Anda di halaman 1dari 77

DEPARTEMEN

PEKERJAAN
UMUM
Direktorat Jenderal Cipta Karya

MODUL KHUSUS FASILITATOR


F14
Pelatihan Dasar 2

Mengelola
Pelatihan Partisipatif

PNPM Mandiri Perkotaan


Modul 1 Pelatihan Partisipatif 1

Kegiatan 1: Curah Pendapat dan Tanya Jawab Pendidikan Kritis dan PNPM 2
Mandiri Perkotaan

Kegiatan 2: Permainan dan Diskusi Pelatihan Partisipatif 2

Modul 2 Metode dan Media Pembelajaran 17

Kegiatan 1 : Diskusi Berputar Penerapan Pengalaman Berstruktur 18

Modul 3 Menyelenggarakan Pelatihan 56

Kegiatan 1 : Diskusi Kelompok dan Pleno Pengelolaan Pelatihan 57

Kegiatan 2 : Memulai Pelatihan 58

Modul 4 Mempersiapkan Praktek Fasilitasi Pelatihan 67

Kegiatan 1 : Memahami Modul Dasar Komunitas 68

Kegiatan 2 : Persiapan Praktek 68

Modul 5 Praktek Melatih 70

Melatih Dengan Baik 71


DEPARTEMEN
PEKERJAAN
UMUM
Direktorat Jenderal Cipta Karya

MODUL KHUSUS FASILITATOR


F14
Pelatihan Dasar 2

Mengelola
Pelatihan Partisipatif

PNPM Mandiri Perkotaan


Modul 1 Pelatihan Partisipatif 1

Kegiatan 1: Curah Pendapat dan Tanya Jawab Pendidikan Kritis dan PNPM 2
Mandiri Perkotaan

Kegiatan 2: Permainan dan Diskusi Pelatihan Partisipatif 2

Modul 2 Metode dan Media Pembelajaran 17

Kegiatan 1 : Diskusi Berputar Penerapan Pengalaman Berstruktur 18

Modul 3 Menyelenggarakan Pelatihan 56

Kegiatan 1 : Diskusi Kelompok dan Pleno Pengelolaan Pelatihan 57

Kegiatan 2 : Memulai Pelatihan 58

Modul 4 Mempersiapkan Praktek Fasilitasi Pelatihan 67

Kegiatan 1 : Memahami Modul Dasar Komunitas 68

Kegiatan 2 : Persiapan Praktek 68

Modul 5 Praktek Melatih 70

Melatih Dengan Baik 71


Modul 1
Topik: Pelatihan Partisipatif

Peserta memahami dan menyadari:


1. Makna pendidikan kritis
2. Pendekatan pelatihan partisipatif untuk pendidikan kritis
3. Keterkaitan PNPM Mandiri Perkotaan dengan pendidikan kritis

Kegiatan 1: Diskusi pembelajaran kritis dan PNPM Mandiri Perkotaan


Kegiatan 2: Permainan dan diskusi pelatihan partisipatif

2 Jpl ( 90 )

Bahan Bacaan:
1. Pendidikan Kritis
2. Pemandu Pelatihan Partisipatif
3. Prinsip prinsip Dasar Memfasilitasi

Kerta Plano
Kuda-kuda untuk Flip-chart
LCD
Metaplan
Papan Tulis dengan perlengkapannya
Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

1
Curah pendapat dan Tanya Jawab Pendidikan Kritis dan PNPM
Mandiri Perkotaan
1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita akan memulai Modul Pelatihan
Partisipatif , jelaskan apa yang akan dicapai melalui modul ini , yaitu :

Peserta memahami makna pendidikan kritis


Peserta memahami pelatihan partisipatif untuk pendidikan kritis
Kerterkaitan PNPM Mandiri Perkotaan dengan pendidikan kritis.

2) Tanyakan kepada peserta apa yang dimaksud dengan pendidikan kritis (pembelajaran untuk
penyadaran kritis) ? Lakukan curah pendapat dan tulis jawaban peserta dalam kertas plano.
Lanjutkan diskusi dengan membahas apa tujuan dari penyadaran kritis, sampai ketemu kata
kunci pemberdayaan (pembelajaran yang memanusiakan manusia).

3) Lakukan curah pendapat dengan membahas apa tujuan utama penyadaran kritis dalam PNPM
Mandiri Perkotaan, sampai ketemu kata kunci perubahan paradigma dan membangun sikap
perilaku positif untuk menanggulangi kemiskinan. Jelaskan bahwa salah satu cara untuk
merubah paradigma dan mendorong sikap mental yang positif di PNPM Mandiri Perkotaan
adalah melalui pelatihan pelatihan.

Permainan dan Diskusi Pelatihan Partisipatif

1) Informasikan kepada peserta bahwa kita akan melanjutkan kegiatan dengan melakukan
permainan Merapikan Lingkaran. Ikuti petunjuk permainan seperti yang tertuang dalam
Lembar Kerja (LK1).

2) Setelah selesai permainan kemudian diskusikan dengan peserta :


Mana yang lebih efektif di antara kedua permainan tadi ? Mengapa demikian
Dari diskusi tersebut apa yang bisa kita pelajari tentang peran seorang Pemandu dan
peserta didik dalam memecahkan persoalan mereka.
Apabila dihubungkan dengan pendidikan partisipatif, apa saja prinsip-prinsip yang
harus kita kembangkan?

2
3) Refleksikan bersama dan beri penegasan penegasan yang diperlukan mengenai pendidikan
kritis dan metodologi pendidikan dengan pendekatan partisipatif dan pendidikan untuk orang
dewasa, serta peran dan fungsi Pemandu (gunakan bahan bacaan yang sudah
disediakan sebagai referensi dan dianjurkan untuk memperkaya dengan bahan
bacaan lain).

Pendidikan kritis adalah upaya untuk membangun kesadaran kritis dari pelaku baik
peserta didik maupun pendidik, untuk mengembalikan kemanusiaan manusia. Dalam
pendidikan kritis, diberikan ruang kepada para pelaku untuk menganalisa secara kritis
hubungan sebab akibat terjadinya dehumanisasi yang menyebabkan masalah masalah
dalam kehidupan manusia sampai dapat ditemukan penyebab utamanya (akar masalah)
dan alternatif alternatif dari pemecahan masalah tersebut. Diharapkan para pelaku
pendidikan (baik peserta maupun pendidik), bisa terbebas dari belenggu dehumanisasi,
artinya pendidikan berperan untuk membangkitkan kesadaran kritis sebagai prasyarat
upaya untuk pembebasan.

Dehumanisasi bersifat mendua, dalam pengertian terjadi atas diri mayoritas kaum
tertindas maupun atas diri minoritas kaum penindas. Keduanya menyalahi kodrat manusia
sejati. Mayoritas kaum tertindas menjadi tidak manusiawi karena hak hak asasi mereka
dinistakan, mereka dibuat tidak berdaya dan dibenamkan dalam kebudayaan bisu .
Adapun minoritas kaum penindas menjadi tidak manusiawi karena telah mendustai
hakekat keberadaan dan hati nurani sendiri dengan memaksakan penindasan bagi
manusia sesamanya.

Dalam proses pendidikan seringkali malah terjadi proses dehumanisasi dari peserta didik
dan pendidik, bila hubungan antara keduanya didasarkan kepada kekuasaan dan otoritas
penuh dari si pendidik. Praktek pendidikan seperti ini menjadi melemahkan kesadaran
kritis dari warga belajar sehingga mereka menjadi tidak berdaya. Oleh karena itu muncul
metodologi pendidikan partisipatif dengan pendekatan pendidikan untuk orang dewasa
(adult education). Dalam konteks metodologi ini peran, pengetahuan dan pengalaman
peserta didik dilibatkan dengan membangun suasana yang dialogis. Dalam suasana yang
dialogis peserta didik dan pendidik sama sama menjadi subyek, sedangkan yang
menjadi obyek bersama adalah realitas kehidupan. Artinya hubungan antara peserta didik
dan pendidik adalah hubungan yang setara yang tidak didasarkan kepada kekuasaan,
jabatan, jenis kelamin atau yang lainnya akan tetapi masing masing menghargai
keberadaan pihak lain sebagai manusia.

Pelatihan di PNPM Mandiri Perkotaan, pada dasarnya adalah pelatihan motivasional yaitu
pelatihan yang mendorong peserta untuk mempunyai paradigma dan sikap mental yang
positif yang mendukung upaya upaya penanggulangan kemiskinan , sehingga peserta
mempunyai motivasi untuk menjadi bagian dari pemecahan masalah bukan bagian dari
masalah sebagai wujud tanggung jawabnya sebagai manusia. Artinya kesadaran kritis
yang diharapkan dari peserta adalah kesadaran mengenai fitrahnya sebagai manusia yang
merdeka yang tidak dikungkung oleh lingkungan akan tetapi sikap perilakunya semata
mata hanya dikontrol oleh nilai nilai kemanusiaan. Dengan proses seperti ini diharapkan
akan terkikis proses dehumanisasi yang diyakini sebagai akar penyebab kemiskinan.

3
LK 1 Pelatihan Partisipatif

Petunjuk Permainan Merapikan Lingkaran

1) Bagi peserta belajar ke dalam 2 kelompok, lalu setiap kelompok diminta untuk memilih satu
orang yang bertindak sebagai Pendidik (Pemandu).
2) Mintalah setiap orang untuk bergandengan tangan dengan dua orang lain (tangan kiri
memegang 1 tangan orang lain, tangan kanan memegang 1 tangan orang yang berbeda)
secara acak sehingga terbentuk suatu simpul manusia yang acak acakan.
3) Tugas kelompok adalah untuk merapikan simpul yang acak-acakan itu menjadi lingkaran
manusia yang rapi sambil bergandengan tangan. Selama proses, pegangan tangan tidak
boleh lepas. Kalau ada pegangan tangan yang lepas, kelompok dianggap gagal.
4) Anggota kelompok hanya mengikuti perintah pemandunya. Mereka tidak boleh bergerak
sendiri sebelum ada perintah dan tidak boleh membantu pemandu untuk mempermudah
tugasnya.
5) Sesudah siap, beri aba-aba dan persilahkan pemandu kelompok untuk melakukan
tugasnya.
6) Tugas pemandu adalah memberikan perintah lisan kepada kelompoknya, untuk
membentuk lingkaran yang rapi tanpa memutuskan simpul manusia. Pemandu tidak boleh
menggunakan gerakkan tangan.
7) Kemudian, kelompok mendapat tugas sekali lagi untuk membentuk lingkaran acak yang
baru dan pemandu mereka turut ambil bagian dalam simpul manusia. Kali ini pemandu
kelompok ikut bergabung dalam simpul.
8) Beri aba-aba dan tugaskan kelompok untuk membentuk lingkaran berdasarkan kerja sama
semua anggota kelompok.
9) Setelah selesai, ajak peserta belajar untuk mendiskusikan :
Mana yang lebih efektif di antara kedua permainan tadi ? Mengapa demikian
Dari diskusi tersebut apa yang bisa kita pelajari tentang peran seorang Pemandu dan
peserta didik dalam memecahkan persoalan mereka.
Apabila dihubungkan dengan pendidikan partisipatif, apa saja prinsip-prinsip yang
harus kita kembangkan?

4
Slide 1 Slide 2

Slide 3 Slide 4

5
Slide 5 Slide 6

Slide 7 Slide 8

Slide 9 Slide 10

6
PROSES PEMBELAJARAN KRITIS
Disarikan dari : Pendidikan Populer, Membangun Kesadaran Kritis Mansour
Fakih,Roem Topatimasang dan Toto Rahardjo

Apa itu Pendidikan Kritis

Pendidikan kritis pada dasarnya merupakan aliran, paham dalam pendidikan untuk pemberdayaan
pembebasan. Pijakan dasar tradisi pendidikan kritis yakni pemikiran dan paradigma kritik ideologi
terhadap sistem dan struktur sosial, ekonomi dan politik yang tidak adil. Dengan demikian
pendidikan dalam perspektif paham ini merupakan media untuk resistensi dan aksi sosial yang tidak
dapat dipisahkan dan merupakan bagian dari proses transformasi sosial.

Dalam perspektif kritis, pendidikan adalah melakukan refleksi kritis terhadap ideologi dominan ke
arah transformasi sosial. Tugas utama pendidikan adalah menciptakan ruang agar sikap kritis
terhadap sistem dan struktur ketidakadilan, serta melakukan dekonstruksi dan advokasi menuju
sistem sosial yang lebih adil. Dalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang
untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis untuk transformasi sosial. Dengan
kata lain tugas utama pendidikan adalah memanusiakan kembali manusia yang mengalami
dehumanisasi karena sistem dan struktur yang tidak adil.

Peletak dasar filosofi pendidikan kritis adalah Paulo Freire, dia adalah tokoh pendidikan kritis yang
meletakkan dasar pendidikan bagi kaum tertindas asal Brazil, memberikan makna pembebasan
lebih ditekankan pada kebangkitan kesadaran kritis masyarakat. Dengan kata lain bagi Freire
mengungkapkan bahwa hakekat pembebasan adalah suatu proses bangkitnyakesadaran kritis
rakyat terhadap sistem dan struktur sosial yang menindas. Pembebasan bagi mereka tidak saja
terbebas dari kesulitan aspek material saja, akan tetapi juga adanya ruang kebebasan dari aspek
spiritual, idologi maupun kultural. Dijelaskan bahwa sesungguhnya rakyat memerlukan tidak saja
bebas dari kelaparan, akan tetapi juga bebas untuk mencipta dan mengkonstruksi dan untuk
bercita cita.

Tema pokok gagasan Freire, sesungguhnya mengacu pada keyakinan bahwa pendidikan pada
dasarnya merupakan proses memanusiakan manusia kembali. Gagasan ini berangkat dari suatu
analisis bahwa sistem kehidupan sosial, politik, ekonomi dan budaya, membuat masyarakat
mengalami dehumanisasi. Pendidikan sebagaimana dipraktekan di sekolah sekolah , sebagai
bagian dari sistem masyarakat justru pada kenyataannya menjadi pelanggeng proses dehumanisasi
tersebut.

Dalam konteks PNPM Mandiri Perkotaan, proses pendidikan alternatif (pembelajaran) yang
difasilitasi oleh jajaran konsultan bukan hanya ditujukan terhadap masyarakat yang mengalami
dehumanisasi, akan tetapi juga kepada pihak pihak lain yang terlibat dalam penciptaan situasi
dehumanisasi. Kelompok sasaran pembelajaran bukan hanya di tingkat masyarakat kelurahan/desa
sasaran akan tetapi juga pada level level yang lebih tinggi yaitu di tingkat Kota/Kabupaten sampai
Nasional.

Perubahan atau transformasi sosial yang diharapkan terjadi adalah adanya kesadaran terhadap
struktur yang tidak adil disebabkan oleh sikap dan perilaku manusia yang serakah, tidak adil, tidak
jujur dan sebagainya. Kondisi tersebut menyebabkan adanya dua kelompok besar dalam

7
masyarakat, yaitu kelompok yang menindas, biasanya golongan elite yang mempunyai sumber
kekuasaan dan kewenangan dan kelompok yang tertindas, biasanya orang orang yang jauh dari
sumber kekuasaan, sehingga tidak mempunyai kesempatan dan terpinggirkan. Struktur yang tidak
adil tersebut menyebabkan ketimpangan sehingga menyebabkan kemiskinan pada golongan yang
terpinggirkan. Untuk tercapainya transformasi sosial menuju keberdayaan dan kemandirian
masyarakat (sebagai wujud dari keadilan), perubahan harus terjadi baik pada golongan elite
maupun kelompok marginal. PNPM Mandiri Perktoaan memfasilitrasi proses pembelajaran kritis,
agar semua pihak jadi berdaya dalam pengertian pemberdayaan sejati, yaitu diharapkan semua
pihak sadar dengan kritis akan jati diri dan menjalankan fitrahnya sebagai manusia.

Metodologi Pendidikan Kritis

Filsapat Freire bertolak dari kehidupan nyata, bahwa di dunia ini sebagian besar manusia menderita
sedemikian rupa sementara sebagian lainnya menikmati jerih payah orang lain dengan cara
cara yang tidak adil, dan kelompok yang menikmati ini justru bagian minoritas umat manusia.
Dilihat dari segi jumlah saja menunjukkan bahwa keadaan tersebut memperlihatkan kondisi yang
tidak berimbang, tidak adil. Persoalan itu yang disebut Freire sebagai situasi penindasan.

Bagi Freire, penindasan atau apapun nama dan apapun alasannya, adalah tidak manusiawi, sesuatu
yang menafikan harkat kemanusiaan (dehumanisasi). Dehumanisasi bersifat mendua, dalam
pengertian terjadi atas diri mayoritas kaum tertindas maupun atas diri minoritas kaum penindas.
Keduanya menyalahi kodrat manusia sejati. Mayoritas kaum tertindas menjadi tidak manusiawi
karena hak hak asasi mereka dinistakan, karena mereka dibuat tidak berdaya dan dibenamkan
dalam kebudayaan bisu . adapun minoritas kaum penindas menjadi tidak manusiawi karena telah
mendustai hakekat keberadaan dan hati nurani sendiri dengan memaksakan penindasan bagi
manusia sesamanya.

Freire melihat penindasan juga terjadi dalam proses pendidikan selama ini, yang disebutnya
sebagai banking concept of education. Murid dalam proses pendidikan model bank yang
dipraktekan di sekolah sekolah lebih menjadi objek pendidikan, mereka pasif dan hanya
mendengar, mengikuti dan mencontoh para guru. Proses pendidikan seperti itu bagi Freire tidak
saja bersifat menjinakkan, tetapi bahkan lebih jauh merupakan proses dehumanisasi dan
penindasan.

Dalam konsep pendidkan di atas, anak didik dianggap sebagai objek investasi dan sumber deposito
potensial. Depositor atau investornya adalah para guru yang mewakili lembaga lembaga
kemasyarakatan mapan dan berkuasa., sementara depositnya adalah berupa ilmu pengetahuan
yang diajarkan kepada anak didik. Anak didikpun lantas diperlakukan sebagai bejana kosong yang
akan diisi, sebagai sarana tabungan atau penanaman modal ilmu pengetahuan yang akan dipetik
hasilnya kelak. Jadi guru adalah subjek aktif, sedang anak didik adalah obyek yang pasif yang
penurut, dan diperlakukan tidak berbeda atau menjadi bagian dari relaitas dunia yang diajarkan
kepada mereka., sebagai obyek ilmu pengetahuan teoritis yang tidak berkesadaran. Pendidikan
akhirnya bersifat negatif dimana guru memberi informasi yang harus ditelan oleh murid, yang wajib
diingat dan dihapalkan. Secara sederhana Freire menyusun daftar antagonisme pendidikan gaya
bank sebagai berikut :

Guru mengajar, murid belajar


Guru tahu segalanya, murid tidak tahu apa apa
Guru berpikir, murid dipikirkan
Guru bicara, murid mendengarkan
Guru mengatur, murid diatur
Guru memilih dan memaksakan pilihannya, murid menuruti

8
Guru bertindak, murid membayangkan bagaimana bertindak sesuai dengan tindakan
gurunya
Guru memilih apa yang akan diajarkan, murid menyesuaikan diri
Guru mengacaukan wewenang ilmu pengetahuan dengan kebebasan murid-murid
Guru adalah subyek proses belajar, murid obyeknya.

