TINJAUAN PUSTAKA
Bangsa : Helobiae
Suku : Jenis
Hydrocharitaceae : Enhalus acoroides
Halophila ovalis
H. decipiens
H. Minor
H. spinulosa
H. Thallasia hemprichii
Cymodoceaceae : Cymodocea rotundata
C. serrulata
Halodule pinifolia
H. uninervis
Syringodium isoetifolium
Thalassodendron ciliatum
Daerah yang paling penting bagi lamun adalah mintakat pasang-surut bawah dan
mintakat subtidal atas, dimana suatu vegetasi yang kompleks dapat terbentuk dari
7-8 jenis yang tumbuh bersama sama (Hutomo et al. 1993)
Zonasi sebaran dan karakteristik habitat lamun di perairan pesisir Indonesia dapat
dikelompokan menurut :
a) Genangan air dan kedalaman (daerah dangkal yang selalu terbuka saat air
surut, daerah dengan kedalaman sedang atau di daerah pasang surut dan
daerah yang dalam dan selalu tergenang air)
b) Kecerahan air tempat tumbuhnya (air yang jernih, keruh dan sangat keruh)
c) Komposisi jenisnya pertumbuhan padang lamun dapat dikelompokan atas
vegetasi tunggal dan vegetasi campuran.
d) Karakteristik tipe substratnya padang lamun yang tumbuh di perairan
Indonesia dapat dikelompokan menjadi 6 kategori, yaitu : lumpur, lumpur
berpasir, pasir, pasir berlumpur, puing karag, dan batu karang.
e) Asosiasinya dengan ekosistem lain (terumbu karang, mangrove)
Berdasarkan karakteristik habitat dan sebaran lamun maka dapat
dikelompokan jenis lamun yang kosmopolitan (dapat tumbuh di hampir semua
kategori habitat), moderat (tumbuh pada kategori habitat antara 50-75%), dan
jenis lamun yang terbatas sebarannya (tumbuh pada kategori habitat<50%)
(Kiswara 1997)
dengan EL dan N masing-masing adalah total sinyal yang kembali (echo) dan
noise yang diperoleh, dalam satuan dB re 1 Pa. Echo merupakan sinyal pantulan
yang didapat dari target yang diharapkan, sedangkan noise merupakan gangguan
yang berasal dari berbagai faktor; termasuk ambient noise, gangguan yang berasal
dari lingkungan; self noise, gangguan yang berasal dari instrument itu sendiri;
serta reverberasi atau pantulan pulsa suara yang berasal dari objek yang tidak
12
dimana SV adalah nilai volume backscattering dari target yang diharapkan dan SL
merupakan source level atau intensitas suara yang dihasilkan oleh echosounder,
dengan satuan dB re 1Pa pada 1 m. Nilai 2TL didapat dari dua arah transmission
loss, dari echosounder ke target dan target ke echosounder yang besarnya
dinyatakan dalam decibel (Urick 1983) .
Nilai backscattering strength tergantung dari sifat pantulan dari dasar laut
dan luas dari dasar yang memantulkan kembali sinyal yang telah dihamburbalikan
pada tiap waktu. oleh karena itu untuk mendefenisikan koefisien backscattering
dasar (bs) dalam dB/m, sebagai besaran nilai pantulan dasar.
...(3)
Sinyal yang terpantul dari target di terima secara terpisah oleh masing-masing
kuadran. Selama penerimaan berlangsung keempat bagian transduser menerima
gema dan target, dimana target yang terdeteksi oleh transduser terletak pada pusat
dari sumbu sorot dan gema dari target akan dikembalikan dan diterima oleh
keempat bagian pada waktu yang bersamaan, tetapi jika target yang terdeteksi
tidak terletak tepat pada sumbu pusat surat suara, maka gema yang kembali akan
diterima lebih dulu oleh bagian transduser yang paling dekat dari target atau
dengan mengisolasi target dengan menggunakan output dari sorot penuh (full
beam) (SIMRAD 1993).
Echosounder split beam modern memiliki fungsi Time Varied Gain (TVG)
didalam sistim perolehan data akustik. TVG ini berfungsi secara otomatis untuk
mengeliminir pengaruh attenuation yang disebabkan baik oleh geometrical
spreading dan absorbsi suara ketika merambat dalam air. Koreksi TVG memiliki
dua modus, yaitu modus linear (20 log r) dan modus eksponensial (40 log r).
Modus linear memberikan keakuratan yang lebih baik pada pengukuran target
berkelompok, termasuk dasar perairan, sedangkan modus eksponensial digunakan
untuk mendeteksi target tunggal di kolom perairan (Biosonics 2004).