Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Ovarium merupakan sepasang organ pada sistem reproduktif wanita.


Berlokasi di pelvis, di samping uterus, yang mana adalah cekungan, berbentuk
seperti buah peer pada bayi yang sedang tumbuh. Masing-masing ovarium
ukuran dan bentuknya seperti buah kenari. Ovarium menghasilkan sel telur dan
hormon wanita. Hormon merupakan bahan kimia yang mengontrol jalannya
fungsi dari sel dan organ tertentu.Setiap bulan, selama siklus menstruasi, sebuah
sel telur dikeluarkan dari satu ovarium dalam proses yang disebut ovulasi.
Perjalanan sel telur dari ovarium melalui tuba falopii menuju ke uterus. Ovarium
juga merupakan sumber utama dari hormon wanita yaitu estrogen dan
progesteron. Hormon-hormon ini mempengaruhi perkembangan dari payudara
wanita, bentuk tubuh, dan rambut tubuh. Hormon-hormon ini juga mengatur
siklus menstruasi dan kehamilan.

William Helm, C. 2005. Dkk mengatakan : prognosis dari kista jinak


sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di jaringan sisa ovarium atau di
ovarium kontralateral. Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas
berhubungan dengan stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan
keganasan ini sering ditemukan sudah dalam stadium akhir.

Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%, bervariasi antara


86.9% untuk stadium FIGO Ia dan 11.1% untuk stadium IV. Tumor sel
granuloma memiliki angka bertahan hidup 82% sedangakan karsinoma sel
skuamosa yang berasal dari kista dermoid berkaitan dengan prognosis yang
buruk. Sebagian besar tumor sel germinal yang terdiagnosis pada stadium awal
memiliki prognosis yang sangat baik. Disgerminoma dengan stadium lanjut
berkaitan dengan prognosis yang lebih baik dibandingkan germinal sel tumor

1
nondisgerminoma. Tumor yang lebih tidak agresif dengan potensi keganasan
yang rendah mempunyai sifat yang lebih jinak tetapi tetap berhubungan dengan
angka kematian yang tinggi. Secara keseluruhan angka bertahan hidup selama 5
tahun adalah 86.2%.

Prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan tumor


nonneoplastik tidak, jika menghadapi tumor ovarium yang tidak memberikan
gejala/keluhan pada penderita dan yang besarnya tidak melebihi 5 cm
diameternya, kemungkinan besar tumor tersebut adalah kista folikel atau kista
korpus luteum. Tidak jarang tumor tersebut mengalami pengecilan secara
spontan dan menghilang, sehingga perlu diambil sikap untuk menunggu selama
2-3 bulan, jika selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan
tumor tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan tumor
besar itu bersifat neoplastik dan dapat dipertimbangkan untuk pengobatan
operatif. Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu
dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan tuba
(salphyngoooforektomi). Jika terdapat keganasan operasi yang lebih tepat ialah
histerektomi dan salphyngoooforektomi bilateral. Akan tetapi pada wanita muda
yang masih ingin mendapat keturunan dan dengan tingkat keganasan tumor yang
rendah, dapat dipertanggungjawabkan untuk mengambil resiko dengan
melakukan operasi secara tidak menyeluruh yaitu pengangkatan salah satu organ
seperti ovari, tuba fallopi, dan uterus.

Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua


kanker ginekologi. Angka kematian yang tinggi karena penyakit ini pada awalnya
bersifat tanpa gejala dan tanpa menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi
metastasis, sehingga 60-70% pasien datang pada stadium lnjut, penyakit ini
disebut juga sebagai silent killer. Angka kejadian penyakit ini di Indonesia belum
diketahui dengan pasti. Faktor yang dapat menyebabkan kanker diantaranya

2
adalah makan makanan tinggi lemak dan kurang serat, zat-zat tambahan sintetik
pada makanan, kurang olah raga, merokok, polusi, virus,sering stress, dan faktor
genetik juga berpengaruh. Jadi, harus lebih selektif memilih makanan yang sehat,
lebih teratur berolahraga, jangan merokok, dan hindari hidup diantara para
perokok. Sampai sekarang belum ada cara deteksi dini yang sederhana untuk
memeriksa adanya keganasan ovarium itu.sekarang yang bisa dipakai masih
menggunakan USG, tetapi itu agak sulit kalau diterapkan secara massal karena
biayanya cukup mahal.

I.2 TUJUAN

I.2.1 Tujuan Umum

Melakukan pendekatan kedokteran keluarga terhadap pasien kista torsi


ovarium dan keluarganya.

I.2.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik (fungsi keluarga, bentuk keluarga, dan siklus


keluarga) keluarga pasien kista torsi ovarium.

b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah


kesehatan pada pasien kista torsi ovarium dan keluarganya.

c. Mendapatkan pemecahan masalah kesehatan pasien kista torsi ovarium


dan keluarganya.

I.3 MANFAAT

I.3.1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan penulis tentang kedokteran keluarga, serta


penatalaksanaan kasus kista torsi ovarium dengan pendekatan kedokteran
keluarga.

3
I.3.2. Bagi Tenaga Kesehatan

Sebagai bahan masukan kepada tenaga kesehatan agar setiap memberikan


penatalaksanaan kepada pasien kista torsi ovarium dilakukan secara holistik dan
komprehensif serta mempertimbangkan aspek keluarga dalam proses
kesembuhan.

I.3.3. Bagi Pasien dan Keluarga

Memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya bahwa keluarga


juga memiliki peranan yang cukup penting dalam kesembuhan pasien kista torsi
ovarium.

BAB II

TINJAUAN TEORI

4
II.2 Definisi

Tumor ovarium adalah kista yang permukaannya rata dan halus


biasanya bertangkai,bilateral dan dapat menjadi besar ( Arif Mansjoer ). Tumor
ovarium adalah kista ada yang bersifat neoplastik dan nonneoplastik ( sarwono
p ).Tumor ovarium adalah pertumbuhan jinak yang berkembang dari sel-sel otot
polos. Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada
indung telur yang dibungkus oleh semacam semacam selaput yang terbentuk dari
lapisan terluar dari ovarium.

II.2 Anatomi dan Fisiologi

Sebuah ovarium terletak disetiap sisi uterus, di bawah dan di belakang


tuba falopii. Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
messovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding
pelvis lateral kira-kira setinggi spina illiaka anterior superior, dan ligamentum
ovarii propium, yang mengikat ovarium ke uterus. Pada palpasi, ovarium dapat
digerakkan.

Ovarium memiliki asal yang sama (homolog) dengan testis pada pria.
Ukuran dan bentuk ovarium menyerupai sebuah almond berukuran besar. Saat
ovulasi, ukuran ovarium dapat berubah menjadi dua kali lipat untuk sementara.
Ovarium yang berbentuk oval ini memiliki konsistensi yang padat dan sedikit
kenyal. Sebelum menarche, permukaan ovarium licin. Setelah maturasi seksual,
luka parut akibat ovulasi dan ruptur folikel yang berulang membuat permukaan
nodular menjadi kasar.

Ovarium terdiri dari dua bagian:

1. Korteks Ovarii
a. Mengandung folikel primordial
b. Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel degraf

5
c. Terdapat korpus luteum dan albicantes

2. Medula Ovarii
a. Terdapat pembuluh darah dan limfe
b. Terdapat serat saraf

Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi


hormon. Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung sangat banyak ovum
primordial (primitive). Di antara interval selama masa suburnya (umumnya
setiap bulan), satu atau lebih ovum matur dan mengalami ovulasi. Ovarium juga
merupakan tempat utama produksi hormone seks steroid (estrogen, progesterone,
dan androgen) dalam jumlah banyak yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan dan fungsi wanita normal.

