a
dengan diagnosa dhf di ruangan interna
Rsud prof.dr.h.m anwar makkatutu
bantaeng
Oleh : kelompok iv
sudarman
m.safri
dahlia
nirmala sari
nur rahmi
CI.Institusi Ci.Lahan
2. Etiologi
Penyebab penyakit dengue hemoragic fever (DHF) atau demam berdarah adalah virus
dengue. Virus ini tergolong dalam family/suku/grup flaviviridae yang dikenal ada 4 serotipe,
dengue 1, dengue 2, dengue 3, dengue 4, yang ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti.
Infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap
serotype bersangkutan. Tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype lain
3. Manifestasi Klinis
Kasus DHF ditandai oleh manifestasi klinik, yaitu: demam tinggi dan mendadak yang
dapat mencapai 400C atau lebih dan terkadang disertai dengan kejang, demam, sakit
kepala,anoreksia, mual muntah, epigastrik, discomfort, nyeri perut kanan atas atau seluruh
bagian perut dan pendarahan, terutama pendarahan kulit, walaupun hanya berupa uji tourniquet
positif. Selain itu, pendarahan kulit dapat terwujud memar atau juga berupa pendarahan spontan
mulai dari petekie pada ektremitas, tubuh, dan muka, sampai epistaksis dan pendarahan gusi.
Sementara pendarahan gastrointestinal masih lebih jarang terjadi dan biasanya hanya terjadi
pada kasus dengan syok yang berkepanjangan atau setelah syok yang tidak dapat teratasi.
Pendarahan lain seperti pendarahan sub konjungtiva terkadang juga ditemukan. Pada masa
konvalisen seringkali ditemukan eritema pada telapak kaki dan hepatomegali. Hepatomegali
biasanya dapat diraba pada permukaan penyakit dan pembesaran hati ini tidak sejajar dengan
beratnya penyakit. Nyeri tekan seringkali ditemukan tanpa ikters maupun kegagalan
pendarahan.
4. Anatomi Fisiologi
Anatomi dan fisiologi yang berhubungan dengan penyakit DHF adalah system sirkulasi.
System
sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari traktus distivus dari
paru-paru ke
sela-sela tubuh. Selain itu, system sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa
metabolisme
dari sel- sel ginjal, paru-paru dan kulit yang merupakan tempat ekskresi pembuluh darah, dan
darah.
a. Jantung.
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung merupakan jaringan
istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang,
tetapi cara bekerjanya menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan kita.
Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal jantung) dan
disebut juga basis kordis. Disebelah bawah agak runcing yang disebut apeks cordis. Letak
jantung didalam rongga dada sebelah depan, sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga
dada, diatas diagfragma dan pangkalnya terdapat dibelakang kiri antara kosa V dan VI dua
jari dibawah papilla mamae. Pada tempat ini teraba adanya denyut jantung yang disebut
iktus kordis. Ukurannya lebih kurang sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-
kira 250-300 gram.
b. Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu :
arteri
Arteri merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang membawa darah
keseluru bagian dan alat tubuh. Pembuluh darah arteri yang paling besar yang keluar
dari ventrikel sinistra disebut aorta. Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal
tetapi sifatnya elastic dan terdiri dari 3 lapisan.
Arteri yang paling besar didalam tubuh yaitu aorta dan arteri pulmonalis, garis
tengahnya kira-kira 1-3 cm. arteri ini mempunyai cabang-cabang keseluruhan tubuh
yang disebut arteriola yang akhirnya akan menjadi pembuluh darah rambut (kapiler).
Arteri mendapat darah dari darah yang mengalir didalamnya tetapi hanya untuk tunika
intima. Sedangkan untuk lapisan lainnya mendapat darah dari pembuluh darah yang
disebut vasa vasorum.
Vena
Vena (pembuluh darah balik) merupakan pembuluh darah yang membawa darah
dari bagian/alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung. Tentang bentuk susunan dan juga
pernafasan pembuluh darah yang menguasai vena sama dengan pada arteri. Katup-katup
pada vena kebanyakan terdiri dari dua kelompok yang gunanya untuk mencegah darah
agar tidak kembali lagi. Vena-vena yang ukurannya besar diantaranya vena kava dan
vena pulmonalis. Vena ini juga mempunyai cabang tang lebih kecil yang disebut
venolus yang selanjutnya menjadi kapiler.
