Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KERJA PRAKTIKUM

PENGAMBILAN SAMPEL TANAH


Mata Kuliah : Penyehatan Tanah

Dosen : Budi Triyantoro S.T M. Kes

Disusun Oleh :

Wisnu Widi P. / P1337433115050 / 2B


Sanisa Eka S. / P1337433115051 / 2B
Adninda Huda N. / P1337433115052 / 2B
Vita Catelya / P1337433115053 / 2B
Brian Suryo H. / P1337433115054 / 2B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO

PRODI DIPLOMA III KESEHATAN LINGKUNGAN

TAHUN 2016 / 2017

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lingkungan adalah suatu sistem yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan organisme. Artinya, tanpa adanya lingkungan, suatu organisme tidak akan dapat

tumbuh dan berkembang dengan baik. Dalam hal ini, faktor lingkungan memegang peranan

penting dalam kelangsungan hidup organisme.

Secara garis besar, faktor lingkungan terbagi atas dua, yaitu faktor biotik dan abiotik.

Faktor biotik terdiri atas manusia, hewan, tumbuhan dan mikroorganisme. Sedangkan faktor-

faktor abiotik contohnya adalah tanah, air, cahaya, udara, suhu, kelembaban, curah hujan, dan

lain-lain.

Baik faktor biotik maupun abiotik memberikan pengaruh yang sangat besar bagi suatu

organisme. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai faktor lingkungan sangat diperlukan.

Sehingga kita dapat mengetahui faktor-faktor lingkungan beserta peranannya bagi kehidupan.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan Laporan Kerja Praktikum ini adalah untuk mengetahui

suhu, kelembaban dan pH. Selain itu tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi

salah satu tugas mata kuliah penyehatan tanah.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Makhluk hidup dapat melangsungkan hidupnya jika makhluk hidup tersebut mampu

beradaptasi dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan dapat berupa

suhu, cahaya, temperatur dan lain sebagainya. Faktor-faktor ini juga merupakan komponen

abiotik dalam ekosistem (Kimball, 1983:53).

Faktor lingkungan abiotik secara garis besar dapat dibagi atas faktor fisika dan faktor

kimia. Faktor fisika antara lain ialah suhu, kadar air, porositas, dan tekstur tanah. Faktor kimia

antara lain adalah salinitas, pH, kadar organik tanah, dan unsur-unsur mineral tanah. Faktor

lingkungan abiotik sangat menentukan struktur komunitas hewan-hewan yang terdapat di suatu

habitat (Suin, 1997:1).

Suatu kondisi diberi takrif sebagai suatu faktor lingkungan abiotik yang berbeda dalam

ruang dan waktu, dan terhadap kondisi ini makhluk memberi tanggapan secara berbeda-beda.

Contohnya meliputi suhu, lengas nisbi, pH, salinitas, kecepatan arus air sungai, dan kadar

pencemar. Suatu kondisi dapat dimodifikasi oleh hadirnya makhluk lain, misalnya pH tanah

dapat berubah oleh hadirnya tumbuhan, suhu dan lengas udara mungkin berubah di bawah tajuk

pohon di hutan (Soetjipta, 1993:30).

Tanah dapat didefinisikan sebagai medium alami untuk pertumbuhan tanaman yang

tersusun atas mineral, bahan organik, dan organisme hidup. Apabila pelapukan fisik batuan

3
disebabkan oleh perubahan temperatur dan dekomposisi kimia hasilnya memberikan sumbangan

yang cukup banyak dalam pembentukan tanah. Kegiatan biologis seperti pertumbuhan akar dan

metabolisme mikroba dalam tanah berperan dalam membentuk tekstur dan kesuburan tanah

(Subba, 1994:225).

Cahaya juga memainkan peranan penting dalam penyebaran, orientasi, dan pembungaan

tumbuhan. Di dalam hutan tropika, cahaya merupakan faktor pembatas dan jumlah cahaya yang

menembus melalui sudut hutan tampak menentukan lapisan atau tingkatan yang terbentuk oleh

pepohonannya. Keadaan ini mencerminkan kebutuhan tumbuhan akan ketenggangan terhadap

jumlah cahaya yang berbeda-beda di dalam hutan (Ewusie, 1990:94).

Temperatur dan kelembaban umumnya penting dalam lingkungan daratan. Interaksi

antara temperatur dan kelembaban, seperti pada khususnya interaksi kebanyakan faktor,

tergantung pada nilai nisbi dan juga nilai mutlak setiap faktor. Temperatur memberikan efek

membatasi yang lebih hebat lagi terhadap organisme apabila keadaan kelembaban adalah

ekstrim, yakni apabila keadaan tadi sangat tinggi atau sangat rendah daripada apabila keadaan

demikian itu adalah sedang-sedang saja (Odum, 1996:34).