II.3 Etiologi

Belum diketahui secara pasti akan tetapi ada faktor yang menyebabkan
tumor ovarium :

1 Faktor genetik

2 Wanita yang menderita kanker payudara

3 Riwayat kanker kolon

4 Gangguan hormonal

5 Diet tinggi lemak

6 Merokok

7 Minum alkohol

8 Pengunaan bedak talk perineal

6
9 Sosial ekonomi yang rendah

Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab.Penyebab inilah nantinya


yang akan menentukan tipe dari kista.Diantara beberapa kista ovarium ,tipe
folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan.Cairan yang
mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar dari akibat perlukaan yang
terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium.Pada beberapa kasus, kista dapat pula
diisi oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan gigi.

II.4 Klasifikasi

Klasifikasi tumor ovarii sampai sekarang belum ada yang benar-benar


memuaskan, baik pembagian secara klinis maupun secara patologis anatomis.
Tumor kistik merupakan jenis yang paling sering terjadi terutama yang bersifat
non-neoplastik, seperti kista retensi yang berasal dari corpus luteum. Tetapi di
samping itu ditemukan pula jenis yang betul merupakan neoplasma. Oleh karena
itu tumor kistik dari ovarium yang jinak dibagi dalam golongan non-neoplastik
(fungsionil) dan golongan neoplastik.

1. Kista ovarium non-neoplastik (fungsionil)

a. Kista Follikel

Kista ini berasal dari follikel yang menjadi besar semasa proses atresia
folliculi. Setiap bulan sejumlah besar follikel menjadi mati, disertai kematian
ovum, disusul dengan degenerasi dari epitel follikel. Pada masa ini tampaknya
sebagai kista-kista kecil. Tidak jarang ruangan follikel diisi dengan cairan yang
banyak, sehingga terbentuklah kista yang besar, yang dapat ditemukan pada
pemeriksaan klinis. Biasanya besarnya tidak melebihi sebuah jeruk. Sering
terjadi pada pubertas, climacterium, dan sesudah salpingektomi.

Gejala-gejala

7
Kista jenis ini tidak memberikan gejala yang karakteristik, bahkan
kadang-kadang tidak menunjukkan gejala-gejala apapun. Kurve suhu basal
bersifat monofasis. Bila mencapai ukuran yang cukup besar, kista tersebut dapat
memberikan rasa penuh dan tidak enak pada daerah yang dikenai. Seperti pada
semua tumor ovarii dapat menyebabkan torsi. Kadang-kadang walaupun jarang,
dapat terjadi rupture spontan, dengan disertai tanda-tanda perdarahan intra
abdominal sehingga gambaran klinisnya dapat menyerupai suatu kehamilan
ektopik yang terganggu. Yang paling sering terjadi ialah cairan kista tersebut
mengalami resorpsi secara spontan setelah satu atau dua siklus.

Diagnosa

Diagnosa hanya dapat ditentukan dengan palpasi dari tumor tersebut.


Tetapi kita tidak akan dapat menentukan dengan sekali pemeriksaan, apakah kista
ini neoplastik atau non neoplastik, kecuali bila ukurannya sangat besar.

Terapi

Biasanya tak memerlukan terapi karena mengalami resorpsi spontan. Bila


harus diadakan operasi oleh karena adanya salah satu gangguan klinis atau oleh
karena indikasi lain, sebaiknya tindakannya disesuaikan dengan keadaan. Bila
kista kecil dapat dilakukan punksi atau eksisi saja. Bila besar sebaiknya di
enucleasi dengan meninggalkan jaringan ovarium yang normal.

b. Kista Lutein

Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan.
Kista lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari corpus luteum
haematoma. Perdarahan ke dalam ruang corpus selalu terjadi pada masa
vaskularisasi. Bila perdarahan ini sangat banyak jumlahnya, terjadilah corpus
luteum haematoma, yang berdinding tipis dan berwarna kekuning-kuningan.
Secara perlahan-lahan terjadi resorpsi dari unsur-unsur darah, sehingga akhirnya
tinggallah cairan yang jernih, atau sedikit bercampur darah. Pada saat yang sama

8
dibentuklah jaringan fibroblast pada bagian dalam lapisan lutein sehingga pada
kista corpus lutein yang tua, sel-sel lutein terbenam dalam jaringan-jaringan
perut.

Gejala-gejala

Pada beberapa kasus sering mnyerupai kehamilan ektopik. Haid kadang-


kadang terlambat, diikuti dengan perdarahan sedikit yang terus menerus, disertai
rasa sakit pada bagian perut bawah. Pada pemeriksaan klinis ditemukan benjolan
yang sakit. Ada yang menganggap kista ini sebagai korpus luteum persistens,
dimana oleh sesuatu sebab tidak terjadi regresi. Suatu jenis yang jarang dari kista
lutein ialah yang ditemukan pada mola hydatidosa atau chorio epithelioma.
Dalam beberapa kasus dari jenis ini, dindingnya dibentuk oleh sel granulose yang
mengalami luteinisasi, tetapi pada umumnya kista dibntuk oleh sel theca lutein
dan jaringan ikat.

c. Stein Levental ovary

Biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat polykistik, permukaan


rata, berwarna keabu-abuan dan berdinding tebal. Pada pemeriksaan mikroskopis
akan tampak tunica yang tebal dan fibrotik. Dibawahnya tampak follikel dalam
bermacam-macam stadium, tetapi tidak ditemukan corpus luteum. Secara klinis
memberikan gejala yang disebut Stein-Leventhal Syndrom, yaitu yang terdiri
dari hirsutisme, sterilitas, obesitas dan oligomenorrhoe. Kecenderungan virilisasi
mungkin disebabkan hyperplasi dari tunica interna yang menghasilkan zat
androgenic. Kelainan ini merupakan penyakit herediter yang autosomal dominan.

d. Germinal inclusion cyst

Terjadi oleh karena invaginasi dari epitel germinal dari ovarium. Biasanya
terjadi pada wanita tua. Tidak pernah memberi gejala-gejala yang berarti.

d. Kista endometrial

9
2. Kista ovarium yang neoplastik atau proliferatif

a. Kistoma ovarii simpleks

Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,


seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di
dalam kista jernih, serus, dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak
lapisan epitel kubik. Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi
(putaran tangkai) dengan gejala-gejala mendadak. Diduga bahwa kista ini suatu
jenis kistadenoma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan
tekanan cairan dalam kista. Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi
ovarium, akan tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara
histologik untuk mengetahui apakah ada keganasan.

b. Kistadenoma Ovarii Musinosum

Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut Meyer, ia


mungkin berasal dari suatu teratoma di mana dalam pertumbuhannya satu elemen
mengalahkan elemen-elemen lain. Ada penulis yang berpendapat bahwa tumor
berasal dari lapisan germinativum, sedang penulis lain menduga tumor ini
mempunyai asal yang sama dengantumorBrenner.

Angka Kejadian

Tumor ovarium ini terbanyak ditemukan bersama-sama dengan


kistadenoma ovarii serosum. Kedua tumor merupakan kira-kira 60% dari
seluruh ovarium, sedang kistadenoma ovarii musinosum merupakan 40% dari
seluruh kelompok neoplasma ovarium.

