Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengukuran adalah sebuah teknik pengambilan data yang dapat
memberikan nilai panjang, tinggi dan arah relatif dari sebuah obyek ke obyek
lainnya. Dimana pengukuran dan pengambilan data sangat menentukan hasil
tambang yang akan dilakukannya kegiatan penambangan. Pengukuran tersebut
tidak hanya dilakukan di tempat terbuka (surface), tetapi juga pengukuran dapat
dilakukan di tempat tertutup.Seperti di terowongan, lubang bukaan, tambang
bawah tanah, dan sebagainya. Pada dasarnya peralatan dan perlengkapan yang
digunakan dalam kegiatan pengukuran lubang bukaan adalah sama. Namun
terdapat beberapa metode yang digunakan dalam pengukuran.
Ilmu ukur bawah tanah atau Underground Surveying adalah suatu metode
kegiatan pengukuran yang dilakukan dalam kegiatan penambangan bawah tanah
(undergroung mining), dimana output dari pengukuran tersebut untuk
mengetahui dan memperoleh data tentang ;
1. Kedudukan lubang bukaan terhadap peta topograpi yang ada
2. Gambaran lubang-lubang tambang (peta tambang)
3. Kemajuan arah penggalian serta besar tonase penggalian didalam stope.
Peta ukur tambang ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan daerah kerja
tambang dengan batas daerah pertambangan, sehingga dapat diperoleh suatu
keterangan untuk menetapkan arah penggalian lebih lanjut, juga untuk
memperoleh data dari daerah kerja tambang yang mungkin dibuat
Pengukuran lubang bukaan biasanya metode yang digunakan yaitu
dengan metode polygon terbuka. Yang mana polygon terbuka merupakan suatu
metode dengan titik patok yang tidak tertutup atau kembali pada titik patok awal.
Pengukuran dalam tanah (underground traversing) memiliki pengukuran yang
berbeda dengan pengukuran pada permukaan (surface traversing), perbedaan
tersebut dapat dibedakan atas beberapa hal, diantaranya;
Penerangan (light) padaUnderground Traversingsangat diperlukan, karena
sangat membantu dalam pembacaan alat ukur.

1
2

Pengulangan pembacaan perlu dilakukan untuk mencegah atau


memperkecil kesalahan.
Daerah atau ruang pengukuran sangat berbeda seperti pada pengukuran
terbuka, sehingga lebih sulit dalam pelaksanaan pengukurannya.
untuk pengukuran tambang pada umumnya tidak jauh berbeda dengan
alat ukur tanah yang biasanya digunakan, kecuali apabila alat tersebut tidak
dapat digunakan untuk pengukuran dalam tanah (Underground Traversing) maka
digunakannya perlengkapan khusus yang diperlukan.

1.2 Perumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pengukuran underground ?
2. Metode apa yang digunakan dalam pengukuran underground ?
3. Output apa saja yang dihasilkan dalampengukuran underground ?

1.3 Maksud dan Tujuan Pengukuran

1.3.1 Maksud

Maksud dari materi pengukuran lubang bukaan pada praktikum


perpetaan ini yaitu Sebagai pengenalan dan simulasi pengukuranyang nantinya
akan digunakan pada dunia pertambangan, dengan diperolehnya suatu
keterangan untuk menetapkan arah penggalian lebih lanjut, untuk menghitung
berapa besar material yang telah digali dan kemungkinan berapa banyak mineral
yang akan digali, dan juga untuk menghitung dan mengecek kelurusan dari
lubang bukaan.
1.3.2 Tujuan
Tujuan dari pengukuran ini adalah :
1. Memetakan lokasi Goa Jepang,
2. Membuat peta situasi, sketsa 3 dimensi dan penampang Goa Jepang,
3. Menentukan kelurusan arah penggalian

1.4 Metode Pelaksanaaan


Metode yang digunakan pada pengukuran lubang bukaan (underground)
ini adalah metode poligon terbuka. Poligon berasal dari kata polygon yang berarti
poly : banyak dan gon(gone) : titik. Yangkita maksud disini adalah poligon yang
digunakan sebagai kerangka dasar pemetaan yangmemiliki titik titik dimana titik
tersebut mempunyai sebuah koordinat X dan Y, silahkanklik disini untuk
memahami sistem koordinat dan proyeksi peta yang tidak terlepas akan
3

pengukuran dan penghitungan poligon.Poligon terbuka merupakan poligon


dengan titik awal dan titik akhir tidak berhimpit atautak pada posisi yang sama.
Dalam poligon terbuka terbagi menjadi tiga jenis polygonterbuka yaitu:
1. Poligon tebuka terikat sempurna
2. Poligon terbuka terikat sepihak
3. Poligon terbuka tidak terikat
Poligon adalah serangkaian garis lurus di permukaan tanah yang
menghubungkan titik-titik dilapangan, dimana pada titik-titik tersebut dilakukan
pengukuran sudut dan jarak.Tujuan dari Poligon adalah untuk memperbanyak
koordinat titik-titik di lapangan yang diperlukan untuk pembuatan peta.
Sedangkan poligon terbuka itu sendiri adalah suatu metode yang
menggunakan setiap titik yang ada pada peta yang biasanya tidak
mencerminkan posisi yang sebenarnya ada di permukaan bumi dan poligon
tersebut tidak mempunyai sudut dalam seperti pada poligon tertutup. jadi
pengukuran di mulai dari titik awal tapi tidak kembali ke titik awal seperti pada
gambar di bawah ini. Oleh sebab itu membutuhkan barbagai jenis perhitungan
yang membantu dalam proses pemetaannya.

Sumber :http://Geodesi10.blogspot.com/
Gambar 1.1
Poligon Terbuka

Metode polar merupakan metode yang menjadi dasar penentuan posisi


berdasarkan arah dan jarak suatu titik ke titik lain. Yang dimaksud dengan arah
adalah sudur jurusan titik polar ke titik lainnya.
4

Sumber : http://metodeilmu.ukurtanah.com/
Gambar 1.2
Metode Polar

1.5 Metode Pengamatan

Input :
Pengambilan data surface
(benang atas, benang
bawah, dan benang
tengah, azimuth dan
zenith) dan data
underground ( VA, SD, HD,
HI)

Pembuatan SketsaLokasi

Proses
Pengolahan Data

Output :
Peta Situasi
Sumber :skema pembuatan peta kelompok 4
Gambar 1.2
Sketsa
Skema3 Dimensi
Pemetaan

Sketsa Penampang
Sumber : skema pembuatan peta kelompok 4
Gambar 1.3
Skema Pemetaan
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada pembuatan laporan akhirlubang bukaan
(underground) ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang masalah, maksud dan tujuan pembuatan laporan,
rumusan masalah, ruang lingkup masalah, metoda penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN UMUM
Dalam bab ini menerangkan tentang faktor-faktor yang berhubungan
dengan keadaan dari laporan pengukuran situasi, seperti lokasi dan kesampaian.
Pada bagian ini berisi Keadaan Umum, Keadaan Geologi Daerah.
5

