivitas yang bisa dicapai yaitu inti dari Program Pengembangan Kakao
1.000-1.500 kg/ha. Berkelanjutan adalah tidak sekadar melakukan
Dari aspek produktivitas kakao di wilayah pengembangan di sektor produksi (hulu), tapi
Sulawesi tahun 2014, Sulawesi Utara dan juga hingga pada sektor pengolahan (hilir), yang
Sulawesi Selatan memiliki produktivitas terendah semuanya mengarah pada upaya peningkatan
yaitu masing-masing 673 kg/ha dan 802 kg/ha, pendapatan petani. Juga yang dititikberatkan
sedangkan yang tertinggi adalah Sulawesi pada penguatan kelembagaan petani dan
Tengah yaitu 908 kg/ha. pembenahan pasar. Dan semua itu adalah
Dalam penataan perekonomian wilayah rangkaian dalam menuju kakao keberlanjutan
Sulawesi Selatan banyak bertumpu pada Indonesia, dengan alasan bahwa jika
komoditas kakao. Komoditas kakao telah penjangkauan hanya pada sektor hulu saja, tidak
dijadikan sebagai “komoditas citra unggulan” di menjangkau hingga hilir, maka tidak bisa
wilayah ini. Luas areal kakao di Sulawesi Selatan dikatakan sebagai hal yang berkelanjutan,
tahun 2014 mencapai 250.175 ha dengan total karena hanya menyentuh sebagian saja.
(2)
produksi sebesar 118.329 ton biji kering/tahun . Pembangunan berwawasan lingkungan
Kakao dibudidayakan petani dan tersebar di diartikan bahwa pembangunan dilakukan tidak
berbagai kabupaten di wilayah Provinsi Sulawesi perlu merusak lingkungan. Pembangunan
Selatan, salah satunya adalah Kabupaten sebagai proses perubahan dan pembaharuan
Soppeng. yang merupakan suatu upaya yang secara sadar
Beberapa masalah penurunan produktivitas ingin mencapai perbaikan kehidupan dan kualitas
yang dihadapi petani kakao adalah kondisi hidup seharusnyalah merupakan suatu proses
tanaman yang sudah tua, terkena serangan yang selalu dapat ditopang oleh lingkungan yang
(3)
organisme pengganggu tanaman, rendahnya ikut berkembang daya dukung/daya topangnya .
teknik budidaya pemeliharaan tanaman kakao, Jika dikaitkan dengan pertanian, maka istilah
serta keterbatasan infrastruktur pendukung bagi berkelanjutan menggambarkan tentang system
kegiatan perkebunan seperti pengelolaan sumber pertanian yang mampu mempertahankan
daya tanah yang kurang tepat dan industri produktivitasnya dan memiliki sisi manfaat bagi
pengolahan kakao, seperti rendahnya kualitas masyarakat sekitar. Sistem pertanian tersebut
produk biji kakao karena teknik pengolahan yang haruslah memiliki faktor dan unsur konservasi
kurang memadai sehingga pasar kurang bisa sumberdaya, sosial, komersial, kompetitif, dan
(4)
menerima produk-produk biji bermutu. bersahabat dengan lingkungan .
Dalam program Masterplan Percepatan dan
1.2. Tujuan Penelitian
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI), untuk mendukung peningkatan mutu Tujuan penelitian adalah menyusun suatu
dan hilirisasi produksi kakao, diperlukan konsep dan perencanaan penataan lanskap
dukungan terkait regulasi dan kebijakan, salah demfarm kakao sebagai sarana diseminasi
satunya ialah dengan melakukan Gerakan inovasi teknologi budidaya, pembibitan dan
Nasional (GERNAS) Biji Kakao Fermentasi pengolahan kakao, sekaligus pengembangan
sebagai komitmen dan persetujuan aksi bersama menuju konsep agrowisata kakao berbasis
peningkatan dan perbaikan produksi, masyarakat yang berwawasan lingkungan di
produktivitas, dan mutu kakao Indonesia. Tujuan Kabupaten Soppeng.
program tersebut adalah untuk mendukung Konsep penataan tersebut mencoba
program peningkatan mutu dan hilirisasi produksi memadukan antara konsep penataan demfarm
kakao serta meningkatkan kualitas dan kuantitas kakao dan pertamanan yang diupayakan
produksi kakao nasional melalui penyediaan bibit berpedoman pada kaidah-kaidah estetika
unggul; penerapan teknik budidaya standar, dan (keindahan) dan fungsional (kegunaan) suatu
pengolahan kakao standar. Salah satu sasaran kawasan serta kaidah-kaidah pembangunan
dari program tersebut adalah mendapatkan berkelanjutan.
demfarm (demonstration farming) untuk

