SAP 1
Oleh :
AA Mahaputra Bismantara (1515351062) (04)
I Gede Iswara Yudhasena (1515351063) (51)
I Gede Yoga Trisna Widya (1515351067) (06)
Gd Bagus Dwiputra Gunadhi (1515351072) (09)
Universitas Udayana
Tahun Ajaran 2016/2017
Kewirausahaan SAP 1
1. Pengertian Kewirausahaan
Raymond, (1995), Wirausaha adalah orang yang kreatif dan inovatif serta mampu
mewujudkanya untuk meningkatkan kesejahteraan diri masyarakat dan lingkungan.
2. Pentingnya Kewirausahaan
Kewirausahaan itu sendiri berarti usaha dimana seseorang memiliki kemampuan berfikir
yang kreatif dan inovatif untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Banyak orang
baik pengusaha maupun bukan pengusaha yang meraih kesuksesan berkat adanya
kemampuan berfikir yang inovatif dan kreatif. Biasanya kemampun berfikir yang inovatif dan
kreatif itu akan memunculkan ide-ide yang baru dan berbeda.
Proses kreatif dan inovatif hanya terdapat pada orang-orang yang berkepribadian kreatif
dan inovatif, yaitu mereka yang memiliki jiwa berwirausaha yang bercirikan; percaya diri,
berani, penuh keyakinan, optimis, disiplin dan bertanggungjawab. Dalam berwirausaha perlu
dibutuhkan jiwa dan semangat dalam pelaksanaannya. Meskipun terdapat orang yang
memiliki daya berfikir yang inovatif dan kreatif namun mereka tidak memiliki mental
seorang wirausaha, maka potensi yang dimilikinya akan sia-sia saja. Aktivitas berwirausaha
tentu didalamnya terdapat rintangan, tantangan, dan halangan yang harus dihadapi dengan
mental dan jiwa wirausaha
Indonesia merupakan negara yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA). Sumber Daya
Alam yang melimpah ruah di tanah air ini mampu dijadikan sebagai tempat yang ideal untuk
berwirausaha. Tidak dapat dipungkiri bahawa dimasa yang akan datang Indonesia akan
mampu meningkatkan taraf ekonomi dan kesejahteraan masyarakatnya dengan melakukan
kegiatan wirausaha dalam berbagai sektor mikro maupun makro seiring dengan mulai
meratanya pendidikan di Indonesia dan akses-akses lainnya yang mendukung kesadaran
masayarakat dalam berwirausaha. Dalam mencapai itu semua terdapat beberapa hambatan
yang masih menjadi permasalahan yaitu banyak masyarakat yang awam tentang
berwirausaha, mereka cenderung tidak berani untuk membuka suatu usaha yang dapat
meningkatkan kesejahteraan mereka.
Indonesia masih menjadi negera berkembang ditandai dengan kondisi masyarakat yang
memiliki pendapatan perkapita rendah, kebanyakan penduduknya miskin, tekonologi banyak
yang belum menjamah ke pelosok-pelosok serta masih banyaknya pengangguran. Melihat
situasi itu sangatlah memprihatinkan. Pendapatan masyarakat yang rendah dan tingkat
populasi yang tinggi menjadi suatu permasalahan yang harus diatasi oleh pemerintah negara
sekarang. Maka dari itu, kewirausahaan sangat diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.
3. Fabian Entrepreneurship, Sikap yang teramat berhati-hati dan sikap skeptikal tetapi
yang segera melaksanakan peniruan-peniruan menjadi jelas sekali, apabila mereka tidak
melakukan hal tersebut, mereka akan kehilangan posisi relatif pada industri yang
bersangkutan.
Kultur (budaya) berwirausaha suatu keluarga atau suku atau golongan bahkan
bangsa sangat berpengaruh terhadap kemunculan wirausaha-wirausaha baru yang
tangguh. Kultur berwirausaha tidak dapat ditanamkan dalam sekejap. Memerlukan
waktu cukup banyak untuk membangun kultur kewirausahaan Setiap keluarga harus
menanamkan jiwa wirausaha sejak dini dalam diri anak-anak mereka.
Era krisis moneter yang melanda Indonesia awal tahun 1997 menyebabkan
banyak industri besar tumbang, usaha skala kecil sulit tumbuh. Hal ini membuat
pemerintah Indonesia kebingungan mengatasinya dikarenakan berkaitan dengan
timpangnya struktur usaha (industri) yang terlalu memihak pada industri besar.
Peran pemerintah ini juga bukan pada pemberian modal, tetapi lebih pada
membina kemampuan industri kecil dan membuat suatu kondisi yang mendorong
kemampuan industri kecil dalam mengakses modal, (Pardede, 2000). Atau dengan
kata lain, pemerintah harus membina kemampuan industri kecil dalam menghitung
modal optimum yang diperlukan, kemampuan menyusun suatu proposal pendanaan ke
lembaga-lembaga pemberi modal, serta mengeluarkan kebijakan atau peraturan yang
lebih memihak industri kecil dalam pemberian kredit.
