Pengelolaan Perbekalan Farmasi Sesuai Standar dalam Rangka Mencegah
Beredarnya Obat Palsu di Rumah Sakit
Berdasarkan undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit,
pada pasal 7 disebutkan bahwa rumah sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan. Disini ditegaskan bahwa kefarmasian menjadi salah satu syarat berdirinya rumah sakit. Farmasi harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang bermutu, bermanfaat, aman dan terjangkau. Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis pakai di rumah sakit harus dilakukan oleh instalasi farmasi sistem satu pintu, dimana kebijakan pengadaan serta pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan habis pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien. Pelayanan kefarmasian berdasarkan peraturan pemerintah no 51 tahun2009 tentang pekerjaan kefarmasian dilakukan oleh Apoteker yang memiliki STRA (Surat Tanda Registrasi Apoteker) dan dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian yang memiliki STRTTK (Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknik Kefarmasian). Pelayanan kefarmasian dirumah sakit harus memenuhi standar pelayanan dimana seluruh rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan perbekalan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai menjadi tanggung jawab apoteker untuk memastikan kualitas, manfaat dan keamanannya. Maka dari itu perlu adanya Standar Prosedur Operasional yang mengatur kebijakan mulai dari pengelolaan perbekalan farmasi maupun kegiatan farmasi klinis demi terjaminnya mutu dan melindungi pasien dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam ragka keselamatan pasien (patient safety). Dalam Permenkes no 58 tahun 2014 tentang Standar pelayanan Kefarmasian di RS, Standard Pelayanan kefarmasian di Rumah sakit terbagi dalam dua fokus, yaitu : 1. Standard pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai Terdiri dari : a. Pemilihan Sesuai dengan Formularium yang disepakati oleh komite medik dan komite farmasi dan terapi yang ditetapkan oleh pimpinan RS b. Perencanaan Untuk mencegah inventory yang berlebihan dan penggunaan obat yang efektif pada pasien dengan mempertimbangkan : anggaran, prioritas, sisa persediaan, data pemakaian, waktu tunggu, dan rencana pengembangan Celah masukny c. Pengadaan obat Palsu - Harus berasal dari sumber resmi - Perbekalan harus memiliki izin edar - Pada kontrak disebutkan tanggung jawab pemasok termasuk menjaga keamanan barang d. Penerimaan - Kesesuaian faktur, identitas supplier dan identitas yang dituju - Kesesuaian item serta spesifikasi dengan faktur dan surat pesanan - Keutuhan kemasan - Pemeriksaan secara visual terhadap kondisi obat - Expired date, No. Batch, No Registrasi BPOM - Suhu penyimpanan selama distribusi - Waktu pengiriman oleh supplier sejak dilakukan orderan e. Penyimpanan f. Pendistribusian g. Pemusnahan dan penarikan h. Pengendalian i. Administrasi
2. Standard pelayanan farmasi klinik.
Terdiri dari : a. Pengkajian dan pelayanan resep b. Penelusuran riwayat penggunaan obat c. Rekonsiliasi obat Celah masuknya obat palsu Proses membandingkan instruksi pengobatan dengan obat yang telah didapat pasien - Obat yang dibawa pasien saat masuk ke rumah sakit - Obat yang diterima pasien saat pindah antar ruang perawatan d. Pelayanan Informasi Obat (PIO) e. Konseling f. Visite g. Pemantauan Terapi Obat (PTO) h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) j. Dispensing sediaan Steril k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)
Dalam peraturan menteri kesehatan no 58 tahun 2014 tentang standar
pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Rumah sakit harus menyusun kebijakan terkait manajemen penggunaan Obat yang efektif. Kebijakan tersebut harus ditinjau ulang sekurang-kurangnya sekali setahun. Evaluasi tersebut misalnya dari efek samping yang tidak terduga, data penjualan dan apakah dilanjutkan masuk dalam formularium atau dikeluarkan dari formularium.
Tindakan pencegahan obat palsu di rumah sakit
1. Penerapan system satu pintu 2. Pengadaan sediaan farmasi mengikuti ketentuan yang berlaku 3. Apoteker harus terlibat dan bertanggung jawab dalam pengelolaan perbekalan kefarmasian dan farmasi klinis 4. Melakukan evaluasi terhadap pemasok Dilihat dari pentingnya pengelolaan perbekalan Farmasi dan pelayanan Farmasi klinis yang memenuhi standar untuk mencapai kualitas mutu serta tercapainya sasaran Keselamatan pasien (Patien safety) perlu didukung oleh sumber daya yang cukup dan kompeten dibidangnya. Berdasarkan Permenkes no 58 tahun 2014 kualifikasi sumber daya manusia di Instalasi Farmasi RS : 1. Untuk pekerjaan kefarmasian terdiri dari : a. Apoteker b. Tenaga teknis Kefarasiaan 2. Untuk pekerjaan Penunjang terdiri dari : a. Operator komputer/ teknisi yang memahami kefarmasian b. Tenaga Administrasi c. Pekarya/ pembantu pelaksana Dilihat dari perhitungan kebutuhan Apoteker berdasarkan beban kerja pelayanan kefarmasian 1. rawat inap yang meliputi pelayanan farmasi manajerial dan pelayanan farmasi klinik dengan aktivitas pengkajian resep, penelusuran riwayat penggunaan obat, rekonsiliasi obat, pemantauan terapi obat, pemberian informasi obat, konseling, edukasi dan visite, idealnya dibutuhkan tenaga apoteker dengan rasio 1 Apoteker untuk 30 pasien. 2. Rawat jalan yang meliputi manajerial dan pelayanan farmasi klinik dengan aktivitas pengkajian resep, penyerahan obat, pencatatan penggunaan obat dan konseling, idealnya dibutuhkan tenaga apoteker dengan rasio 1 Apoteker untuk 50 Pasien 3. Selain rawat inap dan rawat jalan diperlukan Apoteker di unit logistk medik/ distribusi, unit produksi steril/ aceptic dispensing, unit pelayanan informasi Obat dan lain-lain tergantung cakupan pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Apoteker diperlukan juga masing-masing 1 orang apoteker untuk pelayanan kefarmasian di ruang tertentu, yaitu : - Unit gawat darurat - Intensive Care Unit / Intensive Cardiac Care unit/ Neonatus Care Unit/ Pediatric Intensive Care Unit - Pelayanan Informasi Obat.
Dilihat dari Praturan Menteri Kesehatan no 24 tahun 2014 tentang rumah
sakit Kelas D Pratama Sesuai dengan kondisi RSU Kecamatan Ciracas saat ini, Sumber daya minimal ketenaga kesehatan maupun non kesehatan sebagai berikut :
NO JENIS TENAGA KERJA JUMLAH TENAGA
1 Tenaga MEDIS Dokter/dokter dengan 4 Kewenangan tambahan* Dokter Gigi 1 2 Tenaga Keperawatan Perawat 2:3 Bidan 2 3 Tenaga Kesehatan Lain Apoteker 1 Tenaga Teknis Kefarmasian 2 Radiografer 1 Analis Kesehatan 1 Tenaga Gizi 1 4 Tenaga penunjang non Sesuai Kebutuhan kesehatan 5 Administrasi dan Manajemen Sesuai Kebutuhan