Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Alopecia areata adalah penyakit inflamasi kronis yang melibatkan folikel


rambut, dan terkadang juga kuku.(3) Etiologi alopesia areata tidak diketahui (7),
namun faktor yang dianggap mempengaruhi terjadinya kelainan ini antara
lain genetik, imunologi, dan faktor lain misalnya stres. (2) Alopesia areata
kebanyakan diikuti dengan gangguan autoimun lainnya (16%). Contohnya,
penyakit ini disertai tiroiditis Hashiomoto, lupus erythematosus pada 0.6%
pasien, vitiligo pada 4% pasien, dan penyakit autoimun tiroid 8-28%. (1) Pada
alopesia areata masa fase telogen menjadi lebih pendek dan diganti dengan
pertumbuhan rambut anagen yang distrofik.
Alopecia areata dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa
dengan warna rambut apapun. Meskipun penyakit ini jarang ditemukan pada
anak dibawah umur 3 tahun, kebanyakan pasiennya relatif muda: sebanyak
66% lebih muda dari umur 30 tahun, dan hanya 20% yang berumur lebih dari
40 tahun. Umumnya tidak ada predileksi berdasarkan jenis kelamin, namun
ditemukan lebih banyak laki-laki yang terkena pada suatu studi yang
melibatkan kelompok subjek berumur 21-30 tahun.(1)
Alopesia areata memiliki karakteristik berupa hilangnya rambut dengan
onset cepat pada satu atau lebih daerah yang membentuk bercak berbentuk
bulat atau oval, biasanya pada kulit kepala, daerah janggut, alis, bulu mata,
dan daerah berambut lainnya pada tubuh.(4) Penyakit ini dapat berkembang ke
titik di mana semua rambut hilang pada kulit kepala (alopecia areata totalis)
atau bahkan di seluruh tubuh (alopecia areata universalis).(1)
Trichotilomania, effluvium telogen, dan chronic cutaneus lupus
erythematous (CCLE) perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis banding dari
alopesia areata. Pada trikotilomania, kebiasaan menarik-narik rambut yang
kompulsif akan memberikan gejala hilangnya rambut, dan terlihat ganjil.
Pada CCLE, inflamasi yang terjadi pada kulit kepala akan memberikan
gambaran klinis menyerupai alopesia areata.

1
Pada alopesia areata, cenderung akan sembuh spontan pada pasien masa
pasca pubertas. Awalnya, rambut yang tumbuh kembali akan halus seperti
bulu dan berwarna terang, kemudian, akan tergantikan dengan rambut yang
lebih keras dan gelap yang akan tumbuh sempurna. (4) Apabila memerlukan
pengobatan, pengobatan dapat menggunakan kortikosteroid sistemik (namun
tidak dalam jangka waktu lama, mengingat efek sampingnya), pengobatan
topikal, berupa kortikosteroid topikal atau intralesi, minoxidil topikal, dan
imunoterapi topikal. Kemudian terdapat juga pengobatan intervensi berupa
photochemotherapy dan eximer laser. Prediksi dari prognosis buruk adalah
apabila terdapat dermatitis atopi, pada pasien anak-anak, keterlibatan yang
luas, ophiasis, durasi menderita lebih dari 5 tahun, dan onychodystrophy.
Pasien dengan Alopesia areata akan lebih mengalami stress mental oleh
karena penyakitnya dan dapat mengurangi kualitas hidupnya.(7)

