A. Definisi
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan hitung eritrosit lebih
rendah dari harga normal.
Menurut WHO dikatakan anemia bila :
Pada orang dewasa Hb < 12,5 g/dl
Pada anak-anak berumur 6-14 tahun < 12 g/dl
Kebutuhan Fe dalam makanan sekitar 20 mg sehari, dari jumlah ini hanya
kira-kira 2 mg yang diserap. Jumlah total Fe dalam tubuh berkisar 2-4 gram. Kira-
kira 50 mg/Kgbb pada pria dan 35 mg/Kgbb pada wanita.
Secara morfologis anemia defisiensi besi diklasifikasikan sebagai anemia
mikrositik hipokrom. Anemia defisiensi besi akibat kurang besi dalam diit bisa terjadi
pada setiap orang.
C. Gambaran Klinis
Gejala anemia defisiensi pada umumnya adalah :
cepat lelah
jantung berdebar-debar
takikardi
sakit kepala
mata berkunang-kunang
i
letih
lesu
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin menurun
2. Nilai MCV rendah
3. Nilai MHCH rendah
4. Usapan darah tepi
Pada defisiensi besi dini apusan biasanya normal. Sulit untuk mencari
perubahan dini yang samar-samar dalam ukuran sel pada defisiensi besi dini
dan pada stadium ini nilai MCV lebih mendorong daripada apusan darah tepi.
Pada anemia defisiensi besi berat terjadi poikilositasis yang nyata dan
hipokrom tanpa noda berupa titik-titik. Umum terdapat sel-sel elips
(berbentuk sigaret). Beberapa sel muda yang terlihat pada sediaan apus
seringkali muncul sebagai sel-sel target polikromatofilik.
5. Besi serum (serum Iron/SI)
Biasanya rendah, tapi juga rendah pada peradangan akut dan kronis
serta keganasan nilai SI dapat turun dalam beberapa jam mulainya infeksi
akut.
6. Kapasitas Pengikatan Besi Total (Total Iron Binding Capacity/TIBC)
Biasanya meningkat pada banyak penderita dengan defisiensi besi.
Nilainya akan rendah pada peradangan kronis dan keganasan
E. Penatalaksanaan
Jika anemia defisiensi besi sudah ditegakkan, pengobatan harus dilakukan
sambil mencari dan menghilangkan penyebabnya. Tetapi tidak perlu menunda
pengobatan sampai penyebabnya dihilangkan. Besi yang diberikan terdapat
dalam beberapa bentuk melalui oral, parenteral maupun tranfusi darah dengan
keuntungan dan kerugian masing-masing pemberian.
ii
Penatalaksanaan secara umum :
1. Mengobati penyebab anemia
2. Pemberian tranfusi darah
- Bila terdapat gejala yang signifikan atau perdarahan yang jelas dengan Hb <
5 g/dl
- Pada pasien dengan kelainan jantung atau kondisi klinik lain yang
memerlukan Hb dalam jumlah besar
Pemberian Preparat Fe dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
Fero sulfat 3 x 10 mg secara oral dalam keadaan perut kosong, dapat dimulai
dengan dosis rendah dan dinaikkan bertahap.
Pada pasien yang tidak kuat dapat diberikan bersama makanan. Bila pasien
ada gastritis atau duodenitis, bentuk ini sebaiknya dihindari
Efek samping :
yang paling sering timbul berupa toleransi terhadap sediaan oral, ini sangat
tergantung dari jumlah Fe yang dapat larut dan yang diabsorpsi pada tiap
pemberian.
Intoksikasi akut sangat jarang terjadi pada orang dewasa, kebanyakan terjadi
pada anak akibat menelan terlalu banyak table FeSO 4 yang mirip gula-gula.
Intoksikasi akut ini dapat terjadi setelah menelan Fe sebanyak 1 g.
