Anda di halaman 1dari 9

Kewirausahaan

SAP 1

Oleh :
AA Mahaputra Bismantara (1515351062) (04)
I Gede Iswara Yudhasena (1515351063) (51)
I Gede Yoga Trisna Widya (1515351067) (06)
Gd Bagus Dwiputra Gunadhi (1515351072) (09)

Universitas Udayana
Tahun Ajaran 2016/2017
Kewirausahaan SAP 1

1. Pengertian Kewirausahaan

Kewirausahaan adalah proses mengidentifikasi, mengembangkaan, dan membawa visi


ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik
dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru
yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian. Kewirausahaan memiliki arti yang
berbeda-beda antar para ahli atau sumber acuan karena berbeda-beda titik berat dan
penekanannya. Beberapa definisi tentang kewirausahaan sebagai berikut :

Menurut Arif F. Hadipranata, Wirausaha adalah sosok pengambil risiko yang


diperlukan untuk mengatur dan mengelola bisnis serta menerima keuntungan financial
ataupun non uang.
Thomas W Zimmerer, Kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan keinovasian
untuk memecahkan permasalahan dan upaya memanfaatkan peluang-peluang yang
dihadapi orang setiap hari.

Israel Kirzner (1979), Wirausahawan mengenali dan bertindak terhadap peluang


pasar. Entrepreneurship Center at Miami University of Ohio: Kewirausahaan sebagai
proses mengidentifikasi, mengembangkaan, dan membawa visi ke dalam kehidupan.
Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam
menjalankan sesuatu.

Raymond, (1995), Wirausaha adalah orang yang kreatif dan inovatif serta mampu
mewujudkanya untuk meningkatkan kesejahteraan diri masyarakat dan lingkungan.

2. Pentingnya Kewirausahaan

Kewirausahaan itu sendiri berarti usaha dimana seseorang memiliki kemampuan berfikir
yang kreatif dan inovatif untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Banyak orang
baik pengusaha maupun bukan pengusaha yang meraih kesuksesan berkat adanya
kemampuan berfikir yang inovatif dan kreatif. Biasanya kemampun berfikir yang inovatif dan
kreatif itu akan memunculkan ide-ide yang baru dan berbeda.

Proses kreatif dan inovatif hanya terdapat pada orang-orang yang berkepribadian kreatif
dan inovatif, yaitu mereka yang memiliki jiwa berwirausaha yang bercirikan; percaya diri,
berani, penuh keyakinan, optimis, disiplin dan bertanggungjawab. Dalam berwirausaha perlu
dibutuhkan jiwa dan semangat dalam pelaksanaannya. Meskipun terdapat orang yang
memiliki daya berfikir yang inovatif dan kreatif namun mereka tidak memiliki mental
seorang wirausaha, maka potensi yang dimilikinya akan sia-sia saja. Aktivitas berwirausaha
tentu didalamnya terdapat rintangan, tantangan, dan halangan yang harus dihadapi dengan
mental dan jiwa wirausaha
Indonesia merupakan negara yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA). Sumber Daya
Alam yang melimpah ruah di tanah air ini mampu dijadikan sebagai tempat yang ideal untuk
berwirausaha. Tidak dapat dipungkiri bahawa dimasa yang akan datang Indonesia akan
mampu meningkatkan taraf ekonomi dan kesejahteraan masyarakatnya dengan melakukan
kegiatan wirausaha dalam berbagai sektor mikro maupun makro seiring dengan mulai
meratanya pendidikan di Indonesia dan akses-akses lainnya yang mendukung kesadaran
masayarakat dalam berwirausaha. Dalam mencapai itu semua terdapat beberapa hambatan
yang masih menjadi permasalahan yaitu banyak masyarakat yang awam tentang
berwirausaha, mereka cenderung tidak berani untuk membuka suatu usaha yang dapat
meningkatkan kesejahteraan mereka.

Indonesia masih menjadi negera berkembang ditandai dengan kondisi masyarakat yang
memiliki pendapatan perkapita rendah, kebanyakan penduduknya miskin, tekonologi banyak
yang belum menjamah ke pelosok-pelosok serta masih banyaknya pengangguran. Melihat
situasi itu sangatlah memprihatinkan. Pendapatan masyarakat yang rendah dan tingkat
populasi yang tinggi menjadi suatu permasalahan yang harus diatasi oleh pemerintah negara
sekarang. Maka dari itu, kewirausahaan sangat diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.