BAB III LANDASAN TEORI


Dalam bab ini menerangkan tentang peta, dasar-dasar pengukuran,
metode pengukuran, alat yang dipakai dalam pengukuran. Dan rumus-rumus
yang digunakan dalam melakukan pengolahan data pengukuran.Pada bagian ini
berisi tentang Metode Perhitungan Poligon Terbukan untuk Pemetaan
underground.
BAB IV KEGIATAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini menjelaskan tentang kegiatan yang dilakukan saat
pengukuran dan tugas yang diberikan oleh instruktur. Dan membahas tentang
hasil perhitungan dari data yang diperoleh dari pengukuran dilapangan. Bagian
ini berisi tentang Kegiatan Lapangan, Data Hasil Pemetaan Underground,
Perhitungan dan Pengolahan Data Pemetaan Underground, HasilPengolahan
Data Pemetaan Underground.
BAB V ANALISA
Dalam bab ini berisi tentang pembahasan dari kegiatan lapangan apabila
terdapat anomaly dalam pengukuran.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini berisi tentang inti inti permasalahan dari kegiatan
lapangan dan hasil perhitungan serta pendapat dan gagasan yang berupa
rekomendasi, Kesimpulan, Saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Keadaan Umum


Keadaan adalah suatu kondisi atau situasi suatu daerah yang kita amati,
keadaan umum lokasi pengukuran biasanya meliputi kesampaian daerah
pengukuran, keadaan geografi, keadaan sosial penduduk, topografi daerah
pengukuran, dan keadaan geologi daerah tempat pengukuran. Keadaan umum
suatu daerah pengukuran sangat penting kita ketahui sebelum dilakukannya
pengukuran agar kita dapat mengantisipasi keadaan-keadaan yang tidak terduga

2.1.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah


Lokasi pengukuran lubang bukaan (underground) dilakukan di Goa
Jepang yang terletak di Kompleks Tahura Ir. H. Djuanda No.99, Dago
PakarCiburialCimenyanKabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 40198.Taman
Hutan Raya Ir. H. Djuanda merupakan kawasan konservasi yang terpadu antara
alam sekunder dengan hutan tanaman yang terletak di Kota Bandung, Indonesia.
Pada tahun 1965 luas taman hutan raya baru sekitar 10 ha saja, namun saat ini
sudah mencapai 590 ha membentang dari kawasan Pakar sampai Maribaya.
Saat ini pengelolaannya dilakukan oleh Dinas Kehutanan Pemda Provinsi Jawa
Barat. Taman Hutan Raya IR. H. Djuanda terletak diketinggian antara 770 mdpl
sampai 1330 mdpl.
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda buka antara jam 08.00-18.00.Setiap
pengunjung dikenakan biaya masuk sebesar Rp. 11.000,- Orang asing 75.000,-
Untuk menjelajah seluruh hutan dibutuhkan sekitar 2-3 jam. Di atas tanahnya
yang subur terdapat sekitar 2500 jenis tanaman yang terdiri dari 40 familia dan
112 species. Kawasan ini biasanya cukup ramai pada akhir pekan, terutama hari
Minggu pagi saat banyak orang datang berekreasi sekadar menikmati suasana
atau berolah-raga lintas alam dengan rute Tahura-Maribaya sepanjang 6 km.
Taman Hutan Raya Djuanda atau lebih dikenal oleh masyarakat setempat
sebagai Dago Pakar adalah sebuah hutan kota yang berjarak sekitar 3 Km dari
terminal Dago dan 3,5 Km dari kampus ll Unisba.Taman Hutan Raya IR. H.

6
7

DjuandaDapat dicapai melalui Jalan Dago maupun melalui Jalan Cikutra. Semua
jenis kendaran bisa masuk hingga ke pintu gerbang utama. Bila menggunakan
kendaraan umum Angkutan Kota hanya sampai Terminal Dago, selanjutnya
perjalanan diteruskan dengan kendaraan umum lain jurusan Kampus Unisba dan
berhenti di Kordon. Dari Kordon perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki
sejauh 500 m.
2.1.2 Keadaan Geografi dan Administrasi Daerah
Desa Ciburial merupakan salah satu desa di Kecamatan Cimenyan
Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat.Desa Ciburial terletak di ujung utara
Kabupaten Bandung dan sebagian wilayahnya berbatasan langsung dengan
Kotamadya Bandung dan Kabupaten Bandung Barat.Desa Ciburial terletak di
Kawasan Bandung Utara (KBU).
Luas wilayah Desa Ciburial kurang lebih 599,216 Ha dengan elevasi
sangat tinggi dan tofografi yang berbukit dan lembah curam.Hal tersebut
menjadikan kawasan Desa Ciburial memiliki pemandangan yang sangat indah
terutama ke arah selatan yaitu ke Kota Bandung. Desa Ciburial terdiri dari 3
Dusun, 12 unit RW, dan 51 unit RT. Secara administratif wilayah Desa Ciburial
berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kecamatan Lembang
Sebelah Barat : Kecamatan Cidadap
Sebelah Selatan : Kecamatan Cibeunying Kaler
Sebelah Timur : Desa Mekarsaluyu

Table 2.1
Letak Wilayah Desa Ciburia
LETAK WILAYAH
Desa/Kelurahan Kawasan Perkantoran 7 Ha
Desa/Kelurahan Kawasan Hutan 1775 Ha
Desa/Kelurahan Perbatasan Dengan Kabupaten/Kota Lain 1775 Ha
Desa/Kelurahan Bebas Banjir 599 Ha
Sumber :http://ciburial.desa.id
Table 2.2
Orbitasi Desa Ciburia
ORBITASI
Jarak Ke Ibu Kota Kecamatan 12 KM
Lama Jarak Tempuh Ke Ibu Kota Kecamatan dengan Kendaraan 0,5
Bermotor Jam
Lama Jarak Tempuh Ke Ibu Kota Kecamatan dengan Berjalan Kaki 2 Jam
Kendaraan Umum Ke Ibu Kota Kecamatan 0 Unit
8

Jarak Ke Ibu Kota Kabupaten/Kota 35 KM


Lama Jarak Tempuh Ke Ibu Kota Kabupaten dengan Kendaraan
2 Jam
Bermotor
Lama Jarak Tempuh Ke Ibu Kota Kabupaten/Kota dengan Berjalan Kaki 3 Jam
Kendaraan Umum Ke Ibu Kota Kabupaten/Kota 5 Unit
Jarak Ke Ibu Kota Provinsi 8 Jam
0,5
Lama Jarak Tempuh Ke Ibu Kota Provinsi dengan Kendaraan Bermotor
Jam
Lama Jarak Tempuh Ke Ibu Kota Provinsi dengan Berjalan Kaki 2 Jam
Kendaraan Umum Ke Ibu Kota Provinsi 4 Unit
Sumber :http://ciburial.desa.id

Sumber : Databes Indonesia


Gambar 2.2
Peta Administrasi Goa Jepang

2.1.3 Keadaan Topografi dan Morfologi Daerah


Secara topografis Desa Ciburial merupakan kawasan yang berbukit
dengan variasi kemiringan antara 0,8 %, 8,15 % hingga 40 %. Wilayah ini
merupakan salah satu wilayah tangkapan air yang berfungsi menjaga
keseimbangan hidrolis cekungan Bandung.Desa Ciburial tergolong dataran tinggi
karena berada pada ketinggian antara 750 s.d. 1.200 m (dpl).

