S1 2014 286933 Chapter1
S1 2014 286933 Chapter1
PENDAHULUAN
Air dan tanah merupakan sumberdaya alam yang esensial bagi kelangsungan
hidup mahluk hidup, baik manusia, binatang maupun tumbuhan. Dalam siklus
hidrologi daerah aliran sungai (DAS) memegang peranan yang penting (Harto,
2002). DAS merupakan suatu wilayah daratan yang secara topografi dibatasi oleh
punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk
kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama (Asdak, 2002). DAS
berfungsi untuk mentransformasikan hujan menjadi aliran air. DAS memiliki respon
yang berbeda-beda dalam mentransformasikan hujan untuk setiap daerah, tergantung
oleh beberapa hal, diantaranya adalah energi kinetik dari hujan, sifat tanah, bentuk
fisik dari lahan, tutupan dan pengelolaan lahan. Empat faktor pertama sifatnya sangat
alamiah, sedangkan faktor yang terakhir sangat dipengaruhi oleh pengelolaan serta
penggunaan DAS oleh manusia.
Fenomena yang sangat terkait dengan transformasi aliran air adalah erosi
permukaan lahan yang terjadi di DAS (Harto, 2002). Erosi adalah proses terkikisnya
dan terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah oleh air hujan (Suripin, 2002).
Erosi pada DAS sudah menjadi isu nasional, yang mendapat perhatian khusus
semenjak tahun 1970 (Sutarman, 2007), dikarenakan erosi yang berlebihan
menyebabkan lahan menjadi kritis. Lahan kritis adalah lahan yang tidak produktif
secara ekonomis. Dalam skala besar, erosi dapat menyebabkan permasalahan
nasional, karena mampu menurunkan ketahanan pangan nasional. Bahaya erosi yang
dapat menurunkan produktivitas lahan merupakan masalah utama dari tahun ke
tahun, sehingga tetap menjadi permasalahan yang harus dihadapi oleh pemerintah.
1
2
sehingga akan sangat mempermudah dalam pembuatan model laju erosi untuk
penentuan tingkat bahaya erosi.
I.2. Tujuan
I.3. Manfaat
Manfaat dari proyek ini untuk menyajikan tingkatan bahaya erosi pada DAS
Secang yang kemudian secara umum dapat dijadikan acuan untuk perencanaan
kebijakan pengelolaan DAS Secang dan dapat dijadikan sebagai saran dan masukan
untuk prioritas pengelolaan lahan dan konservasi oleh Dinas Pertanian dan
Kehutanan Kabupaten Kulon Progo Provinsi D.I. Yogyakarta.
lahan yang diperoleh dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon
Progo.
5. Tingkat bahaya erosi ditentukan dari hasil pemodelan laju erosi dengan
metode USLE.
I.5.1. Erosi
Sumberdaya alam yang sangat penting antara lain adalah air dan tanah. Salah
satu faktor yang turut mempercepat menurunya kemampuan sumberdaya alam
tersebut yaitu terjadinya erosi. Erosi adalah proses terkikisnya permukaan tanah oleh
aliran air, angin, es, atau perantara geologi lainnya, termasuk diantaranya proses
gravitasi, sedangkan laju erosi merupakan ketebalan pengikisan tanah yang terjadi
dalam satuan waktu tertentu (Suripin,2004). Besarnya laju erosi dalam proyek ini
dinyatakan dalam ton/ha/tahun, atau dengan kata lain berapa ton besarnya pengikisan
tanah setiap luasan satu hektar tanah dalam waktu satu tahun.
Erosi menyebabkan hilangnya lapisan tanah atas yang subur dan baik untuk
pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan
menahan air. Tanah yang terangkut tersebut akan diendapkan di tempat lain, di
dalam sungai, waduk, danau, saluran irigasi, di atas tanah pertanian dan sebagainya.
Kerusakan yang dialami pada tanah tempat erosi terjadi berupa kemunduran sifat-
sifat kimia dan fisik tanah seperti kehilangan unsur hara dan bahan organik dan
memburuknya sifat-sifat tanah antara lain pada menurunnya kapasitas infiltrasi dan
5
I.5.2. USLE
A = R x K x LS x C x P ...................... (I.1)
di mana :
Metode perhitungan erosivitas curah hujan tergantung pada jenis data curah
hujan yang tersedia, jika diketahui jumlah curah hujan bulanan, jumlah hari hujan
bulanan, dan curah hujan harian rata-rata maksimal bulanan tertentu, maka
perhitungan erositivitas hujan dapat dengan menggunakan persamaan Bols dalam
Suripin (2002).
