kualitas struktur tanah. Perubahan kualitas struktur kesuburan tanah dan iklim. Sistem agroforestri dalam
tanah diduga sebagai akibat dari kegiatan alih guna model ini meliputi sistem budidaya lorong pada lahan
lahan, misalnya dari hutan menjadi kebun kopi di datar atau lahan berlereng, sistem pekarangan serta
Sumberjaya (Verbist dan Pasya, 2004). sistem bera dan tanaman pagar pada lahan berlereng
Affandi (2002) melakukan pengukuran limpasan yang ditanam mengikuti garis kontur (Sunaryo et al.,
permukaan di Desa Bodong, Sumberjaya pada skala 2002). Prinsip dan proses dasar penyerapan air, hara
plot dengan berbagai tipe pengelolaan lahan yaitu, plot dan cahaya oleh tanaman diterjemahkan model
kopi dengan rumput kerbau (Paspalum conjugatum) WaNuLCAS melalui beberapa modul antara lain iklim,
sebagai tanaman penutup tanah, plot kopi dengan erosi tanah dan sedimentasi, penyerapan air, hara dan
penyiangan dan plot kopi tanpa penyiangan. Pada cahaya oleh tanaman, pertumbuhan tanaman (tajuk
plot kopi dengan penyiangan, limpasan permukaan dan akar), bahan organik tanah serta keseimbangan
mencapai 7 16 %, jumlah ini menurun pada tahun hara, air dan tanah. Penjelasan lebih rinci mengenai
kedua seiring dengan tumbuhnya tanaman kopi. proses penyerapan air, hara dan cahaya dapat dilihat
Kehilangan tanah yang terbesar dijumpai pada plot kopi pada van Noordwijk dan Lusiana (2000) dan Hariah
dengan penyiangan yaitu sebesar 23 Mg ha-1 pada et al. (2002).
tahun kedua. Adanya P. conjugatum dapat Modul iklim, erosi tanah dan sedimentasi
menurunkan limpasan permukaan dan kehilangan tanah memodelkan bagaimana hujan pada lahan miring akan
sampai hingga 0 % setelah tahun ke tiga, sedang pada mengalir di permukaan tanah sebagai limpasan
plot kopi tanpa penyiangan limpasan permukaan dan permukaan. Semakin banyak air yang mengalir dalam
kehilangan tanah menurun sampai hingga 0 % setelah bentuk limpasan permukaan, maka semakin berkurang
tahun ke empat. Pada kecamatan yang sama, namun resapan air ke dalam tanah dan semakin tinggi resiko
struktur tanah berbeda di desa Tepus dan Laksana, terjadinya kekeringan. Meningkatnya limpasan
Agus et al. (2002) menyatakan bahwa besarnya permukaan juga meningkatkan kehilangan lapisan
limpasan permukaan pada plot kopi monokultur sebesar tanah atas (erosi), bahan organik dan hara. Dengan
48 mm dan kehilangan tanah hanya sebesar 1.3 Mg berjalannya waktu dampak in situ yang dirasakan
ha-1 dalam periode 8 bulan pengamatan dengan curah adalah menurunnya produksi tanaman dan dampak ex
hujan sebesar 2347 mm. situ adalah sedimentasi di daerah hilir.
Untuk memahami perubahan limpasan permukaan
dan kehilangan tanah, dibutuhkan pengukuran secara METODOLOGI
langsung di lapangan. Pengukuran limpasan
permukaan dan kehilangan tanah di lapangan secara Gambaran umum daerah Sumberjaya
langsung membutuhkan biaya, waktu dan percobaan Kecamatan Sumberjaya, Lampung Barat, merupakan
yang tidak sedikit. Salah satu upaya yang dapat daerah yang berbatasan dengan pegunungan yang
dilakukan untuk menekan biaya, waktu dan percobaan bersambungan dan terletak di hulu DAS Tulang
adalah menggunakan pendekatan model simulasi yang Bawang dengan luas lebih dari 478 km2 dan ketinggian
mampu memperhitungkan faktor-faktor yang antara 700 1700 m dpl (Agus et al., 2002). Kondisi
mempengaruhi limpasan permukaan dan kehilangan topografi wilayah ini bervariasi mulai dari datar,
tanah sehingga menghasilkan nilai yang mendekati bergelombang, berbukit sampai bergunung. Wilayah
dengan hasil pengukuran di lapangan. Tulisan ini datar hingga bergelombang mencapai 15%,
mengkaji pemanfaatan model simulasi WaNuLCAS bergelombang hingga berbukit 65% dan wilayah
dalam memahami perubahan limpasan permukaan dan berbukit hingga bergunung mencapai 20% (Sihite,
kehilangan tanah pada kebun kopi di Sumberjaya, 2001).