Table 2.3
Luas Wilayah Desa Ciburia
LUAS WILAYAH
9

Tegal/Ladang 92,6086 Ha
Pemukiman 262,9644 Ha
Pekarangan 12,225 Ha
Sawah Tadah Hujan 2,6013 Ha
Sumber :http://ciburial.desa.id

Sumber : Peta DEM Jawa Barat


Gambar 2.3
Peta Topografi Goa Jepang

2.1.5 Keadaan Sosial Penduduk


Jumlah penduduk Desa Ciburial pada tahun 2016 sebesar 12.034 jiwa,
terdiri dari 6.298 jiwa laki-Iaki dan 5.736 jiwa perempuan. Tingkat pertumbuhan
penduduk rata-rata sebesar 1,15% dalam lima tahun terakhir. Tingkat kepadatan
penduduk, di Desa Ciburial rata-rata sebesar 1.465 jiwa per KM2.
Wilayah Desa Ciburial terdiri dari tiga (3) dusun desa / Lingkungan /
Pedukuhan dan 51 unit RT serta 12 unit RW.

Table 2.4
Jumlah Wilayah Pada Desa Ciburial
No Dusun / Jumlah
Nama Kampung / Wilayah
. RW RT
10

Dusun I /
1 Babakan, Baribis, Lebaksiuh, Legokmindi, 5
01
Dusun I /
2 Cikurutug, Cihuni, Cibengang, Pasir Ipis, Cimenteng 5
02
Dusun I /
3 Ciburial, Singagati, Bukit Pakar Timur, Bewak 4
03
Dusun I /
4 Sekebuluh, Lembah Pakar Timur, Bukit Bintang 4
04
Dusun II / Sekepicung, Cibacang, Renggel, Cirahayu,
5 5
05 Rancakendal, Rancakalong, Dago Pakar
Dusun II /
6 Kordon, Cirapuhan, Cicau, Ciogong, Dago Pakar 4
06
Dusun II /
7 Pakar Kulon, Pakar Barat, Dago Pakar 4
07
Dusun II /
8 Pakar Barat, Pakar Utara 4
08
Dusun III /
9 Negla, Sekejolang 3
09
Dusun III /
10 Kordon II, Ciharegem, Ciharegem Puncak 4
10
Dusun III /
11 Pasanggrahan, Barutunggul, Gadog Muril 5
11
Dusun II /
12 Pakar Wetan, Bukit Pakar Timur, Pakar Timur, Ceger 4
12
Total 51
Sumber : https://id.wikipedia.org

2.2 Keadaan Geologi Daerah


Semula Desa Ciburial secara administratif termasuk ke dalam wilayah
Kecamatan Cicadas, Kabupaten Bandung, namun seiring terjadinya pemekaran
wilayah Kota Bandung (PP No. 16 tahun 1987), saat ini Desa Ciburial menjadi
bagian integral dari Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Sebagai salah satu bagian dari Kecamatan Cimenyan, Desa Ciburial memiliki
luas wilayah 599,612 HA. Secara topografi, Desa Ciburial tergolong dataran
tinggi karena berada pada ketinggian antara 750 s.d. 1.200 m (dpl) dengan suhu
udara rata-rata 25 C dan curah hujan tahunan mencapai 0,29 mm/tahun.

Table 2.5
Data Iklim Desa Ciburia
11

IKLIM
Curah Hujan 1500 mm
Jumlah Bulan Hujan 5 Bulan
Kelembapan Udara 77%
Suhu Rata-Rata Harian 24C
Tinggi Diatas Permukaan Laut 1200 m
Sumber :http://ciburial.desa.id

Table 2.6
Data Jenis Dan Kesuburan Tanah Desa Ciburia
JENIS DAN KESUBURAN TANAH
Warna Tanah Merah
Tekstur Tanah Lempungan
Kemiringan Tanah 30
Lahan Kritis 0 Ha
Lahan Terlantar 100,2 Ha
Sumber :http://ciburial.desa.id

Table 2.7
Data Tingkat Rrosi Tanah Desa Ciburia
Tingkat Erosi Tanah

Erosi Ringan 150 Ha

Erosi Sedang 150,5 Ha

Erosi Berat 150,5 Ha

Tidak Ada Erosi 71,71 Ha


Sumber :http://ciburial.desa.id /
12

Sumber : Peta Geologi Lembar Bandung


Gambar 2.4
Peta Geologi Goa Jepang

2.3 Waktu Pelaksanaan


Adapun waktu dan tempat pelaksanaan pengukuran kali ini dilakukan pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 9 Januari 2017
Pukul : 09.00 18.00 WIB
Lokasi : Goa Jepang yang terletak diKompleks Taman hutan raya
. Ir. H. Djuanda No.99, Dago PakarCiburialCimenyanKota Bandung, Jawa
.

Barat 40198.
13

BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Pengertian Pengukuran Bawah Tanah


Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-
cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk berbagai
keperluan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif pada daerah yang relatif
sempit sehingga unsur kelengkungan permukaan buminya dapat
diabaikan.Proses pemetaan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara
terestrial dan ektra terestrial. Pemetaan terestris merupakan pemetaan yang
dilakukan dengan menggunakan alat yang berpangkal di tanah.Pemetaan ekstra
terestris adalah pemetaan yang dilakukan dengan menggunakan alat yang tidak
berpangkal di tanah tapi dilakukan dengan wahana seperti pesawat terbang,
pesawat ulang alik atau satelit. Menurut Wongsotjitro, (1980) arti melakukan
pengukuran yaitu menentukan unsur-unsur (Jarak dan sudut) titik yang ada di
suatu daerah dalam jumlah yang cukup, sehingga daerah tersebut dapat
digambar dengan skala tertentu.
Sesuai dengan perkembangan teknologi, teknik-teknik dalam mengukur
tanahpun berkembang.Peralatan untuk mengukur tanah juga semakin
berkembang.Mulai dari peralatan manual menjadi peralatan elektris sehingga
pengukuran menjadi lebih cepat, tepat dan mudah.Bantuan komputer dalam
perhitungan juga memudahkan manusia mendapatkan hasil yang cukup akurat.
Ilmu ukur tanah memiliki tiga unsur yang harus diukur di lapangan, yaitu:
jarak antara dua titik, beda tinggi dan sudut arah. Pengukuran yang dilakukan
dengan menggunakan alat ukur sederhana sering disebut pula dengan istilah
pengukuran secara langsung karena hasilnya dapat diketahui sesaat setelah
selesai pengukuran.Sebagai contoh alat tersebut adalah pita ukur, baak ukur,
yalon dan abney level. Selain alat ukur sederhana terdapat alat lain yang
digunakan untuk pengukuran dilapangan yang dikenal dengan tacheometer.
Tacheometer merupakan alat pengukuran cepat yang dilengkapi oleh peralatan
optis, misalnya lensa sehingga dapat melakukan pengukuran secara optis.
Sebagai contoh adalah compass survey, waterpass dan theodolit.