10 Penataan Lingkungan Demfarm Kakao… (Gunarto, A)


Sasaran yang ingin dicapai adalah 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
tersusunnya konsep pengembangan demfarm
3.1 Kondisi Awal Demfarm
sebagai sarana kegiatan diseminasi inovasi
teknologi budidaya, pembibitan dan pengolahan Vegetasi yang paling dominan pada kebun
kakao yang sekaligus di desain pula menjadi demfarm tersebut adalah tanaman kakao dengan
sarana kegiatan agrowisata kakao yang populasi 1163 pohon berjarak tanam 4 x 4 m.
berwawasan lingkungan, sehingga demfarm Vegetasi lainnya adalah pohon kelapa, jati,
akan bermanfaat ganda bagi masyarakat. nipah, jeunjing, bambu, pisang, alang-alang dan
tanaman liar lainnya. Topografi kebun relatif
2. BAHAN DAN METODE landai dekat dengan perkampungan penduduk
sehingga berpeluang besar untuk melakukan
2.1. Metode
diseminasi teknologi budidaya dan pengolahan
Metodologi yang digunakan berdasarkan kakao.
(5)
pendekatan metode framework perencanaan Batas-batas lokasi demfarm di sebelah utara
yang terdiri dari persiapan, inventarisasi, analisis, adalah jalan Kampung Baru yang beraspal
sintesis hingga konsep perencanaan taman, hotmix dan kebun kakao rakyat, di sebelah
antara lain berupa konsep perencanaan lanskap selatan adalah kebun kakao rakyat, disebelah
yang sesuai dengan fungsi dalam tapak (zonasi, timur adalah kebun campuran, dan di sebelah
penataan, sirkulasi, fasilitas), aktifitas dan barat adalah kebun kakao rakyat. Di area kebun
kemauan pengelola/ pemilik/ pengguna/ campuran terdapat satu buah rumah penduduk,
masyarakat. sementara di pinggir jalan Kampung Baru yang
bersebelahan dengan lokasi demfarm di sebelah
2.2. Pengumpulan Data
kiri dan kanannya terdapat beberapa rumah
Jenis data yang diperlukan yaitu data primer penduduk lainnya.
dan data sekunder. Data primer adalah data Jarak dari demfarm ke jalan raya poros
yang diperoleh melalui wawancara, survei lokasi Maros-Soppeng dan Kantor Kecamatan
dan observasi. Sedangkan data sekunder adalah Mariorirawo atau ibukota kecamatan Takalala 1-2
data yang diperoleh dari laporan, literatur, km. Jarak dari demfarm di Kelurahan
publikasi dan dokumen lainnya dari Tettikenrarae Takalala ke ibukota Kabupaten
lembaga/instansi terkait. Beberapa informasi data Soppeng yaitu Watan Soppeng 17 km dan ke
terdiri dari aspek biofisik, aspek teknik dan aspek ibukota propinsi Sulawesi Selatan yaitu Makasar
sosial ekonomi. 150 km. Sementara jarak ke kota-kota terdekat
seperti Singkang 45 km, Pare-pare 96 km dan
2.3. Lokasi dan Waktu
Maros 108 km.
Lokasi penelitian di Jalan Kampung Baru 3.2 Tentang Kecamatan Marioriwawo
Kota Takalala, Kelurahan Tettikenrarae,
(6)
Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng Data dari BPS Kabupaten Soppeng bahwa
Propinsi Sulawesi Selatan. Status kepemilikan Marioriwawo adalah sebuah kecamatan di
lahan Takalala adalah milik petani yaitu Bapak Kabupaten Soppeng, Propinsi Sulawesi Selatan.
Hasnul. Ibukota kecamatan ini yaitu Takalala. Jarak
Beberapa pertimbangan memilih lahan tempuh antara kecamatan ini ke kota Makassar
demfarm adalah : (a) Luas kebun lebih dari 2 ha, kurang lebih 175 km via Buludua. Memang untuk
(b) Tanaman tumbuh baik (sambung samping), memasuki wilayah ini dari kota Makassar
(c) Tanaman berumur 10 tahun dan produktif, (d) terdapat beberapa jalur yang dapat dilewati yakni
Dekat kampung, (e) Banyak kebun kakao via Buludua (terdekat), via Camba, dan via Pare-
disekitarnya, (f) Ada aliran listrik, (g) Sumber air pare (terjauh).
adalah bor, (h) Tersedia lahan kosong untuk Keadaan Geografis Kecamatan Marioriwawo
2
pembibitan serta kebun kakao lain untuk dengan luas 300 km , berada di bagian selatan
penelitian dan kegiatan seleksi, (i) Berada Kabupaten Soppeng. Pemerintah Kecamatan
dipinggir jalan raya, (j) Jarak dari kota relatif Marioriwawo terdiri atas 2 kelurahan dan 11
dekat, (k) Kebun kakao berada di pertengahan desa. Kecamatan ini berada pada wilayah
kebun kakao milik petani lain, (l) Topografi relatif dengan topografi yang beragam. Sebagian desa
landai, (m) Pemilknya mau bekerjasama. berada pada wilayah yang datar dan lainnya
Waktu pelaksanaan penelitian yaitu mulai berada pada wilayah dengan topografi berbukit-
Januari s.d. Oktober 2016. bukit. Secara keseluruhan wilayah Kecamatan
Marioriwawo berada pada ketinggian antara 25-
1.400 m dpl. Sebagian besar wilayah dari
kecamatan ini adalah daerah pegunungan, jadi
tidak salah kalau daerah ini terkenal dengan