Kapiler
Kapiler (pembuluh darah rambut) merupakan pembuluh darah yang sangat halus.
Diameternya kira-kira 0,008 mm. Dindingnya terdiri dari suatu lapisan endotel. Bagian
tubuh yang tidak terdapat kapiler yaitu; rambut, kuku, dan tulang rawan. Pembuluh
darah rambut/kapiler pada umumnya meliputi sel-sel jaringan. Oleh karen itu
dindingnya sangat tipis maka plasma dan zat makanan mudah merembes ke cairan
jaringan antar sel.
Darah
Darah adalah jaringan cair dan terdiri dari dua bagian: bagian cair disebut plasma
dan bagian padat disebut sel darah. Warna merah pada darah keadaannya tidak tetap
bergantung pada banyaknya oksigen dan karbon dioksida didalamnya. Darah yang
banyak mengandung karbon dioksida warnanya merah tua. Adanya oksigen dalam darah
diambil dengan jalan bernafas dan zat ini sangat berguna pada peristiwa
pembakaran/metabolisme didalam tubuh. Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa
terdapat darah seanyak kira-kira 1/3 dari berat badan atau kira-kira 4 sampai 5 liter.
Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung pada umur,
pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.
Fungsi darah:
Sebagai alat pengangkut
Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh
dengan perantaraan leukosit dan antibody/zat-zat antiracun.
Mengatur panas keselurh tubuh.
Adapun proses pembentukan sel dara terdapat tiga tempat yaitu: sumsung
tulang, hepar, dan limpa
.
5. Patofisiologi
. Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Pertama-tama
yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala,
mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit
(petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran
kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali).
Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-
antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5
akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan
merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh
darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya volume plasma,
terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan adanya
kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan
pemberian cairan intravena. Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab
terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya
cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang
pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan
intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi,
sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk
mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan
yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi
yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama
akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi
dengan baik. Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler,
trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala
karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi
ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system
retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam
pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit DHF ialah meningginya
permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta
aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat
berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi
dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan ditemukannya
cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan
hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan
terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah
perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan
fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti
dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi
disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh
aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien
dengan perdarahan hebat.
Klasifikasi DHF menurut WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat
penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :
Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji tourniquet
positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie,
ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (>120x/mnt )
tekanan nadi sempit (120mmHg), tekanan darah menurun.
Derajat IV
Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung 140x/mnt) anggota gerak teraba
dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium :
Trombosit menurun
Hematokrit meningkat 20% atau lebih
Leukosit menurun pada hari kedua dan ketiga
Kadar albumin menurun dan bersifat sementara
Hipoproteinemia ( Protein darah rendah )
Hiponatremia ( NA rendah )
b. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto trorax( pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar grade II) di dapatkan efusi
pleura
7. Penatalaksanaan
a.Tirah baring
b. Pemberian makanan lunak
c.Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam)
d. Pemberian cairan melalui infuse
e.Pemberian obat-obtan; antibiotic, antipiretik
f. Antikonulsi jika terjadi kejang
g. Monitor TTV
h. Monitor adanya tanda-tanda renjatan
i. Monitor tanda-tanda pendarahan lanjut
j. Periksa HB, HT, dan trombosit setiap hari
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn.A
Tempat /Tanggal Lahir : Bantaeng/06-02-1998
Umur : 18 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
Lama Bekerja :-
Alamat : Jl.Elang
Suku : Makassar
Telp :-
Sumber Informasi : Keluarga
No.Rm : 13 96 44
Golongan Darah :O
Diagnosa Medis : DHF
B. Riwayat Keluhan Utama : Demam Yang Dirasakan Sejak 3 Hari Yang Lalu Sebelum Masuk
Rumah Sakit Dan Disertai Mual.
