Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingkungan permukiman dan perumahan merupakan kebutuhan dasar
manusia dan juga merupakan determinan kesehatan masyarakat. Hal ini
disebabkan hampir separuh hidup manusia akan berada di rumah, sehingga
kualitas rumah akan sangat berdampak terhadap kondisi kesehatannya
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1999). Rumah seharusnya menjadi
tempat yang bebas dari gangguan, rasa kebersamaan. Rumah yang sehat mampu
melindungi dari panas dan dingin yang ekstrim, hujan dan matahari, angin, hama,
bencana seperti banjir dan gempa bumi, serta polusi dan penyakit (Wicaksono,
2009).
Rumah sehat menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2005),
merupakan bangunan tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu
rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan
sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, kepadatan hunian
rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah. Berdasarkan
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012, diketahui bahwa pencapaian rumah
sehat di Indonesia yaitu sebesar 68,69%, lebih rendah jika dibandingkan dengan
target nasional yang ditetapkan yaitu sebesar 80%. (Depkes RI, 2012). Di
Sulawesi Selatan, berdasarkan laporan Bidang P2&PL Dinkes Provinsi Sulsel
tahun 2004 persentase rumah sehat meningkat menjadi 63,34%, pada tahun 2005
meningkat lagi menjadi 64,29%, tahun 2006 mencapai 64,69% dan untuk tahun
2007 turun menjadi 55,49%, tahun 2008 meningkat lagi sebesar 68,54 %,
kemudian di tahun 2009 menurun lagi menjadi 61,48%. Bila dibandingkan
dengan target pencapaian IIS 2010 (80%) maka hal ini berarti masih terpaut 18,52
% dari target. Dengan demikian masih terus dibutuhkan upaya-upaya yang
mengarah kepada peningkatan pencapaian rumah sehat.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui kriteria rumah berdasarkan persyaratan rumah sehat
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi kriteria rumah sehat berdasarkan kebutuhan fisiologis
b. Mengidentifikasi kriteria rumah sehat berdasarkan kebutuhan psikologis
c. Mengidentifikasi kriteria rumah sehat dalam menghindarkan terjadinya
kecelakaan
d. Mengidentifikasi kriteria rumah sehat dalam menghindarkan terjadinya
penularan penyakit

C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan khasanah
ilmu pengetahuan tentang kesehatan lingkungan, terutama yang berkaitan
dengan sanitasi lingkungan rumah tinggal.
2. Manfaat Praktis
a. Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
masukan bagi Dinas Kesehatan dan Badan Pemberdayaan Masyarakat
dalam menentukan prioritas program yang berkaitan dengan sanitasi
lingkungan rumah tinggal.
b. Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya
c. Sebagai pengalaman menambah wawasan serta pengetahuan bagi peneliti
dalam mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh dari bangku
kuliah.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Rumah
Menurut Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Pemukiman bahwa rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal
atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.
Menurut Notoatmodjo (2003) rumah tinggal adalah tempat tinggal manusia
yang mengalami perkembangan dari jaman ke jaman. Mulai dari mereka yang
tinggal di hutan, di bawah pohon sampai sekarang yang sudah tinggal di rumah
bertingkat.
Sedangkan menurut Azwar (1995) rumah untuk manusia memiliki beberapa
arti, yakni: sebagai tempat untuk melepas lelah, beristirahat, bergaul dengan
anggota keluarga dan sebagai tempat untuk melindungi diri dari kemungkinan
bahaya yang datang mengancam.

B. Pengertian Sehat
Menurut WHO dalam Mukono (2006), yang dikatakan sehat adalah suatu
keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental dan sosial, bukan
sematamata bebas dari penyakit dan cacat atau kelemahan.
Dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 juga didefinisikan bahwa
kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun social
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
Menurut Notoatmodjo (2003), masalah kesehatan adalah suatu masalah yang
sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar
kesehatan itu sendiri.