10
Di Indonesia Hariadi (1970) menemukan frekuensi sebesar 27%;
sedangkan Gunawan (1977) menemukan angka 29,9%; Sapardan (1970)
37,2%; dan Djaswadi 15,1%. Tumor paling sering terdapat pada wanita berusia
antara 20-50 tahun, dan jarang sekali pada masa prapubertas.

Gambaran Klinik

Tumor lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu, permukaan


berbagala (lobulated). Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar,
lebih-lebih pada penderita yang datang dari pedesaan. Pada tumor yang besar
tidak lagi dapat ditemukan jaringan ovarium yang normal. Tumor biasanya
unilateral, akan tetapi dapat juga ditemui yang bilateral.

Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai; kadang-kadang dapat


terjadi torsi yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat
menyebabkan perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif, yang
memudahkan timbulnya perlekatan kista dengan omentum, usus-usus dan
peritoneum parietale.

Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan; yang terakhir
ini khususnya bila terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista.
Pada pembukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat
dan berwarna kuning sampai coklat tergantung dari percampurannya dengan
darah.

Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista dilapisi oleh epitel


torak tinggi dengan inti pada dasar sel; terdapat di antaranya sel-sel yang
membundar karena terisi lendir (goblet cells). Sel-sel epitel yang terdapat dalam
satu lapisan mempunyai potensi untuk tumbuh seperti struktur kelenjar: kelenjar-
kelenjar menjadi kista-kista baru, yang menyebabkan kista menjadi multilokuler.
Jika terjadi sobekan pada dinding kista, maka sel-sel epitel dapat tersebar pada
permukaan peritoneum rongga perut, dan dengan sekresinya menyebabkan

11
pseudomiksoma peritonei. Akibat pseudomiksoma peritonei ialah timbulnya
penyakit menahun dengan musin terus bertambah dan menyebabkan banyak
perlekatan. Akhirnya, penderita meninggal karena ileus dan atau inanisi. Pada
kista kadang-kadang dapat ditemukan daerah padat, dan pertumbuhan papiler.
Tempat-tempat tersebut perlu diteliti dengan seksama oleh karena di situ dapat
ditemukan tanda-tanda ganas. Keganasan ini terdapat dalam kira-kira 5-10% dari
kistadenoma musinosum.

Penanganan

Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor


sudah cukup besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal,
biasanya dilakukan pengangkatan ovarium beserta tuba (salpingo-ooforektomi).
Pada waktu mengangkat kista sedapat-dapatnya diusahakan mengangkatnya in
toto tanpa mengadakan pungsi dahulu, untuk mencegah timbulnya
pseudomiksoma peritonei karena tercecernya isi kista. Jika berhubung dengan
besarnya kista perlu dilakukan pungsi untuk mengecilkan tumor, lubang pungsi
harus ditutup dengan rapi sebelum mengeluarkan tumor dari rongga perut.
Setelah kista diangkat, harus dilakukan pemeriksaan histologik di tempat-tempat
yang mencurigakan terhadap kemungkinan keganasan. Waktu operasi, ovarium
yang lain perlu diperiksa pula.

c. Kistadenoma Ovarii Serosum

Pada umumnya para penulis berpendapat bahwa kita ini berasal dari epitel
permukaan ovarium (germinal epithelium).

Angka Kejadian

Kista ini ditemukan dalam frekuensi yang hampir sama dengan


kistadenoma musinosum dan dijumpai pada goloongan umur yang sama. Agak
lebih sering ditemukan kista bilateral (10-20 %); Hariadi (1970) dalam hal ini
menemukan frekuensi 19,7%, Sapardan (1970) 15%, Djaswadi (1970) 10,9%;

12
dan Gunawan (1977) 20,3%. Selanjutnya, disurabaya hariadi dan Gunawan
menemukan angka kejadian tumor ini masing-masing 39,8% dan 28,5%; di
Jakarta Sapardan mencatat angka 20,05 dan di Yogyakarta Djaswadi mencatat
angka 36,1%.

Gambaran Klinik

Pada umumnya kista jenis ini tak mencapai ukuran yang amat besar
dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin,
akan tetapi dapat pula berrbagala karena kista serosum pun dapat berbentuk
multilokuler, meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan.
Ciri khas kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista
sebesar 50%, dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning,
dan kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak jarang kistanya sendiri
kecil, tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papilloma).

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tidak mungkin membedakan


gambaran makroskopik kistadenoma serosum papiliferum yang ganas dari yang
jinak, bahkan pemeriksaan mikroskopik pun tidak selalu memberi kepastian.
Pada pemeriksaan mikroskopik terdapat dinding kista yang dilapisi oleh epitel
kubik atau epitel torak yang rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan inti sel yang
besar dan gelap warnanya. Karena tumor ini barasal dari epitel permukaan
ovarium (germinal ephithelium), maka bentuk epitel pada papil dapat beraneka
ragam tetapi sebagian besar epitelnya terdiri atas epitel bulu getar, seperti epitel
tuba.

Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium dalam


stromanya yang dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya menunjukkan
bahwa kista adalah kistadenoma ovarii serosum papilliferum, tetapi tidak bahwa
tumor itu ganas.

Perubahan Ganas

13
Apabila ditemukan pertumbuhan papilifer, proliferasi dan stratifikasi
epitel, serta anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum secara
mikroskopik digolongkan kedalam kelompok tumor ganas. Akan tetapi, garis
pemisah antara kistadenoma ovarii papiliferum yang jelas ganas kadang-kadang
sukar ditentukan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa potensi
keganasan yang dilaporkan sangat berbeda-beda. Walaupun demikian, dapat
dikatakan bahwa 30% - 35% dari kistadenoma serosum mengalami perubahan
keganasan. Bila pada suatu kasus terdapat implantasi pada peritoneum disertai
dengan asites, maka prognosis penyakit itu kurang baik, meskipun diagnosis
histopatologis pertumbuhan itu mungkin jinak (histopatologically benign).

Terapi

Terapi pada umumnya sama seperti pada kistadenoma musinosum.


Hanya, berhubung dengan lebih besarnya kemungkinan keganasan, perlu
dilakukan pemeriksaan yang teliti terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan
kadang-kadang perlu diperiksa sediaan yang dibekukan (frozen section) pada saat
operasi, untuk menentukan tindakan selanjutnya pada waktu operasi.

d. Kista Endometrioid

Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding dalam
terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista
ini, yang ditemukan oleh Sartesson dalam tahun 1969, tidak ada hubungannya
dengan endometriosis ovarii.

e. Kista Dermoid

Sebenarnya kista dermoid ialah satu teratoma kistik yang jinak dimana
struktur-struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit,
rambut, gigi dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai
lemak nampak lebih menonjol daripada elemen-elemen entoderm dan mesoderm.

14
Tentang histogenesis kista dermoid, teori yang paling banyak dianut ialah bahwa
tumor berasal dari sel telur melalui proses partenogenesis.

Angka Kejadian

Tumor ini merupakan 10% dari seluruh neoplasma ovarium yang kistik,
dan paling sering ditemukan pada wanita yang masih muda. Ditaksir 25% dari
semua kista dermoid bilateral, lazimnya dijumpai pada masa reproduksi
walaupun kista dermoid dapat ditemukan pula pada anak kecil. Tumor ini dapat
mencapai ukuran yang sangat besar, sehingga beratnya mencapai beberapa
kilogram.