R = ( ) ..................... (I.3)
di mana :
R : Erosivitas curah hujan tahunan
Rm : Indeks erosivitas curah hujan bulanan rata-rata
(Rain)m : Jumlah curah hujan bulanan rata-rata (mm)
(Days)m : Jumlah hari hujan bulanan pada bulan tertentu (hari)
(Max P)m : Curah hujan harian maksimal pada bulan tertentu (mm)
m : Satu bulan dalam satu tahun.
Faktor erodibilitas tanah dengan kadar debu dan pasir sangat halus kurang dari
70% dapat dihitung dengan menggunakan persamaan dari Wischmeier, Johnson, dan
Cross (1971) dalam Suripin (2002).
Apabila kandungan debu dan pasir sangat halus lebih dari 70 % maka faktor
erodibilitas tanah ditetapkan menggunakan nomograf erodibilitas tanah seperti
ditunjukkan pada Gambar I.1.
Jika data yang tersedia hanya berupa peta jenis tanah saja seperti Peta Jenis
Tanah untuk daerah tertentu tanpa ada keterangan sifat-sifat tanah, maka penilaian
faktor erodibilitas tanah dapat mengacu pada Tabel I.2. Nilai faktor eodibiltas tanah
pada Tabel I.2. merupakan rekapitulasi hasil penelitian nilai erodibiltas tanah di
Pulau Jawa.
9
6 Alluvial 0.47
7 Regosol 0.4
8 Latosol 0.31
Sumber : Kironoto (2003)
lahan yang sama tanpa ada tanaman atau di berokan. Nilai C untuk suatu jenis
penutup lahan sangat tergantung dari jenis, kombinasi, kerapatan, panen dan rotasi
tanaman dalam satu tahun. Besarnya nilai C ditentukan berdasarkan keanekaragaman
vegetasi penutup lahan selama satu tahun di lapangan. Pada proses penilaian tutupan
lahan dapat menggunakan Tabel I.4 sebagai nilai acuan.
Faktor tindakan konservasi dan faktor tutupan lahan (CP) biasanya dijadikan
satu penilaian, hal ini terjadi jika data yang digunakan untuk penilaian kedua faktor
tersebut menggunakan data yang sama. Secara umum faktor CP dipengaruhi oleh
jenis tanaman (tataguna lahan) dan tindakan pengelolaan lahan (teknik konservasi)
yang dilakukan, seperti misalnya penanaman mengikuti kontur, strip cropping, dan
pembuatan teras. Jika pengelolaan lahan (tindakan konservasi) tidak dilakukan maka
nilai P adalah 1, sedangkan bila usaha pengelolaan lahan dilakukan maka nilai P
menjadi kurang dari 1. Penilaian faktor CP dapat mengacu pada Tabel I.6.
13
digunakan sebagai salah satu jalan untuk mencari sebuah solusi dari permasalahan
tersebut. Klasifikasi TBE mengacu pada Tabel 1.7.
SIG merupakan suatu bidang kajian ilmu dan teknologi yang relatif baru,
digunakan oleh berbagai bidang disiplin ilmu, dan berkembang dengan cepat. SIG
adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan,
memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan data-
data yang berhubungan dengan posisi-posisi di permukaan bumi. Kelebihan dari
emampuan SIG dibandingkan sistem informasi lainya terletak pada analisis spasial
yang mampu diintegrasikan dengan atribut non spasial.
SIG dapat didefinisikan sebagai kombinasi perangkat keras dan perangkat
lunak komputer yang memungkinkan untuk mengelola, menganalisa, memetakan
informasi spasial berikut data atributnya (data deskriptif) dengan akurasi kartografi
(Prahasta, 2002).