C. Pengertian Rumah Sehat


Rumah sehat adalah tempat berlindung atau bernaung dan tempat untuk
beristirahat, sehingga dapat menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik,
rohani, maupun sosial (Peraturan Mentri Kesehatan RI No.
1077/Menkes/Per/V/2011 tentang pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang).
Jadi rumah sehat adalah rumah yang dapat memenuhi kebutuhan rohani dan
jasmani secara layak sebagai suatu tempat tinggal atau perlindungan dari
pengaruh alam luar. Kebutuhan jasmani misalnya terpenuhi kebutuhan jasmani
sperti membaca, menulis, istirahat dan lain-lain. Kebutuhan rohani misalnya ,
perlindungan terhadap penyakit, cuaca, angin dan sebaginnya. Rumah sehat
secara sederhana adalah rumah yang memiliki ruangan terpisah untuk keperluan
hidup sehari-hari dengan ukuran yang memadai, antara lain kamar tidur, ruang
makan keluarga, dapur, kamar mandi, jamban atau WC dan tempat cuci pakaian.

D. Manfaat Rumah Sehat


Menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI No. 1077/Menkes/Per/V/2011,
manfaat dari rumah sehat, antara lain :
1. Sebagai tempat tinggal atau hunian.
2. Sebagai sarana pembinaan keluarga.
3. Untuk tempat beristirahat.
4. Sebagai cerminan harkat dan martabat keluarganya.
5. Rumah sebagai aset keluarga supaya melindungi penghuninya dari bahaya-
bahaya dari luar misalnya penyebaran penyakit menular.
6. Untuk melindungi keluarga dari segala macam cuaca

E. Kriteria Rumah Sehat


Kriteria rumah sehat yang diajukan oleh dalam Entjang (2000) dan Wicaksono
(2009) yang dikutip dari Winslow antara lain:
1. Harus dapat memenuhi kebutuhan fisiologis
2. Harus dapat memenuhi kebutuhan psikologis
3. Harus dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan
4. Harus dapat menghindarkan terjadinya penularan penyakit
Hal ini sejalan dengan kriteria rumah sehat menurut American Public Health
Asociation (APHA), yaitu:
1. Memenuhi kebutuhan dasar fisik
Sebuah rumah harus dapat memenuhi kebutuhan dasar fisik, seperti:
a. Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat
dipelihara atau dipertahankan temperatur lingkungan yang penting untuk
mencegah bertambahnya panas atau kehilangan panas secara berlebihan.
Sebaiknya temperatur udara dalam ruangan harus lebih rendah paling
sedikit 4C dari temperatur udara luar untuk daerah tropis. Umumnya
temperatur kamar 22C - 30C sudah cukup segar.
b. Rumah tersebut harus terjamin pencahayaannya yang dibedakan atas
cahaya matahari (penerangan alamiah) serta penerangan dari nyala api
lainnya (penerangan buatan). Semua penerangan ini harus diatur
sedemikian rupa sehingga tidak terlalu gelap atau tidak menimbulkan rasa
silau.
c. Rumah tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna sehingga
aliran udara segar dapat terpelihara. Luas lubang ventilasi tetap, minimum
5% dari luas lantai ruangan, sedangkan luas lubang ventilasi insidentil
(dapat dibuka dan ditutup) minimum 5% luas lantai sehingga jumlah
keduanya menjadi 10% dari luas lantai ruangan. Ini diatur sedemikian
rupa agar udara yang masuk tidak terlalu deras dan tidak terlalu sedikit.
d. Rumah tersebut harus dapat melindungi penghuni dari gangguan bising