2
BAB II

DIAGNOSIS

2.1 Anamnesis
Padaa umumnya, pasien datang dengan keluhan adanya bercak dengan
kerontokan rambut pada kulit kepala, yang terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung
ccepat. Bercak ini berbentuk bulat atau lonjong.(2) Bercak ini berwarna normal
(5)
seperti kulit kepala dan tidak menunjukkan luka ataupun adanya keluhan lain.
Pada pasien perlu ditanyakan apakah ada gejala yang menyertai bercak yang
(8)
muncul, seperti gatal, nyeri, atau rasa keram pada bercak. Meskipun biasanya
(5)
tanpa gejala, ada juga pasien yang mengeluhkan hilang rasa, gatal, atau nyeri.
Ditanyakan juga apakah ada perluasan dari bercak, ataukah ada lokasi lain yang
terkena. Alopesia areata bisa saja mengalami perluasan dan dan bisa terdapat lebih
dari satu bercak. Penting juga ditanyakan pada pasien riwayat penyakit keluarga
terutama penyakit autoimun, seperti atopi, penyakit tiroid, atau penyakit autoimun
lainnya yang mungkin berhubungan dengan Alopesia areata. Faktor pencetus yang
bisa menimbulkan alopesia areata, seperti stress atau adanya riwayat truma juga
ditanyakan.

2.2 Pemeriksaan Fisis


Pada pada kulit kepala akan terlihat jelas bercak tak berambut dan tanpa luka
(6)
berbentuk bulat atau oval. Bercak biasanya berukuran diameter 1-5 cm.(4)
Bercak pada alopesia areata biasanya asimptomatis, meskipun ada beberapa
pasien yang mengeluhkan parestesia, pruritus, atau nyeri pada daerah bercak.(5)
Penyakit ini bisa berkembang menjadi hilangnya rambut pada kulit kepala
secara keseluruhan dinamakan alopecia totalis dan hilangnya rambut pada seluruh
tubuh dinamakan alopecia universalis. Gejala lain yang spesifik adalah ophiasis,
kondisi dimana kebotakan pada kulit kepala bagian occipital, sangat resisten
terhadap pengobatan. Selain itu, ada juga fenomena over-night graying dimana
pada beberapa kasus melaporkan adanya kebotakan masif dan meluas dengan
onset cepat.(4)

3
Gambaran khas pada alopesia areata adalah sisa rambut pada sekeliling
daerah alopesia yang terlihat seperti tanda seru (exclamation-mark hair), dimana
segmen distal batang rambut telihat lebih tebal dari bagian proksimalnya, atau
dapat dikatakan batang rambut yang ke arah pangkal makin halus. Rambut
sekitarnya tampak normal tapi mudah dicabut.(1)(2)
Pada kulit kepala juga terlihat cadaver hairs (bintik hitam yang terlihat
seperti komedo). Cadaver hairs terjadi karena fraktur di dalam folikel rambut,
kemudian memproduksi bintik hitam dalam ostia folikel yang menyerupai
komedo. (5)
Pada kuku akan ditemukan kelainan berupa pitting nails. Perubahan pada
kuku lebih sering terjadi pada anak-anak (12%) dibanding dewasa (3.3%).
Prevalensi dari perubahan kuku lebih besar pada alopesia gejala berat, seperti
alopesia universalis dan alopesia totalis.(5)
Tes menarik rambut, pada bagian tepi lesi yang positif menunjukkan
keaktifan penyakit. Pada fase kronik, hasil tes negatif, dikarenakan rambut tidak
mudah tercabut seperti pada fase akut.(5) Tes menarik rambut ini juga positif pada
kondisi lain, seperti infeksi jamur pada rambut.(1)

a b c
Gambar 2.1 (a) pada pemeriksaan kuku didapatkan
gejala pitting nail; (b) Gambaran exclamation-
mark hair pada kulit kepala; (c) Gambaran alopesia areata pada daerah janggut.