Frekuensi kista dermoid di beberapa rumah sakit di Indonesia ialah


sebagai berikut : Sapardan mencatat angka 16,9%; Djaswadi 15,1%; Hariadi dan
Gunawan masing-masing 11,1% dan 13,5% di antara penderita dengan tumor
ovarium. Sebelum perang dunia II, Eerland dan Vos (1935) melaporkan frekuensi
kista dermoid sebesar 3,8% dari 451 tumor ovarium yang diperiksa di
Nederlands-Indisch Kanker Instituut di Bandung, diantaranya satu kasus pada
anak umur 13 tahun.

Gambaran Klinik

Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding kista kelihatan
putih, keabu-abuan, dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di
bagian lain padat. Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga satu, akan tetapi
bila dibelah, biasanya nampak satu kista besar dengan ruangan kecil-kecil dalam
dindingnya. Pada umumnya terdapat satu daerah pada dinding bagian dalam yang
menonjol dan padat.

Tumor mengandung elemen-elemen ektodermal, mesodermal dan


entodermal. Maka dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi
(ektodermal), tulang rawan, serat otot jaringan ikat (mesodermal), dan mukosa
traktus gastrointestinalis, epitel saluran pernapasan, dan jaringan tiroid

15
(entodermal). Bahan yang terdapat dalam rongga kista ialah produk dari kelenjar
sebasea berupa massa lembek seperti lemak, bercampur dengan rambut. Rambut
ini terdapat beberapa serat saja, tetapi dapat pula merupakan gelondongan seperti
konde.

Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri
mendadak di perut bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya sobekan
dinding kista dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum.
Perubahan keganasan agak jarang, kira-kira dalam 1,5% dari semua kista
dermoid, dan biasanya pada wanita lewat menopause. Yang tersering adalah
karsinoma epidermoid yang tumbuh dari salah satu elemen ektodermal. Ada
kemungkinan pula bahwa satu elemen tumbuh lebih cepat dan menyebabkan
terjadinya tumor yang khas.

Termasuk di sini:

1. Struma ovarium

Tumor ini terutama terdiri atas jaringan tiroid, dan kadang-kadang dapat
menyebabkan hipertiroidi. Antara 1960 dan 1964 di RS. Dr. Soetomo Surabaya
pernah ditemukan 5 kasus struma ovarium, semuanay tak berfungsi dan tidak
ganas. Hariadi selam 5 tahun (1963-1968) menemukan 3 kasus struma ovarium
(= 0,5%), Djaswadi selam 10 tahun (1965-1974) hanya mencatat satu kasus (=
0,5%); sedangkan Gunawan selama 3 tahun (1974-1977) melaporkan satu kasus
(= 0,2%).

2. Kistadenoma ovarii musinosum dan kistadenoma ovarii serosum

Kista-kista dapat dianggap sebagai adenoma yang bertasal dari satu


elemen dari epitelium germinativum.

3. Koriokarsinoma

16
Tumor ganas ini jarang ditemukan dan untuk diagosis harus dibuktikan
adanya hormon koriogonadotropin.

II.5 Manifestasi Klinik

Letak tumor yang tersembunyi dalam rongga perut dan sangat berbahaya
dapat menjadi besar tanpa disadari oleh penderita

Pertumbuhan primer diikuti oleh infiltrasi kejaringan sekitar yang


menyebabkan berbagai keluhan samar-samar:

1. Perasaan sebah

2. Rasa nyeri pada perut bagian bawah dan panggul

3. Makan sedikit terasa cepat kenyang

4. Sering kembung

5. Nyeri sanggama

6. Nafsu makan menurun

7. Rasa penuh pada perut bagian bawah

8. Gangguan miksi karena adanya tekanan pada kandung kemih dan juga
tekanan pada dubur

9. Gangguan menstruasi.Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah


pola haid kecuali tumor itu sendiri mengeluarakan hormon seperti pada
tumor sel granulosa yang dapat menyebabkan hipermenorrea.

10. Akibat pertumbuhan adalah dengan adanya tumor didalam perut bisa
menyebabkan pembengkakan perut..Tekanan pada alat atau organ
sekitar disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya dalam

17
perut.Misalnya sebuah kista yang tidak seberapa besar tetapi posisinya
terletak didepan uterus sehingga dapat menekan kandung kencing dan
menyebabkan gangguan miksi dan sedang kista besar yang terletak
didalam rongga perut kadang-kadang hanya menimbulkan rasa berat
pada perut.Selain gangguan miksi obstipasi dan oedema pada tungkai
dapat terjadi.

II. 6 Diagnosa

Pemeriksaan Penunjang

Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat diperoleh


kepastian sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan
analisis yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat membantu dalam
pembuatan differensial diagnosis.

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan


diagnosis adalah :

1. Laparaskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor


berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.

2.Ultrasonografi

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik
atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang
bebasdan yang tidak.

3.Foto Rontgen

18
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam
tumor.

4.Parasintesis

Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu


diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei
dengan i

Pemeriksaan USG masih menjadi pilihan utama untuk mendeteksi adanya


kista. Selain itu, MRI dan CT Scan bisa dipertimbangkan tetapi tidak sering
dilakukan karena pertimbangan biaya.

II. 7 Komplikasi

Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas


terjadinya kanker ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya
kanker masih belum jelas namun dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40
tahun untuk melakukan skrining atau deteksi dini terhadap kemungkinan
terjadinya kanker ovarium.

Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral


terutama yang berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila seorang
wanita usia subur menggunakan metode konstrasepsi ini dan kemudian
mengalami keluhan pada siklus menstruasi, lebih baik segera melakukan
pemeriksaan lengkap atas kemungkinan terjadinya kanker ovarium.

II. 8 Pengobatan

Umumnya kista ovarium pada wanita usia subur akan menghilang dengan
sendirinya dalam 1 sampai 3 bulan. Meskipun ada diantaranya yang pecah
namun tidak akan menimbulkan gejala yang berarti. Kista jenis ini termasuk

19
jinak dan tidak memerlukan penanganan medis. Kista biasanya ditemukan secara
tidak sengaja saat dokter melakukan pemeriksaan USG.

Meskipun demikian, pengawasan tetap harus dilakukan terhadap


perkembangan kista sampai dengan beberapa siklus menstruasi. Bila memang
ternyata tidak terlalu bermakna maka kista dapat diabaikan karena akan mengecil
sendiri.

Pemeriksaan USG sangat berperan dalam menentukan langkah


penatalaksanaan kista ovarium. Dengan USG dapat dilihat besarnya kista, bentuk
kista, isi dari kista dan lain sebagainya.

Jika memang kista ovarium tumbuh membesar dan menimbulkan keluhan


akibat dari peregangan organ sekitar kista maka perlu dipertimbangkan untuk
melakukan operasi pengangkatan kista. Jangan lupa untuk segera membawa
jaringan kista ke laboratorium patologi anatomi untuk mengetahui kemungkinan
kista tersebut berkembang menjadi kanker.

II.9 PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA (Anies, 2014)

II.9.1 Definisi Keluarga

Bermacam-macam batasan keluarga, beberapa di antaranya dikemukakan


sebagai berikut:

a UU No. 10 Tahun 1992, keluarga adalah unit terkecil dalam


masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya,
atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.

b Menurut Friekista ovariuman, keluarga adalah kumpulan dua orang


manusia atau lebih yang satu sama lain saling terkait secara emosional,
serta bertempat tinggal yang sama dalam satu daerah yang berdekatan.

20
c Menurut Goldenberg (1980), keluarga adalah tidak hanya merupakan
suatu kumpulan individu yang bertempat tinggal yang sama dalam satu
ruang fisik dan psikis yang sama saja, tetapi merupakan suatu sistem
sosial alamiah yang memiliki kekayaan bersama, mematuhi peraturan,
peranan, struktur kekuasaan, bentuk komunikasi, tata cara negosiasi,
serta tata cara penyelesaian masalah yang disepakati bersama, yang
memungkinkan berbagai tugas dapat dilaksanakan secara efektif.