I.5.3.3. Fungsi analisis pada SIG. Kemampuan SIG dapat juga dikenal melalui
fungsi-fungsi analisis yang dapat dilakukannya. Secara umum terdapat dua jenis
fungsi analisis, yaitu fungsi analisis spasial dan fungsi analisis atribut. Fungsi analisis
atribut terdiri dari operasi dasar dari basisdata yang mencakup create database, drop
database, create table, drop table, record and insert, field, seek, find, search, edit,
update, delete membuat indeks untuk setiap tabel basisdata, dan operasi-operasi atau
fungsi analisis lain yang sudah rutin digunakan di dalam sistem basisdata. Fungsi
analisis spasial terdiri dari reclassify, overlay, dan buffering (Prahasta, 2002).
Walaupun produk SIG paling sering disajikan dalam bentuk peta, kekuatan SIG yang
sebenarnya terletak pada kemampuannya dalam melakukan analisis. SIG dapat
mengolah dan mengelola data dengan jumlah yang besar. Dengan demikian,
pengetahuan mengenai bagaimana cara mengelola data tersebut dan bagaimana
menggunakannya merupakan kunci analisis di dalam SIG. Salah satu fungsi tools
SIG yang paling mendasar adalah integrasi data dengan cara baru. Salah satu
contohnya adalah overlay, yang memadukan layer data yang berbeda. SIG juga dapat
mengintegrasikan data secara matematis dengan melakukan operasi-operasi terhadap
atribut-atribut tertentu dari datanya (Prahasta, 2002).
I.5.3.4. Operasi dasar SIG. Proyek ini mengunakan beberapa operasi dasar
yang terdapat di ArcGIS, yaitu :
Merge
Clip
C B
I.5.4. Kartografi
Kartografi adalah seni, ilmu, dan teknik pembuatan peta yang akan melibatkan
pelajaran geodesi fotogrametri, kompilasi, dan reproduksi peta (Prihandito, 2010).
Peta harus memenuhi aspek kartografi agar pemakai peta dapat dengan mudah
memahami isi dari peta. Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi dalam
skala tertentu dan digambarkan diatas bidang datar melalui sistem proyeksi
(Prihandito, 2010). Suatu peta dapat disajikan dalam berbagai cara, mulai dari secara
konvensional hingga digital. Kenampakan obyek/detil yang terdapat di permukaan
bumi dapat terpresentasikan pada peta. Kenampakan detil tersebut terbagi dalam detil
alam seperti sungai, danau, gunung, dan detil buatan seperti jalan, jembatan,
pemukiman sawah, dan lain sebagainya. Suatu peta harus memiliki unsur-unsur peta
sebagai berikut:
a. Judul peta
b. Skala peta: Perbandingan antara jarak dipeta dengan jarak sebenarnya
dilapangan.
c. Arah utara
d. Simbol
e. Legenda : Informasi yang memberikan keterangan terhadap simbol pada
peta
f. Sumber dan tahun pembuatan peta. Sumber merupakan data yang digunakan
dalam pembuatan peta sehingga memberikan kepastian kepada pembaca
peta bahwa data dan informasi yang disajikan dalam peta benar-benar dapat
dipertanggung jawabkan. Tahun pembuatan digunakan untuk mengetahui
apakah peta tersebut masih relevan dengan kondisi sekarang.
g. Sistem koordinat dan proyeksi peta. Sistem koordinat adalah suatu system
untuk menyatakan letak atau posisi suatu titik. Proyeksi peta merupakan
suatu sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik diatas peta
(bidang datar) dan di permukaan bumi (bidang lengkung)
h. Datum. Datum merupakan ellipsoid yang memiliki nilai parameter dan
origin tertentu dan digunakan sebagai referensi dalam penentuan posisi
diatas permukaan bumi.
20
Dalam penyajian suatu peta, akan dibatasi oleh suatu garis tepi dimana diluar
batas tepi daerah ini pada umumnya dicantumkan berbagai keterangan yang sering
disebut dengan keterangan tepi. Keterangan tepi ini penting dicantumkan agar peta
dapat dipergunakan sebaik-baiknya oleh pemakai peta, karena tidak semua pemakai
peta adalah orang yan g paha dengan peta, maka keterangan peta harus dibuat dengan
sebaik-baiknya. Untuk suatu rangkaian peta topografi terdapat suatu standar ukuran
lembar peta dan juga standar keterangan tepi, termasuk posis/letak informasi pada
peta, ukuran huruf, ketebalan garis, warna-warna yang digunakan dan lain-lain
(Prihandito, 1989).