yang berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan baik
langsung maupun dalam jangka waktu yang relatif lama. Gangguan yang
dapat muncul antara lain gangguan fisik seperti kerusakan alat
pendengaran dan gangguan mental seperti mudah marah dan apatis.
e. Rumah tersebut harus memiliki luas yang cukup untuk aktivitas dan untuk
anak-anak dapat bermain. Hal ini penting agar anak mempunyai
kesempatan bergerak, bermain dengan leluasa di rumah agar pertumbuhan
badannya akan lebih baik, juga agar anak tidak bermain di rumah
tetangganya, di jalan atau tempat lain yang membahayakan.
2. Memenuhi kebutuhan dasar psikologis
Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat terpenuhi
kebutuhan dasar psikologis penghuninya, seperti:
a. Cukup aman dan nyaman bagi masing-masing penghuni
Adanya ruangan khusus untuk istirahat bagi masing-masing penghuni,
seperti kamar tidur untuk ayah dan ibu. Anak-anak berumur di bawah 2
tahun masih diperbolehkan satu kamar tidur dengan ayah dan ibu. Anak-
anak di atas 10 tahun laki-laki dan perempuan tidak boleh dalam satu
kamar tidur. Anak-anak di atas 17 tahun mempunyai kamar tidur sendiri.
b. Ruang duduk dapat dipakai sekaligus sebagai ruang makan keluarga,
dimana anak-anak sambil makan dapat berdialog langsung dengan orang
tuanya.
c. Dalam memilih letak tempat tinggal, sebaiknya di sekitar tetangga yang
memiliki tingkat ekonomi yang relatif sama, sebab bila bertetangga
dengan orang yang lebih kaya atau lebih miskin akan menimbulkan
tekanan batin.
d. Dalam meletakkan kursi dan meja di ruangan jangan sampai menghalangi
lalu lintas dalam ruangan
e. W.C. (Water Closet) dan kamar mandi harus ada dalam suatu rumah dan
terpelihara kebersihannya. Biasanya orang tidak senang atau gelisah bila
terasa ingin buang air besar tapi tidak mempunyai W.C. sendiri karena
harus antri di W.C. orang lain atau harus buang air besar di tempat terbuka
seperti sungai atau kebun.
f. Untuk memperindah pemandangan, perlu ditanami tanaman hias, tanaman
bunga yang kesemuanya diatur, ditata, dan dipelihara secara rapi dan
bersih, sehingga menyenangkan bila dipandang.
3. Melindungi dari penyakit
Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat
melindungi penghuninya dari kemungkinan penularan penyakit atau zat-zat
yang membahayakan kesehatan. Dari segi ini, maka rumah yang sehat adalah
rumah yang di dalamnya tersedia air bersih yang cukup dengan sistem
perpipaan seperti sambungan atau pipa dijaga jangan sampai sampai bocor
sehingga tidak tercemar oleh air dari tempat lain. Rumah juga harus terbebas
dari kehidupan serangga dan tikus, memiliki tempat pembuangan sampah,
pembuangan air limbah serta pembuangan tinja yang memenuhi syarat
kesehatan.
4. Melindungi dari kemungkinan kecelakaan
Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat melindungi
penghuni dari kemungkinan terjadinya bahaya atau kecelakaan. Termasuk
dalam persyaratan ini antara lain bangunan yang kokoh, tangga yang tidak
terlalu curam dan licin, terhindar dari bahaya kebakaran, alat-alat listrik yang
terlindung, tidak menyebabkan keracunan gas bagi penghuni, terlindung dari
kecelakaan lalu lintas, dan lain sebagainya (Azwar, 1990; CDC, 2006;
Sanropie, 1989).