II.9.2 Bentuk Keluarga

Menurut Goldenberg, bentuk keluarga terdiri sembilan macam,


antara lain:,

a Keluarga inti (nuclear family)

b Keluarga besar (extended family)

c Keluarga campuran (blended family)

d Keluarga menurut hukum umum (common law family)

e Keluarga orang tua tunggal

f Keluarga hidup bersama (commune family)

g Keluarga serial (serial family)

h Keluarga gabungan (composive family)

i Hidup bersama dan tinggal bersama (co habitation family)

II.9.3 Fungsi dan Siklus Keluarga

Berdasarkan peraturan pemerintah No. 21 Tahun 1994 fungsi


keluarga dibagi menjadi delapan jenis, yaitu fungsi keagamaan, fungsi

21
budaya, fungsi cinta kasih, fungsi melindungi, fungsi reproduksi,
fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi
pembinaan lingkungan. Apabila fungsi keluarga terlaksana dengan
baik, maka dapat diharapkan terwujudnya keluarga yang sejahtera.
Yang dimaksud keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk
berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kehidupan
spiritual, dan materiil yang layak.7

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ogburn (1969),


telah terbukti adanya perubahan pelaksanaan fungsi keluarga. Olehnya
disebutkan, bahwa keluarga memiliki fungsi:

a Fungsi ekonomi

b Fungsi pelindungan

c Fungsi agama

d Fungsi rekreasi

e Fungsi pendidikan

f Fungsi status sosial

8 tahap pokok yang terjadi dalam keluarga (siklus keluarga), yaitu:

a Tahap awal perkawinan (newly married family)

b Tahap keluarga dengan bayi (birth of the first child)

c Tahap keluarga dengan anak usia pra sekolah (family with


children in school)

22
d Tahap keluarga dengan anak usia sekolah (family with children
in school)

e Tahap keluarga dengan anak usia remaja

f Tahap keluarga dengan anak-anak yang meninggalkan keluarga

g Tahap orang tua usia menengah

h Tahap keluarga usia jompo

II.9.4 Arti dan Kedudukan Keluarga dalam Kesehatan

Keluarga memiliki peranan yang cukup penting dalam


kesehatan. Adapun arti dan kedudukan keluarga dalam kesehatan
adalah sebaga berikut:

a Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat dan


melibatkan mayoritas penduduk, bila masalah kesehatan
setiap keluarga dapat di atasi maka masalah kesehatan
masyarakat secara keseluruhan akan dapat turut
terselesaikan.

b Keluarga sebagai suatu kelompok yang mempunyai


peranan mengembangkan, mencegah, mengadaptasi, dan
atau memperbaiki masalah kesehatan yang diperlukan
dalam keluarga, maka pemahaman keluarga akan
membantu memperbaiki masalah kesehatan masyarakat.

c Masalah kesehatan lainnya, misalnya ada salah satu


anggota keluarga yang sakit akan mempengaruhi
pelaksanaan fungsi-fungsi yang dapat dilakukan oleh

23
keluarga tersbut yang akan mempengaruhi terhadap
pelaksanaan fungsi-fungsi masyarakat secara keseluruhan.

d Keluarga adalah pusat pengambilan keputusan kesehatan


yang penting, yang akan mempengaruhi kebrhasilan
layanan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

e Keluarga sebagai wadah dan ataupun saluran yang efektif


untuk melaksanakan berbagai upaya dan atau
menyampaikan pesan-pesan kesehatan.

II.3 Peran Dokter Keluarga Dalam Penanganan Kista Ovarium

Peran dokter keluarga dalam penanganan kista ovarium adalah untuk


menghindari komplikasi lanjut dari kista ovarium apabila semakin terlambat
ditangani. Hal yang dapat diperhatikan adalah bagaimana peran dokter
keluarga agar dapat mengatasi keluhan yang dirasakan pasien seperti nyeri
agar tidak terlalu mengganggu aktivitas fungsional pasien sehari-hari. Seorang
dokter keluarga juga dapat memotivasi pasien agar rutin mengunjungi dokter
spesialis sesuai yang disarankan dan mengikuti anjuran yang diberikan dokter
spesialis yang menangani. Seorang dokter keluarga juga perlu memperhatikan
mengenai kepatuhan pasien dalam meminum obatnya. Hal yang dapat terjadi
apabila pasien tidak patuh adalah dapat meningkatnya rasa nyeri dan
menurunkan kualitas hidup pasien. Maka dari itu seorang dokter keluarga
perlu untuk membuat strategi agar pasien dapat meningkatkan kepatuhannya
seperti menyederhanakan regimen, meningkatkan pengetahuan pasien,
merubah kepercayaan yang salah dari pasien, komunikasi terhadap pasien,
meninggalkan bias, dan mengevaluasi kepatuhan pasien. 6,7

24
BAB III
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH

III.1 Identitas Keluarga


1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 53 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Dusun Ngrancah RT 02/RW 01 Desa Ngrancah

Grabag, Magelang
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan Terakhir : Tamat SD
Pekerjaan : Petani

2. Identitas Kepala Keluarga


Nama : Tn. M
Umur : 59 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Dusun Ngrancah RT 02/RW 01 Desa Ngrancah

Grabag, Magelang
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan Terakhir : Tamat SD
Pekerjaan : Karyawan Swasta

III.2 Karakteristik Kedatangan Pasien ke Puskesmas

Pasien datang pertama kali pada tanggal 5 Maret 2015. Pasien datang

dengan keluhan nyeri perut sejak 3 bulan yang lalu. Nyeri perut hilang timbul

sejak 3 bulan yang lalu disertai perut yang membesar dan kesulitan BAB.

Pasien awalnya memeriksakan diri ke bidan saat posyandu, kemudian pasien

disarankan berobat ke Puskesmas Grabag I untuk diperiksa oleh spesialis

25
kandungan. Hasil pemeriksaan dari dokter spesialis dan dari USG, pasien

diduga terkena kista. Dengan demikian pasien dirujuk ke RST Soedjono untuk

penatalaksanaan lebih lanjut. Saat ini pasien sedang menunggu pengurusan

asuransi kesehatannya untuk berobat ke RST Soedjono.

III.3 Karakteristik Demografis Keluarga


Alamat pasien di Dusun Ngrancah RT 02/RW 01 Desa Ngrancah

Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Daerah tersebut merupakan

daerah perdesaan. Pasien tinggal berdua bersama suaminya

Tabel 4. Daftar anggota keluarga serumah

Kedudukan Umur
No. Pendidikan
Nama Sex Pekerjaan Ket.
Terakhir
di keluarga (thn)
1. Mulyanto KK L 59 Tamat SMA Petani Sehat

2. Samini Istri P 53 Tamat SMA Petani Sakit

Yani
3. Anak P 38 Tamat SMP Pelajar Sehat
Supriyati
4. Supartini Anak P 32 Tamat SMP Pelajar Sehat

Sumber : Kartu Keluarga Pasien

a
b c

Keterangan :
1. Ayah Pasien : sudah
Gambarmeninggal
1. Genogram Keluarga
2. Ibu Pasien : sudah meninggal