13
14

Penggunaan dan perlakuan seorang surveyor terhadap alat merupakan hal yang
penting dan harus diperhatikan.Penggunaan alat yang tidak tepat dapat
mengakibatkan hasil pengukuran yang salah.Cara perawatannya pun harus
diperhatikan agar alat ukur tanah tidak rusak.Alat ukur tanah merupakan alat-alat
yang harganya cukup mahal.
Pengukuran merupakan pengamatan terhadap suatu besaran yang
dilakukan dengan menggunakan peralatan dalam suatu lokasi dengan beberapa
keterbatasan tertentu.Menurut (Wongsotjitro, 1980) arti melakukan pengukuran
suatu daerah ialah menentukan unsur-unsur (jarak dan sudut) titik yang ada di
suatu daerah dalam jumlah yang cukup, sehingga daerah tersebut dapat
digambar dengan skala tertentu. Pengukuran dengan alat sederhana dapat untuk
mengukur, jarak, beda tinggi, dan sudut. Pengukuran ini dapat dibedakan
menjadi pengukuran langsung dan tidak langsung.Pengukuran langsung adalah
pengukuran dengan langsung mendapatkan nilai pengukuran. Pengukuran tidak
langsung yaitu pengukuran yang tidak langsung didapat hasilnya tetapi harus
melalui proses perhitungan terlebih dahulu.
Pengukuran jarak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan
peralatan seperti pita ukur, pita baja, dan pegas ukur.Pengukuran dengan alat-
alat ini biasanya digunakan untuk mengukur daerah yang tidak begitu
luas.Terbatasnya skala alat ukur seperti pita ukur menjadikan alat ini digunakan
untuk pengukuran langsung di daerah yang luas.Pengukuran tidak langsung
dapat menggunakan peralatan seperti theodolith dan waterpass.

3.2 Macam-Mcam Lubang Bukaan


Klasifikasi lubang bukaan berdasarkan arah kedudukannya terhadap
sumbu vertikal dan horizontal dapat dibagi menjadi :
Lubang bukaan vertikal/hampir vertikal, yaitu :Shaft, Raise, Winze
Lubang bukaan horizontal/hampir horizontal, yaitu :Adit, Tunnel, Drift, Crosscut
Lubang bukaan miring (incline), yaitu :Decline/Ramp,Incline Sahft
3.2.1 Lubang Bukaan Vertikal atau Hampir Vertikal
Lubang bukaan vertikal atau hampir vertikal ini dibuat baik di luar badan
bijih maupun pada badan bijih. Jenis lubang bukaan ini terbagi menjadi :
Vertikal shaft adalah jalan masuk vertikal yang terletak di antara
terowongan dan permukaan tanah. Jalan masuk vertikal ini adalah pekerjaan

14
15

utama yang harus dilakukan pada pekerjaan penggalian terowongan.Shaft juga


dapat dikategorikan sebagai lubang bukaan utama.
Penentuan posisi dari shaft harus dipilih pada lokasi :
1. Kedalamannya minimum,
2. Menembus permukaan di atas terowongan bawah tanah ke tempat yang
diinginkan,
3. Mempunyai manfaat serta mudah mengerjakannya dan pembentukannya
stabil,
4. Berdasarkan pada kondisi permukaan seperti akses yang baik, didekat
dumping area, tanah yang murah, atau jauh dari daerah berpopulasi
padat.
A. Ukuran
Ukuran dari shaft bermacam-macam, berdasarkan jumlah material yang
harus diangkut dan ukuran dari material yang akan diangkat dan diturunkan pada
shaft tersebut. Ukuran minimum shaft kira-kira 11 x 13 ft termasuk dinding (beton
atau selubung), dapat mengakomodasi single hoist dan elevator supply serta
(ladderway) jalan tangga.Jalan tangga termasuk tangga, kabel listrik
bertegangan tinggi, pipa pembuangan air, ventilator duct, yang kesemuanya
harus terlindung dari ayunan muatan atau kejatuhan material.
Rangka utamanya terdiri dari rangkaian baja seperti gambar dibawah
ataupun dapat dibangun dari kayu. Pada rangka ini terdiri dari hoist utama,
peralatan dumping, dandischarge chute atau hopper. Mesin hoist dan winch
biasanya pada struktur terpisah.

B. Metode Pembuatan Shaft


1. Dengan metode konvensional
Penggalian dimulai dengan clamshell yang dapat menggali tanah lunak
tanpa bantuan alat lain, dan mampu memindahkan tanah dan batuan keras
setelah diberaikan. Satu atau dua orang pengawas membantu pekerjaan
operator ketika operator tidak dapat melihat ke dasar shaft atau untuk
mengontrol setiap kesalahan pergerakan dari bucket yang akan menyebabkan
kecelakaan bagi pekerja. Clamshell biasanya tidak dapat digunakan pada
kedalaman dibawah 25 ft. Akan tetapi kedalaman penggalian ini juga dipengaruhi
jenis material di lokasi yang kan digali.

15
16

Langkah selanjutnya adalah dengan menggantikan digging bucket dengan


bucket yang lebih ringan atau kontainer yang dapat dinaikan dengan hoist pada
shaft, dan juga dapat diayunkan ke samping dan dapat ditumpahkan dengan
peralatan penarik atau dengan tangan.
Cara ini dapat digunakan sampai kedalaman 100 ft atau perubahan langsung
dapat dilakukan dengan menggunakan bucket penggali yang memakai hoist
pada headframe shaft yang akan digunakan nantinya.
Clamshell khusus dapat dioperasikan dari platform tertutup pada bottom shaft,
memuat material galian ke kontainer yang akan diangkat melalui hoist ke
permukaan.
2. Dengan Pemboran dan Peledakan
Setelah dilakukan penggalian dengan menggunakan alat mekanis sampai
kedalaman tertentu kemudian dilakukan dengan bantuan peledakan. Pada
peledakan batuan di shaft, semua lobang ledak harus rapat, dimana tidak ada
bagian terbuka yang memungkinkan lemparan material hasil ledakan ke bagian
samping, Material yang diledakkan akan terlempar kebelakang searah dengan
shaft yang sedang digali dan sangat penting untuk menjaga lemparan batuan ini
seminimum mungkin. Karena biaya untuk memindahkan sisa tanah galian mahal
dan syarat yang harus dilakukan untuk mengisi semua rongga di sekeliling
dinding shaft agar stabil. Gambar berikut menunjukkan tipe lubang bor untuk
penggalian shaft dan tunnel.
Dibuat dua atau lebih lubang bor dengan sudut pertemuan (Wedge holes),
dan lubang dengan sudut yang lurus diantaranya setelah lingkaran terjangkau.
Wedge holes membuat bukaan ketika diledakkan, sehingga batuan disekitarnya
dapat bergerak ke samping ketika lingkaran lubang bor berikutnya diledakkan.
Hal ini membuat spasi untuk set berikutnya. Penyalaan bahan peledak sangat
baik dilakukan dengan tempo delay yang pendek.
Lantai yang diledakkan hanya pada salah satu sisi setiap kali peledakan.
Baru peledakan berikutnya dilakukan setelah broken material (material hasil
peledakan) dipindahkan. Peledakan dimulai dari atas, setelah semua pekerja dan
peralatan berada pada tempat yang aman di luar shaft. Pekerjaan penggalian
dengan mengunakan shaft boring machine iniprinsipnya sama dengan prinsip
pengeboran biasa. Namun alat bor yang dipakai biasanya berdimensi sangat
besar. Alat ini dipasang/digantung pada frame.