GI
82
X X X
G II
40 36
58
X 54
X 45 42 34
Keterangan :
49 47
Laki-Laki
Perempuan
G III
15 13
Garis Keturunan
Garis Serumah
18 Pasien
KETERANGAN :
G1. Kakek Dan Nenek Pasien Dari Pihak Ayah Telah Meninggal Tanpa Ada Riwayat
Penyakit Sepeninggalannya (Meninggal Karena Usia), Kakek Pasien Dari Pihak Ibu
Telah Meninggal Dengan Riwayat Sepeninggalan Yaitu Demam Nenek Masih Hidup
Dengan Usia 82 Tahun Dengan Riwayat Tidak Memiliki Penyakit.
G2. Ayah Pasien Masih Hidup Dan Tidak Memiliki Riwayat Penyakit Saat Ini, Ayah
Pasien Memiliki 4 Orang Saudara, 2 Saudara Ayah Telah Meninggal Tanpa Ada
Riwayat Penyakit Sepeninggalannya, 2 Orang Saudara Ayah Masih Hidup Dan Saat
Ini Tidak Memiliki Riwayat Penyakit, Ibu Pasien Saat Ini Masih Hidup Dan Tidak
Memiliki Riwayat Penyakit, Ibu Pasien Memiliki 5 Orang Saudara Yang Masih
Hidup 4 Orang Diantaranya Saat Ini Tidak Memiliki Riwayat Penyakit, Tetapi Adik
Ke3 Ibu Saat Ini Sedang Sakit Dengan Riwayat Penyakit Batuk Dan Hanya Berobat
Ke Puskesmas Terdekat.
G3. Pasien Saat Ini Sedang Dirawat Di Ruangan Interna RSUD.Prof.Dr.H.M Anwar
Makkatutu Bantaeng Dengan Riwayat Penyakit DHF, Pasien Memiliki 2 Orang
Saudari Yang Saat Ini Masih Hidup Dan Tidak Memiliki Riwayat Penyakit.
III. RIWAYAT PSIKO-SOSIO-SPRITUAL
B. Pola Kognitif
1. Pasien Merasa Sedikit Khawatir Dengan Keadaannya Sekarang, Pasien Mengatakan Ingin Cepat
Sembuh Dan Bisa Kembali Beraktivitas Seperti Biasanya.
2. Pasien Merasa Selalu Menikmati Kehidupannya.
3. Harapan Positif Pasien Dia Ingin Segera Cepat Sembuh, Dan Pasien Berharap Penyakit Dbd/Dhf Itu
Bisa Cepat Di Berantas Penyebebnya Agar Tidak Banyak Lagi Orang Yang Menderita Penyakit
Seperti Pasien Saat Ini.
4. Sehari-Hari Pasien Menggunakan Bahasa Indonesia Maupun Bahasa Asli Makassar.
C. Pola Koping
1. Penilaian Terhadap Diri Pasien Sangat Baik.
2. Pasien Memiliki Rasa Percaya Diri Yang Baik.
3. Pasien Merasa Puas Terhadap Dirinya Sendiri.
E. Pola Spritual
1. Sumber Kekuatan Pasien Yaitu Bergantung Pada Agama Dan Keyakinannya.
2. Kegiatan Agama Pasien Baik.
3. Keyakinan Dan Kepercayaan Pasien Selalu Memberi Makna Dalam Kehidupannya.
4. Pasien Tidak Memiliki Kesulitan Apapun Saat Ini Dalam Melaksanakan Kegiatan Spritualnya.
17
B. TB : 156 cm, BB : 48 kg, IMT : 24 (Kurus).
C. Tingkat Kesadaran
GCS : 15 E = 4 V = 6 M = 5 (Composmentis).
D. Integumen
1. Inspeksi : Warna Kulit (Sawo Matang), Keadaan Kulit (Nampak Merah), Kebersihan Kulit
(Bersih), (Tidak Nampak) Adanya Kelainan Pada Kulit, (Tidak) Adanya Luka.
2. Palpasi : Kulit Teraba (Panas), Kelembapan Kulit (Kering), Tekstur Kulit Teraba (Lembut),
Tugo Kulit (Menurun), (Tidak Teraba) Adanya Oedema/Pembengkakan.