F. Parameter dan Indikator Penilaian Rumah Sehat


Berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2002), lingkup
penilaian rumah sehat dilakukan terhadap kelompok komponen rumah, sarana
sanitasi dan perilaku penghuni.
1. Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, jendela
kamar tidur, jendela ruang keluarga dan ruang tamu, ventilasi, sarana
pembuangan asap dapur dan pencahayaan.
2. Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan
kotoran, saluran pembuangan air limbah, sarana tempat pembuangan sampah.
3. Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela kamar tidur,
membuka jendela ruang keluarga, membersihkan rumah dan halaman,
membuang tinja bayi dan balita ke jamban, membuang sampah pada tempat
sampah.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian observasional karena peneliti hanya
melakukan pengamatan langsung (observasi) dan wawancara tanpa memberikan
perlakuan pada objek penelitian.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian


a. Waktu penelitian : 27 September 2015
b. Lokasi Penelitian : Jln. Wijaya Kusuma No.1 ( Kost Pinky)

C. Pelaksanaan Penelitian
a. Alat
1. Alat tulis
2. Lembar formulir penilaian
b. Pelaksanaan kegiatan
1. Lakukan pengamatan terhadap rumah
2. Memberikan penilaian berdasarkan kriteria rumah sehat
3. Mengisi formulir penilaian rumah sehat
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
a. Kriteria rumah sehat berdasarkan kebutuhan fisiologis
Berdasarkan Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2002) diperoleh hasil penilaian sebesar 905
dan dapat dikatakan bahwa Rumah (Kost Pinky) tersebut Tidak Memenuhi
Syarat Rumah Sehat(lihat lampiran 1).
b. Kriteria rumah sehat berdasarkan kebutuhan psikologis
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dapat dikatakan bahwa
kondisi rumah(Kost Pinky) dari segi kebutuhan psikologis memenuhi criteria
sehat. antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota
keluarga dan penghuni rumah, adanya ruangan khusus untuk istirahat (ruang
tidur) bagi masing-masing penghuni (Pedoman Teknis Penilaian Rumah
Sehat, Depkes RI, 2007)
c. Kriteria rumah sehat dalam menghindarkan terjadinya kecelakaan
Berdasarkan hasil pengamatan Memenuhi persyaratan pencegahan
terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena pengaruh luar dan dalam
rumah, konstruksi bangunan rumah, bahaya kebakaran dan kecelakaan di
dalam rumah(Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat, Depkes RI, 2007)
d. Kriteria rumah sehat dalam menghindarkan terjadinya penularan penyakit
Berdasarkan kriteria menghindarkan terjadinya penularan penyakit,
rumah tersebut belum Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit
yang dapat ditinjau dari kondisi rumah yang tidak bebas vektor penyakit dan
tikus, kurang cukup sinar matahari pagi selain itu pencahayaan dan
penghawaan yang belum cukup(Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat,
Depkes RI, 2007)

B. Pembahasan
a. Kriteria rumah sehat berdasarkan kebutuhan fisiologis
Penilaian rumah sehat berdasarkan kebutuhan fisiologis dilakukan
dengan menggunakan Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2002).
a. Berdasarkan aspek penilaian komponen rumah diperoleh :
1. Langit-langit
Pada rumah (kost pinky) terdapat langit-langit rumah akan
tetapi dalam kondisi yang kotor selain itu memungkinkan terjadinya
kecelakaan karena terdapat langit-langit yang mulai rapuh dan
berlubang.
2. Dinding
Dinding pada rumah (kost pinky) berupa tembok/ pasangan
batu bata yang diplester) dan papan kedap air
3. Lantai
Kondisi lantai pada rumah (kost pinky) Diplester dan diberi
ubin/keramik.
4. Jendela
Terdapat jendela kamar tidur yang dapat digunakan sebagai
penghawaan akan tetapi pada ruang keluarga tidak terdapat jendela
5. Ventilasi
Terdapat ventilasi akan tetapi hanya pada kamar dan luas
ventilasi permanen < 10% dari luas lantai
6. Lubang asap dapur
Terdapat lubang asap dapur akan tetapi lubang ventilasi dapur
< 10% dari luas lantai dapur sehingga asap belum optimal keluar.

7. Pencahayaan
Pada setiap ruangan terdapat lampu yang berfungsi sebagai
pencahayaan buatan selain itu terdapat jendela kamar yang dapat
dibuka sebagai pencahayaan alami. Pencahayaan cukup Terang dan
tidak silau sehingga dapat dipergunakan untuk membaca dengan
normal
b. Berdasarkan aspek penilaian sarana sanitasi diperoleh:
1. Sarana air bersih (SGL/ SPT/PP/KU/PAH)
Terdapat sarana air bersih yang berasal dari air PAM dan telah
memenuhi syarat kesehatan.
2. Jamban (sarana pembuangan kotoran)
Pembuangan kotoran yang digunakan adalah model leher angsa dan
kotoran dibuang ke septic tank
3. Sarana pembuangan air limbah (SPAL)
Sarana pembuangan air limbah diresapkan ke dalam tanah dan
tidak mencemari sumber air (jarak dengan sumber air > 10 m) selain
itu air bersih yang digunakan dilengkapi dengan saluran perpipaan
yang dapat menghindari terjadinya pencemaran oleh air limbah
4. Sarana pembuangan sampah (tempat sampah)
Terdapat tempat pembuangan sampah yang kedap air akan
tetapi tidak dilengkapi dengan penutup
c. Berdasarkan aspek penilaian perilaku penghuni diperoleh:
1. Penghuni rumah yang kadang-kadang Membuka jendela kamar
2. Penghuni rumah kadang-kadang Membersihkan halaman rumah
3. Membuang tinja bayi dan balita ke jamban
4. Setiap hari membuang sampah ke tempat sampah

Berdasarkan Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat (Departemen


Kesehatan Republik Indonesia, 2002) diperoleh hasil penilaian sebesar 905
dan dapat dikatakan bahwa Rumah (Kost Pinky) tersebut Tidak Memenuhi
Syarat Rumah Sehat karena rumah dapat dikatakan sehat jika memiliki nilai
1024(rumah yang dapat dikatakan sehat setidaknya memiliki prentase > 80%
dari total penilaian (Depkes RI, 2002)).

