BAB V
HASIL PENELITIAN
Tengah, Maluku, dan Irian Jaya. Merupakan Rumah Sakit pendidikan yang
Universitas Sam Ratulangi Manado yang terdiri dari : Ilmu Kesehatan Anak,
Ilmu Penyakit Mata, Ilmu Bedah, Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Penyakit
Kebidanan dan Kandungan, Medik dan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Selain itu juga Rumah Sakit Prof. Dr. R. D. Kandou Manado merupakan
tempat praktek bagi mahasiswa sekolah kesehatan yang ada di Manado dan
sekitarnya.
Rumah Sakit Prof. Dr. R. D. Kandou Manado merupakan Rumah Sakit
rujukan yang melayani penderita rujukan dari seluruh Puskesmas dan memiliki
VIP (Anggrek dan Nyiur Melambai), Instalasi Rawat Darurat Medik, Instalasi
Rawat Darurat Bedah, Instalasi Rawat Darurat Anak, Intensive Care Unit
(ICU), Intensive Coronary Care Unit (ICCU), Instalasi Bedah Sentral (IBS)
dan Anastesi, memiliki poliklinik yang terdiri dari: Poliklinik Penyakit Dalam,
2
Obstetri dan Ginekologi, Bedah, Anak, Gigi dan Mulut, Kulit Kelamin, Mata,
Jiwa dan Poliklinik gizi, serta memiliki Ruang Hemodialisa yang terdiri dari
Kandou Manado, dari tanggal 28-31 Desember 2015. Jumlah sampel yang
diteliti sebanyak 30 orang Perawat dan 41 orang pasien penyakit ginjal kronik,
responden yang berjenis kelamin laki-laki lebih sedikit yaitu 8 orang (27%),
Usia N %
< 40 tahun 3 7,3
40-45 tahun 27 65,9
46.50Ahun 10 24,4
> 50 tahun 1 2,4
Jumlah 41 100
Sumber : data primer 2015
Berdasarkan data pada tabel 5.3 menunjukan bahwa karakteristik
responden berdasarkan umur pasien yang terbanyak yaitu usia 40-45 tahun
yaitu 27 orang (65,9%), usia 46-50 tahun sebanyak 10 orang (24,4%), usia <
40 tahun sebanyak 3 orang (7,3%), dan usia > 50 tahun sebanyak 1 orang
(2,4%).
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin pasien PGK yang
Jenis Kelamin N %
Laki-laki 17 41,5
Perampuan 24 58,5
Jumlah 41 100
Sumber : data primer 2015
Berdasarkan data pada tabel 5.4 didapatkan hasil pasien penyakit
sebanyak 24 orang (58,5%) lebih banyak dari pasien berjenis kelamin laki-
Dr.R.D.Kandou
Lama Menjalani HD N %
2 tahun 30 73
> 2 tahun 11 27
Jumlah 41 100
Sumber : data primer 2015
Berdasarkan data pada tabel 5.5 pasien penyakit ginjal kronik yang
orang (27%).
C. Analisis Univariat
Dari hasil pengelolahan data yang dilakukan, disajikan dalam bentuk
Kandou Manado
perawat sebagai care giver sebagian besar peran yang baik yaitu 26 orang
Disfungsi Seksual N %
Rendah 7 17
Sedang 26 63
Tinggi 8 20
Jumlah 41 100
Sumber : data primer 2015
adalah kualitas hidup sedang yakni 26 orang (63%), kemudian kualitas hidup
tinggi yakni 8 orang (20%), dan kualitas hidup rendah yakni 7 orang (17%).
D. Analisis Bivariat
Dari hasil pengelolahan data yang dilakukan, disajikan dalam bentuk
Variabel r p
= 0,01 (2-tailed)
menunjukkan bahwa korelasi antara peran perawat sebagai care giver dengan
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Peran Perawat Sebagai Care Giver pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik
kompleks, baik secara langsung atau tidak langsung kepada klien gagal
peran perawat pelaksana dalam kategori baik dan 9,4% dalam kategori
kurang baik (Tabel 3). Hasil penelitian ini sesuai dengan Perry dan Potter
strategi koping yang efektif dan aman untuk menghadapi berbagai masalah
pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa. Hal ini juga
7
psikologis, sosial dan spiritual yang optimal terutama pada pasien penyakit
kronis.
Peran perawat pelaksana tahap pengkajian pada pasien gagal ginjal
orang) kurang baik (Tabel 3) . Hal ini sesuai dengan hasil kuesioner
dahulu sebelum dilakukan terapi pada pasien gagal ginjal kronis (Lampiran
memberikan gambaran status kesehatan yang terjadi pada klien. Hal ini juga
hanya 18,8% perawat melakukan proses perencanaan kurang baik (Tabel 3).
Hal ini dapat dilihat juga dari hasil kuesioner penelitian 75% perawat telah
keperawatan.
