Anda di halaman 1dari 2

Raden Mas Sahid Adalah putra Adipati Tubanyang bernama Raden Mas Sahid, nama yang

ditakuti di wilayah Tubangung, seorang pemuda brandalan, karena budi pekertinya yang hanya
mengumbar hawa nafsu dan memrugikan masarakat, sehingga mencoreng moreng nama
orang tuanya.Berkali-kali Adipati Wilatikta menasehati putranya, rupanya masuk telinga kiri
keluar telinga tangan. Dia selalu mengikuti kehendak keinginan nafsunya, karena dajal la'nat
yang telah merasuk ke dalam jiwanya. Sehari-harinya hanya berjudi, menyabung ayam,
bermain dadu, jika kalah dan uangnya habis, maka merampok ditengah jalan, atau menjambret.
Jika menang judi, maka uang itu digunakan untuk berfoya-foya, madat, ataupun madon [main
wanita], bahkan tega untuk membunuh ketika meminta uang atau barang yang tidak
diberikannya. Karena kesal mengatasai perilaku anaknya, maka Raden Mas Sahid, diusir dari
kadipaten. Sejak itulah mengganti namanya dengan Brandal Lokajaya, agar tidak mengotori
nama orang tuanya. Masarakat Tuban dan sekitarnya tidak ada yang kenal dengan nama
Brandal Lokajaya, kecuali hanya seorang perampok yang sangat ditakuti. *** Sunan Bonang,
menerima laporan dari beberapa orang dan juga santrinya, bahwa telah muncul seorang
preman bernama Brandal Lokajaya, yang meresahkan masarakat, bahkan tidak ada satupun
aparat Kadipaten Tuban yang berani melawannya. Oleh sebab itu Sunan Bonang, yang sudah
dapat menangkap aura Lokajaya, mencoba untuk mendekatinya. Dalam hatinya, bahwa apa
yang dilakukan oleh Lokajaya sebenarnya sedang menjalani takdirnya. Sunan Bonang
kemudian memberitahu pada semua santrinya ketahuilah para santriku semua, bahwa di Tuba
nada seorang calon wali, oleh sebab itu, mari kita coba menggodanya. Kemudian dengan
membawa bekal perhiasan yang banyak Sunan Bonang menyamar sebagai seorang sudagar
[pedagang besar], menuju ke tempat Lokajaya biasanya menghadang mangsanya. Sang
Sudagar ini memang sengaja memamerkan perhiasannya yang paling mahal, bahkan
tongkatnya pun dihiasi dengan ratna mutu manikam. Adapun para santrinya mengikuti dari
belakang jauh. Dalam pada itu, Raden Mas Sahidsedang kalah berjudi sabung ayam, seperti
biasanya, sehabis kalah judi langsung mencegat orang yang lewat di tepi hutan.Sunan Bonang
yang menyamar sebagai sudagar itu sudah sampai di tepi hutan dimana Lokajaya
bersembunyi. Dengan membawa sebuah kampil yang besar dan tongkatnya yang berkilauan,
sungguh membuat Lokajaya terperangah yah mangsa yang gemuk, katanya dalam hati. heh
kisanak, berhentilah aku minta seluruh barang bawaanmu kau tinggalkan di tempat ini, jika kau
ingin selamat, dan jangan sampai aku memaksamu dengan kekerasan! hmm, kisanak yang
menghadang di tengah jalan, aku tidak membawa bekal banyak, hanya kampil ini berisi
pakaian, dan sedikit uang paman sudagar, jangan pura-pura tidak tahu, bukankah tongkatmu
itu harganya sangat mahal, maka aku minta tongkatmu itu saja? tongkatku hanya satu-
satunya, untuk membantuku dalam perjalanan. Aku kan sudah tua, jika tanpa tongkat aku
mudah jatuh sudahlah, ki sudagar kau berikan tongkatmu itu, atau kita melakukan duel disini,
apa paman sudagar belum kenal dengan Brandal Lokajaya heh, Sahid, aku tidak cuma
mengenal Brandal Lokajaya, tetapi juga mengenal siapa Raden Mas Sahid Nah, kalau sudah
tahu saiapa aku, kenapa barang-barangmu tidak segera kau serahkan padaku ? Sahid , aku
hanya ingin mengingatkanmu saja, hentikanlah semua perbuatanmu kembalilah ke jalan yang
benar. Bukannya aku tidak mau menyerahkan harta milikku, aku tidak punya apa-apa, semua
ini hanya karena Allah, mintalah kepada Allah yang Maha memberi. Coba kau perhatikan buah
kolang-kaling itu, kalau Allah menghendaki, maka buah kolang-kaling itu menjadi emas berlian.
Seketika semua buah kolang-kaling yang ada di hutan itu berubah menjadi emas dan berlian.
nah sekarang kau pilih mana, masih menghendaki tongkatku ini atau ingin kolang-kaling itu!
Sekali lagi Lokajaya menatap kilauan kolang-kaling itu, mendadak sontak terjungkal di tanah,
pingsan. kyai, aku bersalah, aku mohon ampun. Aku bertobat, tidak akan mengulangi
perbuatanku yang telah lalu, ijinkan aku berguru pada kyai, dan akan aku ikuti kemana Kyai
pergi! heh, Sahid, aku sekarang akan pergi ke Mekah, untuk naik haji, kalau kau akan
mengikuti dibelakangku, kau belum sah. Karena harus mengikuti perjalanan pencerahan, yakni
kau harus menjalani tapa ngluwengselama seratus hari. Kemudian Sunan Bonang menyuruh
papra santrinya, yang sejak tadi menyaksikan dari kejauhan, untuk membuat lobang seperti
mengubur jenasah. Setelah Lokajaya bersuci, dan dimasukkan ke dalam liang lahat, kemudian
ditutup seperti mengubur jenazah. Ada sebatang bambu yang berfungsi sebagai ventilasi.
Sunan Bonang menugasi para santri selama ditinggal pergi ke Mekah supaya setiap saat
bergantian mengawasi penguburan Brandal Lokajaya, di tengah hutan Gambira. Skh Malaya
Di Mekah Sunan Bonang lebih dari seratus, dan bahkan lupa jika sedang memberikan
pemndadaran kepada Brandal Lokajaya. Setelah selesai ibadqah di Mekah, Kanjeng SUnan
teringat pada Lokajaya yang di tanam di hutan Gambira. Maka dengan segera bergegas
pulang. Syahdan perjalanan Sunan Bonang tidak dibceritakan berapa lamanya, kini para santri
yang diperintah oleh kanjeng Sunan untuk menggali kuburan si Lokajaya, tempat itu sudah
penuh dengan rerumputan liar menjadi semacam grumbul. Kondisi Lokajaya sudah seperti
mayat, badannya menjadi kurus, wajahnya pucat, denyut jantungnya berhenti, tetapi nafasnya
masih ada. Jasad Lokajaya dibawa ke padepokan Sunan Bonang di Tuban, tiap hari dari mulut
raden Mas Sahid ditiupkan uap nasi panas, hingga akhirnya diteteskan madu ke dalam
mulutnya.. Setelah pulih kesehatannya, Raden Mas Sahid menjalani banyak lelaku yang
diperintahkan oleh Sunan Bonang, hingga benar-benar mencapai sebuah maqom auliya.

Anda mungkin juga menyukai