Oleh karena itu, guru yang menjadi pusat segalanya, maka merupakan hal yang lumrah saja jika
murid-murid kemudian mengidentifikasi diri seperti gurunya sebagai prototip manusia ideal yan
harus ditiru dan digugu, harus diteladani dalam semua hal. Implikasinya adalah bahwa pada
saatnya nanti murid murid akan benar benar menjadikan diri mereka sendiri sebagai duplikasi
guru mereka dulu, dan pada saat itulah akan lahir lagi generasi baru manusia manusia penindas.
Jika di antara mereka ada yang menjadi guru atau pendidik, maka daur penindasan akan segera
dimulai dalam dunia pendidikan, dan demikian seterusnya. Sistem pendidikan, karena itu, menjadi
sarana terbaik untuk memelihara keberlangsungan status quo sepanjang masa, bukan menjadi
kekuatan penggugah ke arah perubahan dan pembaharuan.

Bagi Freire, sistem pendidikan sebaliknya justru harus menjadi kekuatan penyadar dan pembebas
umat manusia. Oleh karena itu Freire selanjutnya mengembangkan suatu pendidikan yang tidak
saja mentransformasikan hubungan guru dan murid yang lebih membebaskan, serta meletakkan
dasar konsep pendidikan yang justru memposisikan murid sebagai subjek pendidikan dengan tidak
saja memperkenalkan berbagai metodologi dan praktek hubungan pendidikan yang bersifat
membebaskan, namun juga membangkitkan kesadaran kritis warga belajar terhadap ketidak adilan
sistemik.

Sistem pendidikan pembaharu ini, kata Freire adalah, pendidikan untuk pembebasan bukan untuk
penguasaan (dominasi). Pendidikan harus menjadi proses pemerdekaan, bukan penjinakan sosial
budaya. Pendidikan bertujuan menggarap relaitas manusia, dan karena itu secara metodologis
bertumpu di atas prinsip prinsip aksi dan refleksi. Prinsip praxis menjadi kerangka dasar sistem
pendidikan Paulo Freire. Praxis adalah manunggal karsa, kata dan karya karena manusia adalah
kesatuan dari fungsi berfikir, berbicara dan berbuat. Setiap waktu dalam prosesnya, pendidikan ini
merangsang ke arah diambilnya suatu tindakan, kemudian tindakan tersebut direfleksikan kembali,
dan dari refleksi itu diambil tindakan yang lebih baik. Anak didik menjadi subyek yang belajar,
subyek yang bertindak dan berpikir, dan pada saat bersamaan berbicara menyatakan hasil
tindakan dan buah pikirannya. Begitu juga sang guru.

Jadi keduanya (murid dan guru saling belajar satu sama lain, saling memanusiakan. Dalam proses
ini, guru mengajukan bahan untuk dipertimbangkan oleh murid dan pertimbangan sang guru
sendiri diuji kembali setelah dipertemukan dengan pertimbangan murid-murid, dan sebaliknya.
Hubungan keduanyapun menjadi subyek subyek, bukan obyek obyek. Obyek mereka adalah
realita. Maka terciptalah suasana dialogis yang bersifat inter subyek untuk memahami suatu obyek
bersama.

Proses Pendidikan Kritis

Suatu penyelenggaraan belajar mengajar, merupakan proses pendidikan kritis harus


mencerdaskan sekaligus bersifat membebaskan pesertanya untuk menjadi pelaku (subjek) utama,
bukan sasaran perlakuan (objek) dari proses tersebut.

9
Ciri ciri Pokok :

Belajar dari pengalaman (realitas kehidupan); yang dipelajari bukan ajaran (teori,
pendapat, kesimpulan, wejangan, nasehat, dsb) dari seseorang , tetapi keadaan nyata masyarakat
atau pengalaman seseorang atau sekelompok orang yang terlibat dalam keadaan nyata tersebut.
Akibatnya, tidak ada otoritas pengetahuan seseorang lebih tinggi dari yang lainnya. keabsahan
pengetahuan seseorang ditentukan oleh pembuktiannya dalam realitas tindakan atau pengalaman
langsung, bukan pada retorika teoritik atau kepintaran omongnya.

Tidak menggurui; karena itu, tak ada guru dan tak ada murid yang digurui. Semua orang
yang terlibat dalam proses pendidikan ini adalah guru sekaligus murid pada saat yang
bersamaan.

Dialogis; karena tidak ada lagi guru atau murid, maka proses yang berlangsung bukan lagi proses
mengajar belajar yang bersifat satu arah, tetapi proses komunikasi dalam berbagai bentuk
kegiatan (diskusi kelompok, bermain peran, dsb) dan media (peraga, grafika, audio visual, dsb)
yang lebih memungkinkan terjadinya dialog kritis antar semua orang yang terlibat dalam proses
pelatihan tersebut.

Agar tetap pada asas asas pendidikan kritis yang menjadi landasan filosofinya, maka panduan
proses belajar harus disusun dalam pelaksanaannya dalam suatu proses yang dikenal sebagai daur
belajar (dari) pengalaman yang distrukturkan. Proses belajar ini memang sudah teruji sebagai
suatu proses belajar yang juga memenuhi semua tuntutan atau prasyarat pendidikan kritis,
terutama karena urutan prosesnya memang memungkinkan bagi setiap orang untuk mencapai
pemahaman dan kesadaran atas suatu realitas sosial dengan cara terlibat (partisipasi), secara
langsung maupun tidak langsung, sebagai bagian dari realitas tersebut.

Pengalaman keterlibatan inilah yang memungkinkan setiap orang mampu melakukan :

Rangkai ulang (rekonstruksi) : yakni menguraikan kembali rincian (fakta, unsur unsur,
urutan kejadian,dll) dari realitas tersebut. Pada tahap ini juga bisa disebut proses mengalami;
karena proses ini dimulai dengan penggalian pengalaman dengan cara melakukan kegiatan
langsung. Dalam proses ini partisipan terlibatkan dan bertindak atau berperilaku mengikuti suatu
pola tertentu. Apa yang dilakukan dan dialaminya adalah mengerjakan, mengamati, melihat dan
mengatakan sesuatu. Pengalaman itulah yang pada akhirnya menjadi titik tolak proses belajar
selanjutnya.

Ungkapan; setelah mengalami, maka tahap berikutnya yang penting yakni proses
mengungkapkan dengan cara menyatakan kembali apa yang sudah dialaminya, bagaimana
tanggapan, kesan atas pengalaman tersebut.

Kaji-urai (analisis); yakni mengkaji sebab akibat dan kemajemukan kaitan kaitan
permasalahan yang ada dalam realitas tersebut yakni tatanan, aturan, sistem, yang menjadi akar
persoalan.

Kesimpulan; yakni merumuskan makna hakekat dari realitas tersebut sebagai suatu pelajaran dan
pemahaman atau pengertian baru yang lebih utuh, berupa prinsip prinsip berupa kesimpulan
umum (generalisasi) dari hasil pengkajian atas pengalaman tersebut. Dengan menyatakan apa
yang dialami dan dipelajari dengan cara seperti ini akan membantu untuk merumuskan, merinci
dan memperjelas hal hal yang telah dipelajari.

Tindakan; tahap akhir dari daur belajar ini adalah memutuskan dan melaksanakan tindakan
tindakan baru yang lebih baik berdasarkan hasil pemahaman atau pengertian baru atas realitas

10
tersebut, sehingga sangat memungkinkan pula untuk menciptakan realitas-realitas baru yang juga
lebih baik. Langkah ini bisa diwujudkan dengan cara merencanakan tindakan dalam rangka
penerapan prinsip-prinsip yang telah disimpulkan.

Proses pengalaman belumlah lengkap, sebelum ajaran baru, atau pengalaman baru, penemuan
baru dilaksanakan dan diuji dalam perilaku yang sesungguhnya. Tahap inilah bagian yang bersifat
eksperimental. Tentu saja proses penerapan pun akan menjadi suatu pengalaman tersendiri pula
dan dengan pengalaman baru itulah daur proses inipun akan dimulai dari awal lagi dan seterusnya.

11
PRINSIP-PRINSIP DASAR MEMFASILITASI
Sumber : Panduan Memfasilitasi Pelatihan Partisipatif, Program Delivery, DFID

Pada umumnya kita sudah berpengalaman terlibat bersama dan bekerjasama dengan orang lain di
dalam semacam kelompok atau organisasi yang mempunyai sesuatu tujuan tertentu. Terdapat
berbagai macam cara dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan. Banyak kelompok atau
organisasi mempunyai seseorang yang ditunjuk dan ditugaskan sebagai pemimpin kelompok atau
ketua organisasi. Orang tersebut memikul tanggung jawab atas apa yang terjadi dalam pertemuan-
pertemuan kelompok atau organisasi. Dia sudah mendapat delegasi wewenang untuk mengambil
inisiatif dan tanggung jawab untuk mengundang anggota-anggotanya dan mengadakan
pertemuan-pertemuan, bertindak sebagai pimpinan sidang, merencanakan agenda dan mungkin
membuat keputusan sehari-hari. Inilah bentuk yang paling umum dari kepemimpinan kelompok
atau organisasi.

Bagaimanapun juga ada sebuah bentuk alternatif fungsi-fungsi kepemimpinan yang lain untuk
disebarluaskan, dipergunakan dan dikembangkan, yaitu semua anggota berbagi dalam tanggung
jawab. Dalam hal ini bagaimana menjadi seorang "pemimpin" dalam sebuah kelompok atau
organisasi dimana semua anggotanya secara bersama-sama berperanserta dalam proses
pembuatan keputusan dan tanggung jawab. Jenis kepemimpinan yang akan kita bahas, yaitu -
MEMFASILITASI atau MEMANDU - dirancang untuk membantu kelompok mampu melaksanakan
fungsinya lebih efektif dengan jalan menghimpun ketrampilan-ketrampilan kepemimpinan dan
potensi dari seluruh anggota.

Pengertian Memfasilitasi

Istilah "memfasilitasi/memandu" sudah dipakai dalam berbagai cara yang berbeda oleh berbagai
orang yang berbeda. Istilah tersebut dipergunakan untuk diartikan sebagai suatu peranan tertentu
dalam sebuah kelompok, yang diasosiasikan dengan nilai-nilai tertentu pula. Dalam pembahasan
ini, akan didefinisikan apa yang disebut dengan "facilitation" (memfasilitasi) dan akan diidentifikasi
nilai-nilai dan tanggung jawab yang menyertainya.

Memfasilitasi berasal dari kata bahasa Inggris "Facilitation" yang akar katanya berasal dari bahasa
Latin "facilis" yang mempunyai arti "membuat sesuatu menjadi mudah". Dalam Oxford Dictionary
disebutkan :"to render easier, to promote, to help forward; to free from difficulties and obstacles".
Secara umum pengertian "facilitation" (fasilitasi) dapat diartikan sebagai suatu proses
"mempermudah" sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Dapat pula diartikan sebagai "melayani
dan memperlancar aktivitas belajar peserta pelatihan untuk mencapai tujuan berdasarkan
pengalaman". Sedangkan orang yang "mempermudah" disebut dengan "Fasilitator" (Pemandu).

Nilai-nilai Dalam Memfasilitasi

Demokrasi : Setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk ikut ambil bagian
dalam proses belajar dimana dia menjadi peserta tanpa prasangka; perencanaan untuk
pertemuan apa saja terbuka luas dan dilakukan secara bersama-sama oleh fasilitator dan
para peserta; agenda dirancang untuk memenuhi kebutuhan para peserta dan terbuka

12
terhadap perubahan-perubahan para peserta; dan untuk jangka waktu selama fasilitator
bekerja dengan mereka itu, tidak ada struktrur organisasi secara hirarkis yang berfungsi.

y Tanggung Jawab : Setiap orang bertanggungjawab atas kehidupan-nya masing-masing,


pengalaman-pengalaman dan tingkah lakunya sendiri. Hal ini mencakup pula pada
tanggungjawab atas partisipasi seseorang di dalam sebuah pertemuan atau pelatihan.
Sebagai fasilitator, bertanggungjawab terhadap rencana yang sudah dibuat, apa yang
dilakukan, dan bagaimana hal ini membawa pengaruh pada isi, partisipasi dan proses pada
pembahasan itu. Fasilitator juga bertanggungjawab atas dirinya sendiri dan apa yang
terjadi pada fasilitator. Fasilitator harus sensitif terhadap bagaimana dan seberapa besar
para peserta bersedia dan mampu memikul tanggungjawab pada setiap pertemuan atau
pelatihan. Melalui pengalaman, para peserta dapat belajar memikul tanggungjawab yang
semakin besar.

Kerjasama : Fasilitator dan para peserta bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama
mereka. Orang mungkin akan mengatakan bahwa kepemimpinan adalah sesuatu yang
dilakukan oleh seseorang terhadap sebuah kelompok. Sedangkan fasilitasi/memandu
adalah sesuatu yang dilakukan oleh seseorang bersama dengan sebuah kelompok.
Kejujuran : Fasilitator mewakili secara jujur nilai-nilai dirinya sendiri, perasaan,
keprihatinan dan prioritas dalam bekerja bersama seluruh peserta pelatihan, dan fasilitator
seharusnya menentukan suasana bagi suatu harapan akan kejujuran dari seluruh peserta.
Ini juga berarti bahwa fasilitator harus jujur dengan dan terhadap peserta dan terhadap
dirinya sendiri menyangkut apa saja yang mejadi kemampuan fasilitator. Fasilitator harus
mewakili dirinya sendiri secara adil dan tidak berusaha untuk berbuat terlalu jauh
melampaui kemampuannya sendiri dalam peranan sebagai fasilitator.
Kesamaan Derajat : Setiap anggota mempunyai sesuatu yang dapat disumbangkan pada
peserta pelatihan dan perlu diberikan kesempatan yang adil untuk melakukan hal itu;
Fasilitator menyadari bahwa dia dapat belajar dari para peserta sebesar apa yang mereka
bisa pelajari dari fasilitator. Pada saat yang sama, setiap peserta mempunyai hak untuk
memilih dan memutuskan untuk tidak ikut ambil bagian pada pokok bahasan tertentu
dalam suatu pertemuan atau pelatihan.

Fungsi dan Peranan Fasilitator

Pekerjaan (fungsi dan peranan) seorang fasilitator ialah memusatkan perhatian pada seberapa baik
peserta pelatihan bekerjasama. Tujuan dan fokus ini ialah untuk memastikan bahwa peserta
sebuah pelatihan dapat mencapai tujuan mereka dalam pelatihan tersebut.

Fasilitator percaya bahwa masing-masing peserta pelatihan dapat memikul tanggungjawab


bersama atas apa yang terjadi, antara lain:

memanggil para peserta untuk mengingatkan mereka akan jadwal pertemuan berikutnya
menjamin bahwa setiap peserta mempunyai kesempatan untuk memberikan sumbangan
pada sebuah diskusi
meninjau dan mengetahui bahwa agenda yang disusun bertujuan untuk melayani tujuan
dan kepentingan peserta pelatihan dan pelatihan itu sendiri.

Akibat pembagian bersama ini yaitu bisa menyamaratakan tanggungjawab atas keberhasilan atau
kegagalan suatu pelatihan dan memberikan kesempatan kepada lebih banyak orang untuk
melakukan pengawasan dalam menentukan apa yang yang terjadi dalam sebuah pelatihan dan
keputusan-keputusan apa yang diambil.

13
Seorang fasilitator dapat memenuhi berbagai jenis kebutuhan yang berbeda dalam bekerja dengan
peserta pelatihan. Hal ini ditentukan oleh tujuan peserta pelatihan untuk datang dan berkumpul
bersama dan segala sesuatu yang diharapkan dari individu yang akan bertindak sebagai fasilitator.

Pengalaman Nyata

Sebagai contoh, anda sudah diminta untuk memberikan presentasi mengenai bidang keahlian anda
(misalnya perencanaan regional) kepada sebuah kelompok yang terdiri dari masyarakat yang
berminat. Tujuan dari pertemuan itu adalah semata-mata hanya bersifat memberikan informasi.

Sebagai nara sumber, anda bisa mempengaruhi dinamika diskusi melalui cara yang anda
pergunakan dalam menyajikan informasi anda, suasana seperti apa yang anda ciptakan dalam
kelompok (terbuka atau tertutup, ringan atau berat) dan oleh sikap yang anda tunjukkan kepada
orang-orang yang bekerja dengan anda.

Suatu isyarat sangat sederhana tanpa kata-kata - dimana anda duduk - dapat mengakibatkan
betapa orang merasa senang dalam suatu diskusi mengikuti presentasi anda. Jika anda duduk pada
bagian depan dari ruangan menghadap para hadirin yang duduk berderetan, dan mempunyai
sebuah podium di depan anda, anda mempunyai baik jarak dalam ruangan maupun benda
penghalang (sebuah obyek tempat berlindung dibaliknya) antara anda sendiri dan anggota
kelompok lainnya. Peserta pertemuan kurang mampu menjadi tantangan anda, dan anda
terlindung dari upaya mendengarkan apa yang dikatakan peserta.

Sebagai tambahan, perhatian peserta terpusat terutama pada anda, tidak diantara mereka sendiri.
Hal ini membuat anda mendapat wewenang yang besar. Pada sisi lain, jika anda dapat duduk
diantara para peserta lainnya, dengan mereka berada di sekeliling anda, maka hal ini secara fisik
akan menyamakan hubungan dan memudahkan terjadinya proses interaksi. Tujuan dari peranan
anda sebagai nara sumber adalah berbagi informasi, dan bukan menempatkan diri anda di atas
kelompok sebagai seorang ahli. Dengan memberikan peluang untuk mereka bebas bertanya dan
mencoba mendapatkan umpan balik, anda bisa menyelesaikan ini dan, selain itu anda bisa belajar
sendiri dari mereka. Contoh sederhana ini akan, kami harap, mendemonstrasikan beberapa segi
dari model fasilitasi itu seperti apa.

Seseorang tidak perlu diberikan label sebagai "fasilitator" agar menggunakan teknik-teknik fasilitasi
didalam sebuah pelatihan. Siapa saja anggota kelompok bisa mengajak kembali kelompok ke bahan
pokok diskusi, menyela pola-pola pertentangan atau kesalahpahaman di antara pihak-pihak lain,
menawarkan atau mengusulkan komentar-komentar yang bersifat menjelaskan/memperjelas,
membuat ringkasan atas kegiatan-kegiatan atau memberikan umpan balik yang bersifat
memberikan penilaian. Di dalam beberapa pelatihan, tanggungjawab ini dibagi merata oleh banyak
orang atau seluruh peserta. Pada pelatihan lainnya, dimana pesertanya kurang terampil dalam hal
proses interaksi belajar, akan mengharapkan fasilitator untuk melakukan peranan ini sendiri saja.