2.3 Pemeriksaan Penunjang


Jika diagnosis masih sulit ditegakkan setelah evaluasi klinis, biopsi kulit
biasanya digunakan untuk penunjang diagnosis. Pada alopesia areata akut,
pemeriksaan histologis menunjukkan karateristik bee-swarm pattern yang rapat,
infiltrasi limfosit perifolikuler disekitar folikel anagen rambut. Pada pasien
kronik, tanda ini tidak didapatkan. (1)

4
Tes Lab: Dianjurkan untuk melakukan tes fungsi tiroid dan tes antibodi tiroid
karena meningkatnya hubungan antara alopesia areata dan autoimunitas tiroid.(1)

Gambar 2.2 Gambaran infiltrasi limfosit


yang mengelilingi

folikel anagen rambut pada alopesia areata

2.4 Diagnosis Banding


2.4.1 Chronic Cutaneous Lupus Erythematosus (CCLE)
Diagnosis dari lesi discoid dari CCLE memerlukan pemeriksaan
histologi dan tidak bisa hanya berdasarkan gambaran klinis pada kulit
kepala saja. Gejalanya mungkin akan terlihat seperti lesi discoid biasa,
dengan eritema, atrofi epidermal, dan dilatasi, terlepasnya follicular
ostia sebagai akibat dari alopecoa. Hipopigmentasi sentral dan
hipopigmentasi perifer sering terlihat pada orang kulit hitam.
Meskipun begitu, distribusi dan tingkatan dari inflamasi klinis
bervariasi pada setiap pasien, dan lesi pada kulit kepala mungkin saja
dapat mirip dengan alopesia areata, lichen planophilaris, linear
morphea, central centrifugal, cicatricial alopecia, atau alopesia Brocq.
(6)

5
Gambar 2.3 Gambaran kulit
kepala pasien CCLE

2.4.2 Trichotillomania
Trikotilomania adalah gangguan kebiasaan yang memiliki ciri-ciri
menarik-narik rambut secara kompulsif. Hal ini menunjukkan gejala
hilangnya rambut, biasanya ganjil, tanpa penjelasan biologis ataupun
riwayat trauma terbuka. Dermoskopi dari kulit kepala membantu dalam
membedakan trikotilomania dan alopesia areata, dimana lubang folikel
terlihat seperti bintik kuning.Trikotilomania dikaitkan dengan gangguan
obsesif kompulsif (obsessive-compulsive disorder, OCD), namun
beberapa ahli berpendapat bahwa trikotilomania adalah hasil dari
beberapa gangguan fisik yaitu OCD, gangguan personalitas, body
dysmorphophobic disorder, retardasi mental dan psikosis.

Gambar 2.4 Gambaran kulit kepala pasien trikotilomania

6
2.4.3 Effluvium Telogen
Effluvium telogen memiliki gejala terlepasnya rambut telogen normal
secara berlebihan. Apapun penyebab dari hilangnya rambut telogen,
rambut yang terlepas bersama dengan akarnya. Pada beberapa kasus
kehilangan akan luas. Pasien umumnya memiliki lebih dari satu
mekanisme dari hilangnya rambut telogen. Bercakan atau secara
tersebar, dikaitkan dengan penyakit papulosquamous dari kulit kepala.
Trichodynia adalah gejala umum dari pasien dengan effluvium telogen,
dengan gambaran kebotakan. Trychodynia seringkali menampakkan
gejala-gejala depresi, obsessive personality disorder, dan kecemasan.
Effluvium telogen sering dihubungkan dengan kehilangan protein atau
nutrisi lain. Penilaian kebiasaan pola makan dan perhitungan saturasi
zat besi dan ferritin adalah cara paling mudah untuk menentukan status
gizi.

Gambar 2.5 Gambaran effluvium telogen

7
BAB III

PENATALAKSANAAN

3.1 Non Medikamentosa(5)


Terapi kosmetik untuk pasien alopesia areata berupa:
a. Dermatografi: telah digunakan untuk membuat kamuflase alis pada
pasien alopesia areata. Pada penatalaksanaan ini titik-titik pigmen kecil
digunakan pada kulit bagian alis untuk menutupi alopesia di bawahnya
b. Wig: berguna untuk pasien yang telah menderita lama, membuat
mereka lebih percaya diri menjalani hidup seperti dulu.