16
17

1.2. Raise
Raise adalah lubang bukaan vertikal atau hampir vertikal yang dibuat pada
badan bijih untuk menghubungkan level bawah ke level di atasnya.
Penggaliannya dimulai dari level bawah menuju ke level yang lebih atas. Raise
letaknya pada level, termasuk secondary opening.
Fungsi dari raise ini adalah :
1. Sebagai manway (jalan untuk pekerja)
2. Sebagai sarana ventilasi
3. Sebagai jalur material yang akan dibawa ke stope
Metode pembuatan raise dapat dibedakan menjadi :
1. Timber Raise
Alat bor yang biasanya dipakai pada metode ini biasanya adalah stopper
driler.
Langkah kerja pembuatan raise ini adalah sebagai berikut :
1. Sebelum peledakan dimulai penyangga kayu dan papan penahan broken
ore hasil peledakan harus sudah terpasang, sehingga setelah peledakan
material hasil peledakan akan langsung jatuh ke dalam chute yang telah
disiapkan
2. Dilakukan pemboran dengan menggunakan stopper driller, dengan pola
pemboran yang umum adalah pola V cut
3. Persiapan untuk peledakan telah selesai, slides, chute dan lagging telah
terpasang dengan aman.
4. Scaling (perataan permukaan raise dari tonjolan hasil peledakan), dan
penyemprotan raise untuk mengurangi debu.
5. Pemasangan penyangga untuk persiapan siklus selanjutnya
6. Tempat kerja telah siap untuk siklus kerja berikutnya
2. Alimak Raise Machine (Alimak Methode)
Alat yang digunakan pada metode ini adalah alat khusus yang dapat
berjalan di track khusus yang melekat pada atap dan dinding raise.
Siklus kerja dari metode ini adalah sebagai berikut
1. Ketika mesin raise sudah diangkat dan berada pada posisi yang
memungkinkan untuk pekerja melakukan pekerjaan. Pekerja melakukan
pembersihan permukaan kerja dari sisa batuan hasil peledakan
sebelumnya (scaling).
2. Kemudian dilakukan pengeboran untuk persiapan peledakan
3. Setelah semua persiapan peledakan selesai, mesin raise diturunkan, dan
dilakukan peledakan

17
18

4. Ditiupkan udara ventilasi dan dilakukan penyemprotan air untuk


mengurangi debu pada bagian atas raise.
5. Broken material hasil peledakan dibersihkan dan diangkut keluar.
Ventilasi dialirkan utuk mendilusikan gas-gas hasil peledakan dan
mengalirkan udara bersih ke permukaan kerja. Selanjutnya pekerjaan
kembali ke siklus pertama.
3. Raise Boring Machine
Dengan semakin majunya teknologi pengeboran dewasa ini pada batuan
yang memiliki kekerasan tinggipun sudah dapat dilakukan penggalian dengan
menggunakan mesin bor khusus. Mesin bor untuk pembuatan raise ini disebut
raise boring machine.
Langkah pembuatan raise dengan alat ini adalah :
1. Dilakukan pengeboran dengan diameter mata bor 8-12 inchi dari level
bagian atas, atau dari permukaan sebagai tempat driller road (pilot raise)
2. Setelah sampai pada bagian level bawah pengeboran distop. Mata bor
diganti dan dipasang large back reamer/ drille head dengan diameternya
antara 1-4 m.
3. Setelah drilled headterpasang , barulah pekerjaan cutting raise dimulai.
Sistem pemotongannya adalah dengan rotary drilled
4. Broken ore yang jatuh dibawah dipindahkan dan diangkut
1.3. Winze
Winze adalah lubang bukaan vertikal atau hampir vertikal yang
menghubungkan antara level atas dengan level dibawahnya. Winze pada
dasarnya sama dengan raise, hanya cara pembuatan yang membedakannya.
Raise dibuat dengan menggali dari level bawah menembus ke level diatasnya,
sedangkan pada winze penggalian dimulai dari level atas menuju ke level di
bawahnya. Prinsip pembuatan winze hampir sama dengan pembuatan vertikal
shaft. Hanya dimensinya yang biasanya lebih kecil dari vertikal shaft.
Kegunaan dari winze adalah sebagai berikut :
1 Jalan pekerja
2 Saluran ventilasi
3.2.2 Lubang Bukaan Horizontal
Lubang bukaan horizontal atau hampir horizontal ini dibuat baik sebagai
jalan masuk utama ataupun sebagai lubang penghubung antara bukaan-bukaan
di bawah tanah dengan orebody.

18
19

1. Adit
Adit adalah jalan masuk horizontal yang tidak menembus sampai ke sisi
lain dari bukit yang diterobos (lubang buntu). Adit hanya memiliki satu lubang
masuk yang berhubungan dengan udara luar. Adit merupakan juga lubang
bukaan primer dari suatu mekanisme penambangan bawah tanah.
A. Pembuatan adit
1. Pembuatan adit dengan menggunakan alat mekanis
Pembuatan bukaan dengan alat mekanis biasanya merupakan pekerjaan
yang dilakukan secara terus menerus tanpa ada waktu tunggu antar satu proses
dengan proses berikutnya. Alat yang biasa digunakan adalah TBM (Tunnel
Boring Machine) maupun Road header.
2. Pembuatan Adit dengan menggunakan metode pemboran dan
. peledakan
Pada cara ini selain digunakan alat bor juga dipakai bahan peledak yang
akan memecahkan batuan sehingga mudah untuk diangkut. Alat bor yang
digunakan antara lain horizontal boring machine, jack leg drill, hydra boom
jumbo.
2. Tunnel
Tunnel adalah lubang bukaan horizontal atau hampir horizontal yang bias
dibuat dekat atau pada badan bijih dan mempunyai 2 lubang yang keduanya
berhubungan dengan udara luar.Lubang bukaan ini pada dasarnya adalah adit.
Apabila adit merupakan lubang buntu, pada tunnel ditembuskan ke sisi lain dari
bukit yang ditembus.
Metode pembuatan dan pengerjaan tunnel ini sama dengan pembuatan adit.
3. Drift
Drift adalah lubang bukaan horizontal yang dibuat pada badan bijih atau
didekat badan bijih searah strike dari badan bijih. Kegunaan dari lubang bukaan
ini adalah :
1 Penghubung dari shaft ke stope
2 Sebagai lubang bukaan untuk transport pekerja
3 Sebagai lubang bukaan untuk udara ventilasi
4 Sebagai lubang bukaan untuk pengangkutan ore
4. Cross Cut

19
20

Cross cut adalah lubang bukaan yang dibuat menembus badan bijih.
Biasanya dibuat untuk menghubungkan shaft ataupun drift dengan badan bijih.
Pembuatan cross cut biasanya dilakukan untuk :
Keperluan prospecting
Sebagai jalan angkut untuk menghubungkan level/drift dengan badan bijih
atau badan bijih dengan shaft, ore pass.
Pembuatan cross cut ini mirip dengan pembuatan drift, alat-alat yang
dipakai pun hampir sama dengan alat yang digunakan pada pembuatan lubang
bukaan.
5. Service Area
Service area adalah lubang bukaan yang dibuat untuk berbagai
keperluan, yaitu :
1 Sebagai tempat manuver alat di dalam tambang
2 Sebagai tempat istirahat dan makan pekerja
3 Ruangan sanitasi di bawah tanah
4 Gudang peralatan
5 Gudang bahan peledak.
Teknis pembuatannya biasanya dimulai dengan membuat lubang bukaan
seperti horizontal lainnya, kemudian baru dilakukan pelebaran bukaan baik arah
lateral maupun vertikal.
3.2.3 Lubang Bukaan Miring
0
Kemiringan lubang bukaan ini biasanya dibawah 20 dimana kemajuan
dari penggalian jenis lubang bukaan ini masih dapat dikerjakan seperti
mengerjakan lubang bukaan horizontal.