Etika fasilitator

Ada berbagai kemungkinan dan cara dimana peranan dan fungsi fasilitator bisa hilang kendali atau
digunakan secara tidak benar. Hal ini sering terjadi tanpa disadari baik oleh peserta pelatihan
maupun fasilitator. Masalah ini menjadi tanggungjawab fasilitator itu sendiri untuk mencegah
adanya penyalahgunaan posisinya sebagai seorang fasilitator. Menjaga integritas seorang fasilitator
memang jauh lebih mudah jika fasilitator sudah memikirkan dengan seksama etika berikut ini dan
barangkali perlu mendiskusikannya dengan para fasilitator lainnya.

14
Adalah tidak cukup bahwa hanya fasilitator sendiri yang harus mempunyai nilai-nilai
kerjasama dan kesamarataan. Kebanyakan orang terbiasa untuk ikut ambil bagian dalam
pelatihan dimana seseorang bertindak sebagai pemimpin, guru atau seorang ahli dan orang
itu diperlakukan sebagai orang penting, seseorang yang mempunyai wewenang dan
kemerdekaan istimewa. Kecuali jika pelatihan memahami peranan fasilitator, mereka
mungkin akan melihat dan menganggap fasilitator sebagai seorang yang berwenang dan
membiarkan fasilitator mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap mereka. Adalah
penting bagi fasilitator untuk turun dari posisi sebagai "tempat tumpuan" dan membiarkan
peserta pelatihan melihat fasilitator sebagai "manusia". Inilah yang disebut sebagai
peranan fasilitator yang "tidak menakjubkan". Teknik-teknik khusus untuk melakukan hal
ini akan diuraikan lebih jauh
Meskipun fasilitator secara sungguh-sungguh berupaya untuk membuat posisi sebagai yang
"tidak menakjubkan", namun demikian, fasilitator boleh jadi menemukan bahwa orang-
orang bergantung padanya. Mereka mungkin menyerahkan sebagian dari wewenang
mereka sebagai peserta kepada fasilitator dan menunggu serta meminta fasilitator untuk
membuat keputusan, mendefinisikan suatu situasi dan lain-lain. Ini barangkali merupakan
ujian terberat dan terkuat atas nilai-nilai fasilitator itu sendiri apakah fasilitator akan
menerima dan menggunakan wewenang ini, atau apakah fasilitator merefleksikan kembali
kepada peserta pelatihan akan kebutuhan mereka untuk memikul tanggungjawab dan
membuat keputusan dan definisi-definisi tersebut. Godaan untuk menggunakan wewenang
yang didelegasikan kepada fasilitator untuk mengisi kebutuhannya sendiri (meningkatnya
harga diri, manipulasi dari suatu situasi demi untuk keuntungan diri sendiri, meskipun
manfaat sederhana) akan menjadi kuat. Kenyataan bahwa peserta pelatihan
mendelegasikan wewenang pada fasilitator adalah tidak beralasan.
Sebuah potensi penyalahgunaan yang sama timbul dari kenyataan bahwa fasilitator itu
memainkan suatu peranan yang cerdik dan tanpa memerintah. Fasilitator yang pasif,
ramah, bermaksud baik bisa menjadi manipulatif dalam cara-cara dimana seorang
pemimpin yang agresif dan kuat tidak akan pernah bisa menghindarinya. Perbedaan antara
seorang manipulator yang sangat mempesona dan seorang diktator yang keras sekali
mungkin hanya soal apakah peserta pelatihan menyadari atau tidak bahwa mereka sedang
dikuasai dan diawasi oleh pemimpin mereka. Itu menjadi tanggungjawab fasilitator untuk
tidak menggunakan teknik-teknik fasilitasi untuk mengontrol peserta sebuah pelatihan. Ini
memang sungguh terjadi bagi para peserta pelatihan, dan tidak pada peranan
kepemimpinan apa saja secara terbuka, yang sedang menggunakan teknik-teknik ini dalam
suatu pertemuan atau pelatihan.
Tidak ada standard external yang dapat digunakan untuk menilai fasilitator. Siapa saja
boleh menyebut dirinya sebagai "fasilitator", dan hal ini tidak perlu mencerminkan
pengalaman, keterampilan-keterampilan, atau pemahaman seseorang tentang proses
pelatihan. Sayang sekali, ada orang yang menyebut dirinya sebagai fasilitator, menuntut
dari peserta pelatihan atau kelompok sasaran suatu pembayaran yang tinggi, tanpa
meninggalkan sesuatu yang bernilai yang abadi pada mereka. Kami harap para pembaca
panduan ini akan menggunakan informasi yang kami sajikan untuk menjadi lebih efektif
dalam membantu kelompok agar berfungsi dengan baik dan dalam saling berbagi
keterampilan-keterampilan dengan yang lainnya, bukan untuk keuntungan pribadi.
Menjadi seorang fasilitator tidak berarti bahwa fasilitator sudah mempunyai kualifikasi
sebagai seorang ahli psikoterapi, baik bersama dengan sekelompok orang atau perorangan
berdasarkan situasi. Mengingat cakupan "memandu" atau "memfasilitasi" tekanannya pada
nilai-nilai dan perasaan manusia, fasilitator sering dilihat sebagai nara sumber bagi
berbagai masalah psikologis pribadi maupun masalah organisasi. Jadi kadang-kadang para
peserta menghubungi para fasilitator, baik langsung maupun tidak langsung, dengan
kebutuhan emosi mereka. Hal ini dapat diinterpretasikan sebagai suatu pernyataan atas
kekurangan nara sumber yang tersedia bagi permasalahan pribadi dari pada sebagai suatu
komentar atas keterampilan anda sebagai seorang ahli terapi. Harap berhati-hati.

15
Harus diingat juga bahwa fasilitator, tidak dapat berharap bahwa fasilitator akan mencapai
kebutuhan emosionalnya sendiri dalam bekerja dengan peserta pelatihan. Jika fasilitator
menggunakan situasi fasilitasi untuk memuaskan beberapa keinginan pribadi (perlu
perhatian, respek, kekuasaan, bersahabat, menemukan kekasih), maka hal fasilitator tidak
bisa melakukan sesuatu dengan baik dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan peserta
pelatihan. Sering dalam pelatihan, kelompok-kelompok orang-orang menciptakan persepsi-
persepsi secara sepihak di antara mereka, yang mengakibatkan pada interaksi-interaksi
yang intensif. Jika fasilitator menjadi terlibat secara khusus dengan seorang peserta (atau
sekelompok kecil peserta) dan dia mengabaikan yang lainnya, boleh jadi dia akan dilihat
sebagai seorang penyokong dari seseorang atau orang-orang dimana dia terlibat bersama.
Hal ini bisa merusak seluruh peserta pelatihan. Jika ditemukan sesuatu daya tarik tertentu,
ikuti terus menurut kesempatan yang ada.

Pada akhirnya, adalah tanggungjawab fasilitator untuk merasa yakin bahwa peserta pelatihan
menyadari apa yang sedang dilakukan bersama mereka: apa saja yang menjadi tujuan fasilitator,
bagaimana dia berharap untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka, apa yang bisa diberikan
kepada mereka dan bagaimana akan dilakukannya.

Adalah tanggungjawab fasilitator itu sendiri untuk mewakili dirinya sendiri secara adil, terbuka
menerima kiritik dari peserta pelatihan (fasilitator berada disana sehingga bermanfaat bagi
mereka), dan untuk mempertimbangkan merubah tujuan fasilitator guna memenuhi tujuan peserta
pelatihan. Adalah hak peserta pelatihan untuk meminta pertanggungjawaban fasilitator atas apa
yang diperbuat oleh fasilitator bersama dengan mereka.

Salah satu tujuan dari buku pedoman ini ialah untuk membantu fasilitator untuk menggunakan
pengetahuan, pemikiran dan keterampilan dasar yang sudah dipunyai dalam bekerja dengan
peserta pelatihan. Dari waktu ke waktu kami akan mendesak fasilitator untuk menggunakan
intuisinya sendiri. Hal ini tidak selalu berarti mengambil jalan keluar yang gampang atau mengikuti
arah yang paling menyenangkan. Begitu seorang fasilitator mendapat pengalaman dalam hal
memfasilitasi, dia belajar untuk mempercayai perasaan inti dari arah dalam menentukan tingkah-
laku terbaik dalam suatu situasi tertentu berdasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan, dan suatu
pemahaman atas manusia sebagai individu-individu dan dalam kelompok, apakah tingkah-laku ini
menyenangkan atau janggal, menggembirakan atau tidak menggembirakan, mudah atau sukar.

Seseorang tidak akan langsung menjadi seorang fasilitator yang efektif hanya membaca sebuah
buku. Anda perlu menggabungkan pengalaman, umpan-balik, observasi dan refleksi guna
membangun kompetensi. Kami menemukan bahwa pengalaman adalah alat pelatihan yang paling
efektif.

16
Modul 2
Topik: Metode dan Media Pembelajaran

Kualitas pemahaman peserta terhadap metode fasilitasi dan media


pembelajaran mengalami peningkatan

Diskusi berputar review penerapan pengalaman berstruktur

3 Jpl ( 135 )

Bahan Bacaan:
1. Modul Pelatihan Dasar 1 Fasilitator : Teknik Fasilitasi
2. Bebagai Metode Diskusi
3, Media Belajar dalam Pelatihan Partisipatif

4. 10 Strategi Membentuk Kelompok Belajar


5. 10 Petunjuk Memfasilitasi Diskusi
6. 10 saran untuk Memperbaiki Ceramah

Kerta Plano dan Metaplan


Kuda-kuda untuk Flip-chart
Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

17
Diskusi Berputar Review Penerapan Pengalaman Berstruktur

1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan mulai pembahasan modul metode dan media
pembelajaran, dengan tujuan : kualitas pemahaman peserta terhadap metode dan media
pembelajaran meningkat.
2) Ingatkan kepada peserta mengenai teknik fasilitasi yang sudah dibahas dalam pelatihan dasar
1 yang sudah lalu terutama mengenai pengalaman berstruktur, metode dan media
pembalajaran.

3) Bagilah peserta ke dalam 3 kelompok, kemudian masing masing tugaskan untuk membahas :
Kelompok 1
Tahapan pengalaman berstruktur (daur belajar orang dewasa)
Bagaimana mengembangkan pertanyaan pertanyaan kunci dalam pengalaman
berstruktur?.
Bagaimana pengalaman di lapangan dalam menerapkan pendekatan pembelajaran
ini?
Kelompok 2
Apa metode (teknik) yang bisa digunakan dalam memfasilitasi yang sesuai dengan
prinsip prinsip pembelajaran partisipatif.?
Apa yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan metode?
Bagaimana pengalaman menerapkan berbagai metode tersebut di lapangan?
Kelompok 3
Media apa saja yang bisa digunakan sebagai alat bantu pembelajaran?
Apa yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan media?
Bagaimana pengalaman dalam menggunakan media bantu dalam fasilitasi?

4) Setelah selesai diskusi kelompok, bahaslah hasilnya dengan melakukan diskusi berputar. Lihat
petunjuk diskusi dalam Lembar Kerja,

5) Refleksikan bersama hasilnya dalam pleno kelas, pemandu memberikan tips tips dalam
memfasilitasi pelatihan sebagai masukkan bagi peserta.

6) Jelaskan kepada peserta bahwa pada dasarnya memfasilitasi proses pembelajaran di lapangan
dan dalam pelatihan di kelas prinsip prinsip nya sama, hanya saja di lapangan pembelajaran
yang dilakukan lebih nyata dalam kehidupan sehari hari atau sering disebut dengan istilah
Sekolah tanpa dinding.

18
MEDIA BELAJAR dalam PELATIHAN PARTISIPATIF
Pengertian dan Manfaat

Media belajar adalah alat bantu dalam kegiatan pembelajaran yang jenis dan bentuknya bermacam
macam. Dalam menyiapkan dan merancang media belajar, fasilitator perlu menyesuaikan metode
yang dipergunakan. Sedangkan metode belajar ini, disesuaikan dengan tujuan belajar. Di dalam
pembahasan satu topik (materi) belajar, biasanya :
Dipergunakan variasi metode belajar
Dipergunakan variasi media belajar yang sesuai

Media belajar bermanfaat untuk :

Alat bantu Pemandu untuk memberi penjelasan kepada warga belajar.


Meningkatkan dan mendorong partisipasi dan keaktifan peserta belajar, artinya : media
sebaiknya dibuat sederhana dan mudah dipergunakan oleh peserta.
Menimbulkan daya tarik belajar, artinya : media belajar sebaiknya bervariasi, menarik dan
kalau perlu dengan menggunakan visualisasi (gambar)
Meningkatkan pemahaman peserta, artinya : media belajar sebaiknya membentu
memperjelas materi yang sedang dibahas, khususnya hal hal abstrak yang sulit dijelaskan
dengan kata kata.

Jenis Media Belajar

Media belajar yang biasa dipergunakan, terdiri dari banyak jenis dan bentuk. Seorang Pemandu,
perlu memiliki kreativitas dan keterampilan untuk membuat media belajarnya sendiri. Jenia media
belajar antara lain :

Lembar penugasan (kelompok/perorangan)


Lembar kasus/Cerita
Lembar praktek (panduan praktek)
Skenario bermain peran (role play/drama/frgamen)
Bahan permainan/teka teki
Gambar sederhana
Plastik transparansi
Kartu metapaln (yang sudah diisi tulisan
Komik/cerita bergambar
Gambar/foto/poster
Tayangan Video
Kaset cerita
Boneka/wayang (puppet show)
Lembar balik (flip chart)
Dan sebagainya

Beberapa jenis media seperti modul, buklet, buku, komik, fotonovela yang isinya lebih panjang
(banyak), bisa dianjurkan sebagai bahan bacaan untuk peserta belajar, apabila diperlukan.

19
Media seperti leaflet, bosur, jarang dipergunakan sebagai media pelatihan karena biasanya juga
bersifat informasional (bahan bacaan).

Bahan dan Alat Pelatihan

Bahan dan alat peltihan terkadang merupakan media belajar, tetapi terkadang hanya merupakan
perlengkapan belajar saja. Contohnya :
Dalam bermain peran, diperlukan sayur-sayuran hijau untuk tokoh ibu yang sedang
menyampaikan contoh makanan berzat besi tinggi; sayur sayuran hijau dalam kegiatan
ini merupakan bahan atau perlengkapan saja, bukan media belajar.
Tetapi dalam pembahasan materi tentang makanan bergizi, contoh sayur-sayuran menjadi
media belajar (bahan peragaan) untuk membahas jenis zat gizi yang terkandung di
dalamnya.

Apabila alat/bahan tidak dipergunakan sebagai sarana langsung dalam proses pembelajaran, maka
tidak termasuk ke dalam media pembelajaran. Beberapa bahan/alat pembelajaran yang biasanya
dipergunakan adalah :

Papan tulis biasa, white board, magentic board


Kertas plano
Kuda kuda flip chart
Proyektor (slide, film,video)
Kartu kartu metaplan (dibuat dari karton manila bermacam warna dengan - bn ukuran
tertentu
Bahan bahan praktek/peragaan
Ruangan yang cukup luas untuk 25-30 orang (bisa bergerak leluasa, melakukan diskusi
kelompok, permainan yang tidak dinamis, dsb)
Kursi dan meja yang tidak mengganggu ruang gerak peserta. Dalam pelatihan partisipatif,
sebaiknya digunakan kursi yang memiliki meja lengan, sehingga tidak perlu pakai meja lagi,
dan peserta leluasa berpindah atau bergerak. Kalaupun tidak ada kursi bermeja lengan,
jangan pakai meja besar/panjang yang menghabiskan tempat dan menghalangi.
Buku tulis, bolpoint, penghapus, supidol, selotip, gunting, paper-clip (penjepit kertas),
stapler dan sebagainya.

Menentukan dan Mempersiapkan Media Belajar

Dalam menentukan media belajar untuk pelatihan, Pemandu menyesuaikan dengan kebutuhan
setiap materi belajar. Seperti yang telah disampaikan di atas, setiap metode yang dipergunakan
akan membutuhkan media tertentu. Karena itu, buatlah tabel check list kebutuhan media untuk
seluruh pelatihan agar tidak ada yang terlupa.

Karena di dalam pelatihan biasanya Pemandu merupakan tim, maka untuk mempersiapkannya bisa
dibagi tugas. Koordinator tim Pemandu kemudian mencek apakah masing masing pemandu
sudah siap dengan media yang perlu digunakan untuk masing masing topik bahasan.

Dalam mempersiapkan media belajar, Pemandu perlu mempertimbangkan hal hal sebagai berikut
:

Media gambar; apabila digunakan di dalam diskusi umum (pleno), sebaiknya ukurannya
cukup besar (ukuran poster), supaya bisa dilihat dengan jelas oleh seluruh peserta di

20
dalam kelas. Media gambar yang dibuat sendiri, bisa dibuat dengan kertas lebar (plano).
Apabila ukurannya kecil (ukuran kartu atau kertas HVS), hanya cocok digunakan dalam
diskusi keplompok atau tugas perorangan.

Media tulisan; apabila digunakan di dalam diskusi umum (pleno), tulisan sebaiknya dibuat
dalam bentuk huruf balok, dengan ukuran besar, supaya bisa dibaca oleh seluruh peserta
di dalam kelas. Tulisan bisa dibuat di atas papan tulis atau kertas lebar (plano). Apabila
tersedia overhead proyektor, tulisan bisa dibuat di atas plastik transparans dan diperbesar
oleh proyektor.Saat ini juga biasa digunakan alat bantu LCD (In focus) yang diasmbungkan
ke komputer sebagai media bantu. Hanya perhatikan prisnsip-prinsip pembuatan media
transparan baik memakai OHP maupun LCD, bentuk huruf sebaiknya balok, ukuran paling
sedikit (paling kecil) 18 font (menurut ukuran komputer) dan isinya hanya point pointnya
saja (kalimat kunci).

Media audio-visual; sebelum dipergunakan dalam pembahasan materi di kelas, media


sudah dipersiapkan dan dicoba terlebih dahulu. Yang perlu diperhatikan adalah jarak
pandangan peserta terhadap gambar, dan volume suara, agar seluruh peserta bisa melihat
dan mendengar secara jelas. Semakin canggih media yang diperlukan, Pemandu juga
semakin memerlukan fasilitas pendukung (listrik, layar, proyektor, kabel dan sebagainya).

PENGGUNAAN MEDIA

Apa Kegiatan Belajar ?

Kegiatan belajar merupakan kegiatan sehari hari yang dilaksanakan oleh fasilitator atau
bersama masyarakat sasaran untuk menambah pengetahuan dan keterampilan yang dapat
meningkatkan kesadaran dan memperbaiki kehidupan masyarakat.

Kegiatan belajar seperti ini tidak sama dengan kegiatan belajar di sekolah, karena bahan
belajarnya ditetapkan berdasarkan kebutuhan kelompok yang benar benar bermanfaat
dalam kehidupan praktis sehari hari.