Dengan adanya kewirausahaan masyarakat dapat mempunyai kemampuan untuk


menciptakan produk-produk baru yang berinovasi dan dapat menyampaikan ide dan
kreasinya, sehingga banyak pengangguran yang diserap karena bermunculannya lapangan
pekerjaan yang disediakan. Jika telah banyak pengangguran yang diserap, maka secara
otomatis pendapatan masyarakat akan meningkat pula. Selain dapat mengurangi
pengangguran kewirausahaan juga mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di tanah air.

Indonesia perlahan-lahan mulai berbenah diri dari berbagai sektor kehidupan.


Kemunculan usahawan-usahawan tanah air bisa menjadi titik awal pergerakan ekonomi
Indonesia kearah yang lebih baik. Pola pikir masyarkat tentang berwirausaha sedikit demi
sedikit mulai tumbuh. Lapangan pekerjaan yang muncul tentu akan menyerap tenaga kerja.
Indonesia merupakan negara yang populasi masyarakatnya tinggi. Kewirausahaan yang
berada di sektor padat karyalah yang dibutuhkan di Indonesia agar kesejahteraan masyarakat
dapat meningkat dan dapat mengurangi tingkat pengangguran serta mampu menaikkan
tingkat pertumbuhan dan kesejahteraan ekonomi di Indonesia.
3. Jenis-Jenis Wirausaha

Jenis Kewirausahaan (Williamson, 1961)

1. Innovating Entrepreneurship, Bereksperimentasi secara agresif,trampil


mempraktekkan transformasi- transformasi atraktif.
2. Imitative Entrepreneurship, Meniru inovasi yang berhasil dari para Innovating
Entrepreneur

3. Fabian Entrepreneurship, Sikap yang teramat berhati-hati dan sikap skeptikal tetapi
yang segera melaksanakan peniruan-peniruan menjadi jelas sekali, apabila mereka tidak
melakukan hal tersebut, mereka akan kehilangan posisi relatif pada industri yang
bersangkutan.

4. Drone Entrepreneurship, Drone = malas. Penolakan untuk memanfaatkan peluang-


peluang untuk melaksanakan perubahan-perubahan dalam rumus produksi sekalipun hal
tersbut akan mengakibatkan mereka merugi diandingkan dengan produsen lain. Di
banyak Negara berkembang masih terdapat jenis entrepreneurship yang lain yang disebut
sebagai Parasitic Entrepreneurship, dalam konteks ilmu ekonomi disebut sebagai Rent-
seekers (pemburu rente). (Winardi, 1977).

4. Pergeseran Paradigma Dari Job Seekers Ke Job Creators

Pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi bertujuan untuk membentuk manusia


secara utuh (holistik), sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman dan ketrampilan
sebagai wirausaha. Pendidikan kewirausahaan dapat diimplementasikan secara terpadu
dengan kegiatan-kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa secara
bersama-sama dalam komunitas pendidikan sehingga diharapkan akan menciptakan mindset
sebagai seorang pencipta kerja (job creator). Berikut ini adalah strategi mengubah paradigma
dari Job Seeker menjadi Job creator:

Keluarga Membangun Kultur berwirausaha

Kultur (budaya) berwirausaha suatu keluarga atau suku atau golongan bahkan
bangsa sangat berpengaruh terhadap kemunculan wirausaha-wirausaha baru yang
tangguh. Kultur berwirausaha tidak dapat ditanamkan dalam sekejap. Memerlukan
waktu cukup banyak untuk membangun kultur kewirausahaan Setiap keluarga harus
menanamkan jiwa wirausaha sejak dini dalam diri anak-anak mereka.

Kultur beberapa suku di Indonesia memang mengagungkan profesi wirausaha


sehingga banyak wirausaha tangguh yang berasal dari suku tersebut. Namun secara
umum kultur masyarakat Indonesia masih mengagungkan profesi yang relatif tanpa
resiko misalnya menjadi pegawai negeri, bekerja di perusahaan besar. Pilihan lebih
banyak berada para kuadran kanan (Employee. Lihat. Robert Kiyosaki).
Penciptaan Iklim Usaha

Era krisis moneter yang melanda Indonesia awal tahun 1997 menyebabkan
banyak industri besar tumbang, usaha skala kecil sulit tumbuh. Hal ini membuat
pemerintah Indonesia kebingungan mengatasinya dikarenakan berkaitan dengan
timpangnya struktur usaha (industri) yang terlalu memihak pada industri besar.