3.2 Medikamentosa
Tangga Pengobatan untuk Alopesia Areata(6)
Kortikosteroid topikal dan intralesi
Topical irritants (e.g Anthralin)
Topical minoxidil

Immunotherapy topikal (e.g Squaric acid dibutyl ester, diphenylcyclopropenone)


Kortikosteroid sistemik*
Topikal atau oral photochemotherapy (PUVA)
Excimer laser
Photodynamic therapy
Kortikosteroid sistemik, kronik
Sistemik cyclosporine
*e.g prednisolone oral

3.2.1 Pengobatan Sistemik


a. Kortikosteroid Sistemik
Penggunaan kortikosteroid sistemik masih menjadi perdebatan.
Beberapa penulis berpendapat manfaat dari steroid sistemik dapat
memutuskan perkembangan dari alopesia areata, namun banyak juga
yang mendapatkan hasil yang buruk dari terapi ini. Dosis yang
dianjurkan adalah 0.5-1 mg/kg/hari untuk dewasa dan 0.1-1 mg/kg/hari
pada anak-anak. Pengobatan dilakukan selama 1-6 bulan, namun

8
pengobatan jangka panjang harus dihindari untuk mencegah efek
samping dari kortikosteroid.
b. Sistemik Cyclosporine
Obat ini telah terbukti efektif dalam pengobatan alopecia areata
karena imunosupresif dan sifat hypertrichotic. Efek samping dan
kekambuhan yang tinggi membuat obat ini menjadi pilihan yang kurang
tepat untuk digunakan dalam alopecia areata. Sehingga obat ini hanya
digunakan dalam bentuk alopesia areata yang berat yang tidak respon
pada pengobatan.

3.2.2 Pengobatan Topikal


a. Kortikosteroid Topikal
Beberapa kortikosteroid topikal dengan berbagai tingkat
keberhasilan telah digunakan untuk pengobatan alopesia areata. Yatitu
fluocinolone acetonide cream, gel fluocinolone untuk kulit kepala,
losion betamethasone valerate, salep clobetasol propionat, dan krim
halcinonide. Kortikosteroid topikal tidak efektif digunakan pada
alopesia totalis/universalis. Folikulitis merupakan efek samping yang
umum terjadi pada pengobatan kortikosteroid, terjadi beberapa minggu
setelah pengobatan.(5)
b. Kortikosteroid Intralesi
Kortikosteroid intralesi digunakan secara luas untuk pengobatan
alopesia areata. Faktanya, pengobatan ini digunakan sebagai obat lini
pertama pada lesi lokal yang melibatkan <50% kulit kepala.
Hydrocortisone acetate (25mg/ml) dan Triamsinolon acetonide (5-10
mg/ml) adalah yang paling umum digunakan. Pertumbuhan rambut
terlihat 4-6 minggu pada pasien yang responsif. Pengobatan diulang
setiap 3-6 mingu. Atrofi kulit pada tempat penyuntikan adalah efek
samping yang umum terlihat, khususnya pada penggunaan
triamcinolone, tapi akan membaik setelah beberapa bulan.(5)
c. Iritan topikal (mis. Anthralin)