Begitu juga dengan cara belajarnya, dilaksanakan lebih informal, santai dan bebas, sesuai
dengan kreativitas kelomok itu sendiri. Tidak ada yang bertindak sebagai guru dalam
kegiatan belajar ini karena pengetahuan dan pengalaman setiap peserta bisa
disumbangkan.

Sebagai fasilitator, pendamping atau kader perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan
baru karena seringkali mereka diharapkan juga untuk menjadi narasumber oleh kelompok
belajar.

Mengapa Menggunakan Media dalam Kegiatan Belajar

Berkomunikasi dengan masyarakat ( kelompok dampingan) merupakan pekerjaan terpenting


pendamping atau kader. Proses komunikasi terutama terjadi dalam kegiatan kegiatan belajar,
baik berupa pertemuan perencanaan program, diskusi mengenai suatu materi atau permasalahan,
praktek maupun pelatihan.

Media yang dipilih untuk suatu kegiatan belajar harus sesuai dengan tujuan belajar yang ingin
dicapai. Tetapi selain memilih media yang tepat, perlu juga diperhatikan cara menggunakan media

21
secara baik dan benar. Sebab bentuk media apapun yang digunakan, meskipun dirancang dengan
baik, tanpa
difasilitasi dengan baik proses diskusinya, media media tidak akan mengsilkan dampak seperti
yang diharapkan. Untuk itu, keterampilan memfasilitasi diskusi dengan menggunakan media
merupakan faktor yang menentukan bagi pengguna media.

Langkah Langkah Menggunakan Media

Berikut ini pedoman umum yang dapat dijadikan acuan dalam menggunakan media secara tepat :

Persiapan

Langkah langkah persiapan :


Mempelajari dan menguasai materi dan tujuan belajarnya sendiri, karena media hanyalah
alat Bantu dari kegiatan belajar. Tidak ada salahnya fasilitator mempersiapkan catatan-
catatan singkat mengenai isu isu kunci yang akan diajukan sebagai penggerak diskusi.

Mempelajari fungsi media berdasarkan tujuan belajar yang bersangkutan, apakah media
yang akan disajikan itu untuk motivasi, penyadaran atau instruksi teknis.

Memperhatikan bentuk media yang akan digunakan, apakah akan menggunakan poster,
poster seri, atau brosur. Ini akan berhubungan dengan kemampuan kelompok diskusi
dalam menyimak kajian diskusi. Misalnya, media brosur atau buklet kurang tepat
digunakan untuk kelompok yang terbatas kemampuan membacanya. Untuk kelompok ini,
poster tunggal atau postr seri akan lebih tepat.

Memperhatikan jumlah peserta yang dianjurkan dan tata ruang yang tepat dalam
menggunakan media tersebut. Misalnya tayangan video/slide dapat disajikan untuk semua
peserta dalam sebuah kelas belajar 20 orang, tetapi fotonovela berbentuk buklet hanya
bisa dipergunakan dalam kelompok-kelompok kecil. Untuk kebutuhan ini, tata ruang yang
tepat perlu dipersiapkan sejak awal.

Mempelajari cara menggunakan media tersebut. Sebaiknya media itu dicoba terlebih
dahulu sebelum dipergunakan dalam kelompok belajar, terutama media yang memerlukan
alat Bantu seperti tayangan slide/video misalnya.

Persiapan akan lebih mudah apabila media yang akan digunakan memiliki
pedoman penggunaannya. Pedoman ini biasanya menjelaskan mengenai fungsi
media, jumlah pesera maksimal yang dianjurkan, langkah langkah dan cara
menggunakannya serta tata ruang yang dianjurkan.

Bahan/materi belajar harus disusun oleh fasilitator karena biasanya media-media


diskusi memuat hanya informasi-informasi secara tebatas (yang penting-penting
saja). Banyak media mencantumkan materi, karena media dipergunakan untuk
membahas satu kasus setelah materi dari fasilitator didiskusikan.

22
Pelaksanaan

Sebelum memulai pertemuan/diskusi, ciptakan suasana yang santai, sehingga peserta tidak
merasa berada dalam sebuah kelas belajar, melainkan dalam kelompok diskusi informal.
Bisa juga dimulai dengan permainan atau crita lucu.

Kemudian sampaikan maksud dan tujuan dilaksanakannya kegatan belajar serta topik yang
akan dibahas.

Sampaikan dan sepakati bersama dengan peserta mengenai perkiraan waktu yang
diperlukan untuk kegiaatan ini.

Mulailah kegiatan belajar sesuai dengan langkah langkah yang dipersiapkan. Pergunakan
media yang telah dipersiapkan untuk menyampaikan informasi belajar. Media akan lebih
baik bila dipergunakan sebagai bahan diskusi sehingga kegiatan belajar lebih ontraktif (
timabl balik)

Fsilitator harus selalu menjaga agar media dapat dilihat secara jelas oleh seluruh peserta.
Fasilitator yang menyajikan media agar selalu dalam posisi berhadapan dengan peserta
diskusi dan tidak menghalangi pandangan peserta kepada media.

Fasilitator memancing diskusi dengan mengajukan pertanyaan pertanyaan yang berkisar


pada tanggapan mengenai isi/pesan yang terkandung dalam media. Misalnya : apa yang
dapat kita lihat dari poster ini ? Mengapa hal itu terjadi ? Apa akibat dari hal tersebut ?
Bagaimana cara mencegah agar tidak terjadi ? Apakah hal seperti itu terjadi di kampung ini
?

Tips praktis

Jangan sampai media dipergunakan alat ceramah atau penyuluhan sebab fungsi
utama media adalah untuk membantu peserta terlibat dalam kegiatan belajar
yang interaktif.

Fasilitor sebaiknya berusaha agar setiap peserta dapat turut aktif dalam diskusi.
Usahakan agar fasilitator tidak memonopoli pembicaraan, sehingga dapat
mengemukakan tanggapan atau pendapatnya.

Tanggapan atau jawaban dari peserta sebaiknya ditulis di papan tulis atau pada
kertas plano ( ditempel di tembok ), karena peserta akan bisa mengingat dengan
lebih baik apabila mereka melihat dan membaca daripada hanya mendengarkan
saja. Selain itu hasil tersebut akan memancing peserta untuk lebih berpartisipasi
dalam diskusi, karena usulan atau tanggapan mereka dianggap
penting/diperhatikan .

23
Setelah diskusi

Apabila kita menjelaskan hal-hal yang bersifat teknis, akan lebih mudah memahaminya
langsung dengan praktek daripada hanya membahas teori saja. Namun perlu diingat pula
bahwa praktik yang dilakukan tanpa dasar dasar atau teori yang kuat, bisa menjadi
kacau. Untuk itu diskusikan terlebih dahulu teori dengan alat Bantu media, baru kemudian
mempraktekan di lapangan. Sepakati waktu yang tepat untuk melakukan praktek ini.

Lakukan evaluasi kegiatan setelah diskusi dan praktek di lapangan. Cobalah untuk mengkaji
apakah peserta mempraktikan seperti yang telah didiskusikan dan yang disarankan dalam
media ? mengapa demikian ?

Hasil evaluasi dapat menjadi bahan pertimbangan bagi rencana belajar/kerja selanjutnya.
Bisa jadi pada pertemuan berikutnya masih diperlukan media dalam bentuk dan jenis yang
berbeda. Jika demikian, maka kita perlu membuat rencana lagi dan mengembangkan alat
Bantu yang sesuai dengan kebutuhan.

24
10 STRATEGI MEMBENTUK KELOMPOK-KELOMPOK BELAJAR
(Dikutip dari Active Learning Mel Silberman)

Bekerja dengan sekelompok kecil merupakan bagian signifikan dari belajar aktif. Sungguh penting
untuk membentuk kelompok-kelompok secara tepat dan efisien, pada saat yang sama, mengubah-
ubah komposisi dan kadangkala ukuran kelonpok-kelompok seluruh kelas. Pilihan-pilihan berikut
adalah alternatif menarik bagi peserta didik memilih kelompok-kelompok mereka sendiri atau
membagi pada jumlah yang telah anda tentukan.
1. Mengelompokan Kartu, tentukan berapa banyak peserta didik yang ada di kelas dan
berapa banyak kelompok-kelompok yang berbeda yang anda inginkan pada seluruh sesi.
Sebagai contoh, pada sebuah kelas berjumlah 20 peserta, satu aktivitas mungkin untuk
empat kelompok yang beranggotakan 5 peserta; yang lain untuk lima kelompok
beranggotakan 5 peserta; yang lain lagi untuk enam kelompok beranggotakan 3 peserta
dengan dua pengamat. Tandailah kelompok-kelompok ini dengan menggunakan titik
(berwarna merah, biru, hijau, dan kuning untuk 4 kelompok), stiker dekoratif (lima stiker
yang berbeda pada tema umum untuk loma kelompok sebagai contoh singa, kera,
harimau, jerapah, gajah), dan sebuah nomor (dari nomor 1-6 untuk enam kelompok).
Secara random tempatkan nomor, titik berwarna stiker pada sebuah kartu untuk setiap
siswa dan masukan kartu pada materi peserta. Ketika anda siap untuk membentuk
kelompok-kelompok anda, identifikasikan kode yang anda gunakan dan arahkan peserta
didik untuk menggabungkan kelompok mereka pada suatu tempat yang telah ditentukan.
Pada peserta akan dapat bergerak dengan mudah pada kelompok-kelompok mereka,
menghemat waktu dan memperkecil kebingungan. Untuk menjadikan proses lebih efisien,
anda dapat menempatkan tanda yang menunjukan daerah pertemuan kelompok.
2. Teka-teki (Puzzles) : dapatkan teka-teki menyusun potangan-potangan gambar peserta
didik atau buatkan sendiri dengan meotong-motong gambar dari majalah; tempelkan
gambar-gambar itu pada sebuah kartu; potong-potonglah mereka pada bentuk; ukuran
dan jumlah yang diinginkan. Pilihlah nomor teka-teki sesuai dengan nomor kelompok yang
anda inginkan. Pisahkan teka-teki, campurlah potongan-potongan itu, dan berilah setiap
peserta sebuah teka-teki. Ketika anda siap untuk membentuk kelompok-kelompok anda,
perintahkan peserta untuk menempatkan ini dengan potongan-potongan lain yang
diperlukan untuk melengkapi teka-teki.
3. Menentukan teman-teman atau keluarga fiksi yang terkenal Buatlah daftar anggota
keluarga atau teman-teman secara fiksi yang terkenal dalam kelompok-kelompok yang
terdiri dari tiga atau empat (seperti peterpan, tingker Bell, Capten Hook, Wendy, Alice,
Cheshire Cat, Queen of Heart, Mad hatter, Superman, Loin Lane, Jimmy Olsem, Clark
Kent). Pilihlah nomor yang sama dari ciri dasar fiksi sebagaimana ayang ada pada peserta
didik. Tuliskan nama-nama fiksi pada kartu-kartu indeks, satu pada setiap kartu, buatlah
sebuah kelompok keluarga dari kartu. Kocoklah kartu-kartu itu dan berikan setiap peserta
sebuah kartu dengan nama fiksi. Ketika anda siap untuk membentuk membentuk
kelompok, suruhlah peserta untuk mendapatkan anggota-anggota lain dari keluarga
mereka. Kelompok terkenal lengkap, mereka dapat memperoleh tempat berkumpul.
4. Tanda pengenal nama, gunakan tanda pengenal nama dari bentuk dan atau warna yang
berbeda-beda untuk menandai kelompok yang berbeda-beda.
5. Hari Kelahiran, suruhlah peserta didik untuk antri menurut kelahirannya, kemudian
bagilah pada jumlah kelompok yang anda perlukan untuk aktifitas tertentu. Dalam kelas-
kelas besar, bentuklah kelompok-kelompok menurut bulan kelaihran, sebagai contoh, 60
peserta dapat dibagi menjadi 3 kelompok yang berukuran sama dengan menyusun

25
kelompok dari para peserta yang dilahirkan pada (1) Januari, Februari, Maret, dan April, (2)
Mei, Juni, Juli dan Agustus, dan (3) September, Oktober, dan Nopember.
6. Kartu Permainan, Gunakan sebuah meja kartu permainan untuk membentuk kelompok,
sebagai contoh, gunakan yoker, queen, king dan kartu As untuk membentuk empat
kelompok dengan empat anggota dan tambahkan nomor kartu sesuai dengan nomor
peserta didik. Acaklah kartu-kartu itu dan berikan setiap peserta satu kartu. Kemudian
peserta langsung menunjuk yang lain dari jenis mereka untuk membentuk sebuah
kelompok.
7. Menulis Nomor, tentukan nomor dan ukuran dari kelomok-kelompok yang akan anda
bentuk, letakan nomor pada kertas slip individual, dan letakan mereka pada sebuah kotak.
Para peserta menulis sebuah nomor dari kotak itu untuk menunjuk kelompok yang mereka
miliki. Sebagai contoh, jika anda menginginkan 4 kelompok dengan empat anggota, anda
harus memiliki 16 kertas slip dengan 4 anggota setiap nomor 1-4.
8. Selera permen: berilah peserta didik sebungkus permen gula keras dari berbagai selera /
rasa untuk menunjuk kelompok. Sebagai contoh, 4 kelompok anda dapat berupa limun,
gula mentega, cherry dan mint.
9. Pilihlah hal-hal yang serupa : pilihlah permainan anak-anak pada sebuah tema umum
dan gunakan mereka untuk membentuk kelompok. Sebagai contoh : anda dapat memilih
tranportasi dan menggunakan mobil, kapal terbang, kapal laut dan kereta api. Setiap
peserta hendaknya menggambar sebuah mainan dari kotak dan menempatkan yang lain
dengan permainan yang sama untuk membentuk sebuah kelompok.
10. Materi peserta didik : anda dapat menandai materi belajar peserta dengan
menggunakan kertas klip berwarna, materi berwarna atau stiker pada penyangga untuk
menentukan kelompok.

26
10 PETUNJUK KETIKA MEMFASILITASI DISKUSI
Diskusi kelas berperan sangat penting dalam belajar aktif. Dengan mendengarkan keluasan
ragam pandangan menantang peran peserta. Peran anda selama diskusi kelompok adalah
memfasilitasi jalannya komentar dari peserta. Sekalipun ini tidak perlu untuk menyela setelah
setiap siswa berbicara, secara periodik membantu kelompok agar berkontribusi mereka dapat
bermanfaat. Inilah sepuluh poin menu fasilitas yang digunakan ketika anda memimpin
kelompok diskusi.
1. Membuat parafrase yang dikatakan peserta didik sehingga menjadi sesuatu yang mudah
difahami oleh peserta lain dan dapat diperoleh kesimpulan dari apa yang telah dikatakan
pada waktu yang lebih lama:
Sehingga apa yang anda katakan adalah bahwa anda telah sangat berhati-hati mengenai
kata-kata yang anda gunakan karena peserta tertentu mungkin tersinggung olehnya.
2. Cek pemahaman anda pada kata-kata peserta atau suruhlah ia untukmengklarifikasikan
apa yang ia katakan :
Apakah anda mengatakan bahwa kebenaran politis ini telah terlalu jauh? Saya tidak yakin
bahwa saya betul-betul memahami apa yang anda maksud. Dapatkah anda mengulangi
lagi.
3. Melengkapi satu komentar yang menarik atau mendalam :
Itu poin bagus, saya senang bahwa anda membawakan itu pada perhatian kita.
4. Elaborasi kontribusi peserta didik pada diskusi dengan contoh-contoh, atau sarankan
sebuah cara baru untuk melihat problem :
Komentar anda menyediakan poin menarik dari perspektif minoritas, kita juga dapat
mempertimbangkan bagaimana mayoritas memandang situasi yang sama.
5. Membangkitkan diskusi dengan mempercepat langkah, dengan menggunakan humor,
atau jika perlu mendesak kelompok untuk memberi kontribusi lebih.
Oh saya, kita memiliki peserta didik yang diam di kelas ini! Inilah tantangan untukmu.
Untuk dua menit mendatang, mari kita lihat berapa banyak kata yang anda pikirkan yang
tidak lagi dapat diterima secara politis.
6. Tidak setuju pada komentar peserta untuk mendorong diskusi lebih lanjut.
Saya dapat melihat darimana anda mulai, namun saya tidak percaya apa yang anda
deskripsikan selalu sesuai dengan masalah. Apakah peserta lain memiliki pengalaman yang
berbeda dari pengalaman jim?
7. Tengahilah berbagai perbedaan pendapat antara peserta didik, dan kurangi ketegangan
yang ada.
Saya kira bahwa Susan dan Mary tidak betul-betul bertentangan satu dengan yang lain
namun hanya perbedaan sisi pandang dari keduanya terhadap isu ini.
8. Gabungkan ide-ide, tunjukan hubungan mereka satu dengan yang lain.
Sebagaimana anda dapat melihat komentar dari Dan dan Jean, kata-kata yang kita
gunakan bisa menyinggung siswa. Keduanya telah memberi contoh bagaimana mereka
merasa eksklusif dengan kata-kata yang didasarkan pada jender.
9. Ubahlah proses kelompok dengan alternatif metode untuk memperoleh partisipasi atau
memindahkan kelompok pada tingkat evaluasi ide yang telah ditempatkan di depan
kelompok.
Mari kita bagi pada kelompok-kelompok kecil dan lihatlah jika anda dapat menentukan
dengan beberapa kriteria untuk menetapkan penggunaan kata yang sensitif pada jender.
10. Simpulkan (dan rekamlah, jika diperlukan) pandangan-pandangan utama dari kelompok.

27
Saya telah mencatat tiga ide utama yang berasal dari diskusi kelompok dimana kata-kata
itu menyakitkan : (1) mereka menyisihkan beberapa peserta, (2) mereka menghina
beberapa peserta (3) mereka ditentukan hanya oleh kultur mayoritas.

28
10 SARAN UNTUK MEMPERBAIKI CERAMAH

Ceramah adalah sebuah metode mengajar yang paling di sukai, tetapi apakah ini memiliki tempat
pada lingkungan belajar aktif? Digunakan terlalu sering, ceramah tidak akan pernah mengarah ke
belajar, tetapi berkali-kali ketika ini dapat dilakukan secara ekektif. Karena itu pengajar hendaknya
membangun daya tarik dulu, memaksimalkan pengertian dan ingatan, melibatkan peserta didik
selama ceramah, dan memberi penguatan apa yang telah disajikan. Inilah beberapa pilihan untuk
melakukan hal itu.

Membangun Minat
1. kemukakan ceritera atau visual yang menarik : sajikan anekdot, ceria fiksi, atau
grafik yang relevan yang dapat memenuhi perhatian peserta didik terhadap apa yang anda
kerjakan.
2. Buatlah kasus problem : kemukan suatu problem di sekitar ceramah yang akan disusun.
3. Test Pertanyaan : berilah peserta didik sebuah pertanyaan (apakah mereka telah
memiliki sedikit pengetahuan sebelunya) sehingga mereka akan termotivasi untuk
mendengarkan ceramah anda untuk menjawabnya.