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 18, No 1, Januari 2017, 9-18 11


suhu dingin dan pemandangan alam yang sangat kerjasama oleh petani dalam suatu kelompok
(7)
menyejukkan mata. tani . Luas lahan yang digunakan 1-5 ha. Tujuan
Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, pelaksanaan demfarm untuk meningkatkan
penduduk Kecamatan Marioriwawo sebanyak pengetahuan dan keterampilan anggota
44.310 jiwa, dengan penduduk laki-laki 20.701 kelompok tani serta memberi contoh petani
jiwa dan perempuan 23.609 jiwa. Kelurahan disekitarnya menerapkan teknologi baru melalui
(8)
Tettikenrarae merupakan kelurahan dengan kerjasama kelompok .
2
kepadatan terbesar yaitu 401 jiwa/km . Demfarm di Kabupaten Soppeng atau
Sedangkan yang terendah adalah Desa Soga demfarm Takalala adalah suatu metode
2
dengan kepadatan penduduk 70 jiwa/km . desiminasi (penyebaran) di lapangan untuk
Sebagian besar mata pencaharian penduduk memperlihatkan secara nyata cara atau hasil
adalah bertani, baik petani kebun maupun petani penerapan suatu inovasi teknologi pertanian dan
persawahan. Hasil pertanian yang paling banyak pasca panen tanaman kakao yang telah teruji
dihasilkan yaitu kakao dan beras. Selain itu tidak dan menguntungkan bagi petani yang
sedikit pula penduduk dari kecamatan ini adalah dilaksanakan oleh petani/kelompok tani dengan
pedagang dan pegawai. skala luas sekitar 2 ha di mana komoditas utama
Wilayah ini sangat potensial di jadikan adalah kakao dan produk-produk olahannya.
sebagai tujuan wisata, terdapat banyak tempat
3.4 Demfarm Berbasis Masyarakat
yang betul-betul masih alami, ditambah
pemandangan persawahan yang tidak kalah Konsep dasar pengembangan demfarm yang
dengan Ubud Bali. Bila memasuki wilayah dihadirkan adalah konsep agrowisata yang
kecamatan ini via Bulu Dua, pesona alam yang menyertakan masyarakat petani kakao setempat
indah ini akan menyambut perjalanan yang melalui kelompok tani atau organisasi
menyenangkan. masyarakat lainnya. Menghadirkan konsep
Luas Kecamatan Marioriwawo yaitu 30.000 agrowisata kakao berbasis masyarakat
ha, terdiri dari lahan sawah seluas 2.998 ha, diharapkan dalam pengembangan kawasan
lahan bukan sawah dan bukan pertanian seluas dapat mengikutsertakan masyarakat atau petani
27.002 ha. Lahan tersebut digunakan untuk pemilik lahan di sekitar tapak, sehingga lahan
menanam berbagai jenis seperti pangan, buah, demfarm bisa menjadi lebih luas seiring dengan
sayuran dan tanaman perkebunan seperti kakao, kebutuhan penyediaan fasilitas-fasilitas yang
kelapa dalam, kemiri, jambu mete dan kapas. diperlukannya.
Kecamatan Marioriwawo merupakan wilayah Sarana utama yang dirancang adalah sarana
di Kabupaten Soppeng dengan potensi pertanian untuk kegiatan diseminasi inovasi teknologi
padi yang cukup besar. Pada tahun 2010, kakao (budidaya, pembibitan, pengolahan) dan
menghasilkan produksi padi sebanyak 29.914 penelitian/percobaan serta rekreasi (wisata)
ton, yang dihasilkan dari areal tanam seluas pertanian kakao. Ditinjau dari aspek fungsi maka
6.634 ha. Hasil perkebunan yang cukup menonjol kawasan demfarm Takalala berperan sebagai
adalah kakao dan kelapa dalam (hybrida). Pada kebun inti, sementara kebun-kebun kakao
Tahun 2013-2014 menghasilkan produksi kakao disekitarnya diharapkan berkembang menjadi
rata-rata 5.180 ton dari luas areal tanam rata-rata kebun-kebun plasmanya.
7.021 ha, sedangkan untuk kelapa dalam
3.5 Agrowisata Kakao Berkelanjutan
(hibrida) menghasilkan produksi rata-rata 591 ton
dari luas areal tanam rata-rata 554 ha. Pada Agrowisata atau wisata pertanian
Tahun 2010, kecamatan ini memiliki ternak sapi didefinisikan sebagai rangkaian aktivitas
4.644 ekor, ayam buras sebanyak 256.168 ekor, perjalanan wisata yang memanfaatkan lokasi
dan itik sebanyak 6.552 ekor. atau sektor pertanian mulai dari awal produksi
Sarana komunikasi di Kecamatan hingga diperoleh produk pertanian dalam
Marioriwawo cukup memadai dengan berbagai sistem dan skala dengan tujuan
ketersediaan jaringan telepon baik jenis telepon memperluas pengetahuan, pemahaman,
(9)
kabel maupun yang nirkabel (selular). Pada pengalaman dan rekreasi di bidang pertanian .
tahun 2010, terdapat 266 pelenggan telepon Adanya pengembangan agrowisata berbasis
kabel di wilayah Tettikenrarae dan Labessi. masyarakat di perdesaan diharapkan dapat
Untuk transportasi, semua desa dan kelurahan di memberi manfaat yang banyak, tidak saja bagi
Kecamatan Marioriwawo sudah terjangkau oleh masyarakat perdesaan tetapi juga masyarakat
kendaraan. perkotaan untuk lebih memahami dan
3.3 Konsep Dasar Demfarm Kakao memberikan apresiasi pada bidang pertanian
serta menjadi sarana edukasi.
Pengertian Demfarm (Demontration Farming) Manfaat pengembangan agrowisata berbasis
(10)
atau demonstrasi usaha tani berkelompok masyarakat perdesaan , yaitu : (1) secara
merupakan demonstrasi yang dilakukan secara langsung dan tidak langsung akan meningkatkan