Lampung. Dalam proses pengkajian ini hasil simulasi Jenis tanah yang dominan pada daerah ini adalah
dibandingkan dengan hasil pengamatan di lapangan Inceptisol yang dicirikan dengan tingkat perkembangan
yang merupakan bagian dari validasi dalam yang relatif muda (Agus et al., 2002). Tekstur tanah
menggunakan model simulasi. Nantinya diharapkan di daerah Sumberjaya didominasi oleh lempung liat
model mampu menggambarkan fenomena perubahan pada lapisan atas dan liat pada lapisan bawah
limpasan permukaan dan kehilangan tanah akibat alih (Widianto, 2002) dengan kisaran laju infiltrasi pada
guna lahan. kondisi jenuh berkisar antara 24-240 mm hari-1
Model simulasi WaNuLCAS (Water, Nutrient and (Tabel 1).
Light Capture in Agroforestry System) adalah model Curah hujan rata-rata di daerah Sumberjaya 2614
simulasi yang dapat digunakan untuk mensintesis mm tahun-1 dan memiliki intensitas yang tinggi dengan
proses-proses penyerapan air, hara dan cahaya oleh durasi hujan yang singkat dan tidak merata
tanaman pada berbagai macam pola tanam dalam penyebarannya (Sinukaban et al., 2000). Musim hujan
sistem agroforestri dalam skala plot dan waktu harian. yang ditandai dengan tingginya curah hujan terjadi mulai
Proses-proses tersebut sangat dipengaruhi oleh bulan November hingga Mei, sedang curah hujan
83
Khasanah et al., Simulasi Limpasan Permukaan Dan Kehilangan Tanah Pada Berbagai Umur Kebun Kopi
Tabel 1. Laju infiltrasi tanah sesudah mencapai bagi cacing tanah berupa lapisan seresah tanah dan
keadaan stabil (mendekati konduktivitas akar yang mati. Kapasitas tanah dalam menyimpan
hidrolik jenuh). air tergantung pada konduktifitas hidraulik jenuh dan
Tekstur tanah Laju infiltrasi, mm Laju infiltrasi, mm aliran lateral. Konduktifitas hidraulik jenuh dihitung
jam-1 hari-1 melalui rumus Van Genuchten yang merupakan fungsi
Pasir > 30 >720 dari tekstur tanah, bahan organik tanah dan kerapatan
Lempung 20 - 30 480 720 tanah (Woesten et al., 1998).
berpasir Kehilangan tanah dimodelkan sebagai fungsi dari
Lempung 10 - 20 240 480 limpasan permukaan, kemiringan lahan, kerapatan
Lempung liat 5 - 10 120 240 vegetasi penutup tanah dan koefisien entrainment/
Liat 1-5 24 120 erodibilitas tanah atau mudah tidaknya tanah terkikis
Sumber : Brouwer et al. (1999). oleh hujan dan limpasan permukaan (Rose, 1985):
Q
E = 2700 * S * (1 Cover ) * *
terendah terjadi pada bulan Juni September setiap 100
dengan,
tahunnya (Farida, 2001). Limpasan permukaan akan E = kehilangan tanah (Mg ha-1)
meningkat seiring dengan meningkatnya intensitas S = sinus(kemiringan lahan)
hujan. Seiring dengan waktu dan terjadinya proses Cover = fraksi penutupan lahan (0 = terbuka 1 =
penjenuhan tanah, intensitas hujan yang konstan juga tertutup)
dapat meningkatkan limpasan permukaan (Kinoshita Q = limpasan permukaan , mm
dan Nakane, 2002). l = entrailment efisiensi.
Penggunaan model WaNuLCAS Selanjutnya Rose (1985) memodifikasi l menjadi
Dalam proses pengkajian perubahan limpasan = bare 0.15 COV
permukaan dan kehilangan tanah menggunakan model dengan:
simulasi WaNuLCAS, terlebih dahulu dilakukan bare = entrailment efisiensi dari plot terbuka,
validasi terhadap model. Validasi dilakukan dengan cara COV = persen penutupan lahan.
membandingkan hasil pemodelan dengan data
pengamatan di lapangan untuk kondisi kebun kopi Parameterisasi sistem kopi dan hujan di
monokultur 1, 3, 7 dan 10 tahun serta hutan sebagai Sumberjaya dalam model WaNuLCAS
kontrol. Data limpasan permukaan dan kehilangan Parameterisasi merupakan tahapan penting dalam
tanah yang digunakan adalah data pengamatan dalam memodelkan suatu sistem. Simulasi sistem kopi di
periode 18 Mei 21 Juli 2001 (Widianto et al., 2004). Sumberjaya dilakukan berdasarkan data hasil
Nantinya diharapkan model mampu menggambarkan pengukuran di lapangan dan dengan bantuan uji
fenomena perubahan limpasan permukaan dan erosi sensitivitas untuk parameter-parameter yang sulit
akibat dari perubahan alih guna lahan. diukur.