4
BAB III

PROSEDUR

3.1 Alat :

1. Cetok 5. Nampan

2. Plastik Sampel (2) 6. Saringan

3. Thermometer 7. Penggaris

4. Soil Tester

3.2 Bahan :

1. Tanah Basah

2. Tanah Kering

5
3.3 Cara Pengambilan Sampel Tanah Secara Fisika / Kimia

1. Tentukan lokasi pengambilan sampel.


2. Persiapkan alat dan bahan.
3. Bersihkan 2 titik lokasi yang akan diambil sampelnya dengan cetok dari dahan dahan,

rumput rumput kering dan kerikil.


4. Siapkan kantong plastik kemudian diberi kode lokasi (nama pengambil, nama kelompok,

waktu, lokasi pengambilan, tanggal, dan tujuan pengambilan sampel tanah).


5. Keroklah permukaan tanah pada 2 titik lokasi tersebut seluas kurang lebih 20 x 20 cm

dengan kedalaman 20 cm menggunakan cetok sebanyak 1 kg diantaranya 500 gram

tanah kering dan 500 gram tanah basah, lalu masukkan ke dalam kantong plastik masing

masing yang telah disiapkan. 20 cm

20 cm

20 cm

6. Ikatlah kantong kantong plastik yang telah terisi sampel tanah dengan baik.
7. Ukur kelembaban dan pH pada 2 titik lokasi tersebut menggunakan soil tester dan ukur

suhu tanah pada 2 titik lokasi tersebut dengan thermometer.


8. Bawa kedua sampel tanah dari 2 titik lokasi tersebut dan peralatan yang digunakan ke

worksop.
9. Letakkan kedua sampel tanah dari 2 titik lokasi tersebut pada ember penampung sampel

tanah yang telah disediakan.

BAB IV

HASIL PRAKTIKUM

6
4.1 Hasil Pemeriksaan Sampel Tanah

Nama Pengambil Sampel : Brian Suryo Hutomo


Lokasi Pengambilan : Di depan lab mikro dan di depan lab K3
Hari / Tanggal : Rabu, 21 September 2016
Waktu : 10.00 WIB
Tujuan Pengambilan Sampel : Untuk Mengetahui Suhu, Kelembaban dan PH

pada tanah

4.2 Dari pengukuran yang dilakukan pada :

Hari / Tanggal : Rabu, 21 September 2016


Waktu : 10.00 WIB
Perlakuan : Sebelum tanah dimasukkan kedalam plastic

sampel (langsung pada lokasi pengambilan)

Diperoleh hasil :

a. Di depan lab mikro : - pH : 5,8


- Kelembaban : 55 %
- Suhu : 32 C

( Pengambilan tanah kering )

b. Di depan lab K3 : - pH : 6,1


- Kelembaban : 65 %
- Suhu : 27 C

7
( Pengambilan tanah basah )

4.3 Dari pengukuran yang dilakukan di plastik sampel yang berisi sampel tanah pada :

Hari / Tanggal : Kamis, 22 September 2016


Waktu : 13.30 WIB
Perlakuan : Seminggu setelah tanah sesudah dimasukkan pada

plastik sampel

Diperoleh hasil :

a. Di depan lab mikro : - pH : 5,8


- Kelembaban : 90 %
- Suhu : 29 C

( Pengambilan tanah kering )

b. Di depan lab K3 : - pH : 6,8


- Kelembaban : 95 %
- Suhu : 28 C

( Pengambilan tanah basah )

Dari pengukuran yang dilakukan di plastik sampel yang berisi sampel tanah pada :

Hari / Tanggal : Selasa, 27 September 2016


Waktu : 10.00 WIB
Perlakuan : Dua minggu setelah tanah sesudah dimasukkan

pada plastik sampel

Diperoleh hasil :

c. Di depan lab mikro : - pH :6

8
- Kelembaban : 92 %
- Suhu : 26 C

( Pengambilan tanah kering )

d. Di depan lab K3 : - pH : 6,9


- Kelembaban : 98 %
- Suhu : 25 C

( Pengambilan tanah basah )

BAB V

PEMBAHASAN

Dalam praktikum ini, kegiatan yang pertama dilakukan adalah mengukur suhu udara pada

tempat yang berbeda yakni di depan laboratorium mikrobiologi (tempat terbuka) dan di depan

laboratorium K3 (tempat yang terhalang pohon). Setelah diukur dengan selang waktu 5-10 menit,

ternyata suhu di tempat terbuka cenderung tinggi yaitu 32 C seminggu setelah tanah sesudah

dimasukkan pada plastik sampel pada lokasi pengambilan tempat terbuka dengan suhu

cenderung tinggi yaitu 29 C dan minggu selanjutnya suhunya 25o C. Sedangkan di bawah pohon

suhunya cenderung rendah yaitu 27 C begitu pun seminggu setelah tanah dimasukkan pada

plastik sampel pada lokasi pengambilan di bawah pohon suhunya cenderung rendah yaitu 28 C

dan minggu selanjutnya suhunya 25o C. Hal ini terjadi karena pada areal terbuka mendapatkan

pancaran sinar matahari secara langsung, sehingga menyebabkan makin lama suhunya semakin

meningkat. Hal yang sebaliknya terjadi di dalam ruangan yang tidak mendapatkan pancaran sinar

matahari secara langsung, sehingga suhunya lebih rendah. Sedangkan rata-rata suhu sedang

9
terjadi di tempat terbuka dan di bawah pohon, karena ada beberapa tempat yang terlindungi dari

cahaya matahari langsung, misalnya dengan adanya pohon-pohon ataupun atap bangunan,

sehingga suhunya tidak terlalu panas dan juga tidak terlalu dingin.