12 Penataan Lingkungan Demfarm Kakao… (Gunarto, A)


persepsi positif petani serta masyarakat akan arti perancangan ini (Lihat Gambar 1 dan Gambar 2),
pentingnya pelestarian sumber daya lahan adalah :
pertanian, pelestarian kearifan dan teknologi
(1) Zona umum, yang terdiri dari: (a) sub-zona
lokal, dan (2) akan menciptakan lapangan
penerima (edukasi dan interpretasi) dan (b)
pekerjaan dan meningkatkan pendapatan petani
sub-zona parkir.
di luar nilai kuantitas produksinya atau
pendapatan masyarakat sekitar agrowisata. (2) Zona, rekreasi, terdiri dari: (a) sub-zona
Pengembangan kawasan pertanian menjadi produk coklat dan (b) sub-zona wisata.
area agrowisata akan meningkatkan kunjungan
wisatawan yang akan memberikan kontribusi (3) Zona produksi, terdiri dari: (a) sub-zona
peningkatan pendapatan masyarakat melalui kebun wisata, (b) sub-zona kebun
(11) penyangga, (c) sub-zona kebun budidaya, (d)
jasa wisata . Pengembangan desa wisata
sub-zona kebun pembibitan, (e) sub-zona
pertanian berdampak positif bagi sektor pertanian
kebun penelitian, dan (f) sub-zona pasca-
dan masyarakatnya, sejalan dengan hal tersebut,
diperlukan peningkatan SDM perdesaan agar panen.
peran serta masyarakat lebih besar dalam
(12,13)
(4) Zona pribadi, terdiri dari: (a) sub-zona rumah
pengelolaan . pondok, dan (b) sub-zona gedung utilitas
Konsep keberlanjutan menjadi faktor (instalasi air, instalasi listrik, gudang).
penting dalam pengelolaan sektor pertanian,
mengingat alih fungsi lahan terus terjadi dan Pada Gambar 2 terlihat bahwa lahan milik
mengancam keberlanjutan sistem pertanian. Bapak Hasnul adalah lahan nomor 3.a sebagai
Ecovillage adalah satu konsep keberlanjutan sub-zona kebun wisata, 3.b sebagai sub-zona
yang sedang berkembang saat ini, merupakan kebun penyangga, 3.c sebagai sub-zona kebun
konsep ideal antara segi ekologis, sosial, dan budidaya, 3.d sebagai sub-zona kebun
spiritual dalam hubungan antara manusia dan pembibitan dan 3.e sebagai sub-zona kebun
lingkungan untuk keberlanjutan kehidupan penelitian. Sedangkan sisanya adalah lahan di
generasi berikutnya .
(14) luar milik Bapak Hasnul sebagai perluasan lahan
milik petani lainnya yang ikut berpartisipasi dalam
3.6 Konsep Desain program ini.
Konsep desain pada perancangan demfarm Rencana jalur wisata akan memudahkan
Takalala ini adalah geometris alami. Pola wisatawan dalam menginterpretasi berbagai
geometris memberikan keuntungan berupa obyek dan daya tarik wisata yang disesuaikan
mudahnya pengaturan drainase, pengelolaan dengan tujuan wisata. Penyusunan rencana jalur
limbah, serta pemanfaatan sinar matahari. wisata disesuaikan dengan konsep sirkulasi serta
Konsep geometris alami merupakan kombinasi terintegrasi secara utuh dengan paket wisata
antara bentukan-bentukan geometris yang yang ditawarkan. Untuk jelasnya jalur agrowisata
didukung oleh peran penataan elemen-elemen dari demfarm Takalala ke ibu kecamatan
halus tapak. Marioriwawo dan ke kota-kota besar lainnya
melalui jalan kabupaten (Jalan Kampung Baru)
3.7 Konsep Pengembangan dan jalan propinsi (Jalan poros Maros-Soppeng)
Dalam pengembangan demfarm Takalala dapat dilihat pada Gambar 3. Pengunjung yang
menuju konsep agrowisata kakao berbasis akan datang ke Demfarm Takalala diharapkan
masyarakat, tidak bisa bergantung pada lahan bisa mendapatkan informasi tentang dunia
milik Bapak Hasnul saja tetapi memerlukan pertanian melalui kegiatan wisata terpadu,
partisipasi petani lainnya yang memiliki lahan khususnya kakao dan produknya.
yang bersebelahan dengan lahan milik bapak 3.8 Perancangan Lanskap
Hasnul. Berdasarkan dari Peta dasar dan peta
citra satelit dapat terlihat bahwa lahan milik Penambahan fungsi demfarm Takalala
petani lain yang cocok untuk dijadikan perluasan sebagai sarana agrowisata mengharuskan
lahan kawasan demfarm adalah pada kebun- adanya tambahan fasilitas untuk berwisata di
(16)
kebun campuran yang berada di sebelah timur tapak. Fasilitas wisata yang disebutkan ,
lahan dan kebun milik Bapak Hasnul. adalah: gerbang masuk, fasilitas informasi, area
Diasumsikan bahwa petani-petani tetangga parkir, toilet, area piknik, taman bermain anak,
tersebut ikut berpartisipasi dalam pengembangan jalur berwisata, rekreasi air, wildlife viewing,
dan perluasan kawasan demfarm Takalala. fasilitas wisata malam, dan interpretasi.
Konsep ruang Demfarm Takalala dibagi Penerapan fasilitas wisata di demfarm Takalala
kedalam beberapa zona
(15)
dan masing-masing tidak semua diterapkan namun disesuaikan
zona memiliki sub-zona yang fungsi ruangnya dengan visi/misi pengelola, ketersediaan dana
lebih spesifik. Zona yang dibuat dalam dan kebutuhan pengunjung/pasar.
Pengembangan dan perluasan tapak
2
demfarm Takalala dengan luas + 32.470 m atau