Pola pikir para sarjana yang umumnya masih berorientasi untuk menjadi
karyawan harus diubah. Oleh Karena itu peran lembaga pendidikan sebagai pusat
inkubasi pembentukan manusia Indonesia seutuhnya, perlu di tata kembali. Struktur
kurikulum kita yang cenderung menghasil lulusan yang siap pakai bukan lulusan
yang siap menghasilkan.
Satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah pendampingan yang dilakukan
oleh lembaga swadaya masyarakat, perbankan, konsultan, dan stakeholder lainnya
sehingga memberikan kemudahan serta pencerahan bagi para calon wirausaha.
Seringkali lemahnya pendampingan mengakibatkan modal usaha yang telah dibagikan
kepada calon wirausaha, tidak terpakai dengan baik. Para calon wirausaha lebih sering
melakukan konsumsi terhadap modal yang diberikan. Akibatnya, modal mereka
terpakai habis sedangkan usaha belum dapat berjalan dengan baik.
Tidak semua entrepreneur lahir dan berkembang mengikuti jalur yang sistematis dan
terencana dengan baik. Banyak entrepreneur lahir tidak mengikuti proses yang direncanakan.
Hal ini karena disebabkan beberapa hal:
a. Negative displacement
Seseorang bisa saja menjadi entrepreneur karena dia berada pada tempat yang tidak
kondusif. Misalnya saja karena tertekan, merasa terhina, mengalami kebosanan selama
bekerja, dipaksa ataupun terpaksa pindah dari daerah asal. Kondisi inilah yang membuat
seseorang terpaksa harus keluar dari kebiasaan rutin yang dia sendiri tidak merasa nyaman
dengan kondisi itu. Sementara di sisi lain upaya untuk menjaga kelangsungan hidup diri dan
keluarga harus dipertahankan. Oleh karenanya menjadi entrepreneur dalam situasi seperti ini
adalah pilihan terbaik bagi dirinya.
Ada orang yang merasa berada pada dua dunia yang berbeda (being between things).
Orang-orang yang baru keluar dari ketentaraan, orang yang baru keluar dari penjara, sering
kali mereka merasa berada pada dua dunia yang berbeda. Apapun perasaannya, yang pasti
mereka tetap harus berjuang menjaga kelangsungan hidupnya. Dan biasanya beranjak
darisinilah pilihan harus dibuat. Pilihan menjadi entrepreneur muncul karena menjadi
entrepreneur mereka dapat bekerja dengan mengandalkan diri mereka sendiri.
Pengambilan keputusan adalah suatu proses berfikir dan bertindak yang bermuara
pada pemilihan perilaku tertentu sesuai dengan keputusan yang diambil. Jika seseorang
mengambil keputusan menjadi wirausaha maka dia akan menyelaraskan tindakan dengan
hasil keputusannya.
a. Faktor yang berasal dari situasi lingkungan keputusan itu sendiri (decision environment).
Jika seseorang cukup mengenal keadaan sekarang (initial state), tujuan-tujuan yang
akan datang yang akan dicapai (desire state) dan transformasi yang dibutuhkan untuk
mencapai keadaan yang diinginkan, maka seseorang tersebut dihadapkan kepada lingkungan
keputusan yang berstruktur baik (well structured). Tetapi jika seseorang tidak mempunyai
pemahaman konprehensif, maka dia dihadapkan kepada lingkungan keputusan berstruktur
buruk (ill structured).
Kemampuan perseptual
Kemampuan informasi
Outcome expectacy bukan suatu perilaku tetapi keyakinan tentang konsekuensi yang
diterima setelah seseorang melakukan suatu tindakan tertentu. Dari pengertian di atas
Outcome expectacy dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang mengenai hasil yang akan
diperoleh jika ia melaksanakan suatu perilaku tertentu, yaitu perilaku yang menunjukkan
keberhasilan.
a. Insentif Primer
b. Insentif Sensoris
Beberapa kegiatan manusia ditujukan untuk memperolah umpan balik sensoris yang
terdapat di lingkungannya.
c. Insentif Sosial
Insentif ini berasal dari tingkat kepuasan diri yang diperoleh individu dari
pekerjaannya. Insentif bukan berasal dari luar diri, tetapi berasal dari dalam diri seseorang.
Reaksi diri yang berupa rasa puas dan senang merupakan salah satu bentuk imbalan internal
yang ingin diperoleh seseorang dari pekerjaannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://wirausahasmk.blogspot.com/2011/02/jenis-jenis-wirausaha.html
http://lifeskill.staff.ub.ac.id/2013/10/01/pengertian-dan-definisi-wirausaha-menurut-
para-ahli-2/
http://www.ambon.go.id/dinas-koperasi-dan-ukm-gelar-diklat-kewirausahaan/