Proses limpasan permukaan dan kehilangan Parameterisasi tanaman kopi dan kondisi tanah
tanah dalam model WaNuLCAS Dalam model WaNuLCAS, pertumbuhan kopi
Siklus air dalam tanah (Suprayogo et al., 2002) dimodelkan berdasarkan konsep percabangan fraktal
merupakan peristiwa yang melibatkan proses yang mengacu pada Analisis Cabang Fungsional (FBA
masuknya air ke dalam lapisan tanah dan keluarnya = Functional Branch Analysis) yang dikembangkan
air dari lapisan tanah. Proses masuknya air hujan ke oleh van Noordwijk dan Mulia (2002). Untuk keperluan
dalam lapisan tanah melalui suatu proses yang simulasi sistem kopi ini, konsep Analisis Cabang
dinamakan infiltrasi. Dalam model WaNuLCAS, Fungsional dipadukan dengan persamaan allometrik
apabila curah hujan telah melebihi maximum laju kopi yang diperoleh Arifin (2001). Parameter tanaman
infiltrasi tanah dan curah hujan telah melebihi kapasitas kopi lainnya dan parameter kondisi tanah diperoleh dari
tanah menyimpan air (jumlah ruang pori tanah) Farida (2001). Kurva pertumbuhan kopi berdasarkan
limpasan permukaan mulai terjadi (Gambar 1). estimasi allometrik dari Arifin (2001) disajikan dalam
Laju infiltrasi tanah sangat dipengaruhi oleh macam Gambar 2.
penggunaan lahan atau kerapatan vegetasi penutup
tanah yang berhubungan dengan ketebalan lapisan Parameterisasi intensitas hujan dan laju
seresah tanah, intensitas hujan, intersepsi hujan oleh infiltrasi tanah
canopi tanaman dan dinamika struktur tanah. Dalam model WaNuLCAS, parameter yang mewakili
Dinamika struktur tanah merupakan proses faktor intensitas adalah Rain_IntensMean (RIM),
pembentukan dan penurunan pori makro yang sangat sedang parameter yang mewakili faktor laju infiltrasi
tergantung pada tersedianya makanan (bahan organik) tanah (mm hari-1) adalah S_SurfInfiltInit (SSI) dan
84
Khasanah et al., Simulasi Limpasan Permukaan Dan Kehilangan Tanah Pada Berbagai Umur Kebun Kopi
Gambar 1. Diagram alur faktor-faktor yang mempengaruhi limpasan permukaan dan kehilangan tanah dalam
model WaNuLCAS (Khasanah et al., 2002).
Gambar 2. Kurva pertumbuhan kopi berdasarkan Gambar 3. Hubungan antara limpasan permukaan
Arifin (2001). dan curah hujan pada berbagai nilai
intensitas hujan (RIM).
S_SurfInfiltDef (SSD). Parameter RIM didefinisikan mencapai jenuh. Secara umum hasil sensitivitas
sebagai curah hujan per jam (mm jam-1) dan berkaitan limpasan permukaan pada berbagai nilai SSI
dengan parameter durasi/lamanya hujan. Gambar 3 menunjukkan semakin kecil nilai SSI, semakin tinggi
menampilkan prediksi limpasan permukaan pada tiga limpasan permukaan (Gambar 4).