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 18, No 1, Januari 2017, 9-18 13


2
3,247 ha yang dirancang terdiri dari empat zona, c) Zona Produksi: Luas=50x42m= 2.100 m +
2 2
yaitu : 24.210 m = 26.310 m (81 %)
2
d) Zona Pribadi: Luas=50x40 m=2.000 m (6
2
a) Zona Umum: Luas=42x30m=1.260 m (4 %)
2
b) Zona Rekreasi: Luas=58x50m=2.900 m (9 %).
%)

(15)
Gambar 1. Peta pola zonasi pengembangan demfarm Takalala

Gambar 2. Peta pola sub-zonasi pengembangan demfarm Takalala

14 Penataan Lingkungan Demfarm Kakao… (Gunarto, A)


Gambar 3. Peta citra satelit jalur wisata agro demfarm Takalala

Adapun tambahan fasilitas sarana dan pengenalan screen house, melakukan perawatan
prasarana demfarm Takalala sebagai kebun tanaman, pemanenan buah, penanganan pasca
agrowisata, antara lain : panen dan melihat proses pengolahan produknya
(1) Gapura menjadi berbagai jenis coklat dan lainnya yang
(2) Plaza edukasi dan interpretasi (foto selfie), disesuaikan dengan kondisi tapak dan musim
2
seluas = 30 x 21 m = 630 m tertentu.
(3) Area parkir kendaraan, seluas = 30 x 21 m = Pada subzona kebun rekreasi, pengunjung
2
630 m diperkenankan untuk ikut panen memetik buah
(4) Gedung pengolahan produk coklat, seluas = coklat dan atau membeli dan menimbangnya,
2
26 x 8 m = 208 m tentunya didampingi oleh pemandu kebunnya.
(5) Kios cinderamata produk coklat, seluas = 6 x Termasuk membeli bibit-bibit tanaman kakaonya.
2
6 m = 36 m Pada subzona penyangga atau kebun koleksi
2
(6) Toilet umum, seluas 6 x 4 m = 42 m beberapa varietas kakao, pengunjung hanya
2
(7) Kafetaria, seluas 15 x 10 m = 150 m diperkenankan untuk melihat pemandangan
2
(8) Musholla, seluas 15 x 10 m = 150 m (view/vista) perkebunan kakao dan berfoto ria.
(9) Taman bermain anak, seluas = 20 x 10 m = Pada subzona produk kakao merupakan area
2
200 m yang difasilitasi bagi pengunjung untuk melihat
(10) Taman tematik untuk rekreasi/wisata proses pengolahan biji kakao menjadi berbagai
2
lainnya, seluas = 50 x 30 m = 1.500 m macam produk kakao seperti coklat bubuk, coklat
(11) Gedung utilitas (instalasi air, instalasi listrik, batangan, permen coklat, minuman hangat
2
gudang), seluas = 10 x 5 m = 50 m coklat-susu dan lain-lain yang disediakan di kios-
(12) Pagar di sekeliling kawasan sepanjang 790 kios makanan dan cinderamata/buah tangan
m. serta restoran atau cafe.
Salah satu masalah lingkungan di
Rancangan tapak didominasi oleh
perkebunan kakao adalah limbah kulit buah dan
penggunaan elemen lunak berupa tanaman
gugur daun kakao, sehingga kebun terlihat kotor
kakao sebagai penciri khas kawasan. Elemen
dan tidak asri/estetik, di mana kondisi tersebut
lunak di tapak didominasi oleh kebun dengan
tidak layak menjadikan kebun kakao sebagai
komoditas kakao dan dengan mayoritas
demfarm. Untuk memfasilitasi pemanfaatan
komoditas tanaman produksi. Vegetasi pada
limbah tersebut maka di depan area pembibitan
taman-taman tematik yang dipilih diharapkan
terdapat bangunan untuk membuat pupuk
bisa memecah kekakuan pola geometris tapak.
organik bokashi dan kompos berbahan dasar
Elemen keras di tapak hanya diterapkan pada
organik seperti limbah pertanian, daun-daun
elemen tertentu seperti bangunan, jalur sirkulasi,
kakao, kulit kakao, arang sekam, jerami, pupuk
plaza, signage dan site furniture. Site plan
kandang (ayam) yang banyak terdapat di desa
Demfarm Takalala bisa dilihat pada Gambar 4.
ini, EM4, gula pasir/aren dan lain-lain. Bahkan
Kegiatan yang ditawarkan antara lain
limbah kulit kakao bisa pula dimanfaatkan untuk
berjalan di blok tanaman kakao sambil
pakan ternak.
mendapatkan informasi mengenai buah-buah
tersebut, melakukan perbanyakan tanaman,