9
Mekanisme kerja obat ini tidak diketahui, namun diyakini bekerja
dengan efek imunosupresan dan anti-inflamasi dengan generasi radikal
bebas. Konsentrasi yang digunakan dimulai dari 0.5-1% selama 20-30
menit setelah kulit kepala dicuci dengan sampo terlebih dahulu untuk
menghindari efek iritan yang berlebih. Efek samping berupa gatal,
eritem, pengelupasan kulit pada kulit kepala yang diobati.(5)
d. Minoxidil Topikal
Minoxidil topikal, fasilitator kalium-channel yang telah lama
digunakan sebagai pendorong pertumbuhan rambut yang umum dalam
alopesia androgenik, juga dapat digunakan dalam alopecia areata,
idealnya digunakan bersama dengan pengobatan lain, seperti ditranol
krim atau glukokortikoid oral. Setelah penggunaan glukokortikoid oral
selama 6 minggu, aplikasi topikal dari 2% minoxidil membantu
pencegahan atau menunda kambuhan pada pasien yang respon terhadap
glukokortikoid.(1)
e. Imunoterapi topikal
Terapi yang digunakan adalah menggunakan dipehencyprone
(DPCP) atau squaric acid dibutyl ester (SADBE). Cara penggunaan
yaitu berikan larutan aseton pada area berukuran 4x4 pada salah satu
sisi kulit kepala. Dibiarkan selama 48 jam kemudian dibilas. Pasien
harus menghindari menyentuh kulit kepala selama 6 jam. Setelah 1
minggu (2 minggu apabila reaksi awal berat), larutan 0.001% diberikan
pada seluruh area yang terkena pada sisi yang sama pada kulit kepala.
Tiap minggunya, DPCP atau SADBE diberikan pada sisi yang sama
pada kulit kepala, konsentrasi di titrasi berdasar pada beratnya reaksi
pada minggu sebelumnya. Respon awal akan terlihat biasanya setelah
12 minggu dan terapi dihentikan apabila tidak ada respon setelah 24
minggu. Efek samping dapat berupa limfadenopati, reaksi eksema yang
berat atau meluas. Pengobatan ini kontraindikasi pada kehamilan dan
keganasan.(6)

10
3.2.3 Intervensi
a. Photochemotherapy (PUVA)
Semua tipe PUVA (PUVA oral, PUVA topical, ataupun penyinaran
lokal atau seluruh tubuh dengan UVA) telah digunakan dengan tingkat
kesuksesan 60-65%. Kekambuhan setelah pengobatan cukup tinggi,
kadangkala diperlukan pengobatan ulang dengan jangka waktu lama
dengan resiko karsinogenik. Untuk mengurangi efek samping dari
psoralen sistemik, terapi PUVA-turban digunakan sebagai
penatalaksanaan alopesia areata pada kulit kepala. Pada
photochemotherapy ini larutan cair dari 8-methoxy psoralen diberikan
pada kulit kepala dengan menggunakan handuk sebagai turban. Kulit
kepala pasien akan terpapar UVA setelah menjaga turban bersentuhan
dengan kulit kepala selama kurang lebih 20 menit.
b. Excimer Laser
Beberapa studi klinis memaparkan keberhasilan pengobatan dari
excimer laser dan excimer light pada alopesia areata. Pada salah satu
penelitian, 41.5% bercak menunjukkan respon terhadap pengobatan
laser excimer setelah 12 minggu. Penelitian lain pada anak-anak dengan
alopesia areata menunjukkan 60% penumbuhan kembali rambut pada
lesi setelah pengobatan 12 minggu. Pengobatan ini bertoleransi baik,
dan efek sampingnya hanya berupa eritem.

11
BAB IV

KESIMPULAN

Alopecia areata adalah penyakit inflamasi kronis yang melibatkan folikel


rambut. Pada alopesia areata masa fase telogen menjadi lebih pendek dan diganti
dengan pertumbuhan rambut anagen yang distrofik. Lesi alopesia areata ditandai
kebotakan yang bulat atau lonjong, berbatas tegas. Permukaan lesi akan tampak
halus, licin, tanpa tanda-tanda sikatriks, atrofi maupun skuamasi. Pada tepi lesi
kadang-kadang tampak exclamation-mark hairs yang mudah dicabut. Bila lesi
mengenai seluruh kepala, disebut alopesia totalis. Apabila alopesia totalis
ditambah pula dengan alopesia dibagian badan lain yang dalam keadaan normal
berambut terminal disebut alopesia universalis. Gambaran klinis spesifik lainnya
adalah bentuk ophiasis yang biasanya terjadi pada anak, berupa kerontokan
rambut pada daerah occipital yang dapat meluas ke anterior dan bilateral.