Kelainan utama terdapat pada saluran cerna, mulai dari iritasi, korosi, sampai
terjadi nekrosis.
iii
Hematemesis
Feses berwarna hitam karena perdarahan pada saluran cerna
Syok dan akhirnya kolaps kardiovaskular dengan bahaya kematian
Banyak anemia yang mirip anemia defisiensi Fe. Sebagai pegangan untuk
diagnostik dalam hal ini ialah, bahwa pada anemia defisiensi Fe dapat terlihat
granula berwarna kuning emas di dalam sel-sel retikuloendotelial sumsum tulang.
OBAT LAIN
RIBOFLAVIN
Riboflavin (vitamin B2) dalam bentuk flavin mononukleotida (FMN) dan falavin-
adenin dinukleotida (FAD) berfungsi sebagai koenzim dalam metabolisme flavo-
protein dalam pernapasan sel. Sehubungan dengan anemia, ternyata riboflavin
dapat memperbaiki anemia normokromik normositik (pure red-cell aplasia).
Anemia defisiensi riboflavin banyak terdapat pada malnutirisi protein kalori,
dimana ternyata faktor derisiensi Fe dan penyakit infeksi memegang peranan
pula.
Dosis yang digunakan cukup 10 mg sehari per oral atau IM.
PIRIDOKSIN
Vitamin B6 ini mungkin berfungsi sebagai koenzim yang merangsang
pertumbuhan heme. Defisiensi piridoksin akan menimbulkan anemia mikrositik
hipokromik. Pada sebagian besar penderita akan terjadi anemia normoblastik
sideroakrestik dengan jumlah Fe non hemoglobin yang banyak dalam prekursor
iv
eritrosit, dan pada beberapa penderita terdapat anemia megaloblastik. Pada
keadaan ini absorpsi Fe meningkat, Fe-binding protein menjadi jenuh dan terjadi
hiperferemia, sedangkan daya regenerasi darah menurun. Akhirnya akan
didapatkan gejala hemosiderosis.
KOBAL
Defisiensi kobal sebelum pernah dilaporkan pada manusia. Kobal dapat
meningkatkan jumlah hematokrit, hemoglobin dan dapat meningkatkan jumlah
hematokrit, hemoglobin dan eritrosit pada beberapa penderita dengan anemia
refrakter, seperti yang terdapat pada penderita talasemia, infeksi kronik atau
penyakit ginjal, tetapi mekanisme yang pasti tidak diketahui. Kobal merangsag
pembentukan eritropeoitin yang berguna untuk meningkatkan ambilan Fe oleh
sumsum tulang, tetapi ternyata pada penderita anemia refrakter biasanya kadar
eritropoietin sudah tinggi. Penyelidikan lain mendapatkan bahwa kobal
menyebabkan eritropoietin sudah tinggi. Penyelidikan lain mendapatkan bahwa
kobal menyebabkan hipoksia intrasel sehingga dapat merangsang pembentukan
eritrosit. Kobal sering terdapat dalam campuran sediaan Fe, karena ternyata
kobal dapat menigkatkan absorpsi Fe melalui usus.
Akan tetapi, harus diingat bahwa kobal dapat menimbulkan efek toksik berupa :
- erupsi kulit
- struma
- angina
- tinnitus
- tuli
- payah jantung
- sianosis
- koma
- malaise
- anoreksia
- mual
- muntah
TEMBAGA
Seperti telah diketahui kedua unsur ini terdapat dalam sitokrom oksidase, maka
ada sangkut paut metabolisme tembaga (Cu) dan Fe. Hingga sekarang belum
ada kenyataan yang menunjukkan pentingnya penambahan Cu baik dalam
makanan ataupun sebagai obat, dan defisiensi Cu pada manusia sangat jarang
terjadi. Pada hewan percobaan, pengobatan anemia defisiensi Fe yang disertai
hipokupremia dengan sediaan Fe, bersama atau tanpa Cu, memberikan hasil
yang sama. Sebaliknya, pada anemia dengan defisiensi Cu (yang sukar
v
dibedakan dari defisiensi Fe) diperlukan kedua unsur tersebut karena pada
hewan dengan defisiensi Cu absorpsi Fe akan berkurang.
vi
DAFTAR PUSTAKA
vii