F. Wajah
1. Inspeksi : Nampak (Simetris), Bentuk Wajah (Kotak), Ekspresi Wajah Nampak (Lemas), (Tidak
Ada) Gerakan Abnormal, (Tidak Nampak) Adanya Tanda-Tanda Moon Face, Lapang
Pandang (1800), Pergerakan Bola Mata (Kesegala Arah).
2. Palpasi : (Tidak Ada) Nyeri Tekan, Sensasi Wajah (Tidak Ada).
G. Mata
1. Inspeksi : (Tidak Nampak) Adanya Oedema Palpebra, (Tidak Nampak) Adanya Peradangan,
KunjungTiva Nampak (Agak Pucat), Sklera Nampak (Berwana Putih), Pupil
Nampak.(Sokor), Refleks Pupil Terhadap cahaya (Miosis), (Nampak) Adanya Refleks
Kornea, Penglihatan Nampak (Jelas), Visus (Normal Tidak Ada Pemakaiaan Alat
Bantu), (Tidak Nampak) Adanya Gangguan Pada Pergerakan Bola Mata.
2. Palpasi : (Tidak Teraba) Adanya Nyeri Tekan, (Tidak Ada) Peningkatan TIO.
H. Hidung
1. Inspeksi : Nampak (Simetris), (Tidak Nampak) Adanya Pembengkakan, (Tidak Nampak)
Adanya Epitaksis, (Tidak Nampak) Adanya Septum Deviasi.
2. Palpasi : (Tidak Teraba) Adanya Nyeri Tekan, (Tidak Teraba) Adanya Tumor Ataupun
Benjolan.
3. Fungsi : (Normal) Mampu Membedakan Bau.
I. Telinga
1. Inspeksi : Nampak (Simetris), Nampak (Bersih), Membran Timfani (Utuh).
2. Palpasi : (Tidak Ada) Nyeri Tekan Mastoid
3. Fungsi : Rinne (+), Weber (+), Swabach (+), (NORMAL).
K. Leher
1. Inspeksi : (Tidak Nampak) Adanya Pembesaran Kelenjar Tiroid, (Tidak Nampak) Adanya
Benjolan, (Tidak Nampak) Adanya Distensi Vena Jugularis, (Tidak Nampak) Adanya
Pembesaran Tonsil.
2. Palpasi : Kelenjar Tiroid (Teraba), (Tidak Teraba) Adanya Kaku Kuduk, (Tidak Teraba)
Adaanya Pembesaran Kelenjar Limfae, (Tidak Teraba) Adanya Nyeri Tekan,
3. Fungsi : Fungsi Menelan (Baik).
L. Thorax Dan Pernapasan
1. Inspeksi : Bentuk Dada (Normo Chest), Pernapasan (22x/Menit), (Tidak Nampak) Adanya
Retraksi Dada, Irama (Normal), (Tidak Nampak) Adanya Sianosis.
2. Palpasi : Taktil Fermitus Kanan (+), Taktil Fermitus Kiri (+).
3. Perkusi : Terdengar Bunyi (Sonor) Pada Bagian Dada Sebelah Kanan Dari Atas Kebawah.
4. Auskultasi : Vesikuler.
M. Kardiovaskuler (Jantung)
1. Inspeksi : Ictuscordis (Nampak)
2. Palpasi : HR (76x/Menit), Irama (Reguler), Kekuatan (kuat), CRT (3 Detik).
3. Auskultasi : TD (110/80 MmHg), Bunyi Jantung S1-S2 (Normal).
N. Abdomen
1. Inspeksi : Bentuk Abdomen (Normal), (Tidak Nampak) Adanya Stoma, (Tidak Nampak)
Adanya Ikterus, (Tidak Nampak) adanya Benjolan/Tumor.
2. Palpasi : (Tidak Teraba) Adanya Nyeri Tekan, (Tidak Teraba) Adanya Pembesaran Hati,
(Tidak Teraba) Adanya Massa..