1. Incline Shaft
Incline shaft adalah jalan masuk utama yang biasanya dibuat mengikuti
kemiringan dari badan bijih.
Siklus pembuatan dari incline shaft adalah sebagai berikut :
1 Pemboran dan peledakan
2 Mucking
Mucking adalah pemuatan dan pembersihan material hasil peledakan.
3 Supporting (penyanggaan)

20
21

Pada tambang bijih bawah tanah pekerjaan penyanggaan saat ini banyak
dilakukan dengan roof bolting saja.Untuk daerah jalan masuk utama
biasanya dengan menggunakan concrete. Tetapi pada beberapa bagian
masih dengan menggunakan kayu, seperti pada raise.
2. Decline
Decline adalah lubang bukaan miring yang sering juga disebut ramp.
Decline merupakan jalan yang miring seperti halnya incline, tetapi pada ujung
pertemuannya dibuat belokan sebagai tempat manuver dari peralatan.
Pengangkutan material dan broken ore pada decline umumnya
menggunakan truck melalui decline ini.Selain sebagai jalan masuk utama decline
juga dapat dibuat untuk menghubungkan antara level.

3.3 Alat Pengukuran Lubang Bukaan


3.3.1 Theodelite
Theodolite atau theodolit adalah instrument / alat yang dirancang untuk
menentukan tinggi tanah pengukuran sudut yaitu sudut mendatar yang
dinamakan dengan sudut horizontal dan sudut tegak yang dinamakan dengan
sudut vertical.Dimana sudut sudut tersebut berperan dalam penentuan jarak
mendatar dan jarak tegak diantara dua buah titik lapangan.Theodolite
merupakan salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan sudut
mendatar dan sudut tegak. Sudut yang dibaca bisa sampai pada satuan sekon
( detik ). Dalam pekerjaan pekerjaan ukur tanah, theodolite sering
digunakan dalam pengukuran polygon, pemetaan situasi maupun pengamatan
matahari.Theodolite juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti PPD bila sudut
vertikalnya dibuat 90.Dengan adanya teropong yang terdapat pada theodolite,
maka theodolite bisa dibidikkan ke segala arah.Untuk pekerjaanpekerjaan
bangunan gedung, theodolite sering digunakan untuk menentukansudut siku-siku
pada perencanaan atau pekerjaan pondasi, juga dapat digunakan untuk
mengukur ketinggian suatu bangunan bertingkat.

21
22

Sumber :http://alatukurtanah.com/
Gambar 3.1
Theodolite Digital dan Manual

Syarat syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolite sehingga siap
dipergunakan untuk pengukuran yang benar adalah ;
1. Sumbu ke I harus tegak lurus dengan sumbu II / vertical (dengan
menyetel nivo tabung dan nivo kotaknya).
2. Sumbu II harus tegak lurus Sumbu I
3. Garis bidik harus tegak lurus dengan sumbu II (Sumbu II harus
mendatar).
4. Tidak adanya salah indeks pada lingkaran kesatu (kesalahan indek
verticalsama dengan nol.)
5. Apabila ada nivo teropong, garis bidik harus sejajar dengan nivo teropong
6. Garis jurusan nivo skala tegak, harus sejajar dengan garis indeks skala
tegak
7. Garis jurusan nivo skala mendatar, harus tegak lurus dengan sumbu II
( Garis bidik tegak lurus sumbu kedua / mendatar).
Pengoperasian Theodolite
Penyiapan Alat Theodolite Cara kerja penyiapan alat theodolite antara lain :
1. Kendurkan sekrup pengunci perpanjangan
2. Tinggikan setinggi dada
3. Kencangkan sekrup pengunci perpanjangan
4. Buat kaki statif berbentuk segitiga sama sisi
5. Kuatkan (injak) pedal kaki statif
6. Atur kembali ketinggian statif sehingga tribar plat mendatar
7. Letakkan theodolite di tribar plat
8. Kencangkan sekrup pengunci centering ke theodolite

22
23

9. Atur (levelkan) nivo kotak sehingga sumbu kesatu benar-benar tegak /


vertical dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di
tiga sisi alat ukur tersebut.
10. Atur (levelkan) nivo tabung sehingga sumbu kedua benar-benar mendatar
dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga
sisi alat ukur tersebut.
11. Posisikan theodolite dengan mengendurkan sekrup pengunci centering
kemudian geser kekiri atau kekanan sehingga tepat pada tengah-tengah
titi ikat (BM), dilihat dari centering optic.
12. Lakukan pengujian kedudukan garis bidik dengan bantuan tanda T pada
dinding.
13. Periksa kembali ketepatan nilai index pada system skala lingkaran
dengan melakukan pembacaan sudut.

3.4.2 Statif
Statif merupakan tempat dudukan alat dan untuk menstabilkan alat seperti
waterpass dan theodolite. Alat ini mempunyai 3 kaki yang sama panjang dan bisa
dirubah ukuran ketinggiannya.

Sumber :http://Jualalatukur.com/
Gambar 3.2
Statif
3.4.3 Rambu Ukur
Rambu ukur adalah alat yang terbuat dari kayu atau campuran alumunium
yang diberi skala pembacaan. Alat ini berbentuk mistar ukur yang besar, mistar
ini mempunyai panjang 3, 4 bahkan ada yang 5 meter. Skala rambu ini dibuat
dalam cm, tiap-tiap blok merah, putih atau hitam menyatakan 1 cm, setiap 5 blok
tersebut berbentuk huruf E yang menyatakan 5 cm, tiap 2 buah E menyatakan 1
dm. Tiap-tiap meter diberi warna yang berlainan, merah-putih, hitam-putih, dll.
Kesemuanya ini dimaksudkan agar memudahkan dalam pembacaan rambu.

23
24

Sumber :http://Jualalatukur.com/
Gambar 3.3
Macam-Macam RambuUkur

Cara menggunakan rambu ukur :


1. Atur ketinggian rambu ukur dengan menarik batangnya sesuai dengan
kebutuhan, kemudian kunci.
2. Letakkan dasar rambu ukur tepat diatas tengah-tengah patok (titik) yang
akan dibidik.
3. Usahakan rambu ukur tersebut tidak miring/condong (depan, belakang,
kiri dan kanan), karena bisa mempengaruhi hasil pembacaan.

3.4.4 Unting Unting


Unting-unting merupakan bandul yang terbuat dari besi atau kuningan
yang berbentuk kerucut dengan ujung bawah lancip dan digantungkan pada
bagian tengah tripod / statift egak lurus titik. Pengantar Fakta Konsep Ringkasan
Latihan Asesmen tripod atau statif tegak lurus titik. Unting-unting berguna untuk
memproyeksikan suatu titik pada pita ukur dipermukaan tanah atau sebaliknya.