Memaksimalkan Pemahaman dan Ingatan


4. Headlines : beri poin poin utama dari ceramah pada kata-kata kunci yang berfungsi
sebagai sub-hiding verbal atau alat bantu ingatan.
5. Contoh dan Analogi : kemukakan ilustrasi kehidupan nyata mengenai gagasan dalam
ceramah dan, jika mungkin, buatkan perbandingan antara meteri antara materi anda dan
pengetahuan dengan pengelaman yang telah peserta didik alami.
6. Alat Bantu Visual : gunakan flip chart, transparansi, hand out singkat dan demontrasi
yang membantu siswa melihat dan mendengarkan apa yang anda katakana.

Melibatkan Peserta didik selama Ceramah


7. Tantangan Spot : Hentikan ceramah secara periodik dan tantanglah (mintalah) peserta
didik untuk memberi contoh dari konsep yang disajikan untuk menjawab pertanyaan kuis
spot.
8. Ltihan-latihan yang memperjelas : seluruh penyajian, selingi aktivitas-aktivitas singkat
yang memperjelas poin-poin yang anda buat.

Memberi Daya penguat Cearamah


9. Aplikasi Problem : ajukan problem atau pertanyaan pada peserta didik untuk
diselesaikan dengan didasarkan pada informasi yang diberikan waktu ceramah.
10. Review peserta didik : suruhlah peserta saling mereview isi ceramah satu dengan yang
lain, atau berilah mereka mereview test dengan menskor sendiri.

29
Metode Diskusi

Tukar Pemikiran/Pendapat
Kegiatan ini dapat digunakan untuk merangsang keterlibatan peserta dalam proses belajar. Strategi
ini juga memperingatkan peserta agar menjadi pendengar yang hati hati dan membuka diri
mereka sendiri tedap berbagai macam sudut pandang.

Langkah langkah :

Siapkan beberapa pertanyaan pertanyaan atau statemen yang provokatif, menantang,


mengundang untuk dikaji, meminta opini mereka mengenai sebuah isu materi belajar yang
akan dibahas. Contohnya : Sikap sikap apa yang seharusnya dimiliki oleh fasilitator
PNPM Mandiri Perkotaan ? . Atau Fassilitator diperbolehkan menerima hadiah dari
masyarakat untuk alasan sopan santun . Jumlah pertanyaan atau statemen tadi setengah
dari peserta.

Berilah masing-masing pesert sebuah kartu nama. Mintalah agar mereka menuliskan nama
masing masing dan memakainya.

Bagikan statemen atau pertanyaan yang telah disipkan kepada setengah dari peserta,
masing-masing mendapatkan satu kartu pertanyaan/statmen.

Mintalah peserta untuk berpasangan dan memperkenalkan diri pada orang lain, kemudian
setiap pasangan tukar menukar respon terhadap pesan kartu yang telah dibagikan.

Setelah beberapa menit, mintalah peserta mencari pasangan lain dan mendiskusikan
kembali pesan yang ada di kartu dengan pasangan barunya.

Lanjutkan proses ini sampai kebanyakan dari peserta telah bertemu. Kemudian mintalah
beberapa peserta untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Mintalah pserta yang lain
untuk menanggapi.

Simpulkan materi belajar.

30
Metode Diskusi
Rapat Kota
Format diskusi ini sangat cocok untuk kelas yang besar. Dengan membuat suasana mirip dengan
sebuah rapat kota, maka seluruh peserta bisa menjadi terlibat dalam diskusi.

Langkah langkah :

Pilihlah sebuah topik masalah kasus yang menarik mengenai materi belajar yang akan
dibahas.

Sajikan materi tersebut dengan seobjektif mungkin secara singkat, dengan memberikan
beberapa sudut pandang yang berbeda. Jika diperlukan siapkan dokumen-dokumen yang
bisa menjelaskan topik atau masalah tadi.

Jelaskan bahwa anda ingin mendapatkan pandangan peserta terhadap masalah tersebut.

Mintalah satu orang peserta untuk mengemukakan pandangannya terhadap topik atau
masalah tadi di depan kelas. Berilah waktu yang cukup.

Apabila telah selesi mintalah pembicara tadi untuk menyebutkan salah satu nama peserta
lain agar maju ke depan kelas dan mengemukakan pandangannya.

Doronglah agar peserta membuat pidato singkat, agar lebih banyak peserta lain dapat
berpartisipasi dalam rapat kota itu.

Refleksikan hasil pandangan pandangan peserta tadi

Variasi :
Aturlah pertemuan ini menjadi suatu perdebatan. Ajaklah para peserta untuk duduk di
bagian yang berdasarkan pandangan pandangan mereka terhadap isi pidato temannya.
Ikuti format panggil berikutnya, dengan meminta pembicara selanjutnya harus mempunyai
sudut pandang yang bertentangan. Doronglah peserta didik untuk pindah ke bagian
berbeda dari ruang itu jika pendapat mereka dipengaruhi oleh perdebatan itu.

Mulailah pertemuan kota dengan diskusi panel. Mintalah para panelis menyampaikan
pandangannya pandangannya dan kemudian panggilah para pembicara dari audiens itu.

31
Metode Diskusi

BETUL ATAU SALAH


Kegiatan kolaboratif ini juga merangsang keterlibatan langsung dalam materi pelajaran anda.
Strategi tersebut untuk mengembangkan bangunan team (tem building), berbagi pengetahuan, dan
belajar langsung.

PROSEDUR :

1. Buatlah sebuah daftar pertanyaan yang berkaitan dengan materi belajar anda,
Setengah darinya benar dan setengah yang lain salah. Sebagai contoh, pertanyaan
Marijuana adalah candu adalah benar, dan pernyataan Alkohol adalah suatu stimulant
adalah salah. Tulislah masing-masing statemen dalam suatu index yang terpisah. Pastikan
ada banyak kartu sebanyak warga belajar yang ada di kelas. (Jika ada satu nomor ganjil
dari peserta didik yang ganjil, buatlah kartu untuk diri anda sendiri.)
2. Bagikan satu kartu pada masing-masing warga belajar. Beritahukan kelas bahwa
misi mereka adalah menetapkan kartu-kartu mana yang benar dan mana yang salah.
Jelaskan bahwa mereka bebas menggunakan metode yang mereka inginkan untuk
mencapai tugas tersebut.
3. Apabila proses belajar selesai, mintalah masing-masing kartu dibacakan dan dapatkan opini
mengenai apakah statmen itu benar atau salah. Berilah pandangan atau pendapat
minoritas.
4. Berilah tanggapan balik untuk tiap tiap kartu, dan catatlah cara di mana kelas bekerja
bersama dalam penugasan/penentuan itu.
5. tunjukan bahwa keterampilan team yang positif yang ditunjukkan akan perlu bagi seluruh
kelas ini, karena pengajaran aktif akan mewarnai.

Variasi :
Sebelum kegiatan mulai, rekrutlah beberapa peserta didik sebagai pengamat. Mintalah
mereka memberikan umpan balik mengenai kualitas kerja team yang muncul.

Sebagai ganti dari pernyataan factual, buatlah sebuah daftar opini pada sebuah kartu
index. Bagilah kartu-kartu dan mintalah warga belajar berusaha mencapai sebuah
kesepakatan tentang reaksi warga belajar terhadap tiap tiap opini. Mintalah mereka
untuk mengahrgai sudut pandang minoritas.

32
Metode Diskusi

Diskusi Berputar
Teknik ini dipakai untuk diskusi mengenai beberapa topik secara mendalam. Dengan teknik ini
diharapkan semua peserta dapat terlibat penuh dalam semua topik diskusi.

Langkah langkah

Tentukan beberapa topik diskusi yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas.

Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok, jumlah kelompok sesuai dengan jumlah topik.

Mintalah peserta untuk duduk berdasarkan kelompoknya di beberpa sudut dalam kelas.

Mulailah putaran pertama , setiap kelompok membahas satu topik diskusi, berilah waktu
yang cukup disesuaikan dengan kedalaman masalah yang dibahas.

Lanjutkan kepada putaran kedua, setiap kelompok diminta pindah tempat ke kelompok
sebelahnya (berdasarkan arah jarum jam ), mintalah pada masing masing kelompok untuk
menunjuk salah satu anggotanya tetap tinggal ( tidak ikut berpindah tempat).

Mintalah anggota kelompok yang tinggal tadi untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya kepada kelompok yang baru, kemudian lakukan pembahasan kembali topik
topik tersebut.

Lanjutkan kembali pada putaran selanjutnya dengan cara yang sama, sampai semua
kelompok membahas semua topik yang disediakan.

Lakukan refleksi dalam pleno.

33
Metode Diskusi

Jajak Pendapat

Suatu perdebatan dapat menjadi sebuah metode berharga untuk mengembangkan pemikiran dan
refleksi, khususnya jika para peserta latihan diharapkan mengambil posisi yang bertentangan
dengan pendapatnya. Ini adalah sebuah strategi untuk suatu perdebatan yang secara aktif
melibatkan setiap peserta. Strategi ini juga bisa dipakai untuk menggali dan mempengaruhi
kayakinan peserta terhadap suatu isu tertentu.

Petunjuk :
Kembangkan suatu pernyataan yang berkaitan dengan isu yang kontroversial yang
berkaitan dengan materi yang dibahas.
Lakukan jajak pendapat kepada peserta dengan kategori setuju, tidak setuju dan netral
terhadap pernyataan yang telah dibuat tadi. Mintalah peserta untuk berkumpul dengan
peserta lain yang satu pendapat ( menjadi 3 kelompok )
Mintalah ketiga kelompok tadi untuk mengembangkan argumen argumen terhadap
kategori pilihannya ( setuju karena , tidak setuju karena ., netral karena )
Setiap kelompok kemudian saling berhadapan dan berdebat berdasarkan argumen
argumen yang dipilihnya, dan bisa saling mempengaruhi.
Dalam perdebatan setiap anggota kelompok diperbolehkan untuk pindah kepada kelompok
lawan debatnya apabila lebih setuju dengan argumen yang dikemukakan pihak lawan.
Ketika dirasa sudah cukup, akhiri perdebatan tersebut. Buatlah diskusi seluruh kelas
tentang apa yang telah dipelajari oleh para peserta berdasarkan pengalaman debat tadi.
Mintalah peserta mengidentifikasi apa yang mereka pikirkan merupakan argumen
argumen terbaik yang dibuat oleh kedua kelompok.

34
Metode Diskusi

Keputusan Fishbowl Tiga Langkah


Fishbowl adalah suatu format diskusi yang di dalamnya sebagian kelas membentuk sebuah
lingkaran diskusi di sekitar kelompok diskusi.

Langkah langkah :

Buatlah tiga pertnyataan yang relevan dengan materi belajar yang sedang
dibahas.Misalnya :
9 Untuk menanggulangi kemiskinan, satu satunya yang harus dilakukan adalah
melembakan nilai nilai kemanusiaan tanpa harus memperbaiki sistem yang ada.
9 Intervensi yang dikembangkan oleh PNPM Mandiri Perkotaan merupakan intervensi
yang tepat, oleh karena itu tidak perlu diperdebatkan kembali.

Aturlah kursi kursi dengan sebuah konfigurasi fishbowl ( dua lingkaran konsentris ).

Bagilah peserta ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan banyaknya pernyataan yang
telah disiapkan ( satu kelompok terdiri dari 5 6 orang ).

Mintalah kelompok satu untuk menempati tempat tempat duduk lingkaran diskusi,
sisakan satu kursi kosong . Tunjukkan pernyataan yang perama, dan mintalah kelompok
satu (yang dalam lingkaran) untuk mendiskusikannya. Anggota kelompok lainnya yang
ingin mengajukan pertanyaan atau pernyataan di sela sela waktu diskusi dipersilahkan
untuk menempati kursi kosong yang telah disediakan dalam lingkaran diskusi, secara
bergiliran.

Setalah selesai, lakukan kegiatan yang sama untuk kelompok selanjutnya dengan
mendiskusikan pernyataan yang berbeda .

Apabila semua pernyataan telah dibahas, gabungkan kembali semua peserta. Mintalah
mereka untuk membuat refleksi mengenai diskusi tadi.

35
Metode Diskusi

Membaca Keras
( Reading Aloud)
Mungkin mengherankan membaca suatu teks dengan keras dapat membantu peserta
memfokuskan perhatian secara mental, menimbulkan pertanyaan pertanyaan, dan merangsang
diskusi. Strategi ini jauh seperti satu sesi studi Bibel. Strategi tersebut mempunyai efek pada
memusatkan perhatian dan membuat suatu kelompok yang kohesif.

Langkah langkah

Pilihlah sebuah teks yang cukup menarik untuk dibaca dengan keras. Batasi dengan suatu
pilihan yang kurang dari 500 kata.

Perkenalkan teks pada peserta. Perjelas poin poin kunci atau masalah masalah pokok
untuk diangkat.

Bagilah bacaan teks tersebut dengan alinea alinea atau beberapa cara lainnya. Ajaklah
sukarelawan sukarelawan untuk membaca keras bagian bagian yang berbeda.

Ketika bacaan-bacaan tersebut berjalan, hentikan di beberapa tempat untuk menekankan


poin poin tertentu.

Munculkan beberapa pertanyaan atau berilah contoh contoh.

Buatlah diskusi singkat apabila peserta menunjukkan minat dalam bagian tertentu.
Kemudian lanjutkan dengan menguji apa yang ada dalam teks.

Variasi
Kerjakan membaca tersebut untuk diri anda sendiri jika anda merasakan hal itu akan
meningkatkan presentasi teks atau anda mempunyai perhatian tentang keterampilan
membaca para peserta.

Mintalah pasangan-pasangan, membaca satu sama lain, dengan menghentikan untuk


klarifikasi dan diskusi ketika melihatnya cocok.

36
Metode Diskusi

Pemerikasaan Oleh Pengadilan


(Trial by Jury)
Teknik ini menggunakan sebuah pemerikasaan pura pura yang lengkap dengan saksi, jaksa, pembela,
pegawai pengadilan, dan yang lain. Adalah sebuah metode yang baik untuk mencetuskan pengajaran
kontroversi belajar dengan berargumen secara efektif tentang sebuah pendapat yang berlawanan.

Langkah langkah

Buatlah sebuah dakwaan yang akan membantu para peserta melihat sisi sisi yang
berbeda dari suatu masalah. Contoh contoh kejahatan yang dengan itu seseorang atau
sesuatu mungkin diperikasa, misal : karakter sebuah cerita atau tokoh nyata dengan
kegagalan kegagalan moral; sebuah konsep yang controversial; teori yang belum
terbukti; suatu nilai yang tidak mempunyai manfaat; dan satu proses, hokum atau lembaga
yang keliru.
Tentukan peran peran peserta, yaitu ; terdakwa, pengacara terdakwa, saksi terdakwa,
pengacara penuntut, saksi penuntut, pegawai pengadilan, hakim, anggota hakim. Tiap
peran dapat disisi dengan satu orang atau oelh sebuah Tim.
Berikan waktu bagi peserta untuk mempersiapkan diri. Hal ini bisa jadi beberapa menit
sampai satu jam, tergantung kepada kerumitan masalah.
Lakukan pengadilan itu. Pertimbangkan dengan menggunkan kegiatan kegiatan ini :
argument pembuka, kasus disampaikan oleh jaksa dan saksi, teman teman dari laporan
pengadilan, dan argument penutup.
Lakukan pertimbangan pertimbangan pengadilan. Pertimbangan ini hendaknya dilakukan
secara umum, sehingga setiap orang bisa mendengar bagaimana bukti dipertimbangkan.
Para anggota non-pengadilan dapat diberikan sebuah tugas untuk mendengar berbagai
aspek dari kasus tersebut.

Variasi

Perluaslah kegiatan ini dengan menyelenggarakan pemerikasaan kembali.

Hilangkan sebuah pemerikasaan oleh pengadilan dan gantilah pemeriksaan hanya oleh
hakim.

37
Metode Diskusi

Poin Kaunterpoin
(Point-Counterpoint)

Kegiatan ini merupakan sebuah teknik untuk merangsang diskusi dan mendapatkan pemahaman
lebih mendalam tentang berbagai isu kompleks. Format tersebut mirip dengan sebuah perdebatan
namun kurang formal dan berjalan dengan lebih cepat.

Langkah langkah :

Pilihlah sebuah masalah yang mempunyai 2 sisi atau lebih


Bagilah peserta ke dalam kelompok kelompok menurut jumlah topik yang telah anda
tetapkan.
Mintalah tiap kelompok mengungkapkan argument untuk mendukung topik yang akan
dibahas. Doronglah mereka bekerja dengan teman di sebebelah kiri atau kanan atau
kelompok kelompok inti yang kecil.
Gabungkan kembali seluruh kelas, tetapi mintalah anggota dari setiap kelompok untuk
duduk bersama dengan jarak antara sub - sub kelompok itu.
Jelaskan bahwa peserta bisa memulai perdebatan. Setelah itu peserta mempunyai
kesempatan untuk menyampaikan sebuah argument yang sesuai dengan topik yang telah
ditentukan . teruskan diskusi tersebut, dengan bergerak secara cepat maju mundur antara
atau di antara kelompok-kelompok itu.
Simpulkan kegiatan tersebut dengan membandingkan isu-isu sebagaimana anda
melihatnya. Berikan reaksi dan diskusi lanjutan.

Variasi
Sebagai ganti sebuah perdebatan kelompok dengan kelompok, pasangkan peserta dari
kelompok kelompok berbeda dan mintalah mereka saling berargumen. Ini dapat
dilakukan secara serentak, agar setiap peserta didik didorong dalam perdebatan itu pada
saat yang sama.

Aturlah kelompok-kelompok yang berlawanan agar mereka saling berhdap hadapan.


Ketika seseorang menyimpulkan argumennya, mintalah peserta untuk melemparkan suatu
benda (seperti sebuah bola atau tas kecil) kepada seorang anggota dari kelompok yang
berlawanan. Orang yang menangkap benda tersebut harus menangkis argument orang
sebelumnya.

38
Metode Diskusi

Memperluas Panel
Kegiatan ini merupakan suatu cara terbaik untuk merangsang diskusi dan memberikan para peserta
sebuah kesempatan mengenal, menjelaskan, dan mengklarifikasi berbagai isu sambil menjaga
partisipasi aktif mereka.

Langkah langkah :

Pilihlah sebuah persoalan yang akan memancing perhatian peserta. Sampaikan beberapa
isu agar peserta terangsang untuk mendiskusikan pandangan pandangan mereka.
Identifikasikasilah sampai lima pertanyaan untuk diskusi.
Pilihlah empat sampai enam orang yang berfungsi sebagai kelompok diskusi panel. Aturlah
mereka dengan setengah lingkaran di depan ruang.
Mintalah sisa kelas untuk mengelilingi kelompok diskusi tersebut pada tiga sisi dengan
susunan sepatu kuda.
Mulailah dengan sebuah pertanyaan pembuka yang provokatif, moderasilah, sebuah diskusi
panel dengan aturan permainan kelompok sementara pengamat mencatat sebagai
persiapan untuk diskusi mereka sendiri. Misalnya, beberapa poin yang mungkin
dimunculkan dalam suatu diskusi dari pertanyaan itu. Apa pendapat pro dan kontra
mengenai pendekatan kader yang tidak dibayar ?.
Pada akhir waktu diskusi yang ditentukan tersebut, pisahkan seluruh kelas ke dalam
kelompok-kelompok kecil untuk meneruskan diskusi tentang pertanyaan pertanyaan yang
tersisa.