Peran pemerintah ini juga bukan pada pemberian modal, tetapi lebih pada
membina kemampuan industri kecil dan membuat suatu kondisi yang mendorong
kemampuan industri kecil dalam mengakses modal, (Pardede, 2000). Atau dengan
kata lain, pemerintah harus membina kemampuan industri kecil dalam menghitung
modal optimum yang diperlukan, kemampuan menyusun suatu proposal pendanaan ke
lembaga-lembaga pemberi modal, serta mengeluarkan kebijakan atau peraturan yang
lebih memihak industri kecil dalam pemberian kredit.

Pembenahan Dunia Pendidikan

Pola pikir para sarjana yang umumnya masih berorientasi untuk menjadi
karyawan harus diubah. Oleh Karena itu peran lembaga pendidikan sebagai pusat
inkubasi pembentukan manusia Indonesia seutuhnya, perlu di tata kembali. Struktur
kurikulum kita yang cenderung menghasil lulusan yang siap pakai bukan lulusan
yang siap menghasilkan.

Optimalisasi Balai Pelatihan Kewirusahaan

Mengoptimalkan balai latihan kerja (BLK). Dengan pengoptimalan BLK


maka, kekurangan daya serap perguruan tinggi bisa diantisipasi. Disebutkannya, saat
ini BLK belum begitu termanfaatkan untuk mengatasi pengangguran. Begitu pula
dengan BLK-BLK, banyak yang belum berkembang dengan baik terutama dalam
penyerapan para lulusan untuk masuk ke dunia kerja. Saat ini, yang saya lihat belum
ada perhatian pemerintah untuk pembenahan kearah itu,

Peningkatan akses modal


Pemerintah melalui lembaga perbankan dan keuangan diminta membuka
akses modal bagi calon wirausaha, karena selama ini mereka masih kesulitan
mendapatkannya untuk meningkatkan taraf hidup.

Pendampingan calon wirausaha

Satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah pendampingan yang dilakukan
oleh lembaga swadaya masyarakat, perbankan, konsultan, dan stakeholder lainnya
sehingga memberikan kemudahan serta pencerahan bagi para calon wirausaha.
Seringkali lemahnya pendampingan mengakibatkan modal usaha yang telah dibagikan
kepada calon wirausaha, tidak terpakai dengan baik. Para calon wirausaha lebih sering
melakukan konsumsi terhadap modal yang diberikan. Akibatnya, modal mereka
terpakai habis sedangkan usaha belum dapat berjalan dengan baik.

5. Proses Terciptanya Wirausaha

Beberapa teori yang berusaha menerangkan proses terbentuknya wirausaha diantaranya:

Teori Life Path Change

Tidak semua entrepreneur lahir dan berkembang mengikuti jalur yang sistematis dan
terencana dengan baik. Banyak entrepreneur lahir tidak mengikuti proses yang direncanakan.
Hal ini karena disebabkan beberapa hal:

a. Negative displacement

Seseorang bisa saja menjadi entrepreneur karena dia berada pada tempat yang tidak
kondusif. Misalnya saja karena tertekan, merasa terhina, mengalami kebosanan selama
bekerja, dipaksa ataupun terpaksa pindah dari daerah asal. Kondisi inilah yang membuat
seseorang terpaksa harus keluar dari kebiasaan rutin yang dia sendiri tidak merasa nyaman
dengan kondisi itu. Sementara di sisi lain upaya untuk menjaga kelangsungan hidup diri dan
keluarga harus dipertahankan. Oleh karenanya menjadi entrepreneur dalam situasi seperti ini
adalah pilihan terbaik bagi dirinya.

b. Being between things

Ada orang yang merasa berada pada dua dunia yang berbeda (being between things).
Orang-orang yang baru keluar dari ketentaraan, orang yang baru keluar dari penjara, sering
kali mereka merasa berada pada dua dunia yang berbeda. Apapun perasaannya, yang pasti
mereka tetap harus berjuang menjaga kelangsungan hidupnya. Dan biasanya beranjak
darisinilah pilihan harus dibuat. Pilihan menjadi entrepreneur muncul karena menjadi
entrepreneur mereka dapat bekerja dengan mengandalkan diri mereka sendiri.

c. Having positif pull


Seseorang dapat menjadi entrepreneur karena mendapat dukungan positif dari mitra
kerja, investor, pelanggan, maupun relasi lain. Dukungan positif ini akan memudahkan
mereka mengantisipasi peluang usaha. Slain itu dukungan positif juga akan menciptakan rasa
aman dari berbagai resiko yang akan dihadapi dikemudian hari.