Sumber :http://Jualalatukur.com/
Gambar 3.4
Unting - Unting

24
25

3.4.5 Meteran
Meteran atau disebut pita ukur karena umumnya bendanya berbentuk pita
dengan panjang tertentu. Sering juga disebut rol meter karena umumnya pita
ukur ini pada keadaan tidak dipakai atau disimpan dalam bentuk gulungan
ataurol

Sumber :http://Jualalatukur.com
Gambar 3.5
Alat Ukur Panjang

Fungsi utama atau yang umum dari meteran ini adalah untuk mengukur jarak
atau panjang.
Yang perlu diperhatikan saat menggunakan meteran antara lain :
1. Satuan ukuran yang digunakan Ada dua satuan ukuran d yang
biasaDigunakan, yaitu satuan Inggris ( inch, feet, yard) dan satuan metrik
( mm,cm, m)
2. Satuan terkecil yang digunakan mm atau cm , inch atau feet.
3.4.6 Senter
Senter merupakan perlengkapan yang digunakan untuk penerangan dan
biasanya digunakan di system penambangan Underground. Senter adalah
sebuah alat listrik portabel yang merupakan sumber cahaya untuk menerangi
dan dioperasikan dengan baterai. Biasanya sumber cahayanya adalah dari
sebuah bola lampu pijar kecil atau lampu pendar yang dikenal dengan istilah
lampu LED.

25
26

Sumber :http://senter.led.com/
Gambar 3.6
Senter

3.4.7 Benang
Benang adalah sebuah serat yang panjang, digunakan untuk
pemroduksian tekstil, penjahitan, crocheting, knitting, penenunan, dan
pembuatan tambang.Benang dapat dibuat dari banyak fiber sintetik atau
alami.Benang dapat dibuat dari beragam fiber alami seperti wol, alpaca, wol
Angora, katun, sutra, bambu, hemp, dan soy.Pada pengukuran underground
benang digunakan untuk menggantung unting unting diatap goa dan di alat.

Sumber :http://Banahan.tekstil.com/
Gambar 3.7
Benang
BAB IV
KEGIATAN LAPANGAN

4.1 Kegiatan Lapangan


Kegiatan pengukuran ini berlokasi di Goa Jepang yang terletak di
Kompleks Tahura Ir. H. Djuanda No.99, Dago Pakar Ciburial Cimenyan

26
27

Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 40198, Pada pengukuran kali ini
digunakan Theodolite yang bertujuan untuk pengambilan data : azimuth,
zenith,Slope Distance, Vertical distance, Horizontal Distance.
Sebelum pengukuran digoa jepang, lakukan terlebih dahulu persiapan alat
yang dibutuhkan saat pengukuran dilakukan. Alat-alat yang dibutuhkan
diantaranya sebagai berikut :
1. Theodolite,
2. Statif,
3. Rambu ukur,
4. Unting unting,
5. Meteran,
6. Benang,
7. Senter,
8. Alat tulis.

Sumber :dokumentasi kelompok 4


Foto 4.1
Penunjuk Arah Menuju Goa Jepang

Goa jepang terletak 600 meter dari pintu masuk 2 dan berada sebelum
goa belanda, jarak dari goa jepang ke goa belanda sekitar 500 meter. Banyak
sekali jenis flora dan fauna yang dapat ditemukan di Taman Hutan Raya Ir. H
Djuanda diantaranya ialah ; pohon Pinus (Pinus merkusii), Kaliandra (Calliandra
callothyrsus), Bambu (Bambusa sp.) dan berbagai jenis tumbuhan bawah seperti
tumbuhan Teklan (Euphatorium sp.), kayu Manis dan lain sebagainya. Selain itu
terdapat berbagai jenis binatang yang tinggal di dalamnya antara lain Musang
(Paradoxurus herma paproditus), Tupai (Callosciurus notatus), Kera (Macaca
insularis) serta berbagai jenis burung seperti Kepondang (Oriolus chinensis),
Kutilang (Pycnontus caferaurigaster), Ayam hutan (Gallus gallus bankiva) dan
beberapa spesies lainnya.

27
28

Kami memulai pengukuran pada pintu goa ke 4 yaitu pintu goa yang
memiliki lebar pintu yang paling besar diantara pintu goa lainnya, dapat dilihat
pada denah dibawah ini:

Sumber : Furqon Ali, Lab.Eksplorasi Unisba


Gambar 4.1
Denah Goa Jepang

Kami mulai mengukur pada titik P1 dan menghitung koordinatnya


menggunakan GPS. Koordinatyang kami dapatkan pada titik P1 yaitu X(790988),
Y(9241321) dan Z(948) dengan tingkat ketelitian GPS sebesar 6 meter.
Penembakan pertama dilakukan dengan menembak BS dan dilanjutkan dengan
penembakan titik detail dimulai dari arah utara dan searah jarum jam.

Sumber :dokumentasi kelompok 4

28
29

Foto 4.2
PerhitunganTitik Koordinat Menggunakan GPS

4.2 Data Lapangan


Titik P1

Sumber :dokumentasi kelompok 4


Foto 4.3
Titik P1

Mulai Penembakan : 09.40 WIB


Selesai Penembakan : 10.30 WIB
Jumlah Detail yang didapatkan : 14 Detail
Titik Koordinat X : 790988
Y : 9241321
Z : 948

Titik 101

Sumber :dokumentasi kelompok 4

29
30

Foto 4.4
Titik 101

Mulai Penembakan : 10.40 WIB


Selesai Penembakan : 11.25 WIB
Jumlah Detail yang didapatkan : 4 Detail
Titik Koordinat X : 790987,8657
Y : 9241314,346
Z : 948,543

Titik 102

Sumber :dokumentasi kelompok 4


Foto 4.5
Titik 102

Mulai Penembakan : 11.40 WIB


Selesai Penembakan : 13.05 WIB
Jumlah Detail yang didapatkan : 15 Detail
Titik Koordinat X : 790984,9202
Y : 9241302,005
Z : 948,148

Titik 103

30
31

Sumber :dokumentasi kelompok 4


Foto 4.6
Titik 103

Mulai Penembakan : 13.25 WIB


Selesai Penembakan : 14.00 WIB
Jumlah Detail yang didapatkan : 5 Detail
Titik Koordinat X : 790982,39
Y : 9241289,254
Z : 948,058

Titik 104

31
32

Sumber :dokumentasi kelompok 4


Foto 4.7
Titik 104

Mulai Penembakan : 14.15 WIB


Selesai Penembakan : 15.25 WIB
Jumlah Detail yang didapatkan : 8 Detail
Titik Koordinat X : 790964,8646
Y : 9241292,357
Z : 947,871

Titik 105

Sumber :dokumentasi kelompok 4


Foto 4.8
Titik 105

Mulai Penembakan : 15.40 WIB

32
33

Selesai Penembakan : 16.20 WIB


Jumlah Detail yang didapatkan : 2 Detail
Titik Koordinat X : 790963,1762
Y : 9241278,967
Z : 947,651

Titik 106

Sumber :dokumentasi kelompok 4


Foto 4.9
Titik 106

Mulai Penembakan : 16.35 WIB


Selesai Penembakan : 18.10 WIB
Jumlah Detail yang didapatkan : 4 Detail
Titik Koordinat X : 790980,3295
Y : 9241276,72
Z : 947,702

4.3 Perhitungan dan Pengolahan Data


Selain itu untuk mendapatkan output dari penyikap ruang, ada data yang
perlu diolah kembali, data-data tersebut adalah :
1. Jarak Miring, adalah selisih jarak antara benang atas dan benang bawah
dikali seratus dan dikali dengan sinus sudut vertikal.

Jarak Miring = (BB-BA) x 100 x sin VA


Contoh : Jarak Miring = (14,6-14,4) x 100 x sin 80 = 1,96meter
2. Jarak Datar, adalah jarak mendatar dari alat ukur ke rambu ukur.