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 18, No 1, Januari 2017, 9-18 15


Gambar 4. Peta denah rencana (Site plan) sarana dan prasarana
demfarm Takalala
Potensi limbah kakao sebagai sumber bahan dekomposer dan beberapa produk MOL sudah
organik cukup besar. Limbah dapat berupa daun beredar dan dipasarkan di lapang di mana di
guguran, kulit buah dan plasenta. Bobot kering antaranya dapat dikembangkan secara
(19)
daun gugur pada tanaman kakao meningkat sederhana oleh petani .
(19)
menurut umur. Pada umur 10 tahun diperkirakan Hasil kegiatan menunjukkan bahwa jenis
(17)
5,5 t/ha/tahun , sementara itu kulit dan plasenta MOL yang paling efektif dalam pengolahan
bobotnya sebanding dengan biji yang limbah kakao menjadi pupuk organik yang
(18)
dihasilkan . diaplikasikan pada kakao produktif adalah MOL
Limbah kakao mengandung sejumlah unsur Pepaya dibandingkan MOL Keong, MOL Nasi
hara penting. Jumlah unsur hara setara pupuk dan MOL Bayam. Sedangkan penggunaan dosis
pada daun gugur dan kulit buah dengan pupuk organik limbah kakao (POLK) sebesar 2 t
produktivitas 1.000 kg biji kering/ha yaitu 200 kg POLK/ha + 300 NPK kg/ha merupakan kombinasi
Urea, 75 kg TSP, 640 kg KCl, dan 210 kg Kiserit pupuk yang dapat meningkatkan 41-54 %
per ha. Jika limbah ini dimanfaatkan sebagai produktivitas kakao, dibandingkan POLK 2 t/ha +
pupuk, petani telah ikut berperan membantu 900 kg NPK/ha, POLK 2 t/ha + 600 kg NPK/ha,
program pemerintah dalam hal penghematan POLK 5 t/ha dan 600 kg NPK/ha (tanpa POLK).
penggunaan energi (pupuk buatan) dan Intensitas serangan hama PBK di lokasi
pembangunan berwawasan lingkungan. Jika penelitian tergolong ringan. Pemberiaan POLK
luas tanaman kakao di Sulawesi Selatan sekitar dengan menggunakan bioaktivator MOL pepaya
200.000 ha, dengan hasil 1.000 kg/ha dan dapat menekan penggunaan pupuk anorganik.
pemanfaatan limbah kakao setara pupuk sekitar Limbah kulit kakao bisa dimanfaatkan
1.000 kg, sementara harga pupuk diperkirakan sebagai pupuk organik berupa kompos.
Rp 2.500/kg, maka jumlah penghematan atas Sementara kompos dapat dijadikan bahan media
penggunaan limbah kakao ditaksir sekitar Rp 500 tanam yang sangat baik bagi pertumbuhan bibit
Milyar/tahun, suatu jumlah yang cukup banyak. tanaman kakao, karena pertumbuhan bibit kakao
Dengan demikian pendapatan petani akan di lapangan sangat ditentukan oleh pertumbuhan
meningkat Rp 2.500.000/ha, lahan pertanaman tanaman selama di pembibitan, yang pada
kakao tetap terjamin kesuburannya dan produksi gilirannya akan sangat menguntungkan juga bagi
(19)
kakao diharapkan meningkat dan stabil . Untuk pertumbuhan tanaman kakao selanjutnya. Hasil
(20)
dapat menjadi pupuk organik, limbah kakao penelitian menunjukkan bahwa pemberian
harus mengalami dekomposisi (pelapukan), kompos dari kulit buah kakao dengan dosis 100 g
melalui pemanfaatan mikro organisme tanah per polybag memberikan pertumbuhan bibit
(dekomposer). Beberapa mikro organisme lokal tanaman kakao yang terbaik dibandingkan
(MOL) teridentifikasi potensial sebagai