Berdasarkan hasil penelitian peran perawat pelaksana dalam proses
implementasi dengan baik yaitu 100% (Tabel 3). Hal ini menunjukkan
Hal ini dapat dilihat juga dari hasil kuesioner penelitian dimana perawat
(Lampiran 11). Hal ini sesuai dengan Nursallam, (2003) bahwa selama
dalam kategori baik juga dapat dilihat dari hasil kuesioner penelitian dimana
RSUP HAM Medan sudah tergolong dalam kategori baik sebanyak 78,1%
dan kategori kurang baik 21,9% (Tabel 3). Hal ini juga terlihat dari hasil
kualitas hidup tinggi dan 37,5% dengan kualitas hidup sedang (Tabel 4). Hal
ini juga sesuai dengan penelitian Ibrahim (2009) yang mengatakan sebagian
komponen kesehatan spiritual sudah dalam kategori tinggi 90,6% (Tabel 4).
Hasil penelitian pada komponen kesehatan fisik terdapat 28,1% dalam
10
kategori tinggi, 50,0% dalam kategori sedang, dan 21,9% ada dalam
kategori rendah (Tabel 4). Hasil penelitian Ibrahim (2009) kesehatan fisik
hidup pasien, dimana ada perbedaan yang bermakna pada kualitas hidup
pasien dengan masalah kesehatan yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian dimana kesehatan fisik pasien gagal ginjal kronis yang
dan penyakit lain 18,8% menderita penyakit lain (Tabel 2). Kesehatan fisik
pasien gagal ginjal kronis pada penelitian ini juga dapat dilihat dari hasil
makan yang telah ditentukan sesuai program pengobatan dan 37,5% pasien
kesehatan psikologis sedang adalah 25% (Tabel 4). Smeltzer dan Bare,
(2004) pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa merasa
terhadap perubahan pada status kesehatan, sosial, ekonomi, fungsi peran dan
hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa. Hal ini tidak
mengalami depresi (Lampiran 13). Hal ini dapat diasumsikan karena adanya
adaptif dari pasien itu sendiri (Safarindo, 1998 dalam Arlija, 2006)
Pasien yang mengalami stres, akan mencari dukungan dari keyakinan
agamanya. Hasil penelitian pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi
tinggi 90,6% dan kategori sedang hanya 9,4% (Tabel 4). Dukungan dari
dialami karena proses penyembuhan yang lama dan hasil yang belum pasti.
Hal ini juga dapat dilihat dari hasil kuesioner didapat 78,1% pasien
dengan berkumpul bersama orang seusia, diharapkan satu sama lain bisa
kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodilisa
12
kategori tinggi yaitu sebanyak 78,1% dan kategori sedang 21,9% (Tabel 4).
Hasil penelitian yang dilihat dari hasil kuesioner didapat 81,3% pasien
merasa diperhatikan oleh keluarga dan teman-teman (Lampiran 13). Hal ini
harapan sudah tergolong dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 65,6% (21
orang) dan kategori sedang 34,4% (Tabel 4). Komponen harapan yang
dimiliki pasien gagal ginjal kronis ini dapat dilihat dari hasil kuesioner yang
diperoleh sebesar 53,1% pasien tidak merasa gagal dalam menjalani hidup.
Hal ini dapat diasumsikan peneliti karena dukungan yang dimiliki pasien
gagal ginjal kronis dari dukungan sosial baik dari keluarga maupun tim
sendiri, merasa tidak mampu, dan tidak berharga. Hal ini sesuai dengan
Hasil analisa data memiliki nilai signifikan antara kedua variabel yaitu
pelaksana dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
menjalankan terapi.
Dukungan profesional kesehatan sangat diperlukan untuk
kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis. Hal ini sesuai dengan penelitian
Fitriani (2010), kepatuhan pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi
dalam menjalani terapi. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian Lubis (2006)
yang mengatakan tenaga medis seperti dokter dan perawat yang berhadapan
yang holistik dan menjaga komunikasi dan sikap yang baik. Perawat
15
kepada pasien.
Kondisi yang kompleks pada pasien gagal ginjal kronis membutuhkan
petugas kesehatan. Hal ini dapat meningkatkan kualitas hidup pasien gagal
dengan jalan menunjang sikap atau emosi yang sehat dalam menghadapi
masalah tersebut.
16
BAB VII
Kesimpulan Dan Saran
A. Kesimpulan
Terdapat hubungan yang positif antara peran perawat pelaksana
dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi
peran perawat pelaksana akan semakin tinggi juga kualitas hidup pasien
hubungannya sedang.
Pelaksanaan peran perawat pelaksana pada pasien gagal ginjal kronis
spiritual pasien merupakan kualitas hidup yang paling tinggi (90,6%) yang
hemodialisa.
B. Saran
1. Pendidikan Keperawatan
Peran perawat pelaksana memegang peranan penting untuk