26
3. Kakak Pasien : sehat
4. Pasien : Diabetes Melitus
5. Adik Pasien : sehat
6. Adik Pasien : sehat
7. Adik Pasien : sehat

a. Suami Pasien : sehat


b. Anak Pertama Pasien : sehat

c. Anak Kedua Pasien : sehat

III.4 Resume Penyakit dan Penatalaksanaan yang Telah Diberikan

1. Anamnesis Ny. S
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada hari 5 Maret 2015

pukul 15.00 WIB di Puskesmas Grabag I.

a. Keluhan utama
Nyeri perut sejak 3 bulan yang lalu.
b. Keluhan tambahan
Perut semakin membesar dan sulit BAB sejak 3 bulan yang lalu
c. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang dengan keluhan nyeri perut sejak 3 bulan yang

lalu, nyeri perut dirasakan hilang timbul, pasien masih dapat

beraktivitas seperti biasanya namun hanya sedikit merasa terganggu

dengan munculnya benjolan di perut yang semakin membesar. Pasien

juga mengeluhkan kesulitan BAB sejak benjolan muncul semakin

membesar.

d. Riwayat KB
Pasang spiral sejak tahun 1983
e. Riwayat Obstetri

27
P3A1. Anak pertama dan ketiga lahir normal dengan penolong dukun.

Anak kedua keguguran pada usia kehamilan 10 minggu.


f. Riwayat Menstruasi
Menarche usia 12 tahun. Mens teratur setiap bulan. Menopause sejak

15 tahun yang lalu.


g. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada.
h. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada.
i. Riwayat Lingkungan
Tidak ada.

2. Hasil Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Tampak sakit ringan


Kesadaran : Kompos mentis
BB : 42 Kg
TB : 155 Cm
Tanda vital :
TD : 110/80 mmHg RR : 20x/menit
N : 80x/menit T : 36,7o C
Status Generalis

o Kepala : Normocephal, warna rambut hitam-putih, distribusi

merata, tidak mudah dicabut.


o Mata : Visus : 6/6, Gerakan bola mata ke segala arah, kornea

arcus senilis (+/+), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),

iris berwarna hitam, pupil bulat, reflek cahaya pupil langsung

(+/+) dan reflek cahaya pupil tak langsung (+/+).


o Hidung : Sekret (-), septum deviasi (-), konka inferior hipremis

(-/-).
o Mulut : Mukosa bibir kering.
o Telinga : Serumen (+/+), sekret (-/-).

28
o Leher : Pembesaran KGB (-), deviasi trakea (-)
o Toraks : Normochest, jejas (-)
Jantung

I : Iktus cordis tidak tampak


Pa : Iktus cordis teraba pada ICS V 2 cm medial LMC
sinistra
Pe : Batas kanan atas : ICS II LPS dextra
Batas kanan bawah : ICS IV LPS dextra
Batas kiri atas : ICS II LPS sinistra
Batas kiri bawah : ICS VI LMC sinistra
A : S1>S2 regular, murmur (-), gallop (-)

Paru
I : Simetris, datar, tidak ada pergerakan nafas yang
tertinggal

Pa : Vokal fremitus (+/+)


Pe : Sonor seluruh lapang paru
A : Suara dasar : Vesikuler
Suara tambahan : Wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

o Abdomen

I : Terdapat massa dengan ukuran 40cm x 25cm x 7cm


Pa : Teraba massa menetupi hampir seluruh lapang

abdomen dengan konsistensi kenyal-keras, terfiksasi,

dan berbatas tegas


Pe : Timpani di epigastrium, pekak di lapang abdomen

lainnya
A : Bising usus (+) normal

o Genitalia : Tidak dilakukan


o Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-)

Status Ginekologi
I: vulva uretra tenang
Io: tidak dilakukan

29
VT: tidak dilakukan
3. Hasil Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium

b.
c.

b. USG

1. Diagnosis Sementara
Nyeri perut e.c. suspek kista torsi ovarium

30
2. Rencana Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
- SF 1x1
- Asam Mefenamat 3 x 500 mg
c. Non Medikamentosa (Edukasi)
a) Kurangi aktivitas berat
b) Perbanyak konsumsi buah dan sayur
c) Rutin minum obat
d) Segera periksa ke Rumah Sakit

6. Hasil Penatalaksanaan Medis

Pemeriksaan dilakukan saat kunjungan ke puskesmas pada tanggal 5

Maret, kondisi pasien tampak lemas.


Faktor pendukung: kesadaran pasien ingin sembuh, keluarga yang

men-support pasien untuk menjalani pengobatan.


Faktor penghambat: pengurusan asuransi kesehatan BPJS yang

membutuhkan waktu, pasien takut dengan tindakan pembedahan,

sehingga pasien sempat lebih memilih pengobatan ke pengobatan

alternative.

Indikator keberhasilan : pengetahuan keluarga dan pasien meningkat.

III.5 Bentuk dan Siklus Keluarga

Bentuk keluarga ini ialah keluarga inti, yaitu keluarga yang terdiri dari

suami, isteri (pasien) dan anak-anak kandung. Keluarga ini berada dalam 1

siklus keluarga, yaitu tahap keluarga dengan anak usia dewasa.

III.6 Identifikasi Fungsi-Fungsi Keluarga

31
a. Fungsi Biologis dan Reproduksi

Dari hasil wawancara didapatkan informasi bahwa saat ini semua

anggota keluarga kecuali pasien dalam keadaan sehat. Tidak ada riwayat

penyakit keganasan sebelumnya, serta tidak ada riwayat penyakit hipertensi

dalam keluarga. Selama 2 bulan terakhir anggota keluarga dan pasien tidak

mengalami penyakit menular seperti cacar air, campak, influenza, dan diare.

Pasien memiliki riwayat haid teratur, telah melahirkan 2 orang anak, pernah

mengalami keguguran satu kali, dan menggunakan KB spiral selama 32 tahun.

b. Fungsi Keluarga

Pasien tinggal bersama suami. Hubungan antara anggota keluarga

baik. Di dalam keluarga ini jika terdapat suatu masalah baik masalah eksternal

dan internal yang berperan sebagai pembuat keputusan akhir adalah kepala

keluarga sedangkan proses pengambilan keputusan suatu masalah dilakukan

oleh kepala keluarga beserta isteri. Jika ada masalah yang berhubungan

dengan keluarga diselesaikan secara musyawarah antara kepala keluarga,

isteri, dan anak-anak. Setiap hari terdapat waktu luang yang digunakan untuk

berkumpul dengan anggota keluarga, makan bersama, menonton TV, sholat

berjamaah, dan saling bercerita. Acara kumpul keluarga dilakukan setiap hari

setelah selesai sholat isya.

c. Fungsi Pendidikan

Pasien dan suami menempuh pendidikan sampai tamat Sekolah Dasar

(SD). Semua anak sudah menikah dan memiliki anak.

d. Fungsi Sosial dan Budaya

32
Pasien memberikan kebebasan kepada anak-anaknya untuk

bersosialisasi. Pasien tinggal di kawasan pedesaan dan kedudukan keluarga di

tengah lingkungan sosial adalah warga biasa. Suami pasien bekerja sebagai

petani kebun kopi beserta istri. Pergaulan umumnya berasal dari kalangan

menengah. tidak ada kepercayaan terhadap mitos atau hal-hal lain yang

berhubungan dengan kesehatan.

e. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Sumber penghasilan dalam keluarga berasal dari suami dan pasien

yang bekerja sebagai petani kebun kopi, penghasilan setiap bulan Rp

3.000.000,- .. Penghasilan tersebut digunakan untuk pemenuhan kebutuhan

primer ,sekunder, dan tersier keluarga. Pengaturan penggunaan dana untuk

pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan oleh pasien. Dari penghasilan

tersebut masih ada yang dapat ditabung.

f. Fungsi Religius

Seluruh anggota keluarga rutin melakukan ibadah di rumah. Tidak ada

ruangan khusus untuk ibadah di rumah, beribadah biasa dilakukan di kamar

masing-masing atau ruang keluarga. Seminggu sekali mengikuti kegiatan

pengajian.