Jarak Datar = Jarak Miring x Sin VA

33
34

Contoh : Jarak Datar = 1,96 m x sin 80 = 1,93 meter


3. Beda Tinggi adalah perbedaan tinggi antara permukaan dengan titik
referensi yang diambil sebagai titik patokan.

Beda Tinggi = Jarak Miring x Cos


Contoh : Beda tinggi = 1,96 x VA
cos 80 = 0,34 meter
4. Sudut Dalam, merupakan selisih dari pengukuran titik kea rah depan
dengan pengukuran titik kea rah belakang.

AR = FS BS

Contoh : AR = 180 - 76 = 104


5. Koordinat adalah titik yang telah ditentukan dilapangan.

X = Xawal + Jarak Datar x (Sin azimuth)

Y = Yawal + Jarak Datar x (Cos Azimuth)

Contoh : Diketahui azimuth 186


X2 = 1000 + 1,93 x sin 186 = 999,79
Y2 = 1000 + 1,93 x cos 186 = 998

4.4 Data Hasil Pengolahan

34
35

Sumber : Data Hasil Pengukuran Kelompok 4


Gambar 4.2
Sketsa Situasi Hasil Pengukuran

BAB V

35
36

ANALISA

Dari data yang diperoleh hasil pengukuran Underground dan pembuatan


peta situasi, sketsa 3D dan penampang dapat dianalisakan bahwa:
Pengukuran dilakukan di Goa Jepang yang terletak di Kompleks Taman
hutan raya Ir. H. Djuanda No.99, Dago Pakar Desa Ciburial Kecamatan
Cimenyan Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 40198, goa jepang terletak
diantara koordinat X (790938,293 sampai dengan 791010,574) dan Y
(9241328,203 sampai dengan 9241258,337) dengan ketinggian antara 947,432
mdpl sampai 951,152 mdpl.
Sebelum memulai melakukan pengukuran di dalam goa, dilakukan terlebih
dulu pengukuran pada muka goa, hal tersebut dilakukan agar dari alat dapat
mengetahui arah utara sebenarnya. Karena keadaan didalam goa arah azimuth
akan beruubah karena magnet pada alat akan ditutup. Selain dari hal tersebut,
pengukuran di muka goa juga dapat membantu mengetahui keadaan sekitar goa
dari luar.
Data yang diambil dari pengukuran lubang bukaan ini adalah Azimuth,
Zenith, benang atas, benang tengan dan benang bawah. Yang nantinya akan
diolah dengan rumus yang ada hingga mendapatkan koordinat X,Y,Z setiap titik
yang ada dan dibagi dalam 3 bagian, yaitu floor, gridlines dan roof.
Kegiatan pengukuran bertujuan untuk mengetahui kemajuan lubang
bukaan bawah tanah pada setiap level yang dilakukan dengan cara melakukan
Stakeout pada titik terakhir pengukuran agar arah lubang bukaan tetap lurus.
Pada goa jepang arah lubang bukaan yang ada tidaklah lurus terjadi
pelencengan sudut ke arah barat ini disebabkan karena pada awal
pembuatannya yang tidak dilakukan pengukuran, peralatan yang digunakanpun
masih sangat sederhana dan goa ini hanya difungsikan sebagai tempat logistik.
Pengukuran dilakukan pada lubang bukaan pertama, pada titik dua
elevasi atapnya lebih rendah dari dari titik ketiga karena atap dari titik ketiga
cenderung lebih tinggi dari atap yang berada di titik 2 atau mulut gua. Pada titik
ketiga elevasi atapnya lebih tinggi dibandingkan dengan titik keempat karena
permukaan titik keempat cenderung lebih tinggi dari titik ketiga. Pada titik
keempat elevasi atapnya lebih rendah dari titik kelima karena titik kelima

36
37

permukaan tanahnya cenderung menurun dan tidak stabil. Begitupn dengan titik
ke lima dengan titik keenam yang evelasi atapnya lebih rendah. Pada titik
keenam menuju titik ketujuh lebih tinggi elevasi atapnya dikarena pada titik
ketujuh termasuk kedalam lubang bukaan adit.

BAB VI

37
38

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Dari data yang di dapatkan hasil pengukuran dan pembuatan peta situasi,
sketsa 3 dimensi dan penampang Goa jepang yang terletak diKompleks Tahura
Ir. H. Djuanda No.99, Dago Pakar desa Ciburial, kecamatan Cimenyan
Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 40198, dapat disimpulkan bahwa :
Undergound surveying merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan
dalam pekerjaan tambang bawah tanah yang berfungsi untuk mengetahui
kemajuan lubang bukaan bawah tanah, menghitung berapa besar material yang
telah digali dan kemungkinan berapa banyak mineral yang akan digali.
Metode yang digunakan pada pengukuran lubang bukaan (underground)
ini adalah metode poligon terbuka, poligon terbuka itu sendiri adalah suatu
metode yang menggunakan setiap titik yang ada pada peta yang biasanya tidak
mencerminkan posisi yang sebenarnya ada di permukaan bumi dan poligon
tersebut tidak mempunyai sudut dalam seperti pada poligon tertutup.
Cara pengambilan data dilakukan dengan menaruh alat pada patok yang
telah ditentukan lalu menembak ke arah rambu ukur (FS dan BS) dengan
perputaran alat searah jarum jam.Koordinat X, Y, dan Z (elevasi) didapatkan
setelah mengolah data seperti azimuth, zenith, benang tengah, benang atas, dan
benang bawah yang telah didapatkan pada saat pengukurandan mengolahnya
dengan menggunakan rumus yang telah ada. Setelah selesai pengukuran dan
dilakukan pengolahan data output yang kita buat yaitu peta situasi,sketsa 3D dan
penampang. Pembuatan peta situasi bertujuan untuk menggambarkan dengan
jelas arah dari goa tersebut. Pembuatan sketsa 3D bertujuan memberikan
informasi secara mendetail tentang rupa goa. Pembuatan sketsa penampang
bertujuan untuk menguraikan bangun dinding, atap, dan lantai.
Salah satu tujuan pengukuran lubang bukaan yaitu untuk menentukan
asarh selanjutnya agar lurus, hal tersebut dapat dilakukan dengan cera Stakeout
yaitu dengan memutarkan 180 tropong Theodolite hingga menemukan titik
tengahnya.
6.2 Saran

38
39

Pada kesempatan kali ini ada beberapa saran untuk praktikum perpetaan,
sekiranya untuk kedepan dapat bermanfaat bagi seluruh rekan-rekan mahasiswa
jurusan teknik pertambangan Unisba. Beberapa saran itu antara lain:
1. Sebelum melakukan pengukuran dianjurkan untuk melakukan survey
lokasi terlebih dahulu agar dapat mengetahui keadaan sebenarnya di
lapangan.
2. Persiapkan alat-alat secara lengkap dan juga alat-alat tambahan seperti
payung dan senter untuk mengantisipasi keadaan yang tidak terduga di
lapangan.
3. Ketika pembuatan sketsa di lapangan diusahakan agar rapih dan mudah
dimengerti, agar nantinya dapat membantu kita dalam mengolah data
hingga menjadi peta.
4. Ketika dalam proses pengukuran komunikasi antara pembaca alat,
pemegang rambu ukur, pembuat sketsa, dan penulis data harus terjaga
dengan baik untuk meminimalisir terjadinya kesalahan.

39
40

LAMPIRAN

40

Anda mungkin juga menyukai