16 Penataan Lingkungan Demfarm Kakao… (Gunarto, A)


perlakuan lainnya yaitu 0, 25, 50, dan 75 gram Kabupaten Soppeng dan di kabupaten di
per polybag kompos kulit buah kakao. sekitarnya, maka potensi demfarm Takalala
Selain limbah kulit kakao dapat dimanfaatkan cukup berpeluang untuk dimodifikasi,
sebagai pupuk organik/kompos, juga dapat direncanakan dan dikemas menjadi kawasan
dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Hasil agrowisata berbasis kakao dan berbasis
penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan masyarakat/petani serta berwawasan lingkungan.
Kulit Buah Kakao (KBK) setelah diolah Konsep penataan lanskap demfarm dan
menghasilkan respon yang lebih baik, agrowisata kakao berwawasan lingkungan dapat
dibandingkan dengan KBK tanpa diolah. dijadikan model kawasan untuk diseminasi
Pemanfaatan KBK diharapkan dapat dijadikan inovasi teknologi praproduksi (pembibitan),
sebagai stok bahan pakan dan mengatasi produksi, dan pascaproduksi (pengolahan dan
kekurangan pakan hijauan terutama di musim pemasaran) kakao bagi para petani/kelompok
kemarau dan dapat meningkatkan produktivitas tani, tempat penelitian/penerapan teknologi bagi
atau pengembangan populasi ternak ruminansia para peneliti/ilmuwan/akademisi, pengembangan
(21)
di wilayah sentra perkebunan kakao . ilmu pariwisata bagi masyarakat sekitar,
Pengembangan demfarm Takalala dapat menambah wawasan iptek tentang kakao
dijadikan model perkebunan kakao secara sekaligus sebagai tempat rekreasi bagi
terpadu antara tanaman kakao, limbah kakao pengunjung/wisatawan, yang memiliki nilai-nilai
dan pemanfaatan limbahnya dalam satu siklus pelestarian lingkungan dan yang semuanya
produksi yang pada akhirnya menghasilkan zero dikemas dalam satu konsep zero waste (nol
waste yaitu nol limbah, tak ada bahan terbuang limbah) dan berkelanjutan di Kabupaten
sebagai bentuk pertanian ramah lingkungan. Soppeng.
Ditinjau dari sistem sirkulasi atau arus Konsep dasar desain yaitu agrowisata kakao
pengunjung terlihat bahwa pengunjung tidak berbasis masyarakat. Desain lanskap diwujudkan
melewati zona produksi. Pertimbangannya agar dalam bentuk site plan yang didominasi pola
tetap konsisten dengan prinsip dasar dalam geometris yang terbentuk dari elemen lunak
penataan areal kawasan, yaitu: (1) Menciptakan tapak seperti tanaman kakao dan tanaman hias
suasana areal menjadi menarik dan asri, tanpa taman tematiknya. Zonasi yang dibuat, yaitu :
mengganggu aktifitas budidaya dan pengolahan, Zona umum (4 %), Zona rekreasi (9 %), Zona
(2) Memberikan kenyamanan rekreasi bagi produksi (81 %), dan Zona pribadi (6 %). Kendala
pengunjung, (3) Menjaga objek agrowisata dan tapak terletak pada faktor-faktor fisik yang masih
kelestarian lingkungan. mungkin bisa diminimalisasi.
Membangun dan mengembangkan
agrowisata berwawasan lingkungan PERSANTUNAN
membutuhkan terbinanya sumberdaya alam dan
Terima kasih kami sampaikan kepada Pusat
lingkungan hidup yang lestari, sebaliknya dari
Teknologi Produksi Pertanian (PTPP),
hasil usaha pengembangan budidaya agro dan
Kedeputian Teknologi Agroindustri dan
wisata yang dihasilkannya dapat untuk
Bioteknologi (TAB) Badan Pengkajian dan
melestarikan sumberdaya alam dan lingkungan
Penerapan Teknologi (BPPT) yang telah
hidup. Agrowisata merupakan usaha agrobisnis
membiayai penelitian ini. Kami juga
yang membutuhkan keharmonisan dengan
mengucapkan terima kasih kepada Kepala
lingkungan hidup dalam segala aspek. Lestarinya
Program Pengembangan Teknologi Produksi
sumberdaya lahan pertanian akan mempunyai
Kakao Dalam Rangka MP3EI Koridor IV
dampak positif terhadap pelestarian lingkungan
(22) (Sulawesi Selatan), Group Leader (GL) WBS 1
hidup yang berkelanjutan .
dan Leader (L) WP 3 atas fasilitasi, bantuan
dan kerja samanya. Kami ucapkan terima kasih
4. KESIMPULAN
atas bantuan selama penelitian kepada Dinas
Keberadaan demfarm Takalala cukup Perkebunan Kabupaten Soppeng, Kecamatan
strategis dan memenuhi syarat sebagai demfarm Marioriwawo dan Lurah Tettikenrarae beserta
kakao karena terletak pada lokasi dan basis warganya, Ketua Gapoktan dan anggotanya,
pengguna. Sarana dan prasarana serta Bapak Hasnul pemilik lahan demfarm, serta
infrastruktur menuju lokasi demfarm tersedia dinas terkait di Kabupaten Soppeng Sulawesi
cukup memadai dan dapat dikunjungi dengan Selatan.
transportasi darat secara mudah dan nyaman.
Bila dikaitkan dengan potensi DAFTAR PUSTAKA
pertanian/perkebunan di Kecamatan
1. Anonim, (2008). Program Gerakan
Marioriwawo adalah padi sawah dan kakao,
NasionalPercepatan Revitalisasi Kakao
maka keberadaan demfarm Takalala sangat
Nasional(GERNAS) Masukan strat egis dari
diperlukan sesuai dengan misi dan visi demfarm.
ForumKemitraan Kakao Berkelanj utan
Bila dikaitkan dengan potensi wisata di