III.7 Pola Konsumsi Makan Pasien dan Keluarga

Frekuensi makan pasien dan keluarga 3 kali sehari. Makanan diolah

sendiri oleh pasien dengan makanan yang bervariasi setiap hari. Variasi

makanan yang dikonsumsi keluarga antara lain: nasi, lauk (tahu, tempe, ayam,

33
telur, ikan), sayur (bayam, sayur kangkung, sayur sop, dll), roti, susu, serta

buah.

III.8 Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan

a. Faktor Perilaku Keluarga

Dalam beraktivitas sehari-hari pasien lebih sering melakukan kegiatan

di dalam rumah seperti membereskan rumah, mencuci, dan memasak. Pasien

tidak pernah melakukan olahraga. Setiap hari pasien mengkonsumsi makanan

yang diolah sendiri sebanyak 3 kali/ hari, namun sering makan dan minuman

manis. Diantara waktu makan tersebut pasien sering menyelingi dengan

makan roti, biskuit, gorengan, dan teh manis. Jika keluar rumah lebih sering

menggunakan kendaraan bermotor. Pasien tidak merokok.

Keluarga yang tinggal serumah mengkonsumsi makanan yang dimasak

dirumah namun tidak menyukai makanan dan minuman manis, anggota

keluarga tidak ada yang merokok dan jarang berolahraga.

Jika ada anggota keluarga yang sakit, pasien dan keluarga langsung

berobat ke bidan, dokter di klinik, dan Puskesmas. Pasien dan keluarga sudah

menjadi peserta BPJS. Pasien aktif dalam ikut serta kegiatan Posyandu dan

aktivitas sosial seperti arisan maupun pertemuan RT.

b. Faktor Non-Perilaku

Terdapat fasilitas pelayanan kesehatan yang sering didatangi oleh

pasien yaitu bidan desa yang berjarak 200 meter dapat ditempuh dengan

berjalan kaki dan Puskesmas yang berjarak 2 kilometer dapat ditempuh

dengan angkutan umum. Pembiayaan pengobatan pasien maupun keluarga

34
dengan masih menggunakan biaya sendiri (fee for service) atau dengan biaya

dari jamkesmas. Pasien dan keluarga belum mengikuti program BPJS.

III.9 Identifikasi Lingkungan Rumah

- Gambaran Lingkungan

Rumah pasien terletak di pemukiman penduduk yang tidak terlalu

padat dan termasuk pemukiman biasa, dengan ukuran luas 165 m2. Secara

umum rumah terdiri atas 1 ruang tamu dengan ruang keluarga (ukuran 3x10

m2), 2 ruang tidur (ukuran 3x2 m2), ruang makan (ukuran 4x3 m2), 1 kamar

mandi (ukuran 2x1 m2) dengan WC berbentuk leher angsa, dan dapur

(ukuran 4x3 m2) dengan alas lantai dari keramik. Atap rumah dari genteng,

dinding dari tembok, dan lantai dari keramik.

Perbandingan luas lantai dan jendela di ruang tamu dengan ruang

keluarga >25%, ruang tidur 25%, dan ruang makan >25%. Lubang

ventilasi di ruang tamu dengan ruang keluarga berukuran 2x1,5 m2 dan

lubang ventilasi terdapat kasa nyamuk, di ruang makan 2x1 m2, dan terdapat

lubang ventilasi di ruang tidur. Penerangan di dalam rumah cukup terang.

Ruangan tidak terasa lembab karena kesan ventilasi di dalam rumah dalam

keadaan terbuka. Kebersihan di dalam rumah bersih, dan tata letak barang-

barang di dalam rumah cukup rapi.

Sumber air minum, cuci, dan masak dari PDAM. Jumlah kamar

mandi ada 1, dengan ukuran 2x1 m2, dengan bentuk jamban leher angsa.

35
Jarak septik tank dengan sumber air minum sangat dekat 2 m 2. Limbah

rumah tangga dialirkan ke septic tank, serta tempat sampah di luar rumah

tidak ada.

Rumah pasien dikelilingi dengan pepohonan dan kebun. Pepohonan

merupakan pohon rambutan dan pohon kelapa. Di sekeliling rumah pasien

juga banyak rerumputan dan tanah. Jika hujan menjadi becek. Kebersihan di

luar rumah bersih, sampah di sekitar lingkungan rumah pasien selalu

dibersihkan setiap hari.

36
8
7

6
2
4

Gambar 2. Denah Rumah

Keterangan Denah Rumah

1. Teras

2. Ruang Tamu

3. Ruang Keluarga

4. Kamar Anak

5. Kamar Utama

6. Kamar Mandi

7. Ruang Makan

8. Dapur

37
Peta Rumah Dicapai dari Pelayanan Kesehatan

Ke Magelang Ke Semarang

Jl.
Se Rumah
kar Pasien
lan
gir NGRANCAH
Puskesmas t
Grabag I

Gambar 3. Peta rumah dari pelayanan kesehatan

III.10 Diagnosis Fungsi-Fungsi Keluarga

1. Fungsi Biologis

Pasien menderita suspek Kista Torsi Ovarium yang terdiagnosis sejak 2

minggu lalu.

2. Fungsi Psikologis

a. Hubungan dengan anggota keluarga baik.

b. Hubungan dengan tetangga baik.

3. Fungsi sosial dan budaya

Dapat bersosialisasi terhadap lingkungan sekitar dengan baik, selalu

mengikuti acara kerja bakti dan pengajian yang dilakukan sebulan sekali.

4. Fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan

38
Perekonomian keluarga cukup sehingga kebutuhan dapat terpenuhi.

5. Fungsi penguasaan masalah dan kemampuan beradaptasi

a. Masalah pribadi dibicarakan dengan kepala keluarga.

b. Masalah yang berhubungan dengan keluarga diselesaikan dengan

musyawarah.

6. Faktor perilaku

a. Pasien tidak memiliki kebiasaan berolah raga.

b. Perilaku hygiene baik

c. Pasien pernah mencoba mengobati diri sendiri ke tukang urut.

d. Pasien mau memeriksakan diri ke pusmesmas.

e. Pasien takut dengan tindakan operasi

7. Faktor nonperilaku

Sarana pelayanan kesehatan terjangkau dari rumah

39
III.11 Diagram Realita yang Ada Pada Keluarga

Lingkungan
Ventilasi kamar baik
Ventilasi ruangan rumah baik
Rumah dikelilingi oleh
pepohonan Pelayanan
Genetik Derajat kesehatan Ny. S
Kesehatan
Tidak ada kelainan Pasien Kista Torsi
Ovarium Pelayanan
kesehatan
terjangkau
Perilaku
Gambar 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan dalam keluarga
Pasien pernah mencoba mengobati diri
sendiri ke tukang urut.
Pasien mau memeriksakan diri ke
puskesmas.

III.12 Risiko, Permasalahan, dan Rencana Pembinaan Kesehatan Keluarga

Tabel 5. Masalah kesehatan dan rencana pembinaan

Risiko dan
No. Masalah Rencana Pembinaan Sasaran
Kesehatan
1. Kista Torsi Edukasi dan konseling Pasien
Ovarium tentang Kista Torsi Ovarium, dan
pengobatan dan resiko keluarga
komplikasi yang dapat timbul.