b. Kriteria rumah sehat berdasarkan kebutuhan psikologis


Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dapat dikatakan bahwa
kondisi rumah(Kost Pinky) dari segi kebutuhan psikologis memenuhi kriteria
sehat. antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota
keluarga dan penghuni rumah, adanya ruangan khusus untuk istirahat (ruang
tidur) bagi masing-masing penghuni (Pedoman Teknis Penilaian Rumah
Sehat, Depkes RI, 2007)
Rumah dibangun sedemikian rupa sehingga dapat terpenuhi kebutuhan
dasar psikologis penghuninya, seperti:
1. Cukup aman dan nyaman bagi masing-masing penghuni
Adanya ruangan khusus untuk istirahat bagi masing-masing penghuni,
seperti kamar tidur untuk ayah dan ibu. Anak-anak berumur di bawah 2
tahun masih diperbolehkan satu kamar tidur dengan ayah dan ibu. Anak-
anak di atas 10 tahun laki-laki dan perempuan tidak boleh dalam satu
kamar tidur. Anak-anak di atas 17 tahun mempunyai kamar tidur sendiri.
2. Ruang duduk dapat dipakai sekaligus sebagai ruang makan keluarga,
dimana anak-anak sambil makan dapat berdialog langsung dengan orang
tuanya.
3. Letak tempat tinggal di sekitar tetangga yang memiliki tingkat ekonomi
yang relatif sama
4. Letakkan kursi dan meja di ruangan jangan sampai menghalangi lalu lintas
dalam ruangan
5. W.C. (Water Closet) dan kamar mandi harus ada dalam suatu rumah dan
terpelihara kebersihannya.
6. Untuk memperindah pemandangan, perlu ditanami tanaman hias, tanaman
bunga yang kesemuanya diatur, ditata, dan dipelihara secara rapi dan
bersih, sehingga menyenangkan bila dipandang.

c. Kriteria rumah sehat dalam menghindarkan terjadinya kecelakaan


Berdasarkan hasil pengamatan Memenuhi persyaratan pencegahan
terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena pengaruh luar dan dalam
rumah, konstruksi bangunan rumah, bahaya kebakaran dan kecelakaan di
dalam rumah(Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat, Depkes RI, 2007).
Adapun kriteria yang harus dipenuhi dari perspektif ini, antara lain:
a. Kontruksi rumah dan bahan-bahan bangunan kuat sehingga tidak mudah
runtuh.
b. Memiliki sarana pencegahan kasus kecelakaan di kolam dan tempat
tempat lain terutama untuk anak-anak.
c. Bangunan diupayakan terbuat dari material yang tidak mudah terbakar.
d. Lantai tidak licin dan tergenang air
d. Kriteria rumah sehat dalam menghindarkan terjadinya penularan penyakit
Berdasarkan kriteria menghindarkan terjadinya penularan penyakit,
rumah tersebut belum Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit
yang dapat ditinjau dari kondisi rumah yang tidak bebas vektor penyakit dan
tikus, kurang cukup sinar matahari pagi selain itu penghawaan yang belum
cukup(Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat, Depkes RI, 2007).
Terdapat vektor nyamuk dan tikus pada rumah (kost pinky), vektor
tersebut berasal dari luar rumah yang diakibatkan banyaknya sampah pada
bagian belakang rumah selain itu selokan yang memungkinkan terjadinya
perkembangbiakan vektor.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kriteria rumah sehat berdasarkan kebutuhan fisiologis adalah Tidak
Memenuhi Syarat Rumah Sehat
2. Kriteria rumah sehat berdasarkan kebutuhan psikologis adalah memenuhi
kriteria sehat
3. Kriteria rumah sehat dalam menghindarkan terjadinya kecelakaan adalah
Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan
4. Kriteria rumah sehat dalam menghindarkan terjadinya penularan penyakit
adalah belum Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit

B. Saran
Agar tercapai kriteria rumah sehat, penghuni rumah diharapkan lebih
memperhatikan kondisi sanitasi rumah baik di dalam maupun di luar rumah
sehingga dapat tehindar dari terjadinya penularan penyakit akibat dari vektor.
Selain itu harus memperhatikan kondisi psikologis sehingga tercipta suasana
dalam rumah yang nyaman dan harmonis. dapat selain itu memperhatikan kondisi
psikologis.
Untuk masyarakat yang sedang merenovasi rumah agar lebih memperhatikan
aspek lingkungan rumah yang sesuai dengan syarat rumah sehat, misalnya
merancang konstruksi bangunan rumah dan bahan-bahan bangunan kuat sehingga
tidak mudah runtuh dan dapat terhindar dari terjadinya kecelakaan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonym. -.http://www.slideshare.net/chenkalieaminudin/form-untuk-penilaian-
rumah-subkelompok-c . Diakses 27 September 2015

Anonym. 2010. https://datinkessulsel.wordpress.com/2010/06/12/rumah-sehat-di-


sulsel-baru-mencapai-6148/. Diakses 27 September 2015

Azwar, Azrul. 1995. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: PT. Mutiara

Mukono, H.J. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan: Edisi Kedua. Surabaya:
Airlangga University Press

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-prinsip Dasar.


Jakarta: PT. Rineka Cipta
LAMPIRAN 1

FORMULIR PENILAIAN RUMAH SEHAT


BERDASARKAN PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN RUMAH SEHAT
(DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, 2002)

ASPEK HASIL
NO KRITERIA NILAI BOBOT
PENILAIAN PENILAIAN
I KOMPONEN RUMAH 31
1. Langit-langit a. Tidak ada 0
b. Ada, kotor, sulit
dibersihkan dan 1 31
rawan kecelakaan
c. Ada, bersih, dan tidak
2
rawan kecelakaan
a. Bukan tembok (terbuat
2. Dinding dari anyaman 1
bambu/ilalang)
b. Semi
permanen/setengah
tembok/pasangan bata
2
atau batu yang tidak
diplester/papan tidak
kedap air
c. Permanen(tembok/ 3 93
pasangan batu bata
yang diplester), papan
kedap air
3. Lantai a. Tanah 0
b. Papan/anyaman bambu
dekat dengan
1
tanah/plesteran yang
retak dan berdebu
c. Diplester/ubin/kerami
k/papan (rumah 2 62
panggung)
Jendela kamar
4. a. Tidak ada 0
tidur
b. Ada 1 31
Jendela ruang
5. a. Tidak ada 0 -
keluarga
b. Ada 1
6. Ventilasi a. Tidak ada 0
b. Ada, luas ventilasi
permanen < 10% dari 1 31
luas lantai
c. Ada, luas ventilasi
permanen > 10% dari 2
luas lantai
Lubang asap
7. a. Tidak ada 0
dapur
b. Ada, lubang ventilasi
dapur < 10% dari 1 31
luas lantai dapur
c. Ada, lubang ventilasi
dapur > 10% dari luas
lantai dapur (asap
keluar dengan
2
sempurna) atau ada
exhaust fan/ada
peralatan lain yang
sejenis
a. Tidak terang (tidak
8. Pencahayaan dapat digunakan untuk 0
membaca)
b. Kurang terang, 1
sehingga kurang jelas
untuk dipergunakan
membaca dengan
normal
c. Terang dan tidak
silau sehingga dapat
dipergunakan untuk 2 62
membaca dengan
normal

II SARANA SANITASI 25
Sarana air
bersih (SGL/
1. a. Tidak ada 0
SPT/PP/KU/P
AH)
b. Ada, bukan milik
sendiri dan tidak
1
memenuhi syarat
kesehatan
c. Ada, milik sendiri dan
tidak memenuhi syarat 2
kesehatan
d. Ada, bukan milik
sendiri dan memenuhi 3 75
syarat kesehatan
e. Ada, milik sendiri dan
memenuhi syarat 4
kesehatan
Jamban
(sarana
2. a. Tidak ada 0
pembuangan
kotoran)
b. Ada, bukan leher
angsa, tidak ada tutup,
1
disalurkan ke
sungai/kolam
c. Ada, bukan leher angsa
ada ditutup (leher
2
angsa), disalurkan ke
sungai/kolam
d. Ada, bukan leher angsa
3
ada tutup, septic tank
e. Ada, leher angsa,
4 100
septic tank
3. Sarana a. Tidak ada, sehingga 0
pembuangan tergenang tidak teratur
air limbah di halaman rumah
(SPAL)
b. Ada, diresapkan tetapi
mencemari sumber air
1
(jarak dengan sumber
air < 10 m)
c. Ada, dialirkan ke
2
selokan terbuka