Kegiatan yang kedua adalah mengukur kelembaban tanah pada tempat yang berbeda

yakni di depan laboratorium mikrobiologi (tempat terbuka) dan di depan laboratorium K3

(tempat yang terhalang pohon). Setelah diukur, ternyata kelembaban tertinggi terdapat pada

tanah di bawah pohon, yaitu dari pengukuran langsung diperoleh 65 % dan 95% menjadi 98%

saat seminggu berturut-turut diperiksa setelah tanah sesudah dimasukkan pada plastik sampel

sedangkan kelembaban terendah terdapat pada tempat terbuka, yaitu dari pengukuran langsung

diperoleh 55 % dan 90% menjadi 92% saat seminggu berturut-turut diperiksa setelah tanah

sesudah dimasukkan pada plastik sampel. Tanah di bawah pohon kelembaban tanah lebih tinggi

dibandingkan di tempat terbuka karena, tanah di bawah pohon banyak mengandung air dan

garam-garam mineral. Karena kandungan airnya tinggi, berarti kelembabannya juga tinggi.

Sedangkan pada tanah di tempat terbuka tanahnya kering karena mengandung sedikit air, jadi

kelembabannya rendah.

Kegiatan yang ketiga adalah mengukur pH tanah pada tempat yang berbeda yakni di

depan laboratorium mikrobiologi (tempat terbuka) dan di depan laboratorium K3 (tempat yang

terhalang pohon). Setelah diukur pH tertinggi terdapat pada tanah di bawah pohon, yaitu 6,8 saat

pengukuran langsung dan saat seminggu setelah tanah sesudah dimasukkan pada plastik sampel

namun meningkat pada pengukuran seminggu setelahnya yakni 6,9. Hal ini menunjukkan bahwa

tanah di bawah pohon cenderung bersifat netral, yaitu mendekati pH 7. Tanah di bawah pohon

10
banyak mengandung air dan garam-garam mineral lainnya yang diserap oleh akar pepohonan.

Sehingga tanahnya agak basah karena kandungan air di dalamnya. Sedangkan pada tempat

terbuka dan areal terbuka, pH tanahnya lebih rendah, yaitu 5,8 saat pengukuran langsung dan

saat seminggu setelah tanah sesudah dimasukkan pada plastik sampel namun meningkat pada

pengukuran seminggu setelahnya yakni 6. Hal ini menunjukkan bahwa tanahnya cenderung

bersifat asam, karena pH-nya dibawah 7. Selain itu, karena pengaruh penyinaran matahari secara

langsung, suhu udara menjadi panas. Hal ini menyebabkan tanah menjadi kering dan kekurangan

air, sehingga tanah cenderung bersifat asam.

BAB VI

KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan pada praktikum ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Suhu tanah suatu daerah sangat dipengaruhi oleh pancaran sinar matahari. Daerah yang

menerima pancaran sinar matahari secara langsung suhu udaranya lebih tinggi atau lebih

panas dibandingkan dengan daerah yang tidak menerima pancaran sinar matahari secara

langsung.
2. Kadar pH tanah dipengaruhi oleh kandungan air dan garam-garam mineral di dalamnya.

Dalam hal ini, tanah yang basah dan mengandung banyak air pH-nya cenderung bersifat

netral atau basa, sedangkan tanah yang kering dan mengandung sedikit air cenderung

bersifat asam.

11
3. Tinggi rendahnya kelembaban tanah dipengaruhi oleh kandungan air yang terdapat di

dalam tanah. Tanah yang banyak mengandung air memiliki kelembaban yang lebih

tinggi. Sedangkan tanah yang kering dan mengandung sedikit air memiliki kelembaban

yang rendah.

DAFTAR PUSTAKA

http://riskirana.blogspot.co.id/2011/10/teknik-pengambilan-sampel-tanah.html

http://youda.wordpress.com/2008/11/13/teknik-pengambilan-sampel/

http://www.batan.go.id/datalingkungan/index.php?id=9.

http://sulsel.litbang.deptan.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=138:cara-pengambilan-contoh-tanah-untuk-
analisis-uji-tanah-&catid=48:panduanpetunjuk-teknis-leaflet&Itemid=53

12
LAMPIRAN

( Cetok ) ( Saringan )

13
( Penggaris ) (Seperangkat alat yang digunakan )

( Thermometer ) ( Sampel Tanah Basah ) ( Sampel Tanah Kering)

14

Anda mungkin juga menyukai