3. Perkusi : (Normal).
4. Auskultasi : Peristaltik Usus (20x/Menit).
O. Ekstremitas
1. (Tidak Ditemukan) Adanya Atrofi Otot, (Tidak Ditemukan) Adanya Parese Otot, Kemampuan
Berjalan (Baik) Pasien Mampu Berjalan Sendiri Tanpa Ada Bantuan.
2. Kemampuan Rentang Gerak
Kepala : Fleksi (+), Ekstensi (+), Rotasi (+)
Bahu : Elevasi (+), Depresi (+)
Ektremitas Atas :
Kanan : Fleksi (+), Ekstensi (+), Abduksi (+), Adduksi (+), Elevasi, (+),
Sirkumduksi (+), Pronasi (+), Supinasi (+).
Kiri : Fleksi (+), Ekstensi (+), Abduksi (+), Adduksi (+), Elevasi, (+),
Sirkumduksi (+), Pronasi (+), Supinasi (+).
Ekstremitas Bawah :
Kanan : Fleksi (+), Ekstensi (+), Abduksi (+), Adduksi (+), Elevasi, (+),
Sirkumduksi (+), Pronasi (+), Supinasi (+).
Kiri : Fleksi (+), Ekstensi (+), Abduksi (+), Adduksi (+), Elevasi, (+),
Sirkumduksi (+), Pronasi (+), Supinasi (+).
3. Kekuatan Otot :
5 5
5 5
4. Refleksi
Patella (+), Achilles (+), Bisep (+), Trisep (+), Brankioradialis (+), Babinski (+).
P. Genetalia
Nampak (Bersih), (Tidak Adanya) Peradangan, (Tidak Nampak) Adanya Pembengkakan.
Kecemasan Ds :
Pasien Mengatakan Ia Menghawatirkan Penyakitnya
berhubungan dengan : Pasien Mengatakan Merasa Sedikit Cemas Akan
Penyakitnya
5 Krisis situasional, Stress, Do :
perubahan status Pasien Nampak Cemas
kesehatan, ancaman Pasien Nampak Gelisah
kematian, perubahan Pasien Nampak Lemah
konsep diri.
FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Kelemahan
5 Kecemasan
Berhubungan Dengan : Kontrol Kecemasan Anxiety Reduction (Penurunan
Faktor Kecemasan)
