Anda di halaman 1dari 2

A.

Topik : KONSTITUSI NEGARA

B. Konstitusi Negara dalam Kontekstual Negatif

1. Berubahnya bentuk negara kesatuan menjadi bentuk negara serikat atau federal. (Pada
Orde Lama)
2. Berubahnya sistem pemerintahan presidensil menurut UUD 1945 menjadi sistem
parlementer. (Pada Orde Lama)
3. Dalam prakteknya kekuasaan negara bertumpu pada kekuasaan Presiden Soeharto
sejalan dengan tidak berjalannya fungsi control dari MPR dan DPR. (Pada Orde Baru)
4. MPR berketetapan tidak berkehendak dan akan melakukan perubahan terhadap UUD
1945 serta akan melaksanakannya secara murni dan konsekuen (Pasal 104 Ketetapan
MPR Nomor I/MPR/1983 tentang Tata Tertib MPR). Hal ini bertentangan dengan
pasal 3 UUD 1945 yang memberikan kewenangan kepada MPR untuk menetapkan
UUD dan GBHN, serta pasal 37 yang memberikan kewenangan kepada MPR untuk
mengubah UUD. (Pada Orde Baru)
5. MPR mengeluarkan ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang
mengatur tata cara perubahan UUD yang tidak sesuai dengan pasal 37 UUD 1945.
(Pada Orde Baru)
6. Umumnya menteri menjadi anggota MPR, bahkan gubernur otomatis menjadi anggota
MPR dari utusan daerah. Hal ini tidak sesuai dengan apirasi rakyat, karena di satu
pihak menteri dan gubernur adalah pelaksana pemerintahan yang berada di bawah
Presiden, tetapi di pihak lain mereka menjadi anggota MPR yang harus menilai
pertanggung-jawaban Presiden. (Pada Orde Baru)

C. Konstitusi Negara dalam Kontekstual Positif

1. Untuk pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan politik.


2. Untuk membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak para penguasa serta menetapkan
batas-batas kekuasaannya.
3. Pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut dapat di wujudkan dalam berbagai kegiatan
baik di rumah, di sekolah, dimasyarakat maupun dalam kehidupan bangsa dan negara.
4. Sebagai peradilan untuk menegakkan hukum dan keadilan.
5. Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan bermoral yang sesuai
dengan konstitusi negara itu ada da terjadi di dalam setiap sanubari warga negara,
siapapun, dimanapun dan kapanpun.
6. Hal yang bersifat rasional dan dan dapat dinyatakan pula sebagai hal objektif yang
dapat diuniversalkan, artinya dapat disetujui, berlaku pada setiap waktu dan tempat
bagi setiap warga negara.
7. Kebebasan, warga negara bebas untuk mentaati peraturan perundang-undangan yang
berlaku di negaranya termasuk ketentuan konstitusi negara.
8. Ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental.
9. Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga bersifat
fundamental.
10. Sebagai pemberi atau sumber legimitasi terhadap kekuasaan negara ataupun kegiatan
penyelenggaraan kekuasaan negara.
11. Simbolik pemersatu negara.
12. Mengendalikan masyarakat, sarana pengendali masyarakat (social control) baik dalam
arti sempit hanya di bidang politik maupun dalam arti luas mencakup bidang sosial
ekonomi.
13. Sebagai sarana perekayasa dan pembaharuan masyarakat (social engineering atau
social reform).

D. Rekomendasi

Lebih-lebih dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang merupakan kehidupan


kelompok manusia yang sedemikian banyak dan sedemikian kompleks
permasalahannya, maka sangat diperlukan adanya aturan-aturan yang menjamin
keamanan dan ketertiban, yang harus ditaati oleh seluruh warga negaranya. Aturan
tertinggi dalam suatu Negara adalah Konstitusi atau Undang-Undang Dasar (UUD).
Konstitusi memiliki fungsi yang penting dalam suatu negara yaitu menjadi pegangan
dalam penyelenggaraan pemerintahan negara. Dengan kata lain, penyelenggaraan
negara harus didasarkan pada konstitusi dan tidak boleh bertentangan dengan
konstitusi. Dengan adanya pembatasan kekuasaan yang diatur dalam konstitusi maka
pemerintah tidak dapat dan tidak boleh menggunakan kekuasaannya secara sewenang-
wenang.

Anda mungkin juga menyukai