nilai RIM yang berbeda, yakni 30, 50 dan 100 yang Pada RIM 50 dan SSI 1000 mm hari-1, jumlah
berpadanan dengan durasi hujan selama 48, 29 dan 14 limpasan permukaan untuk curah hujan di bawah 40
menit. Nilai ini merupakan nilai rata-rata, variasi nilai mm relatif kecil, yaitu berkisar antara 0 15 mm. Pada
durasi hujan ini akan mengikuti nilai standar deviasi. curah hujan 40 60 mm, limpasan permukaan berkisar
Secara umum dapat dilihat bahwa hasil sensitivitas antara 0 30 mm. Meskipun demikian, pada beberapa
limpasan permukaan pada berbagai nilai RIM kejadian hujan di atas 40 mm, limpasan permukaan
menunjukkan peningkatan dengan semakin besarnya relatif kecil. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi tanah
nilai RIM (nilai SSI 1000 mm hari-1). yang basah atau kering pada saat terjadi hujan sangat
Parameter SSI merupakan laju infiltrasi tanah pada mempengaruhi besarnya limpasan permukaan
saat kondisi tanah kering ketika air hujan akan (Kinoshita dan Nakane, 2002). Keadaan ini
terinfiltrasi dengan cepat. Sedangkan SSD adalah laju dimungkinkan oleh kondisi tanah dalam keadaan kering
infiltrasi tanah pada kondisi stabil saat pori-pori tanah
85
Khasanah et al., Simulasi Limpasan Permukaan Dan Kehilangan Tanah Pada Berbagai Umur Kebun Kopi
Gambar 4. Hubungan antara limpasan permukaan Gambar 5. Hubungan antara limpasan permukaan
dan curah hujan pada berbagai nilai laju dengan parameter SKD pada nilai 0;
infiltrasi awal (SSI). 0.0001 dan 0.0005.
sehingga banyak pori makro tanah yang terisi udara menterjemahkannya melalui parameter
yang memungkinkan air hujan banyak terinfiltrasi. E_EntrainmentCoeffBarePlot (ECB). ECB
Kisaran nilai limpasan permukaan yang diperoleh merupakan faktor yang menentukan mudah tidaknya
dengan nilai RIM 50 dan SSI 1000 mm hari-1, telah tanah tererosi dalam kondisi tanpa adanya vegetasi
mendekati hasil pengukuran yang dilakukan pada penutup tanah.
kebun kopi 1 tahun (Widianto et al., 2004). Menurut Hasil parameterisasi dinamika struktur tanah, pada
Widianto et al. (2004) nilai limpasan permukaan nilai SKD tertentu digunakan untuk simulasi pada
berkisar antara 0 10 mm untuk curah hujan kurang berbagai nilai ECB. Hubungan antara kehilangan tanah
dari 40 mm, sedang untuk curah hujan 40 - 50 mm dengan umur kebun kopi pada nilai ECB 0.001, 0.002
berkisar antara 5 20 mm. Dengan demikian nilai ditampilkan pada Gambar 6. Terlihat bahwa dengan
parameter RIM sebesar 50 dan SSI sebesar 1000 meningkatnya nilai ECB akan meningkatkan besarnya
digunakan untuk perbandingan hasil simulasi dan kehilangan tanah dan cenderung menurun dengan
pengukuran di lapangan. bertambahnya umur kebun kopi.
Hasil sensitivitas kehilangan tanah pada berbagai nilai
Parameterisasi dinamika struktur tanah
ECB ini selanjutnya dibandingkan dengan hasil
Dinamika struktur tanah diterjemahkan dalam model
pengukuran kehilangan tanah di lapangan, dengan
WaNuLCAS sebagai parameter S_KStrucDecay
demikian dapat dipilih nilai ECB yang dapat mewakili
(SKD). Secara spesifik parameter SKD merupakan
ondisi tanah di Sumberjaya
nilai yang menunjukkan besarnya laju penurunan pori
makro tanah per hari.
Hubungan antara limpasan permukaan dengan
umur kebun kopi pada nilai SKD 0, 0.0001 dan 0.0005
ditampilkan pada Gambar 5. Laju penurunan pori
makro tanah per hari berbanding lurus dengan nilai
SKD. Secara umum hasil sensitivitas limpasan
permukaan pada berbagai nilai SKD meningkat dengan
meningkatnya nilai SKD.
Hasil sensitivitas limpasan permukaan pada
berbagai nilai SKD ini selanjutnya dibandingkan dengan
hasil pengukuran limpasan permukaan di lapangan,
dengan demikian dapat dipilih nilai SKD yang dapat
mewakili kondisi tanah di daerah Sumberjaya.
Parameterisasi kehilangan tanah
Besarnya kehilangan tanah selain dipengaruhi oleh Gambar 6. Hubungan antara kehilangan tanah
besarnya limpasan permukaan juga ditentukan oleh dengan umur kebun kopi pada nilai ECB
0.001 dan 0.002.
mudah tidaknya tanah terbawa oleh limpasan
permukaan. Dalam hal ini model WaNuLCAS
86
Khasanah et al., Simulasi Limpasan Permukaan Dan Kehilangan Tanah Pada Berbagai Umur Kebun Kopi
Gambar 10. Limpasan permukaan hasil pengukuran di lapangan dan hasil simulasi pada berbagai umur kebun
kopi pada nilai S_Kstruc Decay 0.0005.