Trichotilomania, efflovium telogen, dan chronic cutaneus lupus erythematous


perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis banding dari alopesia areata. Pada
trichotilomania, kebiasaan mencabut rambut dapat membuat kebotakan setempat.
Pada chronic cutaneus lupus erythematous, salah satu gejala klinisnya adalah
berupa terlepasnya follicular ostia dan memberi gambaran seperti alopesia areata.
Beberapa kasus dapat sembuh spontan. Penyuntikan intralesi dengan triamsinolon
asetonid dapat menolong, juga aplikasi topikal dengan kortikosteroid. Prediksi
dari prognosis buruk adalah apabila terdapat dermatitis atopi, pada pasien anak-
anak, keterlibatan yang luas, ophiasis, durasi menderita lebih dari 5 tahun, dan
onychodystrophy.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Amos Gilhar, M. D., M. D. Amos Etzioni, et al. (2012). "Alopecia Areata." The
New England Journal of Medicine: 1515-1525.
2. Djuanda, P. D. d. A., d. M. Hamzah, et al. (2010). Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Jakarta, Badan Penerbit FKUI: 304-305.
3. Burns, T., S. Breathnach, et al. (2010). Rook's Textbook of Dermatology.
Wiley-Blackwell. 1: 64.65, 66.31, 66.33, 66.54-66.56.
4. James, W. D., T. G. Berger, et al. (2011). Andrew's Disease of the Skin.
Diseases of the Skin Appendages, Elsevier.
5. Majid, I. and A. Keen (2012). "Management of Alopecia Areata: an update."
British Journal of Medical Practioners 5.
6. Callen, J. P., T. D. Horn, et al. (2008). Dermatology-Bolognia. Elsevier. 1.
7. Arbabi, N., F. Salami, et al. (2013). "Effects of stress and stressful events on
Alopecia Areata." Life Science Journa 10.
8. Trozak, D. J., D. J. Tennenhouse, et al. (2006). Dermatology Skills for Primary
Care. H. Press. New Jersey.

13

Anda mungkin juga menyukai

  • Tugas Bahasa Indonesia
    Tugas Bahasa Indonesia
    Dokumen13 halaman
    Tugas Bahasa Indonesia
    Anastrinia Syafiqah
    Belum ada peringkat
  • Tugas Bahasa Indonesia
    Tugas Bahasa Indonesia
    Dokumen13 halaman
    Tugas Bahasa Indonesia
    Anastrinia Syafiqah
    Belum ada peringkat
  • Terapi Edit
    Terapi Edit
    Dokumen4 halaman
    Terapi Edit
    Anastrinia Syafiqah
    Belum ada peringkat
  • RHINOLITH
    RHINOLITH
    Dokumen14 halaman
    RHINOLITH
    Anastrinia Syafiqah
    Belum ada peringkat
  • Rhinolith Edit
    Rhinolith Edit
    Dokumen16 halaman
    Rhinolith Edit
    Anastrinia Syafiqah
    Belum ada peringkat
  • Iugr
    Iugr
    Dokumen28 halaman
    Iugr
    Anastrinia Syafiqah
    Belum ada peringkat
  • Postnatal Care
    Postnatal Care
    Dokumen44 halaman
    Postnatal Care
    Anastrinia Syafiqah
    Belum ada peringkat
  • Contoh Log Sheet
    Contoh Log Sheet
    Dokumen2 halaman
    Contoh Log Sheet
    Anastrinia Syafiqah
    Belum ada peringkat
  • Mading
    Mading
    Dokumen3 halaman
    Mading
    Anastrinia Syafiqah
    Belum ada peringkat
  • TOR Pengadaan Poster Kesehatan
    TOR Pengadaan Poster Kesehatan
    Dokumen3 halaman
    TOR Pengadaan Poster Kesehatan
    Anastrinia Syafiqah
    Belum ada peringkat
  • Refarat Jiwa
    Refarat Jiwa
    Dokumen25 halaman
    Refarat Jiwa
    Anastrinia Syafiqah
    Belum ada peringkat
  • ILEOSTOMI
    ILEOSTOMI
    Dokumen16 halaman
    ILEOSTOMI
    Anastrinia Syafiqah
    100% (1)