III.13. Pembinaan dan Hasil Kegiatan

Tabel 6. Pembinaan dan hasil kegiatan

40
Keluarga Hasil
Tanggal Kegiatan yang dilakukan
yang terlibat kegiatan
5 Maret 2015 Penyuluhan tentang penyakit Pasien dan Pengetahuan
kista ovarium, dari tanda dan keluarga tentang kista
gejala, pencegahan, ovarium
pengobatan untuk pasien kista meningkat
ovarium
14 Maret 2015 Monitoring hasil penyuluhan Penyuluhan
Pasien berhasil
dan
Evaluasi hasil penyuluhan keluarga Rasa takut
pasien
terhadap
tindakan
operasi
berkurang

III.14. Pengelolaan Komprehensif Pasien dan Keluarga

Promotif

Edukasi berupa penyuluhan mengenai Kista Torsi Ovarium kepada pasien


dan keluarganya, mulai dari definisi, penyebab, pencegahan, pengobatan
sampai diet sehat untuk Kista Torsi Ovarium

Preventif

Pencegahan yang dilakukan terhadap pasien bertujuan agar penyakit yang


diderita pasien tidak berlanjut menjadi lebih berat dan mencegah
terjadinya komplikasi. Pencegahan yang diberikan dalam bentuk
mengedukasi pasien agar rutin meminum obat, menghindari tindakan
berbahaya seperti memijat benjolan di tukang urut, dan mematuhi anjuran

41
dokter spesialis untuk segera dilakukan tindakan operatif terhadap pasien
di Rumah Sakit yang dituju untuk rujukan.

Kuratif

Pelayanan pengobatan yang didapatkan pasien di puskesmas merupakan


upaya pasien untuk mengobati nyeri perutnya akibat kista dan pasien
mengonsumsi obat-obatan dari puskesmas.

Rehabilitatif

Edukasi pasien untuk menjaga diri dan kebersihan diri nanti apabila telah
dioperasi dan agar rutin kontrol pasca operasi.

III.15. Kesimpulan Pembinaan Keluarga

1. Tingkat pemahaman

Pemahaman terhadap edukasi dan penyuluhan yang dilakukan cukup baik

dengan pasien akhirnya menyetujui pengobatan operatif yang disarankan

dokter spesialisnya dengan memahmi resiko yang mungkin ada, namun

manfaat yang lebih banyak didapat.

2. Faktor pendukung

(1) Keluarga mampu memahami dan menangkap penjelasan yang

diberikan dengan baik. Terutama anak-anak pasien yang

menunjukkan sikap yang semakin mendorong pasien untuk

42
menerima tindkan operasi dan selalu memperhatikan pasien agar

lebih banyak beristirahat.

(2) Kesadaran keluarga pasien untuk mendukung kesembuhan pasien

sangat baik, sehingga keluarga sangat kooperatif untuk mengubah

perilaku yang tidak baik bagi kesehatan yaitu dengan tidak lagi

mengikuti keinginan pasien untuk dipijat ke tukan urut yang dapat

berbahaya bagi pasien.

(3) Makan dengan menu bervariasi dan gizi seimbang.

3. Faktor penyulit : tidak ada

4. Indikator keberhasilan

(1) Pengetahuan tentang kista ovarium meningkat sehingga dapat

membantu kesembuhan pasien.

(2) Kesadaran berobat ke puskesmas dan minum obat.

(3) Keluhan nyeri perut berkurang

(4) Kesadaran untuk membatasi aktivitas fisik berat

(5) Kesadaran untuk memeriksakan diri ke rumah sakit dan menerima

tindakan operasi

(6) Operasi pengangkatan kista berhasil terlaksana

III.16. Diagnosis Holistik

(1) Aspek Personal


- Alasan kedatangan :

43
Pasien datang berobat ke puskesmas karena pasien merasa dirinya

nyeri perut.

- Harapan :

Pasien memiliki harapan untuk dapat sembuh dan keluhan tidak

bertambah memburuk.

- Kekhawatiran :

Pasien khawatir akan kesehatan dirinya jika ia terus mengalami

keluhan nyeri perut yang dirasanya dan khawatir nyeri penyakitnya

memburuk.

(2) Aspek Klinis

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang disimpulkan sebagai berikut :

- Diagnosis sementara: nyeri abdomen ec. Suspek kista torsi ovarium


(3) Aspek Internal
- Genetik :
Tidak terdapat faktor genetik dalam keluhan yang dialami pasien.
- Pola makan :
Pola makan pasien yang belum memenuhi pola gizi seimbang .
- Kebiasaan :

Pasien memiliki kebiasaan menjaga kebersihan yang baik.

- Spiritual :
Pasien percaya bahwa penyakit yang dideritanya adalah ketentuan dari

Allah SWT dan menerimanya, pasien juga tidak lupa terus berdoa agar

selalu diberikan kesehatan.


(4) Aspek Eksternal
Faktor pendukung kesehatan pasien yang berasal dari keluarga ialah

adanya dukungan dari suami dan anak- anaknya dalam mengupayakan

44
agar pasien mengkonsumsi pola makan gizi seimbang, menjaga hygiene.

Serta motivasi keluarga untuk menjalani pengobatan hingga tuntas.


(5) Derajat Fungsional

Menurut skala, pasien termasuk derajat dimana pasien dapat secara

mandiri melakukan seluruh aktivitasnya tanpa dibatasi oleh masalah.

BAB IV
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil kesimpulan yang di dapat dari data dan kunjungan


rumah pada Ny. Samini di usun Ngrancah RT 02/RW 01 Desa Ngrancah
Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah di dapatkan sebagai berikut :
- Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan Ny.
Samini terdiri dari empat hal yaitu faktor genetik, perilaku, lingkungan,
dan pelayanan kesehatan. Adapun faktor yang paling berpengaruh adalah
perilaku yang tidak segera memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan
terkait dengan keluhan yang dirasa, bahkan mencoba mengobati diri
dengan datang ke tukang urut untuk dipijat benjolan di perutnya.
- Keluarga memiliki peranan penting dalam proses kesembuhan
pasien kista ovarium pada Ny. Samini terutama dalam hal
- Peran keluarga untuk meningkatkan derajat kesehatan dengan
peningkatan pengetahuan tentang kista ovarium

IV.2 Saran

45
1. Kepada keluarga agar selalu rutin meminum obat, menghindari tindakan
berbahaya seperti memijat benjolan di tukang urut, dan mematuhi anjuran
dokter spesialis untuk segera dilakukan tindakan operatif terhadap pasien
di Rumah Sakit yang dituju untuk rujukan.
2. Kepada seluruh keluarga juga disarankan agar segera mendaftarkan diri
dalam program BPJS agar jika kelak ada yang sakit yang membutuhkan
biaya besar untuk pengobatan, penanganan akan dapat lebih cepat.
3. Kepada tenaga kesehatan untuk juga melakukan pendekatan kedokteran
keluarga dalam menangani kasus kista ovarium.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan


Edisi 8. Jakarta : EGC.

Doenges, E, Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi.


Jakarta : EGC.

Lowdermilk, perta. 2005. Maternity Womens Health Care.Seventh


edition.Philadelphia : Mosby.

Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta :
EGC.

Anonym.Kista ovari.www. Bunda labiban.com diakses tanggal 24 September


2009.

Anurogo, ditto. 2009. Kista ovarium. www. Netsains.com. diakses tanggal 24


September 2009.

46
47

Anda mungkin juga menyukai