d. Ada, diresapkan dan


tidak mencemari
sumber air (jarak 3 75
dengan sumber air >
10 m)
e. Ada, disalurkan ke
selokan tertutup
4
(saluran kota) untuk
diolah lebih lanjut)
Sarana
pembuangan
4. sampah a. Tidak ada 0
(tempat
sampah)
b. Ada, tapi tidak
kedap air dan tidak 1
ada tutup
c. Ada, kedap air dan
2 50
tidak bertutup
d. Ada, kedap air dan
3
bertutup
III PERILAKU PENGHUNI 44
Membuka
1.
jendela kamar
a. Tidak pernah dibuka 0
b. Kadang-kadang 1 44
c. Setiap hari dibuka 2
Membuka
a. Tidak pernah
2. jendela ruang 0 -
keluarga dibuka
b. Kadang-kadang 1
c. Setiap hari dibuka 2
Membersihkan
3. halaman a. Tidak pernah 0
rumah
b. Kadang-kadang 1 44
c. Setiap hari 2
Membuang
a. Dibuang ke sungai/
tinja bayi dan
4. kebun/ kolam/ 0
balita ke
sembarangan
jamban
b. Kadang-kadang ke
1
jamban
c. Setiap hari ke
2 88
jamban
Membuanga. Dibuang ke sungai/
5. sampah ke kebun/ kolam/ 0
tempat sampah
sembarangan
b. Kadang-kadang
dibuang ke tempat 1
sampah
c. Setiap hari dibuang
2 88
ke tempat sampah
TOTAL HASIL PENILAIAN 905

KESIMPULAN = TMS

KETERANGAN: MS (Memenuhi syarat): > 1024

TMS (Tidak Memenuhi Syarat)

Cara Menghitung Hasil Penilaian = Nilai x Bobot

Cat:
Dari semua item penilaian diatas apabila diambil nilai tertinggi lalu dikalikan
dengan bobot maka akan didapat hasil
-Komponen rumah : 15 x 31 = 465
-Sarana sanitasi : 15 x 25 = 375
-Perilaku penghuni : 10 x 44 = 440
keseluruhan nilai menjadi: 465 + 375 + 440 = 1280.
Sedangkan untuk rumah yang dapat dikatakan sehat setidaknya memiliki prentase
_ 80% dari total penilaian, yakni:
1280 x 80% = 1024.
Jadi, rumah dapat dikatakan sehat jika memiliki nilai 1024. (Depkes RI, 2002)
LAMPIRAN 2

Kondisi bagian depan Kondisi bagian dalam Kondisi dapur dengan


rumah (teras dan kamar dengan ventilasi, lubang asap dapur
pekarangan) jendela, lantai, dinding
dan langit-langit

Kondisi jamban Kondisi saluran Tempat pembuangan


pembuangan air limbah sampah
Mata Kuliah : Sanitasi Permukiman

Dosen : Haderiah, SKM., M.Kes

LAPORAN PERSYARATAN
RUMAH SEHAT

Oleh:

NITA NIRMALA.Y

PO.71.3.221.13.1.081

TINGKAT III B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI DIII


2015

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada ALLAH SWT karena atas segala

rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Sanitasi

Permukiman yang membahas persyaratan rumah sehat.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu mengenai kriteria

rumah sehat.

Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik yang

datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh

kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat

terselesaikan.

Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang

telah membantu kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga mengucapkan

terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi

baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari, dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan.

Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk

kesempurnaan makalah ini.

Makassar, September 2015

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI i

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan 2

C. Manfaat 2

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A Pengertian Rumah3

B Pengertian Sehat 3

C Pengertian Rumah Sehat 4

D Manfaat Rumah Sehat 4

E Kriteria Rumah Sehat 5

F Parameter dan Indikator Penilaian Rumah Sehat 8

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN


A. Jenis Penelitian 9
B. Waktu dan Lokasi Penelitian 9
C. Pelaksanaan Praktikum 9
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil 10
B. Pembahasan 11
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan 15
B. Saran 15

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai