Bab I DHF Finish
Bab I DHF Finish
PENDAHULUAN
Demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue.Sampai saat ini, infeksi virus Dengue tetap menjadi
masalah kesehatan di Indonesia. Indonesia dimasukkan dalam kategori A dalam
stratifikasi DBD oleh World Health Organization (WHO) 2001 yang mengindikasikan
tingginya angka perawatan rumah sakit dan kematian akibat DBD, khususnya pada anak.
Data Departemen Kesehatan RI menunjukkan pada tahun 2006 (dibandingkan tahun
2005) terdapat peningkatan jumlah penduduk, provinsi dan kecamatan yang terjangkit
penyakit ini, dengan case fatality rate sebesar 1,01% (2007).
DBD telah menjadi masalah kesehatan bukan hanya di Indonesia tetapi di juga di
negara lain di Asia Tenggara. Selama tiga sampai lima tahun terakhir jumlah kasus DBD
telah meningkat sehingga Asia Tenggara menjadi wilayah hiperendemis. Sejak tahun
1956 sampai 1980 di seluruh dunia kasus DBD yang memerlukan rawat inap mencapai
350 000 kasus per tahun sedang yang meninggal dilaporkan hampir mencapai 12 000
kasus. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang merupakan anggota genus
Flavivirus dari famili Flaviviridae.Terdapat 4 serotipe virus dengue yang disebut DEN-1,
DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 3,5,6.Oleh karena ditularkan melalui gigitan artropoda maka
virus dengue termasuk arbovirus.Vektor DBD yang utama adalah nyamuk
Aedesaegypti.DBD merupakan bentuk berat dari infeksi dengue yang ditandai dengan
demam akut, trombositopenia, netropenia dan perdarahan. Permeabilitas vaskular
meningkat yang ditandai dengan kebocoran plasma ke jaringan interstitiel mengakibatkan
hemokonsentrasi, efusi pleura, hipoalbuminemia dan hiponatremia yang akan
menyebabkan syok hipovolemik.
Hasil penelitian juga menyebutkan bahwa prevalensi penyakit DHF terjadi pada
masyarakat dengan gaya hidup dan lingkungan yang kurang bersih, karena vector berupa
nyamuk, sehingga penyakit ini sangat rentan penularannya, biasanya sering mewabah jika
1
musim hujan, dan Indonesia merupakan salah satu Negara yang masih tinggi
prevalensinya.
I.2.Tujuan
keluarganya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
memusatkan pelayanan kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung jawab dokter
terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin pasien
juga tidak boleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu. Dokter keluarga adalah dokter
yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat
kepada keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi
sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif
(integrated), dan bermutu (quality). Pengertian pelayanan kesehatan disini mencakup bidang
yang sangat luas. Secara umum dapat diartikan sebagai setiap upaya yang diselenggarakan
secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk meningkatkan dan
idealnya setiap dokter dan khususnya dokter keluarga, menerapkan ilmu ini.
3
1. Komprehensif dalam ilmu kedokteran, dalam arti tidak membatasi disiplin ilmu
kedokteran tertentu.
2. Komprehensif dalam pelayanan kesehatan.
3. Sasarannya adalah individu yang bermasalah atau yang sakit, namun di samping
kebutuhan.
5. Bersifat universal terhadap manusia dan lingkungan.
kepada penderita secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi jumlah keseluruhan
Tujuan umum pelayanan dokter keluarga ialah terwujudnya keadaan sehat bagi
efektif.
efisien.
Manfaat Kedokteran Keluarga : 7
1. Dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai manusia seutuhnya,
4
2. Dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakit dan dijamin
lainnya.
5. Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanan maka segala
sederhana dan tidak begitu mahal dan karena itu akan meringankan biaya
kesehatan.
8. Dapat dicegah pemakaian berbagai peralatan kedokteran canggih yang
Ruang lingkup pelayanan dokter keluarga mencakup bidang amat luas sekali. Jika
5
b. Tata cara pelayanan tidak diselenggarakan secara terkotak-kotak ataupun
berkesinambungan (continu).
c. Pusat perhatian pada waktu menyelenggarakan pelayanan kedokteran tidak
sisi saja, melainkan dari semua sisi yang terkait (comprehensive approach) yaitu
anggota keluarga.
Batasan pelayanan kedokteran keluarga ada banyak macamnya. Dua
kelamin, tidak juga oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu
saja.
b. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan spesialis yang luas
yang bertitik tolak dari suatu pokok ilmu yang dikembangkan dari
6
kesehatan anak, ilmu kebidanan dan kendungan, ilmu bedah serta
7
3. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan
sakit.
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter
keluarga yang telah berhasil menjalin kerja sama dengan rumah sakit
budaya, negara)
-Memahami bahwa pasien merupakan seorang makhluk yang utuh yang terdiri
II.1.2.1. Diagnosis
Kegiatan untuk mengidentifikasi dan menentukan dasar dan penyebab
penyakit atau luka dari keluhan, riwayat penyakit pasien dan hasil pemeriksaan
penunjang.
II.1.2.2. Holistik
8
perilaku, pemicu yang ada dalam keluarga dan kehidupan sosialnya. Kegiatan
luka (injury) serta kegawatan yang diperoleh dari keluhan, riwayat penyakit
gender
- Aspek risiko eksternal dan psikososial: berasal dari lingkungan (keluarga, tempat
1. Aspek Personal
ditampilkan
- Apa yang diharapkan pasien atau keluarganya
- Apa yang dikhawatirkan pasien atau keluarganya
2. Aspek Klinis
keparahan
- Bila diagnosis klinis belum dapat ditegakkan cukup dengan diagnosis kerja/
diagnosis banding
- Diagnosis berdasarkan ICD 10, dan ICPC-2
9
- Perilaku individu dan gaya hidup (life style) pasien, kebiasaan yang
kebutuhan
- Perilaku tidak menabung / perilaku konsumtif
- Tidak adanya perencanaan keluarga (tak ada pendidikan anak , tak ada
(jarak/transportasi/asuransi)
- Pemicu dari lingkungan fisik (debu, asap rokok)
- Masalah bangunan dan kepadatan pemukiman yang mempengaruhi
10
perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal
di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama
hidupnya.Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia.Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di
beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa keempat serotipe ditemukan dan
bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan
diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat.[1]
II.2.1. Vektor
Virus dengue ditularkan melalui gigitan banyak spesies nyamuk Aedes (antara
lain Aedes aegypti dan Aedes albopictus).(2) Nyamuk berasal dari family Stegomyia.
Nyamuk ini terutama terdapat di daerah tropis dan subtropis. (6) Aedes aegypti yang
menggigit pada pagi hingga sore hari adalah vektor utama virus.Nyamuk
berkembang biak di tempat penampungan air bersih yang tidak berhubungan
dengan tanah. Virus dengue juga ditemukan pada nyamuk Aedes albopictus yang
berkembang biak dia air yang terperangkap diantara tumbuhan. (2)Karena suhu
rendah nyamuk tidak dapat hidup pada ketinggian diatas 1000 meter. Telur dapat
bertahan selama berbulan-bulan tanpa adanya air.Larva tumbuh di air yang
disimpan untuk minum, mandi, atau air hujan yang ditampung di dalam bak.
Nyamuk betina tumbuh menjadi dewasa di dalam ruangan tertutup. (6)Sekali
terinfeksi virus, nyamuk akan terinfeksi selamanya dan menularkan virus jika
menggigit manusia. Nyamuk betina juga menularkan virus kepada anaknya melalui
penularan transovarium.(2)
11
namun merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk Aedes tersebut dapat
mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami
viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam
waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali
kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina
dapat ditularkan kepada telurnya (transovanan transmission), namun perannya
dalam penularan virus tidak penting. Sekali virus dapat masuk dan
berkembangbiak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan
virus selama hidupnya (infektif). Di tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa
tunas 4-6 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit.
Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit
manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari
setelah demam timbul.[1]
II.2.3. Epidemiologi
Epidemic sering terjadi di Americas, Europe, Australia, dan Asia hingga awal
abad 20. Sekarang demam dengue endemic pada Asia Tropis, Kepulauan di Asia
Pasifik, Australia bagian utara, Afrika Tropis, Karibia, Amerika selatan dan
Amerika tengah. Demam dengue sering terjadi pada orang yang bepergian ke
daerah ini. Pada daerah endemic dengue, orang dewasa seringkali menjadi imun,
sehingga anak-anak dan pendatang lebih rentan untuk terkena infeksi virus ini.(5)
12
Pada tahun 2003, delapan negara (Bangladesh, India, Indonesia, Maladewa,
Myanmar, Sri Lanka, Thailand, dan Timor Leste) melaporkan adanya kasus
dengue. Epidemic dengue adalah masalah kesehatan masyarakat utama di
Indonesia, Myanmar, Sri Lanka, Thailand dan Timor Leste yang beriklim tropis
dan berada di daerah ekuator dimana Aedes aegypti berkembang biak baik di
daerah perkotaan maupun pedesaan. Di Negara ini dengue merupakan penyebab
rawat inap dan kematian tertinggi pada anak-anak.(6)
DHF/ DSS lebih sering terjadi pada daerah endemis virus dengue dengan
beberapa serotype.Penyakit ini biasanya menjadi epidemic tiap 2-5 tahun.
DHF/DSS paling banyak terjadi pada anak di bawah 15 tahun, biasanya pada
umur 4-6 tahun. Frekuensi kejadian DSS paling tinggi pada dua kelompok
penderita : a. anak-anak yang sebelumnya terkena infeksi virus dengue, b. bayi
yang darah ibunya mengandung anti dengue antibody. Transmisi penyakit biasanya
meningkat pada musim hujan.Suhu yang dingin memungkinkan waktu survival
nyamuk dewasa lebih panjang sehingga derajat tranmisi meningkat.(2)
Case Fatality Rate yang dilaporkan adalah 1%, tetapi di India, Indonesia
dan Myanmar, telah dilaporkan adanya outbreak lokal di daerah perkotaan dengan
laporan Case Fatality Rate sebesar 3-5%. Di Indonesia, dengan 35% populasi yang
bertempat tinggal di daerah perkotaan, 150.000 kasus dilaporkan pada tahun 2007
(kasus tertinggi diantara semua negara) dengan lebih dari 25.000 kasus dilaporkan
berasal dari Jakarta dan Jawa Barat dengan Case Fatality Rate sebesar 1%.(4)
Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD
sangat kompleks, yaitu (1) Pertumbuhan penduduk yang tinggi, (2) Urbanisasi
yang tidak terencana dan tidak terkendali, (3) Tidak adanya kontrol vektor nyamuk
yang efektif di daerah endemis, dan (4) Peningkatan sarana transportasi.[1]
Morbiditas dan mortalitas infeksi virus dengue dipengaruhi berbagai faktor
antara lain status imunitas pejamu, kepadatan vektor nyamuk, transmisi virus
dengue, keganasan (virulensi) virus dengue, dan kondisi geografis setempat.
Dalam kurun waktu 30 tahun sejak ditemukan virus dengue di Surabaya dan
Jakarta, baik dalam jumlah penderita maupun daerah penyebaran penyakit terjadi
peningkatan yang pesat. Sampai saat ini DBD telah ditemukan di seluruh propinsi
13
di Indonesia, dan 200 kota telah melaporkan adanya kejadian luar biasa. Incidence
rate meningkat dari 0,005 per 100,000 penduduk pada tahun 1968 menjadi
berkisar antara 6-27 per 100,000 penduduk. Pola berjangkit infeksi virus dengue
dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara. Pada suhu yang panas (28-32C)
dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk Aedes akan tetap bertahan hidup untuk
jangka waktu lama. Di Indonesia, karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di
setiap tempat, maka pola waktu terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap
tempat. Di Jawa pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal Januari,
meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April-Mei
setiap tahun.[1]
II.2.4. Patogenesis
Virus merupakan mikrooganisme yang hanya dapat hidup di dalam sel hidup.
Maka demi kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel manusia
sebagai pejamu (host) terutama dalam mencukupi kebutuhan akan protein.
Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan pejamu, bila daya tahan
baik maka akan terjadi penyembuhan dan timbul antibodi, namun bila daya tahan
rendah maka perjalanan penyakit menjadi makin berat dan bahkan dapat
menimbulkan kematian.[2]
Patogenesis DBD dan SSD (Sindrom Syok Dengue) masih merupakan
masalah yang kontroversial.Dua teori yang banyak dianut pada DBD dan SSD
adalah hipotesis infeksi sekunder (teori secondary heterologous infection) atau
hipotesis immune enhancement.Hipotesis ini menyatakan secara tidak langsung
bahwa pasien yang mengalami infeksi yang kedua kalinya dengan serotipe virus
dengue yang heterolog mempunyai risiko berat yang lebih besar untuk menderita
DBD/Berat. Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenai virus
lain yang akan menginfeksi dan kemudian membentuk kompleks antigen antibodi
yang kemudian berikatan dengan Fc reseptor dari membran sel leukosit terutama
makrofag. Oleh karena antibodi heterolog maka virus tidak dinetralisasikan oleh
tubuh sehingga akan bebas melakukan replikasi dalam sel makrofag.
Dihipotesiskan juga mengenai antibody dependent enhancement (ADE), suatu
14
proses yang akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel
mononuklear. Sebagai tanggapan terhadap infeksi tersebut, terjadi sekresi mediator
vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh
darah, sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok.[2]
Patogenesis terjadinya syok berdasarkan hipotesis the secondary heterologous
infection dapat dilihat pada Gambar 1 yang dirumuskan oleh Suvatte, tahun 1977.
Sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berlainan pada
seorang pasien, respons antibodi anamnestik yang akan terjadi dalam waktu
beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit dengan
menghasilkan titer tinggi antibodi IgG anti dengue. Disamping itu, replikasi virus
dengue terjadi juga dalam limfosit yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya
virus dalam jumlah banyak. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya virus
kompleks antigen-antibodi (virus antibody complex) yang selanjutnya akan
mengakibatkan aktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi
C3 dan C5 menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan
merembesnya plasma dari ruang intravaskular ke ruang ekstravaskular.Pada pasien
dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30 % dan
berlangsung selama 24-48 jam. Perembesan plasma ini terbukti dengan adanya,
peningkatan kadar hematokrit, penurunan kadar natrium, dan terdapatnya cairan di
dalam rongga serosa (efusi pleura, asites). Syok yang tidak ditanggulangi secara
adekuat, akan menyebabkan asidosis dan anoksia, yang dapat berakhir fatal; oleh
karena itu, pengobatan syok sangat penting guna mencegah kematian.[2]
Hipotesis kedua, menyatakan bahwa virus dengue seperti juga virus binatang
lain dapat mengalami perubahan genetik akibat tekanan sewaktu virus mengadakan
replikasi baik pada tubuh manusia maupun pada tubuh nyamuk. Ekspresi fenotipik
dari perubahan genetik dalam genom virus dapat menyebabkan peningkatan
replikasi virus dan viremia, peningkatan virulensi dan mempunyai potensi untuk
menimbulkan wabah. Selain itu beberapa strain virus mempunyai kemampuan
untuk menimbulkan wabah yang besar. Kedua hipotesis tersebut didukung oleh
data epidemiologis dan laboratoris.[2]
15
Secondary heterologous dengue infection
Replikasi virus Anamnestic antibody response
Kompleks virus-antibody
Aktivasi komplemen Komplemen
Anafilatoksin (C3a, C5a) Histamin dalam urin
meningkat
Permeabilitas kapiler Ht
> 30% pada Perembesan plasma Natrium
kasus syok 24-48 jam
Hipovolemia Cairan dalam rongga
serosa
Syok
Anoksia Asidosis
Meninggal
Bagan 2.2. Patogenesis terjadinya syok pada DBD
16
Secondary heterologous dengue infection
Replikasi virus Anamnestic antibody
Kompleks virus antibody
17
Infeksi virus dengue tergantung dari faktor yang mempengaruhi daya tahan tubuh
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi virulensi virus. Dengan demikian infeksi virus
dengue dapat menyebabkan keadaan yang bermacam-macam, mulai dari tanpa gejala
(asimtomatik), demam ringan yang tidak spesifik (undifferentiated febrile illness), Demam
Dengue, atau bentuk yang lebih berat yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Sindrom
Syok Dengue (SSD).[1]
Bagan 2.4.
Spectrum Klinis Infeksi Virus Dengue[2]
Asimptomatik Simptomatik
18
dengan Demam Berdarah Dengue (DBD). Pada penderita Demam Dengue tidak dijumpai
kebocoran plasma sedangkan pada penderita DBD dijumpai kebocoran plasma yang
dibuktikan dengan adanya hemokonsentrasi, pleural efusi dan asites.
19
Demam atau riwayat demam akut, antara 2 7 hari, biasanya
bifasik
Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut:
o Uji bendung positif
o Petekie, ekimosis, atau purpura
o Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi)
o Hematemesis atau melena
o Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ul)
o Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma)
sebagai berikut:
o Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan
jenis kelamin
o Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai hematokrit sebelumnya
o Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites atau hipoproteinemi.
20
Gambar 2.5. Patogenesis dan spektrum klinis DBD (WHO, 1997)
b. Laboratorium
Trombositopeni dan hemokonsentrasi merupakan kelainan yang selalu ditemukan
pada DBD. Penurunan jumlah trombosit <100.000/l biasa ditemukan pada hari ke-3
sampai ke-8 sakit, sering terjadi sebelum atau bersamaan dengan perubahan nilai
hematokrit. Hemokonsentrasi yang disebabkan oleh kebocoran plasma dinilai dari
peningkatan nilai hematokrit. Penurunan nilai trombosit yang disertai atau segera disusul
dengan peningkatan nilai hematokrit sangat unik untuk DBD, kedua hal tersebut biasanya
terjadi pada saat suhu turun atau sebelum syok terjadi. Perlu diketahui bahwa nilai
hematokrit dapat dipengaruhi oleh pemberian cairan atau oleh perdarahan. Jumlah
leukosit bisa menurun (leukopenia) atau leukositosis, limfositosis relatif dengan limfosit
atipik sering ditemukan pada saat sebelum suhu turun atau syok. Hipoproteinemi akibat
kebocoran plasma biasa ditemukan. Adanya fibrinolisis dan ganggungan koagulasi
tampak pada pengurangan fibrinogen, protrombin, faktor VIII, faktor XII, dan
antitrombin III. PTT dan PT memanjang pada sepertiga sampai setengah kasus DBD.
Fungsi trombosit juga terganggu. Asidosis metabolik dan peningkatan BUN ditemukan
pada syok berat. Pada pemeriksaan radiologis bisa ditemukan efusi pleura, terutama
21
sebelah kanan. Berat-ringannya efusi pleura berhubungan dengan berat-ringannya
penyakit. Pada pasien yang mengalami syok, efusi pleura dapat ditemukan bilateral. [1]
d. Diagnosis Serologis
Dikenal 5 jenis uji serologi yang biasa dipakai untuk menentukan adanya infeksi
virus dengue, yaitu:[2]
1. Uji hemaglutinasi inhibisi (Haemagglutination Inhibition test : HI test)
Merupakan uji serologis yang dianjurkan dan paling sering dipakai sebagai gold s
tandard. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a. Uji ini sensitif tapi tidak spesifik, tidak dapat menunjukkan tipe virus yang
menginfeksi.
b. Antibodi HI bertahan di dalam tubuh sampai >48 tahun, maka baik untuk studi
sero-epidemiologi.
c. Untuk diagnosis pasien, kenaikan titer konvalesen 4x dari titer serum akut atau
titer tinggi (>1280) baik pada serum akut atau konvalesen dianggap sebagai
22
presumptif positif, atau diduga keras positif infeksi dengue yang baru terjadi
(recent dengue infection).
2. Uji komplemen fiksasi (Complement Fixation test : CF test)
Jarang dipergunakan secara rutin, oleh karena selain rumitnya prosedur
pemeriksaan, juga memerlukan tenaga pemeriksa yang berpengalaman. Antibodi
komplemen fiksasi hanya bertahan sekitar 2-3 tahun saja.
3. Uji neutralisasi (Neutralization test : NT test)
Merupakan uji serologis yang paling spesifik dan sensitif untuk virus
dengue.Biasanya memakai cara yang disebut Plaque Reduction Neutralization Test
(PRNT) yaitu berdasarkan adanya reduksi dari plaque yang terjadi.Saat antibodi
nneutralisasi dapat dideteksi dalam serum hampir bersamaan dengan HI antibodi
tetapi lebih cepat dari antibodi komplemen fiksasi dan bertahan lama (4-8
tahun).Uji ini juga rumit dan memerlukan waktu cukup lama sehingga tidak dipakai
secara rutin.
4. IgM Elisa (Mac. Elisa)
Pada tahun terakhir ini merupakan uji serologis yang banyak dipakai. Mac Elisa
adalah singkatan dari IgM captured Elisa, dimana akan mengetahui kandungan
IgM dalam serum pasien. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a.Pada hari 4-5 infeksi virus dengue, akan timbul IgM yang kemudian diikuti
dengan timbulnya IgG.
b. Dengan mendeteksi IgM pada serum pasien, akan secara cepat dapat
ditentukan diagnosis yang tepat.
c.Ada kalanya hasil uji terhadap IgM masih negatif, dalam hal ini perlu diulang.
d. Apabila hari sakit ke-6 IgM masih negatif, maka dilaporkan sebagai
negatif.
e.Perlu dijelaskan disini bahwa IgM dapat bertahan dalam darah sampai 2-3
bulan setelah adanya infeksi. Untuk memperjelaskan hasil uji IgM dapat pula
dilakukan uji terhadap IgG. Mengingat alasan tersebut di atas maka uji IgM
tidak boleh dipakai sebagai satu-satunya uji diagnostik untuk pengelolaan
kasus.
f. Uji Mac Elisa mempunyai sensitivitas sedikit di bawah uji HI, dengan
kelebihan uji Mac Elisa hanya memerlukan satu serum akut saja dengan
spesivisitas yang sama
dengan uji HI.
5. IgG Elisa
23
Sebanding dengan uji HI, tapi lebih spesifik. Terdapat beberapa merek dagang
untuk uji infeksi dengue seperti IgM/IgG Dengue Blot, Dengue Rapid IgM/IgG,
IgM Elisa, IgG Elisa.[1]
Pada infeksi primer dan skunder dengue, antidengue immunoglobulin
(Ig) M antibodi muncul.IgM menghilang setelah 6-12 minggu, dapat digunakan
untuk memperkirakan waktu infeksi dengue.Pada infeksi primer dengue yang
kedua, kebanyakan antibodi berasal dari IgG. Diagnosi serologis tergantung
kepada peningkatan empat kali atau lebih titer IgG antibody pada serum yang
dilihat pada hemagglutination inhibition, complement fixation, enzyme
immunoassay, or neutralization test.Immunoglobulin IgM- and IgG-capture
enzyme immunoassays sekarang digunakan secara luas untuk mengidentifikasi
fase akut antibodi pada serum pasien dengan infeksi dengue primer atau skunder.
Sebaikanya sampel dikumpulkan setelah hari ke 5 dan sebelum minggu ke 6
setelah onset.(9)
Diagnosis Banding[3]
24
a. Pada awal perjalanan penyakit, diagnosa banding mencakup infeksi bakteri, virus, atau
infeksi parasit seperti demam tifoid, campak, influenza, hepatitis, demam chikungunya,
leptospirosis, dam malaria. Adanya trombositopenia yang jelas disertai hemokonsentrasi
dapat membedakan antara DBD dengan penyakit lain.
b. Demam berdarah dengue harus dibedakan dengan demam chikungunya (DC). Pada DC
biasanya seluruh anggota keluarga dapat terserang dan penularannya mirip dengan influenza.
Bila dibandingkan dengan DBD, DC memperlihatkan serangan demam mendadak, masa
demam lebih pendek, suhu lebih tinggi, hampir selalu disertai ruam makulopapular, injeksi
konjungtiva, dan lebih sering dijumpai nyeri sendi. Proporsi uji tourniquet positif, petekie
dan epistaksis hampir sama dengan DBD. Pada DC tidak ditemukan perdarahan
gastrointestinal dan syok.
c. Perdarahan seperti petekie dan ekimosis ditemukan pada beberapa penyakit infeksi, misalnya
sepsis, meningitis meningokokus. Pada sepsis, sejak semula pasien tampak sakit berat,
demam naik turun, dan ditemukan tanda-tanda infeksi. Di samping itu jelas terdapat
leukositosis disertai dominasi sel polimorfonuklear (pergeseran ke kiri pada hitung jenis).
Pemeriksaan LED dapat dipergunakan untuk membedakan infeksi bakteri dengan virus. Pada
meningitis meningokokus jelas terdapat gejala rangsangan meningeal dan kelainan pada
pemeriksaan cairan serebrospinalis.
d. Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP) sulit dibedakan dengan DBD derajat II, oleh
karena didapatkan demam disertai perdarahan di bawah kulit. Pada hari-hari pertama,
diagnosis ITP sulit dibedakan dengan penyakit DBD, tetapi pada ITP demam cepat
menghilang (pada ITP bisa tidak disertai demam), tidak dijumpai leukopeni, tidak dijumpai
hemokonsentrasi, tidak dijumpai pergeseran ke kanan pada hitung jenis. Pada fase
penyembuhan DBD jumlah trombosit lebih cepat kembali normal daripada ITP.
e. Perdarahan dapat juga terjadi pada leukimia atau anemia aplastik. Pada leukemia demam
tidak teratur, kelenjar limfe dapat teraba dan pasien sangat anemis. Pemeriksaan darah tepi
dan sumsum tulang akan memperjelas diagnosis leukimia. pada pemeriksaan darah
ditemukan pansitopenia (leukosit, hemoglobin dan trombosit menurun). Pada pasien dengan
perdarahan hebat, pemeriksaan foto toraks dan atau kadar protein dapat membantu
menegakkan diagnosis. Pada DBD ditemukan efusi pleura dan hipoproteinemia sebagai tanda
perembesan plasma.[1]
Penatalaksanaan
25
1. Demam Dengue
Pasien DD dapat berobat jalan, tidak perlu dirawat. Pada fase demam pasien dianjurkan:
Tirah baring, selama masih demam.
Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan.
Untuk menurunkan suhu menjadi <39C, dianjurkan pemberian parasetamol.
Asetosal/salisilat tidak dianjurkan (kontraindikasi) oleh karena dapat menyebabkan gastritis,
perdarahan, atau asidosis.
Dianjurkan pemberian cairan danelektrolit per oral, jus buah, sirop, susu, disamping air putih,
dianjurkan paling sedikit diberikan selama 2 hari.
Monitor suhu, jumlah trombosit dan hematokrit sampai fase konvalesen.
Pada pasien DD, saat suhu turun pada umumnya merupakan tanda penyembuhan.
Meskipun demikian semua pasien harus diobservasi terhadap komplikasi yang dapat terjadi
selama 2 hari setelah suhu turun. Hal ini disebabkan oleh karena kemungkinan kita sulit
membedakan antara DD dan DBD pada fase demam. Perbedaan akan tampak jelas saat suhu
turun, yaitu pada DD akan terjadi penyembuhan sedangkan pada DBDterdapat tanda awal
kegagalan sirkulasi (syok). Komplikasi perdarahan dapatterjadi pada DD tanpa disertai gejala
syok. Oleh karena itu, orang tua ataupasien dinasehati bila terasa nyeri perut hebat, buang air
besar hitam, atauterdapat perdarahan kulit serta mukosa seperti mimisan, perdarahan gusi,apalagi
bila disertai berkeringat dingin, hal tersebut merupakan tandakegawatan, sehingga harus segera
dibawa segera ke rumah sakit.. Pada pasien yang tidak mengalamikomplikasi setelah suhu turun
2-3 hari, tidak perlu lagi diobservasi.Tatalaksana DD tertera pada Bagan 1 (Tatalaksana
tersangka DBD).[1]
26
yang merupakan fase awal terjadinya kegagalan sirkulasi, dengan melakukan observasi klinis
disertai pemantauan perembesan plasma dangangguan hemostasis. Prognosis DBD terletak pada
pengenalan awal terjadinya perembesan plasma, yang dapat diketahui dari peningkatan kadar
hematokrit. Fase kritis pada umumnya mulai terjadi pada hari ketiga sakit. Penurunan jumlah
trombosit sampai <100.000/l atau kurang dari 1-2 trombosit/lpb (rata-rata dihitung pada 10 lpb)
terjadi sebelum peningkatan hematokrit dan sebelum terjadi penurunan suhu. Peningkatan
hematokrit 20% atau lebih mencermikan perembesan plasma danmerupakan indikasi untuk
pemberian cairan. Larutan garam isotonik atau ringer laktat sebagai cairan awal pengganti
volume plasma dapat diberikan sesuai dengan berat ringan penyakit. Perhatian khusus pada
kasus dengan peningkatan hematokrit yang terus menerus danpenurunan jumlah trombosit
<50.000/l. Secara umum pasien DBD derajat I dan II dapat dirawat di Puskesmas, rumah sakit
kelas D, C dan pada ruang rawat sehari di rumah sakit kelas B danA.[4]
Fase Demam
Tatalaksana DBD fase demam tidak berbeda dengan tatalaksana DD, bersifat simtomatik
dansuportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral tidak
dapat diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut yang berlebihan, maka
cairan intravena rumatan perlu diberikan. Antipiretik kadang-kadang diperlukan, tetapi perlu
diperhatikan bahwa antipiretik tidak dapat mengurangi lama demam pada DBD. Parasetamol
direkomendasikan untuk pemberian atau dapat disederhanakan seperti tertera pada Tabel 1.[4]
Tabel 2.7.
Dosis Parasetamol Menurut Kelompok Umur
Umur (tahun) Parasetamol (tiap kali pemberian)
dosis (mg) Tablet (1 tab = 500 mg)
<1 60 1/8
1-3 60-125 1/8-1/4
4-6 125-250 1/4-1/2
7-12 250-500 1/2-1
>12 500-1000 1-2
Rasa haus dankeadaan dehidrasi dapat timbul sebagai akibat demam tinggi,anoreksia
danmuntah. Jenis minuman yang dianjurkan adalah jus buah, airteh manis, sirup, susu, serta
27
larutan oralit. Pasien perlu diberikan minum 50ml/kgBB dalam 4-6 jam pertama. Setelah
keadaan dehidrasi dapat diatasianak diberikan cairan rumatan 80-100 ml/kg BB dalam 24 jam
berikutnya. Bayiyang masih minum asi, tetap harus diberikan disamping larutan oralit.
Bilaterjadi kejang demam, disamping antipiretik diberikan antikonvulsif selamademam. [4]
Pasien harus diawasi ketat terhadap kejadian syok yang mungkin terjadi.Periode kritis
adalah waktu transisi, yaitu saat suhu turun pada umumnya harike 3-5 fase demam. Pemeriksaan
kadar hematokrit berkala merupakanpemeriksaan laboratorium yang terbaik untuk pengawasan
hasil pemberiancairan yaitu menggambarkan derajat kebocoran plasma danpedomankebutuhan
cairan intravena. Hemokonsentrasi pada umumnya terjadi sebelumdijumpai perubahan tekanan
darah dantekanan nadi. Hematokrit harusdiperiksa minimal satu kali sejak hari sakit ketiga
sampai suhu normal kembali.Bila sarana pemeriksaan hematokrit tidak tersedia, pemeriksaan
hemoglobindapat dipergunakan sebagai alternatif walaupun tidak terlalu sensitif.[1]
Untuk Puskesmas yang tidak ada alat pemeriksaan Ht, dapat dipertimbangkandengan
menggunakan Hb. Sahli dengan estimasi nilai Ht = 3 x kadar Hb.[1]
28
Apabila terdapat hemokonsentrasi 20% atau lebih maka komposisi jenis cairanyang
diberikan harus sama dengan plasma. Volume dankomposisi cairan yangdiperlukan sesuai cairan
untuk dehidrasi pada diare ringan sampai sedang,yaitu cairan rumatan + defisit 6% (5 sampai
8%), seperti tertera pada tabel 2dibawah ini.[1]
Tabel 2.8.
Kebutuhan Cairan pada Dehidrasi Sedang (defisit cairan 5-8%)
Berat Badan Waktu Masuk RS Jumlah cairan
(kg) ml/kg berat badan per hari
<7 220
7-11 165
12-18 132
>18 88
Pemilihan jenis danvolume cairan yang diperlukan tergantung dari umurdanberat badan
pasien serta derajat kehilangan plasma, yang sesuai denganderajat hemokonsentrasi. Pada anak
gemuk, kebutuhan cairan disesuaikandengan berat badan ideal untuk anak umur yang sama.
Kebutuhan cairanrumatan dapat diperhitungan dari tabel 3 berikut.[1]
Tabel 2.9.
Kebutuhan Cairan Rumatan
Berat Badan (kg) Jumlah cairan (ml)
10 100 per kg BB
10-20 1000 + 50 x kg (di atas 10 kg)
>20 1500 + 20 x kg (di atas 20 kg)
Misalnya untuk berat badan 40 kg, maka cairan rumatan adalah 1500+(20x20) =1900 ml.
Jumlah cairan rumatan diperhitungkan 24 jam. Oleh karena perembesan plasma tidak konstan
(perembesan plasma terjadi lebih cepat pada saat suhu turun), maka volume cairan pengganti
harus disesuaikan dengan kecepatan dankehilangan plasma, yang dapat diketahui dari
pemantauan kadar hematokrit. Penggantian volume yang berlebihan dan terus menerus setelah
plasma terhenti perlu mendapat perhatian. Perembesan plasma berhenti ketika memasuki fase
penyembuhan, saat terjadi reabsorbsi cairan ekstravaskular kembali ke dalam intravaskuler.
Apabila pada saat itu cairan tidak dikurangi, akan menyebabkan edema paru dan distres
pernafasan[1]
29
Pasien harus dirawat dansegera diobati bila dijumpai tanda-tanda syok yaitu gelisah,
letargi/lemah, ekstrimitas dingin, bibir sianosis, oliguri, dan nadi lemah, tekanan nadi menyempit
(20mmHg atau kurang) atau hipotensi, dan peningkatan mendadak dari kadar hematokrit atau
kadar hematokrit meningkat terus menerus walaupun telah diberi cairan intravena.[1]
Koloid
Dekstran 40
Plasma
Albumin
30
berat BB ideal danumur 10 ml/kg BB/jam, bila tidakada perbaikan pemberian cairan kristoloid
ditambah cairan koloid. Apabila syokbelum dapat teratasi setelah 60 menit beri cairan kristaloid
dengan tetesan 10ml/kg BB/jam bila tidak ada perbaikan stop pemberian kristaloid danberi
cairankoloid (dekstran 40 atau plasma) 10 ml/kg BB/jam. Pada umumnya pemberiankoloid tidak
melebihi 30 ml/kg BB. Maksimal pemberian koloid 1500 ml/hari,sebaiknya tidak diberikan pada
saat perdarahan. Setelah pemberian cairanresusitasi kristaloid dankoloid syok masih menetap
sedangkan kadarhematokrit turun, diduga sudah terjadi perdarahan; maka dianjurkanpemberian
transfusi darah segar. Apabila kadar hematokrit tetap > tinggi,maka berikan darah dalam volume
kecil (10 ml/kgBB/jam) dapat diulang sampai 30 ml/kgBB/24 jam. Setelah keadaan klinis
membaik, tetesan infusdikurangi bertahap sesuai keadaan klinis dankadar hematokrit.[1]
31
Pada umumnya, apabila penggantian cairan plasma diberikan secepatnya dan dilakukan
koreksi asidosis dengan natrium bikarbonat, maka perdarahan sebagai akibat KID, tidak akan
tejadi sehingga heparin tidak diperlukan.[1]
Pemberian Oksigen
Terapi oksigen 2 liter per menit harus selalu diberikan pada semua pasien syok.
Dianjurkan pemberian oksigen dengan mempergunakan masker, tetapi harus diingat pula pada
anak seringkali menjadi makin gelisah apabila dipasang masker oksigen.[1]
Transfusi Darah
Pemeriksaan golongan darah cross-matching harus dilakukan pada setiap pasien syok,
terutama pada syok yang berkepanjangan (prolonged shock). Pemberian transfusi darah
diberikan pada keadaan manifestasi perdarahan yang nyata. Kadangkala sulit untuk mengetahui
perdarahan interna (internal haemorrhage) apabila disertai hemokonsentrasi. Penurunan
hematokrit (misalnya dari 50% menjadi 40%) tanpa perbaikan klinis walaupun telah diberikan
cairan yang mencukupi, merupakan tanda adanya perdarahan. Pemberian darah segar
dimaksudkan untuk mengatasi pendarahan karena cukup mengandung plasma, sel darah merah
dan faktor pembesar trombosit. Plasma segar dan atau suspensi trombosit berguna untuk pasien
dengan KID dan perdarahan masif. KID biasanya terjadi pada syok berat dan menyebabkan
perdarahan masif sehingga dapat menimbulkan kematian. Pemeriksaan hematologi seperti waktu
tromboplastin parsial, waktu protombin, danfibrinogen degradation products harus diperiksa
pada pasien syok untuk mendeteksi terjadinya dan berat ringannya KID.
Pemeriksaanhematologis tersebut juga menentukan prognosis.[1]
Monitoring
Tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi secarateratur untuk
menilai hasil pengobatan. Hal-hal yang harus diperhatikan padamonitoring adalah:
Nadi, tekanan darah, respirasi, dan temperatur harus dicatat setiap 15-30 menit atau lebih
sering, sampai syok dapat teratasi.
Kadar hematokrit harus diperiksa tiap 4-6 jam sekali sampai keadaan klinis pasien stabil.
32
Setiap pasien harus mempunyai formulir pemantauan, mengenai jenis cairan, jumlah, dan
tetesan, untuk menentukan apakah cairan yang diberikan sudah mencukupi.
Jumlah dan frekuensi diuresis.
Pada pengobatan syok, kita harus yakin benar bahwa penggantian volumeintravaskuler
telah benar-benar terpenuhi dengan baik. Apabila diuresis belumcukup 1 ml/kg/BB, sedang
jumlah cairan sudah melebihi kebutuhan diperkuatdengan tanda overload antara lain edema,
pernapasan meningkat, maka selanjutnya furosemid 1 mg/kgBB dapat diberikan. Pemantauan
jumlahdiuresis, kadar ureum dankreatinin tetap harus dilakukan. Tetapi, apabiladiuresis tetap
belum mencukupi, pada umumnya syok belum dapat terkoreksidengan baik, maka pemberian
dopamin perlu dipertimbangkan.[1]
Mengingat pada saat awal pasien datang, kita belum selalu dapat menentukan diagnosis
DD/DBD dengan tepat, maka sebagai pedoman tatalaksana awal dapat dibagi dalam 3 bagian,
yaitu:[2]
1. Tatalaksana kasus tersangka DBD, termasuk kasus DD, DBD derajat I dan DBD derajat II
tanpa peningkatan kadar hematokrit. (Bagan 1 dan 2)
2. Tatalaksana kasus DBD, termasuk kasus DBD derajat II dengan peningkatan kadar
hematokrit. (Bagan 3)
3. Tatalaksana kasus sindrom syok dengue, termasuk DBD derajat III dan IV. (Bagan 4)
33
Bagan 2.10. Tatalaksana kasus tersangka DBD[2]
Tersangka
Tersangka DBD
DBD
Demam tinggi, mendadak
terus menerus <7 hari
tidak disertai infeksi saluran nafas bagian atas,
badan lemah/lesu
34
kali
DBD derajat
DBD I atau
derajat II tanpa
I atau peningkatan
II tanpa hematokrit
peningkatan hematokrit
Gejala klinis:
Demam 2-7 hari
Uji torniquet (+) atau
perdarahan spontan
Laboratorium:
Hematokrit tidak meningkat
Trombositopenia (ringan)
35
Infus ganti RL
Perbaikan klinis dan laboratoris (tetesan disesuaikan, lihat Bagan 4)
DBD derajat
DBD I atau
derajat II dengan
I atau peningkatan
II dengan hematokrit
peningkatan >20%
hematokrit >20%
Cairan awal
RL/RA/NaCl 0,9% atau RLD5/NaCl 0,9%+D5
6-7 ml/kgBB/jam
Monitor tanda vital/Nilai Ht & Trombosit tiap 6 jam
Perbaikan
Sesuaikan tetesan
36
Distress pernafasan Ht turun 3
ml/kgBB/jam Ht naik
Tek.nadi < 20 mmHg
IVFD stop setelah 24-48 jam
Apabila tanda vital/Ht stabil dan Koloid Transfusi darah segar
diuresis cukup 20-30 ml/kgBB 10 ml/kgBB
Indikasi Transfusi pd
Anak
- Syok yang belum teratasi
Perbaikan - Perdarahan masif
DBD
DBD derajat
derajat III &IIIIV& IV
Kegiatan pokok
1. Pengamatan dan penatalaksanaan penderita
Setiap penderita/tersangka DBD yang dirawat di rumah sakit/puskesmas dilaporkan
secepatnya ke Dinas Kesehatan Dati II. Penatalaksanaan penderita dilakukan dengan cara
rawat jalan dan rawat inap sesuai dengan prosedur diagnosis, pengobatan dan sistem rujukan
yang berlaku.[3]
2. Pemberantasan vektor
Pemberantasan sebelum musim penularan meliputi perlindungan perorangan,
pemberantasan sarang nyamuk, dan pengasapan. Perlindungan perorangan untuk mencegah
gigitan nyamuk bisa dilakukan dengan meniadakan sarang nyamuk di dalam rumah dan
memakai kelambu pada waktu tidur siang, memasang kasa di lubang ventilasi dan memakai
penolak nyamuk. Juga bisa dilakukan penyemperotan dengan obat yang dibeli di toko seperti
mortein, baygon, raid, hit dll.[3]
Pergerakan pemberantasan sarang nyamuk adalah kunjungan ke rumah/tempat umum
secara teratur sekurang-kurangnya setiap 3 bulan untuk melakukan penyuluhan dan
pemeriksaan jentik. Kegiatan ini bertujuan untuk menyuluh dan memotivasi keluarga dan
38
pengelola tempat umum untuk melakukan PSN secara terus menerus sehingga rumah dan
tempat umum bebas dari jentik nyamuk Ae. aegypti. Kegiatan PSN meliputi menguras bak
mandi/wc dan tempat penampungan air lainnya secara teratur sekurang-kurangnya seminggu
sekali, menutup rapat TPA, membersihkan halaman dari kaleng, botol, ban bekas, tempurung,
dll sehingga tidak menjadi sarang nyamuk, mengganti air pada vas bunga dan tempat minum
burung, mencegah/mengeringkan air tergenang di atap atau talang, menutup lubang pohon
atau bambu dengan tanah, membubuhi garam dapur pada perangkap semut, dan pendidikan
kesehatan masyarakat.[3]
Pengasapan masal dilaksanakan 2 siklus di semua rumah terutama di kelurahan endemis
tinggi, dan tempat umum di seluruh wilayah kota. Pengasapan dilakukan di dalam dan di
sekitar rumah dengan menggunakan larutan malathion 4% (atau fenitrotion) dalam solar
dengan dosis 438 ml/Ha.[3]
Kegiatan penunjang
Kegiatan penunjang yang dilakukan adalah peningkatan keterampilan tenaga melalui
pelatihan, penataran, bimbingan teknis dan penyebarluasan buku petunjuk, publikasi dll.
Pelatihan diberikan kepada teknisi alat semprot, petugas pemeriksa jentik, kader, dan
tenaga lapangan lainnya sedangkan pentaran diberikan kepada petugas sanitasi puskesmas,
dokter/kepala puskesmas, para medis, petugas pelaksana pemberantasan DBD Dinas
Kesehatan. Selain itu diadakan pertemuan/rapat kerja di berbagai tingkat mulai dari
puskesmas sampai tingkat pusat.[3]
39
PROGNOSIS
Prognosis dengue tergantung kepada adanya antibodi yang didapat secara pasif atau
didapat yang meningkatkan kecenderungan terjadinya demam berdarah dengue. Pada DBD
kematian terjadi pada 4050% pasien dengan syok, tetapi dengan perawatan intensif, kematian
dapat diturunkan hingga < 1%. Kemampuan bertahan berhubungan dengan terapi suportif
awal.Kadang-kadang terdapat sisa kerusakan otak yang diakibatkan oleh syok berkepanjangan
atau terjadi pendarahan intracranial.