Variasi

Baliklah lagi urutannya; mulailah dengan diskusi kelompok kecil dan ikuti dengan diskusi
panel.

Ajaklah peserta didik menjeneralisasi pertanyaan pertanyaan untuk diskusi.

39
Metode Diskusi

METODA DISKUSI PARTISIPATIF TERPADU (DPT)

Catatan : Dalam pengembangan metoda diskusi ini (DPT) sangat diinspirasi oleh metoda diskusi
yang telah dikembangkan terlebih dahulu oleh Prof Kawakita Jiro di Jepang.

APAKAH DPT
DPT adalah singkatan dari Diskusi Partisipatif Terpadu. Merupakan suatu metoda diskusi yang
melibatkan semua peserta secara aktif dan terpadu. Metoda ini memberikan jaminan akan bagi
semua peserta diskusi bahwa pendapatnya atau gagasannya akan diakomodasi oleh kelompok
diskusi secara adil dan demokratik.

MENGAPA DPT
Dalam diskusi kelompok seringkali terjadi hambatan psikologik oleh sebab adanya perbedaan
pendidikan, kedudukan sosial, dsb antara peserta diskusi, atau adanya peserta yang ingin
mendominansi diskusi sehingga pengkayaan gagasan dari berbagai unsur peserta diskusi tidak
terjadi. Melalui metoda DPT ini maka hambatan psikologik tersebut tidak terjadi oleh sebab tiap
peserta diwajibkan menuliskan terlebih dahulu gagasan masing-masing sebelum diskusi dan upaya
dominansi tersebut juga tidak mungkin dilakukan karena semua pihak telah mengkontribusikan
gagasan masing-masing.

BAGAIMANA MELAKSANAKAN DPT


Untuk melakukan DPT maka peserta dibagi dalam beberapa kelompok diskusi yang terdiri antara 7
s/d 9 orang. Tiap kelompok memilih koordinator masing-masing. Kemudian tiap kelompok akan
melakukan diskusi dengan dibimbing oleh satu/beberapa pertanyaan diskusi.
Pada umumnya DPT dimulai dengan sebuah pertanyaan mengenai suatu subyek yang ingin
dibahas. Misalnya : Mengapa orang miskin tetap miskin ? atau Apakah faktor-faktor yang
menyebabkan kemiskinan ?, dsb.
Selanjutnya dilakukan langkah-langkah sebagai berikut ini

Langkah 1 : Eksplorasi Gagasan


Pada tahap ini tiap peserta diskusi tanpa berbicara mencoba menjawab pertanyaan tersebut dalam
kurun waktu yang telah ditetapkan dengan menuliskannya di atas kartu (kerta polio yang dibagi 8)
yang telah disiapkan oleh panitia dengan aturan sebagai berikut.
Satu jawaban harus hanya mengandung satu gagasan, misalnya bodoh dan bukan bodoh dan
malas.
Tiap kartu hanya untuk satu jawaban/satu gagasan
Tiap peserta harus menulis sebanyak-banyaknya jawaban dengan mengunakan banyak kartu.

Langkah 2 : Menstrukturkan Gagasan


Setelah waktu yang ditetapkan selesai semua jawaban dikumpulkan oleh koordinator kelompok dan
kemudian distrukturkan dengan cara klasterisasi gagasan-gagasan sejenis.
Jadi tiap jawaban dibandingkan satu terhadap yang lain apakah mengandung gagasan sejenis. Bila
ya maka dimasukkan dalam satu kelompok atau klaster. Perlu diperhatikan yang didiskusikan
adalah gagasan yang terkandung terlepas dari penyebabnya.

40
Langkah 3 : Sintesis
Setelah seluruh klasterisasi selesai maka langkah selanjutnya adalah mensintesiskan tiap klaster
tersebut menjadi satu kesimpulan. Kesimpulan ini kemudian menjadi judul dari tiap klaster.
Misalnya malas, kinerja rendah, kurang rajin, cepat bosan, kurang semangat, kurang ulet
disimpulkan sebagai etos kerja rendah. Kemudian kelompok masih harus mendiskusikan hubungan
sebab akibat dari tiap jawaban tersebut di atas sehingga diperoleh struktur gagasan tersebut
berupa pohon permasalahan

Langkah 4 : Kesimpulan
Pada tahap ini kelompok diskusi :
Menyimpulkan jawaban dari pertanyaan tersebut di atas untuk disajikan kepada kelompok yang
lain dalam suatu diskusi kelas/pleno.
Mendiskusikan dan menyimpulkan akar permasalahannya

41
Metode Permainan

Perkenalan

Siapa Dia ?

Petunjuk :

Minta semua peserta untuk berdiri dan membentuk lingkaran


Minta seorang peserta untuk memperkenalkan nama dan satu hal lain mengenai dirinya
dalam bentuk satu kalimat pendek ( tidak boleh lebih dari 6 kata ), missal :Nama saya
Retno, fasilitator P2KP .Nama saya Rachman, Kader Komunitas
Mintalah peserta kedua untuk mengulang kalimat peserta pertama, baru kemudian
memperkenalkan dirinya sendiri, misal : teman saya Retno, fasilitator, saya Mika, guru
sekolah
Peserta ketiga harus mengulang kalimat 2 peserta sebelumnya sebelum memperkenalkan
diri, demikian seterusnya sampai seluruh peserta memperoleh gilirannya.
Apabila peserta tidak dapat mengingat nama dan apa yang dikatakan 2 peserta lainnya,
maka ia harus menanyakan langsung pada yang bersangkutan : siapa nama anda? atau
siapa nama anda dan apa yang anda katakana tadi ?

42
Metode Permainan
Perkenalan

Kisah Angka Angka


Permainan ini dipakai agar peserta mengenal satu sama lain dengan cara santai dan
menghapuskan kekakuan.

Langkah langkah :

Mintalah seluruh peserta berhitung dari nomor 1 dan seterusnya sampai selesai ( habis)
Minta setiap peserta mengingat nomor urutnya masing-masing dengan baik, jika perlu
lakukan pengujian dengan menyebut secara acak beberapa angka dan minta peserta yang
disebut nomornya utntuk menyahut ya!, atau tunjuk beberapa orang peserta secara acak
dan tanyakan ia nomor urut berapa.
Tegaskan sekali lagi apakah mereka benar benar mengingat nomor urutnya masing
masing.
Setelah yakin, jelaskan bahwa anda akan menyampaikan suatu berita atau suatu cerita
tertentu di mana dalam sepanjang cerita itu akan disebut sejumlah angka angka. Peserta
yang disebut angka atau nomor urutnya diminta segera berdiri dan langsung meneriakkan
namanya keras keras kepada seluruh peserta lain. Jika terlambat 3 detik, peserta
dikenakan hukuman ramai ramai oleh peserta lain.
Tanyakan kepada peserta apakah mereka paham peraturan tersebut ?, jika perlu ulangi
sekali lagi dan berikan contoh.
Mulai bercerita, misalnya : saudara saudara, latihan inis sebenarnya sudah direncanakan
sejak lima bulan yang lalu, tapi karena beberapa hal, barulah tiga bulan yang lalu ada
kejelasan dan kemudian dipersiapkan oleh delapan orang panitia .. dst. Atau cerita
lain yang anda karang sendiri pada saat itu ( yang penting, dalam cerita itu ada
disebutkan angka angka nomor urut peserta setiap satu kalimat atau setiap selang satu
menit ).
Lakukan sampai separuh peserta tersebut nomornya atau seluruhnya (bergantung kepada
kecepatan anda dan peserta dan sesuai dengan waktu yang tersedia)
Lakukan diskusi dengan peserta tentang apa makna permainan ini dan dapat digunakan
untuk apa saja dalam kegiatan latihan, termasuk perasaan persaan peserta sendiri.
Simpulkan

43
Metode Permainan
Perkenalan

Mencari Jodoh

Petunjuk :

Buatlah kalimat pendek yang berhubungan dengan materi pelajaran yang akan diberikan ,
misal : Bersama Membangun Kepedulian. Kalimat yang dibuat sebanyak setengah dari
jumlah peserta, kalau peserta 20 orang, harus disediakan 10 kalimat.

Pecahlah kalimat tersebut ke dalam dua bagian dan ditulis di kertas , satu kertas berisi
kalimat Bersama Membangun dan satu kertas berisi kata Kepedulian.

Gulunglah kedua kertas yang berisi tulisan tadi.

Bagikan kertas kertas tergulung yang sudah disiapkan sebanyak jumlah peserta (apabila
peserta ganjil, satu orang berpasangan dengan pemandu sendiri )

Minta peserta untuk membuka gulungan kertas masing masing dan membaca isinya yaitu
sepotong kalimat yang belum lengkap.

Minta peserta untuk mencari pasangannya masing masing agar kalimat itu menjadi
lengkap.

Minta setiap pasangan berkenalan dan mendiskusikan arti kalimat tersebut.

Minta peserta berkumpul lagi dan meminta setiap pasangan memperkenalkan


pasangannya dan menyampaikan arti kalimat kepada peserta yang lain.

44
Metode Permainan

Perkenalan

Berdirilah Jika

Petunjuk :

Minta semua peserta untuk duduk membentuk lingkaran, lalu pemandu berdiri di tengah.
Jalaskan kepada peserta bentuk permainannya, yaitu setiap pemandu mengucapkan
kalimat , peserta mengucapkan kalimat, peserta diminta berdiri apabila kalimat itu sesuai
dengan dirinya; misal : Keluarga saya adalah keluarga pedagang.. ; Saya seorang
perempuan yang berani bicara di depan publik. dsb.
Ucapkan kalimat kalimat yang relevan dengan keadaan peserta ( jangan sampai ada
peserta yang tidak pernah berdiri), contoh contoh kalimat misalnya :
9 Saya adalah petugas lapangan
9 Saya lahir di pedesaan
9 Saya lahir di kota besar
9 Saya memiliki hobby membaca, dsb
Setelah selesai, minta seluruh peserta untuk memperkenalkan nama, asal, dan hal lain
yang berkenaan dengan dirinya secara singkat.

45
Metode Permainan

Adu Panjang, Besar dan Tinggi


Permainan ini bermanfaat untuk membuat suasana menjadi segar dan menumbuhkan semangat
baru.

Langkah Langkah

Ajaklah semua peserta berdiri dan minta mereka membagi diri menjadi 2 3 kelompok.

Susunlah 3 kelompok itu secara berjajar. Lalu jelaskan bahwa 3 kelompok itu akan
berlomba satu sama lainnya untuk masing-masing perintah dari wasitnya ( berperan
sebagai wasit adalah pemandu atau salah seorang peserta ).

Setelah semua menyiapkan kelompoknya masing masing, segera mulai permainan.


Misalnya :
9 Berlombalah untuk membuat barisan terpanjang tanpa terputus
9 Atau buatlah kelompok anda menjadi yang paling tinggi
9 Buatlah lingkaran kelompok besar.

Catatan :

Jangan memberi komentar bahwa mereka berhak menggunakan apa saja untuk menang
dan menjadi kelompok yang tertinggi, terlebar dan terpanjang. Misalnya jika saat lomba
ada peserta laki laki yang sampai melepas kaos kaos untuk digunakan sebagai
penyambung tangan supaya barisannya paling panjang. Biarkan saja , itu hak dia untuk
secara kreatif memenangkan lomba.

Jika selesai permainan, anda bisa menanyakan, misalnya ; kenapa kelompok A bisa
mancapai panjang hingga ke luar ruangan padahal anggotanya sama-sama 5 orang, itu
untuk membuat peserta menikmati permainan dan melihat sesuatu yang tidak sekedar
permainan.

46
Metode Permainan

Menghangatkan suasana

Badai Berhembus
( The Great Wind Blows)

Strategi ini merupakan icebreaker yang dibuat cepat yang membuat para peserrta latihan bergerak
tertawa. Strategi tersebut merupakan cara membangun team yang baik dan menjadikan para
peserta lebih mengenal satu sama lain.

Petunjuk :

Aturlah kursi kursi ke dalam sebuah lingkaran. Mintalah peserta untuk duduk di
kursi yang telah disediakan.

Jelaskan kepada peserta aturan permainan, untuk putaran pertama pemandu


akan bertindak sebagai angin.

Pemandu sebagai angin akan mengatakan angin berhembus kepada yang


memakai misal : kacamata ( apabila ada beberapa peserta memakai kacamata).

Peserta yang memakai kacamata harus berpindah tempat duduk, pemadu sebagai
angin ikut berebut kursi.

Akan ada satu orang peserta yang tadi berebut kursi, tidak kebagian tempat
duduk. Orang inilah yang menggantikan pemandu sebagai angin.

Lakukan putaran kedua, dan seterusnya. Setiap putaran yang bertindak sebagai
angin harus mengatakan angin berhembus kepada yang . ( sesuai dengan
karakteristik peserta, misal : baju biru, sepatu hitam, dsb )

47
Metode Permainan

Menghangatkan suasana
( Ice Breaker )

Lempar spidol

Permainan ini bertujuan untuk menghangatkan suasana dan menghilangkan kekakuan antar
peserta dan pemandu dan antar peserta sendiri . Pelajaran yang bisa dipetik dari permainan ini
adalah perlunya sikap hati hati dan cepat tanggap.

Langkah langkah :

Mintalah semua peserta berdiri bebas di depan tempat duduk masing-masing.

Minta peserta bertepuk tangan ketika anda melemparkan spidol ke udara, dan pada saat
spidol anda tangkap lagi dengan tangan, semua peserta serta merta diminta berhenti
bertepuk tangan. Ulangi sampai beberapa kali.

Ulangi proses ke-2 dengan tambahan selain bertepuk tangan juga bersenandung. (
bergumam ) : Mmmmm.!.

Ulangi proses 3 ini beberapa kali, dan setiap kali semakin cepat gerakannya, kemudian
akhiri dengan satu anti klimaks : spidol anda tidak dilambungkan, tapi hanya
melambungkan tangan seperti akan melambungkannya ke atas (gerk tipu yang cepat !).
amati : apakah peserta masih bertepuk tangan dan bergumam atau tidak ?

Mintalah tanggapan dan kesan, lalu diskusikan dan analisa bersama kemudian simpulkan.

48
Metode Permainan

Kerjasama Tim

Sepatu Lapangan

Permainan ini bermanfaat untuk mendorong proses kerjasama Tim, bahwa dalam sebuah Tim
setiap orang akan belajar mendengar pendapat orang lain dan merekam masing-masing pendapat
secara cermat dalam pikirannya, sebelum memutuskan pendapat apa yang terbaik menurut
kelompok.

Langkah langkah

Bagilah peserta ke dalam kelompok kelompok kecil ( 5 6 orang ), 1 orang akan menjadi
pembicara kelompok.

Mintalah setiap kelompok untuk mendiskusikan tentang sepatu lapangan apa yang cocok untuk
bekerja di lapangan dan peralatan apa lagi yang dibutuhkan (waktunya sekitar 5 menit)

Mintalah pembicara kelompok untuk mengingat pendapat yang berbeda dan pendapat yang sama
dari setiap orang di kelompoknya masing-masing.

Mintalah pembicara kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi ini seklaigus memperkenalkan nama
anggota kelompoknya dan apa pendapat orang orang tersebut mengenai topik diskusi di atas.

Setelah semua kelompok selesai, kemudian diskusikan : Apakah pembicara telah menyampaikan
pendapat semua anggota kelompoknya secara tepat ? Apa yang dikurangi? Apa yang ditambah ? Apa
yang tidak tepat.

49
Metode Permainan

Kerjasama Tim

Kalimat Sulit

Langkah langkah :

Siapkan beberapa kata, dan tulis setiap kata dalam sebuah kartu metaplan

Bagilah peserta menjadi dua tim

Letakkan kartu yang telah ditulisi tersebut di lantai (termasuk kata kata yang saling
berhubungan)

Kedua tim membuat kalimat dengan menggunakan kartu kartu tersebut.

Seorang anggota tim memulai sebuah kalimat dengan kata yang pertama, yang lainnya
mengikuti secra bergantian hingga kalimatnya selesai. Satu kata di dalam kalimat bernilai 5
poin bila kalimatnya benar.

Bila kalimatnya salah maka setiap kata yang salah kehilangan 5 poin. Bila seluruh kalimat
mejadi tidak bermakna tim tersebut kehilangan 50 poin. Bila kalimatnya merupakan kalimat
yang belum sempurna maka tim tersebut kehilangan 25 poin. Setelah setiap kalimat
selesai, letakkan kembali kartu kata kata untuk digunakan oleh peserta yang lain .

50
Metode Permainan

Kerjasama Tim

Kompak

Permainan ini bermanfaat untuk menghangatkan suasana dan membentuk suasana kerja dalam
Tim.

Langkah Langkah

Jelaskan kepada peserta aturan permainan ini

Bagilah peserta ke dalam 5 6 kelompok, yang penting satu kelompok terdiri dari 6 orang.

Mintalah masing masing kelompok untuk membuat lingkaran dan satu orang anggota dari
masing-masing kelompok untuk berdiri di tengah tengah kelompoknya.

Katakana bahwa permainan ini untuk mnguji kita , apakah di antara teman-teman dalam
kelompok itu saling percaya kepada TIM KERJA KITA. Yang berdiri di tengah harus
menutup matanya, dengan ditutup kain, kemudian menjatuhkan diri secara bebas kea rah
mana saja.

Sementara itu teman-teman dalam kelompoknya melingkar dan harus bertanggungjawab


atas keselamatan teman yang di tengah tadi, karena permainan ini bisa bisa akan
memakan korban, maka jika yang di tenagh menjatuhkan diri kepadanya dia harus siap
dan bertanggungjawab untuk menahan dan melemparkannya kepada teman yang lain.
Begitu seterusnya, dan minta siapa yang di tengah bisa bicara dengan cara bergiliran .

51
Metode Permainan

Kerjasama Tim

Bercermin

Langkah langkah :

Minta setiap peserta untuk berpasangan, 1 orang menjadi bayangan di cermin dan 1 orang
menjadi seseorang yang sedang berdandan di depan cermin.

Bayangan harus mengikuti gerak gerik orang yang berdandan.

Keduanya harus bekerja sama agar bisa bergerak secara kompak dengan kecepatan yang
sama.

Minta peserta untuk mendiskusikan apa pesan dalam permainan ini.

52
Metode Permainan

Komunikasi

Broken T

Permainan ini bermanfaat untuk mengajak peserta memahami perbedaan antara komunikasi satu
arah dan komunikasi partisipatif, serta menyadarkan peserta akan pentingnya prinsip kesetaraan
dalam berkomunikasi dengan masyarakat.

