Anda di halaman 1dari 9

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Definisi Tipologi


Salah satu pendekatan yang digunakan untuk mengambil suatu kebijakan pada kegiatan
perencanaan adalah dengan cara memanfaatkan metode tipologi. Sebagai contoh, suatu
wilayah dapat dibagi ke dalam tipe-tipe berdasarkan sumber daya alam misalnya
kepadatan penduduk, atau daya dukung lahan. Pembentukan tipologi ini bertujuan untuk
mengembangakan pendekatan kebijakan yang bersifat spesifik sesuai dengan tipe
wilayah tersebut.

Definisi tipologi itu sendiri adalah studi pengklasifikasian tipe-tipe dengan karakteristik
tertentu (www.education.yahoo.com). Selain itu tipologi dapat juga berarti suatu metode
dimana orang atau benda dapat diklasifikasikan sebagai suatu tipe tertentu
(www.adamranson.freeserve.com).

Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa secara umum tipologi adalah
pengklasifikasian suatu objek berdasarkan karakteristik tertentu yang terkait dengan
objek. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengklasifikasian itu sendiri berarti
proses, cara, perbuatan menggolong-golongkan menurut ciri khas tertentu.

2.2 Definisi Tutupan Lahan dan Penggunaan Lahan


Menurut Sabins (1997), tutupan lahan menggambarkan unsur-unsur seperti vegetasi,
batuan atau bangunan-bangunan yang merepresentasikan permukaan bumi, sedangkan
penggunaan lahan menggambarkan suatu persil lahan yang digunakan untuk agrikultur,
tempat tinggal, industri, atau lainnya. Dalam pengertian lain menurut [Lillesand dan
Kiefer (1994)], tutupan lahan merupakan perwujudan fisik objek-objek yang menutupi
lahan tanpa mengkaitkan kegiatan manusia terhadap objek-objek tersebut, sedangkan
penggunaan lahan merupakan kegiatan manusia yang terkait dengan lahan.

6
Dari uraian di atas dapat diketahui perbedaan antara tutupan lahan dan penggunaan lahan.
Tutupan lahan berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada pada permukaan bumi pada
periode tertentu, sedangkan penggunaan lahan berkaitan dengan aktivitas manusia pada
bidang lahan tertentu. Sebagai contoh dapat dilihat Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Contoh Tutupan Lahan

Gambar 2.1 menunjukkan jenis tutupan lahan kebun dan hutan. Penggunaan lahan pada
tutupan kebun dan hutan dapat berubah penggunaannya misalnya menjadi daerah
pemukiman, rekreasi, industri, atau lainnya.

Secara garis besar tutupan lahan mengacu pada wilayah vegetasi atau non vegetasi
sehingga pola perubahan tutupan lahan yang terjadi dapat berupa:
Wilayah vegetasi tetap menjadi wilayah vegetasi
Wilayah vegetasi berubah menjadi wilayah non vegetasi
Wilayah non vegetasi berubah menjadi wilayah vegetasi
Wilayah non vegetasi tetap menjadi wilayah non vegetasi
Wilayah vegetasi dapat berupa semak, sawah, kebun, dan hutan sedangkan wilayah non
vegetasi dapat berupa pemukiman, jalan, dan perairan.

2.3 Sistem Informasi Geografis (SIG)


Menurut Aronoff (1989), SIG adalah sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan
untuk menyimpan, mengelola, dan memanipulasi data geografis. SIG dapat digunakan
untuk memasukkan, menyimpan, mengevaluasi, mengintegrasikan, memanipulasi,
menganalisis, dan menampilkan data-data yang memiliki nilai posisi/lokasi di permukaan
bumi sehingga data ini dikenal orang sebagai data yang bergeoreferensi.

7
Salah satu keunggulan SIG adalah kemampuan SIG dalam melakukan analisis spasial
diantaranya [Prahasta2005]:
1. Tumpang Susun
Fungsi ini menghasilkan data spasial baru dari minimal dua data spasial yang menjadi
masukannya. Sebagai contoh, untuk menghasilkan wilayah-wilayah yang sesuai
untuk budidaya tanaman tertentu (misalnya padi) diperlukan data ketinggian
permukaan bumi, kadar air tanah, dan jenis tanah, maka fungsi analisis spasial
tumpang susun akan dikenakan terhadap ketiga data spasial (dan atribut) tersebut.
2. Klasifikasi
Fungsi ini mengklasifikasikan atau mengklasifikasikan kembali suatu data spasial
(atau atribut) menjadi data spasial yang baru dengan menggunakan kriteria tertentu.
Sebagai contoh, nilai-nilai persentase kemiringan permukaan bumi dapat
diklasifikasikan menjadi data spasial baru yang dapat digunakan untuk merancang
perenanaan pengembangan suatu wilayah. Adapun contoh kriteria yang digunakan
adalah 0-14% untuk pemukiman, 15-29% untuk pertanian dan perkebunan, 30-44%
untuk hutan produksi, dan 45% ke atas untuk hutan dan taman nasional.

