Anda di halaman 1dari 2

Mungkin korupsi sudah tak asing lagi bagi bangsa kita yaitu Indonesia, Indonesia menjadi

salah satu negara didunia sebagai negara yang tingkat korupsinya termasuk besar. Dari pejabat
tinggi negara sampai bawahanya pun banyak yang telah menjadi pelaku korupsi atau koruptor.
Sampai-sampai pengayom yang tahu hukum sendiri melakukan tidakan ini.
Terkait dengan korupsi yang dilakukan oleh I Wayan Sukarja Sastrawan di atas, saya sangat
menyayangkan hal tersebut, mungkin bukan hanya saya yang seperti itu namun juga publik pada
umumnya. Tindakan pidana semacam ini untuk memperkaya diri sendiri sangatlah merugikan
masyarakat, terutama dari pihak nasabah Bank BPD. Dampak dari prilaku ini bukanlah berimbas
dalam skala kecil, namun sangat besar sekali. Saya tak bisa habis pikir apa yang ia pikirkan
mengapa ia tega mengambil atau mencuri uang yang bukan haknya. Uang yang seharusnya
digunakan untuk keperluan negara malah ia gunakan untuk keperluan pribadinya. Apakah ia
sadar atau tidak bahwa tindakannya melibihi seorang pembunuh,karena secara tidak langsung ia
telah membunuh banyak orang karena uang milik orang lain yang harusnya ditabungkan, malah
digunakan untuk kepentin dirinya sendiri seperti membeli pendingin ruangan, televisi, beberapa
unit sepeda motor, beberapa mobil, dan lain sebagainya.
Pemerintah telah berusaha keras untuk memberantas korupsi di Indonesia dengan
membangun berbagai lembaga untuk memberantas koruptor. Semoga saja rencana pemerintah
untuk memberantas korupsi yang ada di negeri ini berjalan dengan baik dan negeri ini terbebas
dari koruptor.

Mungkin kita sadar bahwa korupsi tidak asing dalam kehidupan kita, maka sebab itu kita
harus menjauhkan yang namanya korupsi, baik dengan nominal kecil apalagi besar. Karena
korupsi pastinya merugikan orang lain.

Saya berani mengatakan bahwa korupsi sudah membudaya, sudah mendarah daging dan
melekat di hampir tiap kalngan di masyarakat Indonesia. Hal ini tercermin dengan banyaknya
kosakata yang digunakan dan dianggap sebagai pengesahan korupsi seperti uang rokok, uang
lelah, biaya kemitraan, biaya transportasi, tanda terimakasih, dan sebagainya.
Kalau saja ini benar, maka berarti bangsa ini sudah berangapan bahwa korupsi itu adalah
satu hal yang wajar, satu hal yang pantas dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
kehidupan sehari-hari. Korupsi sama dengan kebutuhan menghirup udara, makan dan minum,
semua dianggap sebagai satu keniscayaan, sebagai aktifitas yang lumrah dan tidak tercela.
Dengan demikian maka pemberantasan korupsi ini tidak cukup hanya dilakukan melalui
lembaga peradilan, yang tidak jarang juga melakukan korupsi. Sehingga pemberantasan korupsi
bukan hanya dilakukan melalui lembaga hukum, tetapi juga melalui pendidikan formal dan non
formal. Melalui contoh gaya hidup yang tidak koruptif, Pendidikan karakter anak bangsa, bukan
aji mumpung.
Pemberantasan korupsi melalui lembaga peradilan memang harus dilakukan terus
menerus, dan sepatutnya kalau lebih diintensifkan pada lembaga penegak hukum, kepolisian,
kejaksaan dan pengadilan. Dengan lembaga penegak hukum yang kontra dengan korupsi, maka
para calon koruptor akan khawatir bahwa hukuman yang akan diterima pasti sangat tinggi..
Melakukan pemberantasan korupsi tidak cukup hanya dengan wacana dan menambah
lembaga pemberatasan korupsi, tetapi yang penting adalah sikap konsisten dalam memerangi
korupsi. Korupsi yang diberantas bukan hanya terhadap orang yang dekat atau dianggap sebagai
lawan politik, tetapi sepatutnya pada lingkaran yang paling dekat dengan pemerintah dalam hal
ini Presiden dan para pembantunya. Pemberantasan korupsi sekarang ini bukan lagi janji
kampanye, bukan pula alat untuk menjaga image, tetapi pemberantasan korupsi sekarang ini
adalah kebutuhan.
Yang penting dalam pemberantasan korupsi sekarang ini, harus melalui proses yang baik,
dalam arti harus melalui suatu penyelidikan yang akurat, bukan sekedar asal sidik. Bebasnya
orang diangap dan dicap sebagai koruptor oleh pengadilan, terutama karena tidak cukup kuatnya
bukti yang dijadikan sebagai bukti bahwa seorang yang didakwa atau disangka melakukan
korupsi benar-benar melakukan korupsi. Kalau terdakwa bebas karena lemahnya bukti, maka
yang harus dianggap melakukan kesalahan adalah Penyidik dan Penuntut Umum.
Sudah saatnya para ahli dilibatkan mulai dari tahap penyelidikan, bukan hanya pada tahap
penyidikan. Keterlibatan ahli ini penting karena para ahli inilah yang akan menilai bukti awal
ada atau tidaknya korupsi lebih dahulu. Karena tidak jarang keahlian penyidik dalam
melakukan penyidikan tidak cukup untuk mengungkap ada atau tidaknya korupsi.
Jadi sebagai anak bangsa mari kita perangi korupsi dengan memulai hal-hal kecil.
Membangun karakter dengan komponen-komponen karakter yang baik dari dini akan
menghindarkan kita dari korupsi dan tindakan-tindakan tercela lainnya

Anda mungkin juga menyukai