Langkah langkah

Siapkan pecahan hurup T ( lihat irisan hurup T dalam gambar) sebanyak setengah dari
jumlah peserta; kertas karton yang bisa berdiri apabila tidak ada karton bisa diganti
dengan koran dan tali rapia (berfungsi sebagai pembatas) sebanyak hurup T.
Siapkan gambar hurup T, sesuai dengan irisan tadi ( T dalam gambar ), sebanyak pecahan
hurup T ( simpan masing masing dalam amplop)
Mintalah peserta untuk berpasangan, masing masing pasangan yang satu berperan
sebagai Bos dan yang seorang lagi berperan sebagai atasan.
Selanjutnya atasan Bos dan bawahan, masing-masing duduk berhadapan dengan dibatasi
oleh karton atau kertas koran yang digantung dengan tali rapia.
Beritahu peserta bahwa permainan ini akan dibagi ke dalam beberapa babak.
Setiap peserta yang berperan sebagai Bos akan mendapatkan gambar hurup T yang ada
dalam amplop, sedangkan bawahan akan mendapatkan pecahan hurup T.
Babak pertama, Bos harus memberi perintah kepada bawahan untuk menyusun hurup T,
bawahan tidak boleh bertanya, atasan tidak boleh memperlihatkan gambar kepada
bawahan.
Apabila babak pertama telah selesai, babak kedua lakukan dengan perintah yang sama
tetapi dalam hal ini bawahan boleh bertanya. (pembatas masih tetap dipakai) dan gambar
tetap tidak boleh diperlihatkan.
Babak ketiga, bawahan boleh bertanya dan pembatas boleh dihilangkan.
Diskusikan pengalaman bermain Broken T tadi : Apakah ada yang berhasil ? Mengapa
terjadi demikian ? Bagaimana perasaan bawahan dan pendapatnya tentang Bos ?
Bagaimana pendapat Bos tentang bawahannya ?
Simpulkan bersama peserta dengan mengaitkan efektifitas komunikasi yang setara dan
partsisipatif.

53
Metode Permainan

Partisipasi

Menghitung mundur

Dalam pendampingan terhadap kelompok belajar di tengah masyarakat, kita sudah biasa
menganggap bahwa masyarakat hanyalah penerima informasi, dan bukan pemberi atau sumber
informasi. Mengubah kebiasaan atau cara pendang yang sudah lama kita miliki, merupakan hal
sulit. Kita biasanya selalu menggunakan kacamata kita. Kita menggunakan bahasa, symbol,
gambar, informasi dan teknologi yang berasal dari kebudayaan kita. Kita tidak memperhatikan apa
kesulitan yang dialami masyarakat untuk menerima hal hla yang tidak biasa bagi mereka.
Sebenarnya, program yang kita kembangkan perlu dinilai menurut kacamata masyarakat,
berdasarkan apa yang mereka butuhkan, dengan cara yang mudah diterima mereka.

Langkah langkah

Minta peserta untuk berdiri mambentuk suatu lingkaran. Setiap peserta menghitung secara
bergiliran mulai dari 1 sampai 50 (atau sejumlah peserta)
Pada saat menghitung, minta peserta memenuhi peraturan : setiap angka tujuh atau
kelipatan tujuh, angka itu tidak disebutkan, melainkan diganti dengan tepuk tangan.
Apabila ada peserta yang salah melaksanakan tugasnya, maka permainan dimulai dari
awal.
Sesudah 3 4 ronde, permainan tahap 1 selesai
Permainan tahap 2 dimulai dengan cara yang sama seperti di atas, tetapi hitungannya
dimulai dari angka 50 mundur terus sampai dengan angka 1. Peraturan yang diterapkan
juga sama, yaitu setiap angka tujuh atau angka kelipatan tujuh , angka itu tidak
disebutkan, melainkan diganti dengan tepuk tangan.
Setelah 3-4 ronde, permainan selesai.
Minta peserta untuk mendiskusikan : (1) Manakah yang lebih baik banyak terjadi
kesalahan, cara 1 atau cara 2 ? (2) Mengapa demikian ? (3) Kira-kira, apa hubungannya
permainan ini dengan cara kerja kita dalam kelompok belajar atau di tengah tengah
kehidupan masyarakat kita ( apakah mudah mengganti kebiasaan pendekatan dari atas
dengan yang dari bawah ) ?.

54
Metode Permainan

Memahat Patung
Permainan ini bisa dipakai untuk menyadarkan peserta bahwa manusia tidak bisa dibentuk
sedemikian rupa oleh orang lain.

Langkah langkah

Minta beberapa orang peserta untuk tampil ke depan;


Minta satu orang untuk menjadi pemahat patung, satu orang lainnya menjadi patung itu
sendiri.
Minta pemahat patung untuk mulai bekerja menjadikan patung itu sesuai dengan
keinginannya dengan cara membimbing posisi kepala, kaki, tangan, tubuh patungnya (
misal : tangan kanan ke atas, tangan kiri memegang kepala, lutut kanan bertumpu di
lantai, kepala belok ke kiri, dsb)
Minta patung untuk menuruti semua posisi yang diminta oleh pemahat ( selama proses,
pemahat dan patung tidak boleh saling berbicara)
Setelah selesai, ajukan pertanyaan kepada para pemahat : Apakah menyenagkan membuat
patung sesuai keinginannya sendiri ?
Ajukan juga pertanyaan kepada para pemahat : Apakah menyenagkan untuk dibentuk
sedemikian rupa oleh orang lain ?
Kemudian diskusikan bersama peserta : Apakah manusia bisa dibentuk sedemikian rupa
oleh orang lain ? Apakah anak anak bisa ? Apakah orang dewasa bisa ? Bagaimana
tanggapan peserta tentang permainan ini ?

55
Modul 3
Topik: Menyelenggarakan Pelatihan

Peserta memahami dan menyadari:


1. Cara cara mengelola pelatihan
2. Memulai pelatihan
3. Mengorganisir pelatihan di tingkat kelurahan/desa

Kegiatan 1: Diskusi pengelolaan pelatihan


Kegiatan 2: Memulai Pelatihan

3 Jpl ( 135 )

Bahan Bacaan:
1. Manajemen Pelatihan
2. Modul Belajar Bersama Pelatihan Fasilitator
3. Bgaimana Membuat Peserta Didik Aktif Sejak Dini

Kerta Plano
Kuda-kuda untuk Flip-chart
LCD
Metaplan
Papan Tulis dengan perlengkapannya
Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

56
Diskusi Kelompok dan Pleno Pengelolaan Pelatihan

1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita akan memulai Modul
Manajemen Peltihan , jelaskan apa yang akan dicapai melalui modul ini , yaitu :
Peserta :
Memahami persiapan yang harus dilakukan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengendalian pelatihan
Mampu mengorganisir kegiatan pelatihan PNPM Mandiri Perkotaan di tingkat
kelurahan/desa

4) . Ajak peserta untuk berdiskusi mengenai manajemen kegiatan. Tanyakan kepada peserta
apabila ingin melakukan suatu kegiatan, misalnya yang sederhana akan menjual sate , apa saja
yang harus kita lakukan agar terlaksana dan sate yang dijual laku. Tuliskan jawaban peserta
pada kertas plano . Kemudian kelompokkan jawaban peserta mana yang merupakan tahap
persiapan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian. Jelaskan juga bahwa semua
tahapan tersebut merupakan fungsi manajemen. (lihat LK 1)

5) Jelaskan kepada peserta bahwa dalam melaksanakan pelatihan, tidak beda dengan menjual
sate, kita harus mengelola dengan baik supaya kegiatan pelatihan berjalan dengan sukses dan
tujuan pelatihan tercapai.

6) Bagilah peserta ke dalam 3 kelompok, kemudian tugaskan setiap kelompok untuk menyusun
kegiatan pengelolaan pelatihan berdasarkan kepada petunjuk berikut :
Bagikan gulungan kertas yang sudah berisi pernyataan pernyataan (lihat LK
2), kepada setiap kelompok.
Mintalah setiap kelompok untuk menyusun pernyataan pernyataan tersebut
ke dalam format yang sudah disediakan dalam LK 2, sesuai dengan kegiatan
manajemen pelatihan.

7) Apabila diskusi kelompok sudah selesai mintalah kepada wakil kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya, kemudian bahas bersama.

8) Refleksikan bersama dan beri penegasan dengan menggunakan Media Bantu yang sudah
disediakan.

57
Memulai Pelatihan

1) Ingatkan kepada peserta kepada pengalaman menjadi peserta/pemandu pelatihan selama ini.
Diskusikan bersama :
Apa yang membuat nyaman dalam pelatihan
Apa yang membuat susah
Bagaimana perasaan ketika pertama kali mengikuti pelatihan

2) Tuliskan poin poin hasil diskusi dalam kartu metaplan berbeda warna, sesuai dengan
kelompok jawaban peserta.
3) Refleksikan hasilnya terutama mengenai bagaimana memulai pelatihan agar peserta nyaman
untuk belajar dan berkontribusi aktif dalam proses belajar.

Suasana dan kesan awal dalam sebuah proses belajar sangatlah penting untuk menumbuhkan
motivasi peserta. Awal yang baik akan membuat proses belajar selanjutnya menjadi
menyenangkan. Penting bagi pemandu pelatihan untuk membina hubungan baik dari awal
(menciptakan rapport) dengan menghargai keberadaan peserta, membangun kesetaraan di
antara peserta dengan peserta dan peserta dengan pemandu; memahami harapan harapan
yang ingin dicapai dalam pelatihan oleh peserta; memahami kekhawatiran kekhawatiran
peserta. Pemandu pada initnya harus mampu membongkar sekat sekat psikologis di antara
para peserta juga antara peserta dengan pemandu. Penciptaan suasana belajar di awal
menjadi penting, oleh karena itu dalam proses pelatihan partisipatif selalu dimulai dari
perkenalan dengan cara cara yang dapat mencairkan suasana; memberikan penjelasan
kepada peserta apa yang akan dialami selama proses pelatihan dan membuat kesepakatan
kesepakatan agar proses belajar berjalan seperti yang diharapkan.

58
LK 1 Manajemen Pelatihan

Petunjuk Penjual Sate

Tanyakan kepada peserta apa yang harus dilakukan apabila kita akan berjualan sate? Dan masuk
kepada kolom mana setiap kegiatan yang harus dilakukan, persiapan, pelaksanaan atau evaluasi?

Kegiatan yang Persiapan Pelaksanaan Evaluasi


harus dilakukan

dst

59
LK 2 Manajemen Pelatihan

Buatlah daftar kegiatan di bawah ini, masing masing poin dalam kertas. Kemudian gulunglah
masing masing pernyataan tersebut dan bagikan kepada peserta secara acak .
o Menyusun TOR
o Bahan presentasi
o Bahan permainan
o Pertemuan pemandu
o Menyediakan modul dan kurikulum
o Foto copy bahan serahan
o Fto copy lembar evaluasi
o Foto copy lembar kerja
o Membuat daftar kebutuhan
o Memastikan tempat pelatihan
o Menyusun jadual
o Membentuk painitia pelaksana
o Pembagian tugas memandu
o Membentuk panitia pengarah
o Merumuskan biaya pelatihan
o Koordinasi dengan RM /USK Pelatihan KMP
o Evaluasi topik
o Evaluasi harian
o Absesnsi peserta
o Absensi pemandu
o Distribusi bahan serahan
o Distribusi lembar kerja
o Distribusi alat dan bahan
o Notulensi
o Konsumsi
o Rekap evaluasi dan topik harian
o Pre test
o Post test
o Analisa pre post test
o Analisa kemampuan pemandu
o Analisa pemahaman peserta
o Analisa seluruh hasil evaluasi topik - Laporan

60
Manajemen Pelatihan
Marnia Nes

Mengapa pelatihan harus dikelola ?


Latihan, sebagaimana layaknya suatu program, melibatkan sejumlah sumberdaya (orang, biaya,
barang/peralatan, dan sejumlah waktu) dalam proses pelaksanaannya. Semua hal tersebut
diadakan untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan kata lain, semua sumberdaya tersebut harus
dikelola secara efisien dan efektif. Jika dikehendaki tercapainya tujuan latihan secara optimal.

Fungsi Fungsi Pokok


Secara klasik, fungsi fungsi pokok manajemen dirumuskan sebagai 4-P (perencanaan,
pengorganisasian,pelaksanaan dan pengendalian). Ini berarti bahwa dalam melakukan proses
pelatihan kita harus merencanakan, mengorganisir, melaksanakan, dan mengendalikan proses dari
suatu program latihan. Artinya kita harus bekerja sejak awal sebelum kegiatan latihan berlangsung,
sampai sesudahnya.

1. Merencanakan

Menentukan Peserta
Hal yang paling pertama harus diidentifikasi adalah siapa peserta yang akan dilatih. Kita harus
mengetahui terlebih dahulu siapa yang akan kita latih. Pada kelompok masyarakat sasaran apakah
itu Relawan, BKM/LKM atau UP UP. Karakteristik peserta, akan menentukan banyak hal seperti
metodologi, media bantu, materi yang akan disampaikan dan sebagainya. Jumlah peserta harus
diketahui pada tahap ini, untuk menentukan jumlah kelas, jumlah pemandu, perbanyakan materi,
alat dan bahan yang harus disediakan serta biaya yang diperlukan.

Menentukan Tujuan Pelatihan


Setiap kegiatan pelatihan mempunyai tujuan dan output tertentu. Dalam sebuah pelatihan tujuan
yang hendak dicapai menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan dari peserta. Oleh karena
itu sebelum pelatihan dimulai harus ditentukan terlebih dahulu tujuannya baik tujuan umum
maupun tujuan khusus serta keluran yang diharapkan dari pelatihan yang akan diselenggarakan.

Identifikasi kebutuhan latihan (need assesment) calon peserta.

Materi yang disusun untuk kegiatan pelatihan haruslah sesuai dengan kebutuhan peserta, sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai. Identifikasi kebutuhan dalam pelatihan yang sifatnya
proyek/program tertentu, biasanya diarahkan kepada analisa kompetensi yang dibutuhkan oleh
proyek/program dengan kompetensi yang sudah dimiliki oleh peserta. Untuk materi materi
konsep dan pendekatan proyek/program yang dianggap relatif baru bagi peserta, bisa langsung
dianggap sebagai kebutuhan tanpa harus melalui proses survei mendalam. Untuk PNPM Mandiri
perkotaan, hal hal yang menyangkut paradigma permasalahan kemiskinan yang diyakini PNPM
Mandiri Perkotaan, konsep dan pendekatannya, secara otomatis materi materi tersebut termuat
dalam pelatihan untuk semua jajaran pelaku termasuk pelatihan Relawan, BKM/LKM dan UP UP.
Sedangkan materi materi lainnya disesuaikan dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh masing
masing disesuaikan dengan peran dan fungsinya. Artinya materi materi tambahan untuk
Relawan bisa sama dan bisa berbeda dengan BKM/LKM dan UP UP. Sesuai dengan tugas dan
fungsinya setiap UP (UPK, UPS dan UPL) juga akan mendapatkan materi tambahan yang berbeda.

61
Menyusun Kurikulum dan Modul Pelatihan
Berdasarkan hasil analisa kebutuhan, disusun kurikulum pelatihan yang menyangkut materi (topik
bahasan) yang akan disampaikan, tujuan pembelajaran, metode penyampaian, media bantu, alat
dan bahan dan waktu yang diperlukan (Jam pelajaran/JPL). Alur kurikulum/pelatihan disusun
menurut urutan logis dari seluruh topik bahasan, sehingga dari awal sampai akhir pelatihan semua
topik bahasan merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan sehingga urutannya tidak bisa
dipertukarkan.
Kurikulum yang sudah disusun diterjemahkan ke dalam Modul pelatihan, yang merupakan susunan
penyampaian pesan dari materi-materi yang diperlukan. Di dalam Modul biasanya termuat :
Panduan Pemandu (PP) yang terdiri dari :
Tujuan pembelajaran
Kegiatan belajar/Metodologi
Alat dan bahan
Media bantu
Lembar Kerja (LK)
Media Bantu (MB)
Bahan Bacaan (BB), sebagai acuan materi

Kurikulum dan modul untuk pelatihan Relawan, BKM?LKM dan UP UP, sebagian dikembangkan
terpusat di KMP berdasarkan identifikasi kebutuhan proyek yang dilaksanakan oleh KMP dan FGD
dengan KMW dan Tim Fasilitator. Sedangkan untuk kebutuhan kebutuhan yang sangat khusus
kurikulum dan modul pelatihan dan atau coaching dilakukan oleh KMW dan Tim Fasilitator.

Menentukan tempat dan waktu.


Tempat pelatihan harus sesuai dengan kebutuhan, ruangan kelas harus mempertimbangkan jumlah
peserta , metode yang digunakan (kalau menggunakan banyak permainan harus cukup luas, ada
tempat cukup untuk diskusi kelompok dan sebagainya) dan mudah dijangkau dari tempat peserta.
Untuk pelatihan Relawan dan BKM/LKM, menggunakan sumberdaya setempat (di lokasi
Kelurahan/Desa), bisa menggunakan sekolah, balai desa, kantor kelurahan dan lainnya yang
memungkinkan. Untuk pelatihan UP UP, beberapa UP dalam satu wilayah disatukan, jadi
tempatnya bisa di Kecamatan atau di salah satu Kelurahan/Desa.. Terkecuali bagi UP UP yang
terpencil secara geografis, maka tempat pelatihan tersendiri di lokasi kelurahan/desanya. Untuk
coaching karena sifatnya lebih informal, maka tempat bisa disesuaikan dengan kebutuhan masing-
masing.
Waktu pelatihan dan coaching yang berhubungan dengan siklus menyesuaikan dengan waktu
siklus. Maksimal seminggu sebelum siklus dilaksanakan, Relawan harus diberi pembekalan terlebih
dahulu. Sedangkan coaching coaching yang sifatnya khusus waktunya disesuaikan dengan
kebutuhan dan menjadi tugas rutin pendampingan fasilitator.

Penyusunan TOR
Rancangan pelatihan yang akan dilaksanakan disusun ke dalam TOR (Term Of Reference). TOR
merupakan alur dan kerangka logis mengapa pelatihan diperlukan dan bagaimana akan
dilaksanakan, secara garis besar TOR memuat :

Latar belakang ; merupakan dasar pemikiran diselenggarakannya pelatihan


Tujuan umum; apa yang ingin dicapai dalam pelatihan
Keluaran yang diharapkan (output); apa yang bisa didapat setelah pelatihan terutama yang
berhubungan dengan proyek/program
Sasaran peserta; siapa calon peserta pelatihan
Metodologi dan rancangan kegiatan ; pendekatan yang dipakai (dalam P2KP memakain
pendekatan participatory andragogy), alur kegiatan selama pelatihan dan materi/topik
bahasan yang akan disampaikan.