2.4 Metode Klasifikasi


Secara umum, data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data biasanya merupakan data
mentah (raw data) berupa deretan angka-angka yang menunjukkan tentang karakteristik
tertentu. Data mentah ini biasanya sulit untuk dimengerti karena jumlah data yang cukup
besar dan penyajian data yang masih acak. Berikut adalah contoh data mentah berupa
besarnya kepadatan penduduk dalam satu wilayah. Jika X = kepadatan penduduk dalam
persentase, maka nilai X adalah sebagai berikut

78 65 84 68 68 72
54 70 67 90 67 85
67 90 89 85 75 60
89 85 72 73 64 72
72 73 73 64 72 73
84 68 73 64 84 68
90 72 68 72 90 72

8
Data di atas merupakan data mentah karena data tersebut belum dapat memberikan
gambaran informasi secara tepat, misalnya berapa banyak kecamatan yang persentase
kepadatan penduduknya antara 8090%. Agar data mentah ini dapat memberikan
informasi yang berguna maka perlu dilakukan proses pengolahan data. Salah satu cara
dalam mengolah data adalah dengan melakukan klasifikasi data.

Klasifikasi data adalah pengelompokan data sesuai karakteristik yang dimiliki dengan
keperluan pengelompokan data (www.depkop.go.id). Tujuan dari klasifikasi data adalah
sebagai berikut:
1. Mengelompokkan sifat-sifat yang sama ke dalam kelompok atau kelas yang sama.
2. Memudahkan perbandingan.
3. Mengelompokkan informasi penting dan menghilangkan hal-hal yang tidak perlu.
4. Menunjukkan sifat yang menonjol sehingga mudah dilihat sekilas.
5. Memudahkan perlakuan statistik selanjutnya atas data yang telah dikumpulkan,
misalnya untuk analisis, interpretasi, atau penyusunan laporan.

Beberapa hal yang perlu ditentukan dalam proses pengklasifikasian data diantaranya:
Jumlah kelas
Interval Kelas

Jumlah Kelas
Dalam menentukan jumlah kelas, hal-hal yang harus diperhatikan, antara lain:
Luas penyebaran dari hasil penelitian yang akan dikelompokkan
Jumlah individu-individu/keadaan yang akan dikelompokkan
Jenis-jenis atau keterangan yang akan dikelompokkan

Interval Kelas
Interval kelas adalah jarak yang terletak antara dua nilai yang diketahui. Interval kelas
akan menunjukkan suatu kelompok nilai yang dibatasi oleh batas atas dan batas bawah.

9
Dalam menentukan interval kelas, hal-hal yang harus diperhatikan antara lain:
Interval kelas harus meliputi semua data, dipilih dari harga yang terendah sampai
harga yang tertinggi
Interval kelas tidak boleh dimulai dengan suatu harga yang sama besarnya dengan
harga kelas sebelumnya.

Tabel 2.1 Contoh Pengelompokkan Kelas


Pengelompokkan Kelas
0-5 0-4
5-10 5-9
10-15 10-14
15-20 15-19
20-25 20-24

Tabel 2.1 menunjukkan dua contoh pengelompokkan kelas. Kolom pertama merupakan
contoh pengelompokan kelas yang kurang baik dan kolom kedua merupakan contoh
pengelompokkan kelas yang baik. Pada kolom pertama pengelompokkan kelasnya
membingungkan karena ada pembagian harga yang berulang pada kelas lainnya, seperti
5, 10, 15, dan 20, sehingga dianggap kurang baik.

Dalam melaksanakan proses klasifikasi data diperlukan suatu metode yang baik yang
dapat secara tepat menghasilkan suatu pengklasifikasian objek. Metode klasifikasi
merupakan suatu cara penyusunan bersistem dalam kelompok atau golongan menurut
kaidah atau standar yang telah ditetapkan. Metode klasifikasi diperlukan untuk
mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Beberapa metode klasifikasi yang dikembangkan antara lain:

1) Metode Quantile (MQ)


MQ merupakan metode klasifikasi yang mendistribusikan sekelompok nilai atribut ke
dalam kelas-kelas yang mengandung jumlah data yang sama. Penggunaan metode ini

10
akan mempunyai perbedaan interval kelas untuk setiap kelasnya tetapi memiliki
kesamaan pada jumlah data setiap kelasnya.

Salah satu contoh penggunaan metode Quantile (MQ) adalah dalam mengklasifikasi
kecamatan berdasarkan persentase kepadatan penduduknya. Gambar 2.2 menunjukkan
grafik persentase kepadatan penduduk setiap kecamatan.