Keturunan, Krisis Koping
Situasional, Stress, 1. Gunakan Pendekatan Yang
Perubahan Status Setelah Dilakukan Asuhan Selama Menenangkan
Kesehatan, Ancaman 1x24jam Diharapkan Kecemasan
Kematian, Perubahan Teratasi Dgn Kriteria Hasil: 2. Nyatakan Dengan Jelas
Konsep Diri, Kurang Harapan Terhadap Pelaku
Pengetahuan Dan Klien Mampu Pasien
Hospitalisasi Mengidentifikasi Dan
DO/DS: Mengungkapkan Gejala Cemas 3. Jelaskan Semua Prosedur
Takut Dan Apa Yang Dirasakan
Mual, Kelelahan Mengidentifikasi, Selama Prosedur
Anoreksia, Mulut Mengungkapkan Dan
Kering 4. Libatkan Keluarga Untuk
Menunjukkan Tehnik Untuk
Bingung Mendampingi Klien
Mengontol Cemas
P : Lanjutkan Intervensi
1. Kaji Adanya Alergi Makanan
2. Kolaborasi Dengan Ahli Gizi Untuk Menentukan Jumlah Kalori Dan Nutrisi Yang
Dibutuhkan Pasien
8. Monitor Mual
12. Atur Posisi Semi Fowler Atau Fowler Tinggi Selama Makan
P : Lanjutkan Intervensi
P : Lanjutkan Intervensi
P : Lanjutkan Intervensi
1. Kaji Adanya Alergi Makanan
2. Kolaborasi Dengan Ahli Gizi Untuk Menentukan Jumlah Kalori Dan Nutrisi Yang
Dibutuhkan Pasien
3. Yakinkan Diet Yang Dimakan Mengandung Tinggi Serat Untuk Mencegah
Konstipasi
4. Ajarkan Pasien Bagaimana Membuat Catatan Makanan Harian.
5. Monitor Adanya Penurunan Bb
6. Monitor Lingkungan Selama Makan
7. Monitor Turgor Kulit
8. Monitor Mual
9. Monitor Pucat, Kemerahan, Dan Kekeringan Jaringan Konjungtiva
10. Monitor Intake Nuntrisi
11. Informasikan Pada Klien Dan Keluarga Tentang Manfaat Nutrisi
12. Atur Posisi Semi Fowler Atau Fowler Tinggi Selama Makan
13. Anjurkan Banyak Minum
Dx. 07.20 S:
3 Pasien Masih Selalu Merasa Haus
Pasien Masih Merasa Lemas
O:
Membran Mukosa Masih Nampak Agak Pucat
Pasien Masih Nampak Kurus
Bibir Pasien Masih Nampak Kering
Ttv : Td : 120/80mmhg S : 37.50c
N : 82x/M P : 20x/M
A : Masalah Belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
P : Lanjutkan Intervensi
Fluid Management
1. Pencatatan Intake Output Secara Akurat
2. Monitor Status Nutrisi
3. Monitor Status Hidrasi (Kelembaban Membran Mukosa, Vital Sign Adekuat)
4. Anjurkan Untuk Makan Pelan-Pelan
5. Jelaskan Untuk Menggunakan Napas Dalam Untuk Menelan Reflek Mual
Dx. 07.40 S:
5 Pasien Sudah Merasa Tidak Cemas Lagi
O:
Pasien Nampak Sudah Tidak Cemas
A : Masalah Teratasi
P : Pertahankan Intervensi
P : Pertahankan Intervensi
1. Kaji Adanya Alergi Makanan
2. Kolaborasi Dengan Ahli Gizi Untuk Menentukan Jumlah Kalori Dan
Nutrisi Yang Dibutuhkan Pasien
3. Yakinkan Diet Yang Dimakan Mengandung Tinggi Serat Untuk
Mencegah Konstipasi
4. Ajarkan Pasien Bagaimana Membuat Catatan Makanan Harian.
5. Monitor Adanya Penurunan BB
6. Monitor Lingkungan Selama Makan
7. Monitor Turgor Kulit
8. Monitor Mual
9. Monitor Pucat, Kemerahan, Dan Kekeringan Jaringan Konjungtiva
10. Monitor Intake Nuntrisi
11. Informasikan Pada Klien Dan Keluarga Tentang Manfaat Nutrisi
12. Atur Posisi Semi Fowler Atau Fowler Tinggi Selama Makan
13. Anjurkan Banyak Minum
Dx.3 13.20 S:
Pasien Sudah Tidak Selalu Merasa Haus
Pasien Tidak Lagi Merasa Lemas
O:
Membran Mukosa Masih Nampak Merah
Pasien Masih Nampak Sudah Memiliki BB Yang Normal
Bibir Pasien Masih Nampak Kering
TTV : TD : 120/80MmHg S : 36.50C
N : 82x/m P : 20x/m
A : Masalah Teratasi
P : Pertahankan Intervensi
P : Pertahankan Intervensi
Fluid Management
1. Pencatatan Intake Output Secara Akurat
2. Monitor Status Nutrisi
3. Monitor Status Hidrasi (Kelembaban Membran Mukosa, Vital Sign
Adekuat)
4. Anjurkan Untuk Makan Pelan-Pelan
5. Jelaskan Untuk Menggunakan Napas Dalam Untuk Menelan Reflek
Mual
Dx.5 13.40 S:
Pasien Sudah Merasa Tidak Cemas Lagi
O:
Pasien Nampak Sudah Tidak Cemas
A : Masalah Teratasi
P : Pertahankan Intervensi
Keterangan :
Pasien Sudah Pulang Dengan Alasan Keadaan Sudah Baik Dengan
Ditemukannya Data :
1. Ttv Dalam Tahap Normal
TD : 120/80MmHg
Nadi : 82x/menit
Suhu : 36.40C
Pernapasan : 20x/menit
2. Semua Diagnosa Telah Teratasi