62
Pemandu dan narasumber; siapa saja pemandu yang akan terlibat dan narasumber dari
luar apabila diperlukan.
Pengorganisasian; siapa yang menjadi panitia pengarah dan panitia pelaksana dan
bagaimana pelatihan akan diorganisir.
Penyelenggara; siapa yang bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan
Waktu dan tempat
Pengendalian ; bagaimana mengendalikan pelatihan muali dari proses perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pasca pelatihan
Pembiayaan ; sumberdana pelatihan di tingkat masyarakat merupakan sharing antara pihak
proyek serta masyarakat dan atau pemerintah kelurahan/desa setempat. Dari pihak P2KP
dana diambil dari dana fix cost yang dititipkan kepada Tim Fasilitator. Karena sifat dana ini
titipan maka Tim Fasilitator tidak berhak menggunakan dana ini semena mena, akan
tetapi harus dikelola secara transparan dengan masyarakat. Kontribusi masyarakat dan
atau pemerintah kelurahan/desa bisa berupa tempat, konsumsi, tenaga atau bahkan
berupa uang.
Lampiran : kurikulum pelatihan, jadual harian, lembar evaluasi harian, pre post test, dan
lainnya sesuai kebutuhan .

Semua TOR pelatihan dan coaching di tingkat kelurahan/desa disusun oleh Tim Fasilitator untuk
diperiksa dan mendapat persetujuan dari KMW (Korkot dan TA Pelatihan).

2. Mengorganisir Pelatihan

Koordinasi dengan TA Pelatihan KMW dan Korkot, membahas rancangan pelatihan , rincian
pekerjaan yang harus dilakukan, rincian kebutuhan alat dan bahan termasuk modul,
perbanyakan materi , sitem pengendalian dan format yang dibutuhkan , biaya dan
sebagainya
Pembentukan panitia pengarah dan panitia pelaksana; Panitia pengarah adalah orang
orang yang memahami substansi materi bisa dari TL KMW, TA, Korkot maupun Tim
Fasilitator sendiri. Panitia pelaksana adalah orang orang yang akan mengorganisir
pelaksanaan pelatihan , sebaiknya masyarakat (relawan) dan kelurahan dilibatkan dalam
kepanitiaan. Pembagian tugas sampai rincian pekerjaan yang harus dilakukan oleh masing
masing orang dan jadual kerja , persiapan teknis administratif seperti penggandaan
bahan dan lainnya (lihat lampiran).
Menyusun jadual harian , jadual pelatihan untuk di tingkat masyarakat disesuaikan dengan
kondisi dan ketersediaan waktu masyarakat. Biasanya di tingkat masyarakat sulit untuk
pelatihan dengan jadual waktu lebih dari 2 hari berturut turut. Jadual pelatihan
dimungkinkan untuk tidak berturut turut, akan tetapi harus dipastikan tetap memenuhi
satuan Jam Pelajaran yang sudah ditetapkan dan tujuan pembelajaran dijamin bisa
tercapai.
Membentuk Tim Pemandu dan narasumber ; Tim Pemandu adalah Fasilitator kelurahan dan
bisa dibantu oleh KMW apabila dibutuhkan. Untuk menyusun Tim Pemandu perlu dipetakan
kekuatan dan kelemahan masing masing orang baik dalam kemampuan memandu
maupun pemahaman substansi, sehingga pembagian tugas memandu akan lebih efektif.
Apabila diperlukan bisa diundang narasumber dari luar KMW, misalnya dari pemerintah
daerah setempat atau lainnya. Sebelum pelaksanaan harus dilakukan diskusi terlebih
dahulu dengan narasumber mengenai materi apa yang diharapakan dari mereka dan arah
pelatihan secara garis besar sehingga kerangka logis pelatihan tetap terjaga.
Menyusun pembagian kelas; Jumlah peserta yang efektif dalam satu kelas adalah tidak
lebih dari 30 orang, apabila peserta lebih dari 30 orang sebaiknya di bagi ke dalam
beberapa kelas.

63
Technical meeting; Sebelum pelaksanaan pelatihan, akan dilaksanakan technical meeting
selama satu hari, dengan dihadiri oleh Tim Pengarah, Panitia Pelaksana, Pemandu dan
Narasumber.

3. Melaksanakan
Sudah merupakan fungsi langsung, dalam proses kegiatan latihan yang sesungguhnya ,yakni
memfasilitasi proses acara kegiatan latihan bagi para peserta. Pada tahapan fungsi inilah
sesungguhnya kita secara bertahap mulai bisa menyerahkan sebagian besar tanggungjawab
pelaksanaan latihan kepada para peserta sendiri (misalnya saja pengaturan tata tertib latihan
beserta pelaksanaan dan pengendaliannya, pengaturan ruang latihan, dan berbagai pekerjaan
teknis lainnya).
Keseluruhan proses pelatihan dicatat untuk dasar pelaporan dan dokumentasi, sehingga dalam
pelaksanaannya fungsi pencatat proses menjadi penting.

4. Mengendalikan
Merupakan fungsi langsung kita dalam proses acara latihan yang sesungguhnya, yaitu :
Mengamati jalannya semua proses kegiatan latihan, apakah sudah sesuai dengan apa yang
dirancang sebelumnya, atau apakah sudah mampu memfasilitasi proses belajar peserta dari
pengalamannya sendiri.
Merubah proses, bentuk kegiatan, atau media yang digunakan jika ada yang menyimpang dari
rancangan atau ternyata tidak mampu memfasilitasi proses belajar peserta dari pengalaman
mereka sendiri.

Pengendalian pelatihan terdiri dari :


Pengendalian pada tahap perencanaan dilaksanakan oleh KMW melalui TOR dari Tim
Fasilitator
Pengendalian pada tahap pelaksanaan, dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut :
o Korkot melakukan monitoring dan supervisi untuk 1 kelurahan/desa pertama dalam
satu Tim, dan 1 kelurahan/desa random setelah berjalan 50%
o KMW, melakukan monitoring dan supervise di 2 kelurahan/desa pertama di setiap
korkot dan 1 kelurahan random untuk setiap Korkot setelah berjalan 50%
o KMP, melakukan monitoring dan supervise di 2 kelurahan/desa pertama di setiap
KMW dan 1 kelurahan random setelah berjalan 50%.

Evaluasi harian di kelas , dilakukan secara terbuka dengan melaksanakan review harian dan
secara tertutup dengan pengisian format evaluasi oleh peserta (contoh format terlampir).
Pre post test untuk mengukur efektifitas pelatihan terhadap peningkatan pemahaman
peserta. Hasil pre test harus langsung diolah (dianalisa) untuk mengetahui sampai sejauh
mana pemahaman peserta terhadap materi yang akan dibahas. Peta pemahaman peserta
dapat menjadi acuan untuk strategi peningkatan pemahaman mereka dalam proses
pelatihan. Hasil pre test pada saat akhir pelatihan dibandingkan dengan hasil post test,
untuk menilai seberapa jauh terjadi peningkatan pemahaman dan apakah tujuan
pembelajaran tercapai.
Evaluasi harian Tim Pemandu; pembahasan pelaksanaan dan capaian kegiatan dalam satu
hari oleh seluruh Tim Pemandu termasuk hasil evaluasi harian yang dilakukan di kelas.
Hasil evaluasi akan menjadi umpan balik bagi pelaksanaan selanjutnya.

5. Pelaporan dan Dokumentasi

Seluruh proses pelatihan harus dilaporkan kepada pihak proyek melalui KMW dan juga menjadi
dokumentasi baik bagi Tim Faskel maupun masyarakat.

64
BAGAIMANA MEMBUAT PESERTA DIDIK AKTIF SEJAK DINI

Ketika anda memulai pelajaran, maka sangat penting (bagi anda) membuat para peserta didik agar
aktif sejak awal. Jika tidak, maka anda akan mengambil resiko terjadinya kapasitas seperti halnya
semen yang tinggal menunggu waktu untuk mengering. Berbagai kegiatan pembuka struktur
(pembelajaran) dibuat agar peserta didik lebih mengenal, mengerak-gerakan, mengajak pikiran
mereka, dan memancing perhatian mereka dalam mata pelajaran, pengalaman-pengalaman ini
dapat dianggap sebagai pembangkit selera makan terhadap makanan penuh perangsang selera
makan tersebut memberikan peserta didik sebuah rasa apa yang harus diikuti. Meskipun beberapa
guru memilih memulai suatu pelajaran hanya dengan sebuah pengantar singkat, namun, paling
tidak, dengan menambah sebuah latihan pembuka terhadap perencanaan pengajaran anda
merupakan langkah pertama yang mempunyai banyak keuntungan. Mari kita eksplorasi bersama
mengapa demikian.

Memulai Tujuan
Pada saat-saat paling awal pengajaran aktif, ada tiga tujuan penting yang harus dicapai. Artinya
penting tujuan tersebut hendaknya tidak terabaikan, walaupun pelajaran hanya berakhir satu
sesion. Tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Membangun Team (Team building) : bantulah peserta didik menjadi kenal satu sama
lain dan ciptakan semangat kerja sama dan saling bergantung.
2. Penegasan : pelajari sikap, pengetahuan, dan pengamalan peserta didik.
3. Keterlibatan belajar seketika : ciptakan perhatian / minat awal dalam mata pelajaran.

Semua tujuan ini, ketika tercapai, membantu mengembangkan lingkungan belajar yang melibatkan
peserta didik, mengembangkankemauan mereka untuk berperan serta dalam pengajaran aktif dan
menciptakan norma-norma ruang kelas yang positif. Mengambil dimanapun mulai dari lima menit
sampai dua jam untukkegiatan-kegiatan pembuka (tergantung pada lamanya pelajaran anda) akan
menjadi waktu yang baik untuk dimanfaatkan. Memperkenalkan kembali kegiatan-kegiatan ini dari
waktu ke waktu dari keseluruhan materi pelajaran juga membantu memperbaharui bangunan
team, memperbaiki pengukuran, dan membangun kembali minat dalam mata pelajaran.

Dalam bab ini, kita akan menguji strategi untukmencapai tiga tujuan ini. Anda hendaknya mencari
beberapa (dari strategi ini) yang akan berguna bagi anda. Ketika anda memilih strategi-strategi
pembuka untuk digunakan didalam kelas, ingatlah beberapa pertimbangan berikut ini :
1. Tingkat Ancaman : Apakah pelajaran yang anda ajarkan terbuka terhadap gagasan dan
kegiatan baru, atau apakah anda mengantisifasi keragu-raguan dan keberatan dari para
peserta didik pada awalnya? Membuka dengan sebuah strategi yang menunjukan tidak
adanya pengetahuan dan keterampilan peserta didik dapat berbahaya : mereka mungkin
tidak siap mengungkapkan keterbatasan-keterbatasan mereka. Sebagai gantinya, sebuah
strategi yang meminta para peserta untuk berkomentar tentang sesuatu yang sudah akrab
dengan mereka akan mempermudah keterlibatan mereka dalam pelajaran.
2. Ketepatan terhadap norma-norma peserta didik. Sebuah kelas para remaja atau
orang dewasa mungkin pada awalnya kurang menerima untuk memainkan permainan-
permainan dibandingkan dengan yang dilakukan oleh sebuah kelompok dari kelas lima.
Para peserta didik perempuan mungkin merasa lebih nyaman berbagi perasaan mereka
dalam sebuah latihan penyingkapan diri dibandingkan dengan peserta didik laki-laki. Anda
menetapkan langkah bagi keseluruhan pelajaran ketika anda memilih sebuah kegiatan
pembuka, pertimbangkan audiens anda dan rencanakan secara tepat.

65
3. Relevansi terhadap mata pelajaran: Jika anda tidak tertarik pada sebuah (strategi)
tukar-menukar nama secara sederhana, maka berbagai strategi yang mungkin and abaca
menawarkan sebuah kesempatan yang baik bagi para oeserta didik untuk memulai
mempelajari materi pelajaran. Gantilah sebuah pemecah kebekuan (icebreaker) yang
disarankan agar mencerminkan materi yang sedang anda rencanakan untuk diajarkan
dalam pelajaran anda. Semakin erat ada hubungan antara latihan anda dengan mata
pelajaran, maka semakin mudah transisi yang akan bisa anda buat terhadap berbagai
kegiatan pengajaran penting yang harus anda miliki/simpan.

Pertimbangan-pertimbangan tersebut mempunyai relevansi dengan setiap aspek dari


rangkaian pengajaran anda, namun sangat penting dalam tahap-tahap pembuka. Sebuah
pembuka yang sukses akan menentukan langkah bagi sebuah kelas (pembelajaran) yang
sukses pula. Demikian juga, sebuah pembuka yang nampaknya mengancam, iseng, atau
tidak dikaitkan dengan bagian pelajaran anda dapat menciptakan sebuah situasi yang
buruk yang sulit untuk diatasi.

STRATEGI MEMBANGUN TIM


(Team-Building Strategies)

Kumpulan strategi awal akan membantu para peserta didik untuk lebih mengenal dan
mengenal kembali atau membangun semangat team dengan sebuah kelompok yang telah
mengenal satu sama lain. Berbagai strategi ini juga mengembangkan sebuah lingkungan
belajar yang aktif dengan membuat para peserta didik bergerak secara fisik, untuk berbagai
opini dan perasaan mereka secara terbuka mereka bisa berbangga diri. Banyak dari strategi-
strategi ini sangat dikenal dalam seluruh profesi pengajaran. Beberapa di antaranya merupakan
ciptaan asli saya (penulis buku-red) sendiri. Semua strategi tersebut membuat para peserta
didik aktif sejak awal.

ketika anda menggunakan berbagai strategi membangun teamini, cobalah menghubungkannya


dengan mata pelajaran kelas anda. Juga, buatlah eksperimen dengan strategi-strategi yang
baru bagi anda dan para peserta didik anda. Di dunia sekarang ini, para peserta didik sangat
terbiasa dengan pemecah kebekuan populer (icebreaker) tertentu yang mungkin lebuh suka
mereka matikan daripada hidupkan. Mereka akan menyambut baik berbagai kegiatan yang
menyegarkan kebali dengan strategi berbeda.

66
Modul 4
Topik: Mempersiapkan Praktek Fasilitasi Pelatihan

Peserta memahami dan menyadari:


1. Pelatihan dasar tingkat komunitas
2. Tujuan dan kurikulum pelatihan dasar komunitas

Kegiatan 1 : Memahami Modul Dasar Komunitas


Kegiatan 2 : Persiapan Praktek

8 Jpl ( 360 )

Bahan Bacaan:
1. Modul modul Dasar Komunitas

Kerta Plano
Kuda-kuda untuk Flip-chart
LCD
Metaplan
Papan Tulis dengan perlengkapannya
Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

67
Memahami Modul Dasar Komunitas
1) Jelaskan bahwa kita akan memulai pembahasan mengenai modul dasar tingkat komunitas yang
akan dipakai acuan pelatihan komunitas oleh fasilitator.
2) Uraikan kepada peserta bahwa semua kelmpok sasaran pelatihan di tingkat kelurahan yaitu
relawan, anggota BKM/LKM, UP UP dan juga Lurah akan mendapatkanmateri dasar yang
disebut Modul Dasar Komunitas.
3) Bagikan kepada peserta kumpulan Modul Dasar Komunitas. Dengan acuan modul modul
tersebut buatlah GBPP bersama peserta.Pakailah tabeli bawah ini sebagai acuan :

Tema/Topik Tujuan Metode Alat/Bahan JPL


Pembelajaran

4) Refleksikan hasilnya kemudian beri kesempatan kepada peserta untuk meberikan tanggapan
dan pertanyaan.

Persiapan Praktek

1) Jelaskan kepada peserta, bahwa kita akan mempraktekan modul untuk pelatihan relawan.
Modul yang akan dipraktekan adalah :
Paradigma Pembangunan
Masalah Kemiskinan
Penanggulangan Kemiskinan
Pemberdayaan Sejati dan Kerelawanan

68
Kepemimpinan Masyarakat Manusia
Partisipasi Perempuan
Komunitas Belajar Kelurahan

2) Sebelum memulai praktek, peserta akan diberikan kesempatan untuk memahami modul
dan membahas di dalam kelompok yang praktek. Bagilah peserta ke dalam 7 kelompok dan
masing masing kelompok mendapat tugas untuk praktek dengan pembagian topic
bahasan dan waktu praktek sbb :

Kelompok Tema /Topik JPL


1 Paradigma Pembangunan 2
2 Masalah Kemiskinan 3
3 Penanggulangan Kemiskinan 3
4 Pemberdayaan Sejati dan Kerelawanan 3
5 Kepemimpinan Masyarakat Manusia 2
6 Partisipasi Permempuan 3
7 Komunitas Belajar Kelurahan (Modul 1) 3
Jumlah jam praktek 19

5) Mintalah peserta untuk menyusun persiapan untuk praktek dalam kelompoknya selama 6 JPL
(270)

69
Modul
Topik: Praktek Melatih

Peserta mampu memfasilitasi pelatihan komunitas

Praktek Melatih

21 Jpl ( 945 )

Bahan Bacaan:
Modul Dasar Komunitas
Modul Khusus Relawan : KBK

Kerta Plano
Kuda-kuda untuk Flip-chart
LCD
Metaplan
Papan Tulis dengan perlengkapannya
Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

70
Melatih Dengan Baik

1) Jelaskan bahwa kita akan memulai praktek melatih dengan berdasarkan kepada modul yang
sudah dibahas sebelumnya.
2) Untuk urutan praktek, supaya lebih adil dilakukan dengan cara diundi.
3) Lakukan simulasi praktek melatih dimulai dari kelompok pertama, sesuai urutan yang sudah
disepakati.
4) Setiap selesai satu kelompok bahas bersama dan beri komentar terhadap praktek yang
dilakukan. Gunakan Lembar Kerja Pengamatan Praktek yang sudah disediakan sebagai acuan.

71
LK Lembar Pengamatan Praktek Melatih
Lembar Pertanyaan untuk Pengamat :

Pertanyaan Pemandu Komentar Pengamat


1) Secara umum apakah ada yang kurang
dlm simulasi tersebut ?

2) Apakah fasilitator mengenalkan diri,


mengemukakan tujuan pembahasan
modul ?
3) Sebagai apa dan dimana fasilitator
memposisikan dirinya

4) Apakah bahasa yang digunakan oleh


fasilitator sesuai dengan karakteristik
peserta ?
5) Apakah media bantu yang digunakan
sesuai dengan karakteristik peserta?
6) Bagaimana keterampilan fasilitator
dalam menggunakan media bantu?
7) Apakah semua peserta terlibat ? Siapa
yang tidak cukup terlibat ? Mengapa ?
8) Apakah ada peseta yang mendominasi ?
Bagaimana fasilitator mengatasi orang
yang mendominasi ?
9) Apakah peserta bisa menghargai dan
menerima perbedaan pendapat ?
Bagaimana fasilitator mengatasi hal
tersebut ?
10) Apakah fasilitator masih dominan
dibandingkan dengan peserta ?
11) Apakah fasilitator cukup ramah, bisa
mengembangkan suasana yang akrab
dan akomodatif ? Apakah ada hal-hal yg
tdk boleh dilakukan tapi tetap dilakukan
oleh fasiitator

12) Bagaimana cara fasilitator


mengembangkan pertenyaan? Apakah
cukup sistematis?
13) Apa saja yg dicatat oleh perekam proses

72
DEPARTEMEN
PEKERJAAN
Perkotaan UMUM
Direktorat Jenderal Cipta Karya

Anda mungkin juga menyukai