Persentase
Kepadatan Penduduk
60 52
50 45
Persentase

40
30 24 26 26
20 14 16
8 8 9 11
10 2 3 3
1 1
0
A B C D E F G H I J K L M N O P
Kecamatan

Gambar 2.2 Grafik Persentase Kepadatan Penduduk

Dengan menggunakan metode Quantile (MQ), hasil pengklasifikasiannya dapat dilihat


pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Tabel Hasil Pengklasifikasian Dengan Menggunakan


Metode Quantile (MQ)
Quantile
Jenis Kelas Kecamatan Interval Kelas
Kelas 1 ABCD 1-3
Kelas 2 EFGH 3-10
Kelas 3 IJKL 11-24
Kelas 4 MNOP 25-52

Kelemahan metode Quantile (MQ) terlihat pada data D dan E dengan nilai data yang
sama namun terpisah ke dalam 2 kelas. Kedua data ini seharusnya berada pada kelas yang
sama. Begitu juga dengan data L, M, dan N dengan nilai data yang kurang lebih sama dan
seharusnya berada pada kelas yang sama. Di samping itu, penggunaan metode ini
kemungkinan dapat menghasilkan pengelompokkan kelas yang kurang baik dengan
adanya pembagian harga yang berulang seperti nilai 3 pada kelas 1 dan kelas 2. Di sisi

11
lain metode ini memberikan kelebihan seperti terlihat pada masing-masing kelas yang
terdiri dari empat buah data.

2) Metode Equal Interval (MEI)


MEI merupakan suatu metode klasifikasi yang membagi interval nilai-nilai atribut ke
dalam sub-sub interval dengan ukuran yang sama. MEI merupakan kebalikan dari metode
MQ. Penggunaan MEI akan mempunyai kesamaan interval kelas untuk setiap kelasnya
tetapi mempunyai perbedaan pada jumlah data setiap kelasnya.

Salah satu contoh penggunaan metode Equal Interval (MEI) adalah dalam
mengklasifikasi kecamatan berdasarkan persentase kepadatan penduduknya. Data yang
digunakan pada metode Equal Interval sama dengan data yang diklasifikasikan pada
metode Quantile (Gambar 2.2).

Dengan menggunakan metode Equal Interval (MEI), hasil pengklasifikasiannya dapat


dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Tabel Hasil Pengklasifikasian Dengan Menggunakan


Metode Equal Interval (MEI)
Equal Interval
Jenis Kelas Kecamatan Interval
Kelas 1 ABCDEFGHI 1-13
Kelas 2 JKLMN 14-26
Kelas 3 - 27-39
Kelas 4 OP 40-52

Kelebihan Metode Equal Interval (MEI) terlihat pada pembagian interval yang sama
untuk masing-masing kelas sedangkan kelemahan metode ini terlihat pada jumlah data
untuk setiap kelasnya. Terjadi kelebihan jumlah kecamatan pada kelas 1, kekurangan
jumlah kecamatan pada kelas 2, dan kekosongan jumlah kecamatan pada kelas 3.

Berdasarkan hasil pengklasifikasian yang dilakukan dengan metode Quantile (MQ) dan
metode Equal Interval (MEI) di atas, maka secara umum terlihat kelebihan dan
kekurangan dari masing-masing metode klasifikasi tersebut (Tabel 2.4):

12
Tabel 2.4 Kelebihan dan Kekurangan Metode Klasifikasi
Kelebihan Kekurangan
Metode Quantile (MQ) Setiap kelas data akan Pada kelasnya kemungkinan
mempunyai jumlah
data akan terdapat nilai-nilai
yang sama sehingga setiap atribut yang kurang lebih
kelasnya tidak akan pernah
tidak sama
mengalami kekosongan
data atau kelebihan atau
kekurangan data
Metode Equal Interval Setiap kelas akan Dapat terjadi suatu
(MEI) mempunyai interval kelas kemungkinan kekosongan
yang sama, sehingga nilai- jumlah data atau kelebihan
nilai atribut yang kurang
atau kekurangan jumlah data
lebih sama akan berada
pada setiap kelasnya
pada satu kelas

Dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metode


klasifikasi, maka dipilihlah MEI sebagai metode penyusunan tipologi perubahan tutupan
lahan. Alasan pemilihan penggunaan metode MEI ini adalah agar setiap nilai-nilai data
yang kurang lebih sama dimasukkan pada kelas yang sama.

Metode Equal Interval (MEI) membagi suatu kelompok data pada interval kelas yang
sama dengan jumlah data yang dapat bervariasi pada setiap kelasnya. Interval kelas dapat
ditentukan dengan cara mengurangi nilai terbesar suatu kelompok data dengan nilai
terkecilnya yang selanjutnya selisih luas ini dibagi dengan jumlah kelasnya. Formulanya
adalah seperti pada persamaan 2.1. [Supranto, 1983]

Range
IK = ..........................................................................................(2.1)
k

dengan

13
IK : Interval Kelas
Range : Nilai terbesar-Nilai terkecil
k : Banyaknya kelas

Besar interval kelas selain ditentukan oleh nilai terbesar dan nilai terkecil juga ditentukan
oleh jumlah kelasnya. Penentuan pembagian jumlah kelas dapat menggunakan aturan
Sturgess.

Aturan Sturgess mengatur pembagian jumlah kelas mendekati 1 + 2log n. Formulanya


dapat juga dituliskan seperti pada persamaan 2.2. [Supranto, 1983]

k = 1 + 3.3 * log n ...............................................................................(2.2)


dengan
k : jumlah kelas
n : jumlah data

14

Anda mungkin juga menyukai