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 18, No 1, Januari 2017, 9-18 17


(Cocoa Sustainability partnership). 13. Muzha V.K, H. Ribawanto, M. Hadi, (2013).
Disunting ol eh Jeff Neilson (atas permi Pengembangan agrowisata dengan
ntaan dariACIAR). Kemitraan Australia pendekatan Community Based Tourism
Indonesia. (Studi pada Dinas Pariwisata Kota Batu dan
Kusuma Agrowisata Batu). Jurnal
2. Anonim, (2015). Statistik Perkebunan
Administrasi Publik. Jurnal Elektronik
Indonesia 2014-2016. Kakao. Dirjen
Mahasiswa Jurusan Administrasi Publik.
Perkebunan Jakarta, Desember 2015.
1(3). http//administrasipublik.studentjournal.
3. Poerbo, Hasan, (1999). Lingkungan ub.ac.id/ index.php/jap/article/view/81/75.
Binaan Untuk Rakyat, Penerbit Yayasan
14. Global Ecovillage Network (GEN). (2005).
Akatiga, Bandung.
Community Sustainabiliy Assessment.
4. John Ikerd, 1990. Sustainability’s Promise. Http://gen.ecovillage.org/activities/
Jurnal Soil and Water Conservation (Jan- csa/pdf/CSAEnglish. pdf.
Feb 1990), 45(1) : p.4.
15. Eckbo Garrett, (1995). The Art of Home
5. Gold, S.M. (1980). Recreation Planning Landscaping. Mc. Graw Hill Book
and Design. McGraw-Hill Book Co. Company, New York.
NewYork.197 p.
16. Bell S. (2008). Design for Outdoor
6. Anonim, (2015). Statistik Daerah Recreations. New York (US): Taylor &
Kecamatan Marioriwawo 2015. BPS Francis.
Kabupaten Soppeng.
17. Ling, A.H., (1984). Cocoa Nutrition and
7. Amali, Noor, (2014). Demonstrasi Manuring on Inland Soil in Peninsular
Teknologi : Metode Penyuluhan yang Malaysia. The Planter 60 (694) : 12-2418.
bersentuhan langsung dengan petani. 04
18. Shepherd, R and Y.T. Ngau, 1984.
Desember 2014. Balai Pengkajian
Utilization of by Product of Cocoa Bean
Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan
Processing. Int.Conf. On Cocoa and
Selatan. Jl. Panglima Batur Barat No.4,
Coconut, Malaysia. 17 p.
Banjarbaru, Kalimantan Selatan 70711,
Indonesia. 19. Nappu Basir, dkk. (2012). Efektivitas
penggunaan beberapa mikro organisme
8. Anonim, (2015). Penerapan Metode
local (MOL) dalam pengolahan limbah
Penyuluhan. Kementerian Pertanian, Badan
kakao menjadi pupuk organik dan
pengembangan Sumber Daya Manusia
aplikasinya pada tanaman kakao produktif.
Pertanian-SekolahTinggi Penyuluhan
Litbang Kementerian Pertanian Sulawesi
Pertanian.
Selatan. www.sulsel. litbang.deptan. go.id
9. Nurisjah S. (2001). Pengembangan
20. Sri Yoseva, Ardian dan Chris Mariana,
kawasan wisata agro (Agrotourism). Buletin
(2013). Pemanfaatan Kompos Kulit Buah
Tanaman dan Lanskap indonesia. 4(2): 20-
Kakao Pada Pertumbuhan Bibit Kakao
23.
Hibrida (Theobroma cacao L). J. Agrotek.
10. Subowo. (2002). Agrowisata meningkatkan Trop. 2 (1): 23-27
Pendapatan Petani. Warta Penelitian dan
21. W. Puastuti dan IWR. Susana, (2014).
Pengembangan Pertanian Vol. 24 No.1
Potensi dan Pemanfaatan Kulit Buah
2002. http : //database.deptan.
Kakao sebagaiPakan Alternatif Ternak
go.id/agrowisata.
Ruminansia. Wartazoa Vol. 24 No. 3 Tahun
11. Budiarti T, A.D.N. Makalew, N. Nasrullah, 2014 Hlm. 151-159. DOI:
Saptana, U. Haryati. (2012). Potential http://dx.doi.org/10.14334/wartazoa.v24i3.10
Evaluation of Community-Based Agritourism 72
in Banyuroto and Ketep Rural Landscape
22. B. Pamulardi, (2006). Pengembangan
Magelang Distric Central Java Indonesia.
agrowisata berwawasan lingkungan (Studi
Symposium IFLA Asia Pacific Shanghai
kasus Desa Wisata Tingkir Salatiga).
(CN). Oct 23-25th.
Tesis. Program Studi Ilmu Lingkungan.
12. Maharani R. dan T. Budiarti. (2010). Studi Program Pasca Sarjana Universitas
Potensi Lanskap Perdesaan untuk Diponogoro, Semarang
Pengembangan Agrowisata berbasis
Masyarakat di Cigombong, Bogor. Dalam
Prosiding Simposium Nasional IALI. Bogor
(ID). November.

18 Penataan Lingkungan Demfarm Kakao… (Gunarto, A)

Anda mungkin juga menyukai