40
BAB III
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH
Penderita datang pertama kali pada 17 Januari 2015. Penderita datang dengan keluhan
demam yang dirasakan sudah 3 hari yang lalu. Demam dirasakan saat pagi hari lalu timbul
lagi saat sore hari (naik turun). Pasien membeli obat di warung dan merasakan demamnya
41
turun, namun setengah jam kemudian demam kembali. Keluhan dirasakan makin
Grabag Magelang, Jawa Tengah. Daerah tempat tinggal pasien merupakan daerah dingin
di bawah kaki gunung. Di sebelah kanan halaman rumah pasien terdapat perkebunan
singkong, kacang-kacangan, dan pohon rambutan. Depan rumah pasien terdapat kandang
ayam dan bebek, disekeliling rumah pasien di kelilingi oleh saluran air. Pasien tinggal
tangga
Miftakul Buruh Belum
3 17 SD Anak Sehat
Rohman Tani Menikah
Zaki Belum Belum Belum
4 9 Anak Sehat
Azkazain tamat SD Bekerja Menikah
Sumber : data primer hasil wawancara dengan penderita
42
Gambar 3.2.Genogram Keluarga
Keterangan :
1. Ayah Mertua : sudah meninggal
2. Ibu Mertua : sudah meninggal
3. Ayah Penderita : sudah meninggal
4. Ibu Penderita : sudah meninggal
5. Penderita (Suami) : demam berdarah dengue (sakit)
6. Istri penderita : sehat
7. Anak Pertama Penderita : sehat
8. Anak Kedua Penderita : sehat
1. Keluhan Utama :
Demam
2. Keluhan Tambahan:
Lemas, mual, muntah, pusing kepala, nafsu makan berkurang.
3. Riwayat Penyakit Sekarang:
Penderita datang dengan keluhan demam yang dirasakan sudah 3 hari yang lalu.
Demam dirasakan saat pagi hari lalu timbul lagi saat sore hari (naik turun). Pasien
membeli obat di warung dan merasakan demamnya turun, namun setengah jam kemudian
demam kembali. Keluhan dirasakan makin memberat dan pasien memutuskan untuk
berobat ke puskesmas Grabag 1. .Selain itu pasien merasakan mual dan muntah, pasien
43
mengeluhkan sudah 2 kali muntah berisi makanan disertai rasa mual. Badan terasa lemas
dan pusing kepala sejak sehari yang lalu. Nafsu makan pasien pun agak menurun
semenjak demam. Belum BAB sejak 2 hari yang lalu, BAK pasien lancar.
menggunakan kaus lengan pendek dan celana pendek, topi tani, serta jarang
menggunakan alas kaki. jalur yang ditempuh pasien lumayan jauh dan melewati
Kepala : Normocephal
Mata : Conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
Mata cekung -/-
44
Telinga: Normotia, serumen -/-, sekret -/-
Hidung : Sekret (-)
Mulut : Bibir kering (-), mukosa lembab (-), sianosis (-)
Tenggorok : Faring hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks :
1) Cor
a) Inspeksi : Iktus cordis tak tampak
b) Palpasi : Iktus cordis teraba tidak kuat angkat
c) Perkusi : Dalam batas normal
d) Auskultasi : BJ I-II Normal, murmur (-), gallop (-),
2) Pulmo
a) Inspeksi :Normochest, Gerak dinding dada simetris saat
Abdomen
1) Inspeksi : Datar
2) Palpasi : Supel, hepar / lien tidak teraba membesar, nyeri tekan
9. Pemeriksaan Lab
- Hb : 15,3 gr% ( 12 - 16 gr/dl )
- Ht : 47,9 % ( 38 47 %)
- Diff. count :
Lymfosit : 31,8 %
Monosit : 14,0 %
45
Granulosit : 54,2 %
11.
13. Diagnosis Kerja
DBD grade I
12. Penatalaksanaan
1. Non Medikamentosa
a. Tirah Baring
b. Banyak asupan cairan : air putih, jus buah atau susu (minimal 1-2 liter per hari)
c. Diet makan makanan lunak
d. Penjelasan pasien dan keluarga pasien tentang penyakit demam berdarah
2. Medikamentosa
a. Infus RL 10 tpm
b. Cotrimoxazol 3 x 500 mg
c. Ranitidin 2 x 1 amp
d. Paracetamol 3 x 500 mg
e. B-complex : 3x1 tab
3. Monitoring
a. Monitoring keadaan umum : demam
b. Monitoring vital sign : tekanan darah, nadi, respirasi, suhu
c. Monitoring Hb, Ht, dan Trombosit setiap 6 jam
d. Monitoring tanda-tanda syok
4. Edukasi
a. Menggalakan 3M (Menutup, Menguras, Mengubur)
b. Saat tidur disarankan menggunakan kelambu
c. Untuk menjaga daya tahan tubuh pasien diedukasi untuk makan dan minum teratur.
d. Pasien diberitahu untuk istirahat cukup
e. Keluarga pasien diedukasi untuk waspada bila ada tanda syok dan perdarahan.
peran keluarga untuk mengingatkan makan teratur, minum obat dan istirahat
cukup.
46
- Faktor penghambat : hubungan seksual yang rutin, suami yang belum
Pasien tinggal bersama istrinya dan kedua orang anaknya. Hubungan antara penderita
dengan istri dan kedua orang anaknya baik. Dalam menghadapi masalah di keluarga
terlebih dahulu bersama keluarga dan keputusan akhir adalah kepala keluarga hasil
dari musyawarah antar anggota keluarga. Waktu berkumpul dengan istri dan anak-anak
minimal seminggu 2 kali dan digunakan untuk menonton tv atau makan bersama di
rumah.
b. Fungsi Biologis
Pasien tinggal bersama seorang istrinya, dan mereka hidup rukun bersama dan sudah
dikaruniai dua orang anak. Dalam keluarga pasangan tersebut dalam keadaan yang
c. Fungsi Ekonomi
Sumber penghasilan dari keluarga pasien didapatkan dari hasil kerja suami sebagai
buruh tani dengan penghasilan rata-rata sebulan Rp. 450.000 per bulan (tidak tentu).
sandang, papan), dan sekolah anak yang tercukupi dengan baik. Serta kebutuhan
47
Pendidikan terkhir pasien adalah SD, sama dengan suaminya pendidikan terakhir istri
e. Fungsi Religius
Pasien adalah seorang muslim yang taat beragama, selalu menjalankan ibadah sholat
lima waktu. Keluarganya aktif mengikuti kegiatan pendalaman agama dalam majelis
Pasien sebagai orang tua selalu memberikan pembekalan agama kepada anak- anaknya
Frekuensi makan ratarata pasien setiap harinya 3x sehari dengan variasi makanan
sebagai berikut: nasi, lauk (ikan, tempe, tahu, telur), sayur (bayam, kangkung, dan sayuran
Pasien bekerja seharian di sawah, hanya menggunakan kaus lengan pendek, celana
pendek dan topi tani pergi kesawah setiap hari melewati banyak perkebunan dan
saluran air disekitarnya yang cenderung kurang bersih, saat malam hari tidur pun
pasien tidak menggunakan kelambu atau lotion untuk menghindari gigitan nyamuk.
Bila terdapat anggota keluarga yang sakit maka langsung dibawa ke bidan atau
kegiatan lainnya seperti mengaji atau kerja bakti dalam lingkungan rumah.
48
2. Faktor Non Perilaku
Sarana pelayanan kesehatan di sekitar rumah cukup dekat seperti puskesmas. Hal ini
anggota keluarga yang sakit. Jarak rumah ke Puskesmas Grabag 1 kurang lebih 3 km.
Tidak ada keterbatasan sarana untuk pergi berobat, pasien biasa naik ojek motor atau
pemukiman,bentuk bangunan 1 lantai dan tinggal bersama istri dan kedua orang
anaknya. Secara umum gambaran rumah terdiri dari 2 kamar tidur, 1 dapur,1 kamar
mandi+WC, dan 1 ruang tamu. Lantai rumah hanya di plester,dinding tembok dari
bata, atap dari genteng.Ventilasi dan penerangan disetiap ruangan cukup, terdapat
jendela di ruang tamu dan ruang tidur. Tidak ada bantuan untuk ventilasi di dalam
rumah seperti kipas angin. Kebersihan dalam rumah baik dengan tata ruangan yang
rapi namun diluar rumah agak kotor karena masih terlihat tumpukan sampah, pipa-
pipa bekas dan ban bekas yang tergenangi oleh air. Listrik 350 watt, sumber air bersih
untuk keperluan sehari-hari dari sumber air gunung, dan juga untuk air minum
didapat dari air pegunungan yang dimasak. Fasilitas MCK dengan model kakus, bak
mandi kadang kadang dikuras. Jarak antara septic tank dengan sumber air minum
lebih dari 10 meter. Kebersihan dapur cukup baik, pembuangan air limbah ke selokan
dan aliran lancar. Di dalam rumah terdapat tempat sampah yang tertutup. Jalan di
depan rumah terbuat dari plester semen. Di depan rumah penderita terdapat pohon
49
dan sayuran. Jika hujan, akan terdapat genangan air yang banyak mengenang di
- Denah Rumah
6 7
5 4
Gambar 3.3.Denah Rumah
Keterangan
1. Teras
2. Ruang tamu dan ruang2 keluarga 3
3. Kamar tidur penderita dan istri
4. Kamar tidur anak pertama dan kedua
5. Ruang makan 1
6. Dapur
7. Kamar mandi
Dusun Kalikotes
Alasan kedatangan :
Pasien datang berobat ke puskesmas karena pasien mengeluhkan demam sejak 3
Pasien khawatir akan kesehatan tubuhnya, jika ia terus mengalami keluhan seperti
saat ini.
2. Aspek Klinis
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Kebiasaan :
Pasien memiliki kebiasaan jarang menggunakan pakaian yang menutupi bagian
tangan atau kaki seluruhnya, jarang menggunakan alas kaki padahal pasien
melewati banyak daerah perkebunan dan saluran air yang tergenang. Sehingga
lebih mudah untuk serangga seperti nyamuk untuk menggigit. Saat tidur pun
51
Pasien percaya bahwa penyakit yang dideritanya adalah ketentuan dari Allah
SWT dan menerimanya, pasien juga tidak lupa terus berdoa agar selalu diberikan
dari istri pasien yang tinggal serumah dengannya, dalam mengupayakan agar
pasien menjalani pengobatan secara tuntas dan teratur serta menjalankan perilaku
menjelang sore hari. Suami pasien menyangkal memiliki keluhan yang sama
genangan air yang ada pada salurang pipa bekas dan ban bekas di sekitar
rumahnya. kebersihan diri pasien juga agak kurang dengan mandi 1 kali sehari
f. Promotif
52
Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang Demam Berdarah Dengue dan bagaimana
cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan rumah untuk mencegah penularan dari
genangan air yang bias menjadi sarang hidup dari vektor penyakit.
- Menjaga kebersihan diri dengan mandi setiap hari 2 kali sehari dan mengganti
pergelangan tangan untuk menghindari bagian tubuh pasien tergigit oleh vektor.
- Tidur dengan menggunakan kelambu, atau menggunakan lotion untuk mengindari
gigitan.
h. Kuratif
a. Infus RL 10 tpm
b. Cotrimoxazol 3 x 500 mg
c. Ranitidin 2 x 1 amp
d. Paracetamol 3 x 500 mg
e. B-complex : 3x1 tab
i. Rehabilitatif
Perilaku
Pasien tidak menggunakan kelambu dan
lotion anti gigitan nyamuk saat tidur. 53
Pasien tidak menggunakan pakaian yang
menutupi seluruh tubuhnya, sehingga
mudah digigit oleh vektor.
Gambar 3.5. Diagram Realita yang Ada pada Keluarga
Analisis Masalah :
Pasien seorang Buruh tani. Biaya kehidupan sehari-hari didapat dari mata
sampah disekitar area rumah, genangan air pada barang-barang bekas yang ada di
tanggal 17 Januari tahun 2015. Di ketahui bahwa diagnosa dari penyakitnya adalah
demam berdarah dengue derajat I. Dengan melihat perilaku pasien yang kurang
menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar menjadi salah satu penyebab
terjadinya penyakit ini. Untuk menanggulangi agar keluhannya tidak terus menerus
b. Selain pasien anggota keluarga lain juga harus dapat mendukung dalam
54
pasien untuk menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan yang
panjang supaya terhindar dari gigitan nyamuk, atau menggunakan lotion anti
Mengubur )
berdarah dengue pada penyakit demam berdarah dengue yang istri serta
dan celana selutut saat dan pakaian lengan panjang saat anaknya
nyamuk.
3. Kebiasaan tidur tanpa Edukasi dan motivasi pasien tentang Pasien ,
55
nyamuk pada malam hari
4. Kebiasaan jarang Edukasi tentang pentingnya menjaga Pasien, istri
dilakukan terlibat
20-01-2015 Edukasi mengenai Pasien dan istri Pasien dan istri
,faktor risiko,rencana
pengobatan komplikasi
dan pencegahan.
20-01-2015 Edukasi keuntungan Pasien, istri dan Pasien, istri dan
diberikan.
20-01-2015 Edukasi tentang Pasien, istri, dan Pasien , istri, dan
56
Tanggal Kegiatan yang Keluarga yang Hasil kegiatan
dilakukan terlibat
lotion anti gigitan penjelasan yang
nyamuk. diberikan
20-01-2015 Edukasi tentang Pasien ,istri, dan Suami pasien, istri
berkembang biaknya
vector.
15.00 WIB. Dari pembinaan keluarga tersebut didapatkan hasil sebagai berikut
mengubah perilaku yang tidak baik bagi kesehatan, seperti menggunakan pakaian
57
b. Kesadaran pasien untuk menggunakan pakaian tertutup , lotion, dan kelambu
melaksanakan 3M.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kesimpulan yang di dapat dari data dan kunjungan rumah pada Tn.
Giman di Paingan RT 004/RW 002 Kleteran, Grabag di dapatkan sebagai berikut :
- Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan Tn. Giman terdiri dari
empat hal yaitu faktor genetik, perilaku, lingkungan, dan pelayanan kesehatan.
Adapun faktor yang paling berpengaruh adalah Lingkungan, dimana pasien memiliki
kebun yang terdapat disamping rumah sehingga memungkinkan banyaknya nyamuk
dan kondisi rumah yang gelap juga tidak dilindungi dengan kassa nyamuk.
58
- Keluarga memiliki peranan penting dalam proses kesembuhan pasien DHF
pada Tn. Giman terutama dalam hal pengawasan minum obat, dan kebersihan rumah
supaya tetap bersih dan terhindar dari vector yaitu nyamuk
- Peran keluarga untuk meningkatkan derajat kesehatan dengan peningkatan
pengetahuan tentang DHF.
IV.2 Saran
1. Kepada keluarga untuk selalu melakukan pengawasan minum obat dan menjaga
kebersihan rumah dan lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
59
5) Kliegman, Behrman, Jenson, Stanton. Nelson Textbook of Pediatric. Ed 18. Saunders.
2007.
6) World Health Organization.Dengue hemorrhagic fever. Guideline for Diagnosis,
Treatment, Prevention and Control; WHO : 2009.
7) Centers for Disease Control and Prevention. Dengue. Clinical Manifestation and
Epidemiology. CDC : 2009
LAMPIRAN
60
RAMAH TAMAH BERFOTO BERSAMA TN. G (PENDERITA)
61
TAMPAK DEPAN RUMAH TN. G
62
KANDANG BURUNG DARA MENEMPEL DENGAN BAGIAN
SAMPING RUMAH PENDERITA
A
B
C
BAGIAN HALAMAN DEPAN RUMAH TN.G (A) KANDANG AYAM, (B) KANDANG
BEBEK, (C) TUMPUKAN SAMPAH
63
KAMAR MANDI PENDERITA
64
TUMPUKAN BAN BEKAS YANG TERGENANG AIR DIDALAMNYA
MERUPAKAN TEMPAT BERKEMBANG BIAK VEKTOR
65