Teori Goal Direct Behavior

Teori ini menggambarkan bahwa seseorang menjadi entrepreneur untuk mencapai


tujuan tertentu. Tujuannya tidak lain adalah memperbaiki kelangsungan hidup dirinya dan
keluarganya. Untuk mencapai tujuan tersebut, seseorang termotivasi dan mengarahkan
tingkah lakunya secara persisten untuk mencapai tujuan. Diawali dengan adanya dorongan
need, kemudian goal direct behavior, hingga tercapainya tujuan. Dorongan need (kebutuhan)
muncul dari berbagai macam mulai dari kebutuhan dasar sampai kepada kebutuhan untuk
berprestasi. Bisa juga dorongan need ini muncul dari adanya defisit dan ketidakseimbangan
tertentu pada diri individu yang bersangkutan (entrepreneur).

Teori Pengambilan Keputusan

Sebelum mengambil keputusan terjun ke dalam dunia wirausaha, seseorang terlebih


dahulu melakukan pertimbangan-pertimbangan. Pengambilan keputusan tersebut tidaklah
selalu mudah, bahkan dapat menimbulkan konflik dengan dirinya sendiri bahkan dengan
orang lain.

Pengambilan keputusan adalah suatu proses berfikir dan bertindak yang bermuara
pada pemilihan perilaku tertentu sesuai dengan keputusan yang diambil. Jika seseorang
mengambil keputusan menjadi wirausaha maka dia akan menyelaraskan tindakan dengan
hasil keputusannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan:

a. Faktor yang berasal dari situasi lingkungan keputusan itu sendiri (decision environment).

Jika seseorang cukup mengenal keadaan sekarang (initial state), tujuan-tujuan yang
akan datang yang akan dicapai (desire state) dan transformasi yang dibutuhkan untuk
mencapai keadaan yang diinginkan, maka seseorang tersebut dihadapkan kepada lingkungan
keputusan yang berstruktur baik (well structured). Tetapi jika seseorang tidak mempunyai
pemahaman konprehensif, maka dia dihadapkan kepada lingkungan keputusan berstruktur
buruk (ill structured).

b. Faktor yang berasal dari dalam diri pengambil keputusan.

Ada empat atribut psiokologis yang mempengaruhi strategi-strategi keputusan:

Kemampuan perseptual

Kemampuan informasi

Kecenderungan untuk mengambil resiko


Tingkat aspirasi.

Teori Outcome Expectacy

Outcome expectacy bukan suatu perilaku tetapi keyakinan tentang konsekuensi yang
diterima setelah seseorang melakukan suatu tindakan tertentu. Dari pengertian di atas
Outcome expectacy dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang mengenai hasil yang akan
diperoleh jika ia melaksanakan suatu perilaku tertentu, yaitu perilaku yang menunjukkan
keberhasilan.

Jenis Outcome Expectacy

a. Insentif Primer

Merupakan imbalan yang berhubungan dengan kebutuhan fisiologis seperti makan,


minum, dan kontak fisik lainnya.

b. Insentif Sensoris

Beberapa kegiatan manusia ditujukan untuk memperolah umpan balik sensoris yang
terdapat di lingkungannya.

c. Insentif Sosial

Manusia melakukan sesuatu untuk mendapatkan penghargaan dan penerimaan dari


lingkungan sosialnya. Penerimaan atau penolakan dari sebuah lingkungan sosial akan lebih
berfungsi secara efektif sebagai imbalan atau hukuman dari pada reaksi yang berasal dari satu
individu.

d. Insentif yang berupa token ekonomi

Token ekonomi adalah imbalan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan


ekonomi seperti upah, kenaikan pangkat, penambahan tunjangan dan lainnya.

e. Insentif status dan pengaruh

Pada sebagian besar masyarakat, kedudukan individu seringkali dikaitkan dengan


status kekuasaan. Kekuasaan yang dimiliki individu dalam lingkungan sosialnya memberikan
kesmpatan kepadanya untuk mengontrol perilaku orang lain baik melalui simbol atau secara
nyata.

f. Insentif standar internal

Insentif ini berasal dari tingkat kepuasan diri yang diperoleh individu dari
pekerjaannya. Insentif bukan berasal dari luar diri, tetapi berasal dari dalam diri seseorang.
Reaksi diri yang berupa rasa puas dan senang merupakan salah satu bentuk imbalan internal
yang ingin diperoleh seseorang dari pekerjaannya.
DAFTAR PUSTAKA

http://wirausahasmk.blogspot.com/2011/02/jenis-jenis-wirausaha.html

http://lifeskill.staff.ub.ac.id/2013/10/01/pengertian-dan-definisi-wirausaha-menurut-
para-ahli-2/

http://www.ambon.go.id/dinas-koperasi-dan-ukm-gelar-diklat-kewirausahaan/

Anda mungkin juga menyukai